Kang Soo
berteriak marah meminta agar mengembalikan semua mangkuknya sekarang. Tuan Baek
panik karena mereka akan jatuh dan langsung mati. Kang Soo seperti sudah
siap jatuh, sampai akhirnya Tuan Baek
berjanji akan memberikan.
“Sekalian
piringku diambil juga.” Ucap Kang Soo. Tuan Baek akan memberikan nanti.
Akhirnya Kang Soo pun bisa berdiri kembali di bagian atap gedung.
Tuan Baek
memperlihatkan wajah lesu berdiri didepan restoran Holly Noodle. Min Chan
memberikan kotak bekas mangkuk dan juga piring. Kang Soo memperingatkan agar
Jangan main-main dengannya, dan menegaskan tidak keberatan wilayahnya diambil,
tapi mangkuknya tidak boleh. Byung Soo melihat kotak piring yang dberikan pada
Kang Soo
“Apa yang
terjadi? Apa Kau kalah?” ucap Byung Soo mendekat setelah melihat Kang Soo yang
pergi.
“Anggap
saja aku memenangkan pertarungan ini. Dia punya kemauan yang lebih kuat dariku.
Mulai sekarang, biarkanlah dia. Di wilayah kita, mungkin ada lagi si gila yang
datang.” Ucap Tuan Baek lalu masuk ke dalam restoran.
Tiga anak
buah Tuan Baek dibuat binggung. Ho Young bertanya apa maksud dari ucapan Tuan
Baek. Byung Soo pikir Tuan Baek hanya bicara omong kosong dan sudah lihat
sekarang, kalau Kang Soo mungkin sudah bersabuk hitam, tapi tidak punya
keterampilan khusus!
“Tapi wajah
pria itu nyaris babak belur dan Gong Gi Hyungnim tidak punya luka apa pun.”
Kata Young Taek
“Orang-orang
yang pandai berkelahi itu tidak ada luka apa pun di tubuhnya. Mereka menyerang
orang-orang yang suka disakiti.” Kata Byung Soo.
“Ya
ampun! Jadi bagaimana sekarang? Kurasa kita salah orang. Haruskah kita ke sana dan
minta maaf padanya?” ucap Ho Young.
“Jangan
main-main kau, dasar bodoh! Kita ini lebih banyak darinya. Dan kalau masalah
berkelahi, kita ahlinya. Lebih baik Tunggu saja. Aku akan buat si brengsek itu
menggila.” Kata Byung Soo dengan wajah geram.
Kang Soo
datang memberitahu kalau sudah menemukan
mangkuknya. Soon Ae memuji karena sudah menemukannya, sementara Tuan Jang kaget
melihat wajah Kang Soo yang babak belur.
Kang Soo mengaku kalau ada sesuatu hal tadi.
“Kerja
bagus, Oppa... Aku tak menyangka kau bisa.” Komentar Dan Ah dengan nada
mengodanya.
“Ugh,
menyingkir dariku.” Kata Kang Soo mendorongnya. Dan Ah mengeluh sakit. Kang Soo
dengan nada mengejek meminta maaf.
“Apa? Mana
yang sakit? Biar aku yang akan meniupnya.” Ejek Kang Soo. Dan Ah ingin marah
tapi saat itu seorang nenek masuk. Nenek Jung masuk mengetahui mereka yang
belum makan.
Tuan Jang
dan Soon Ae langsung menghampirinya merasa Nenek Jung tak perlu membawakan
untuk mereka. Nenek Jung membawa seolleongtang dan menyuruh mereka untuk Jangan
keseringan makan yang berminyak. Tuan Jang lalu memperkenalkan Kang Soo sebagai
pegawai pengantar baru dan Nenek Jung sebagai pemilik Hanyang Seolleongtang.
Kang Soo pun memperkenalkan dirinya.
Mereka
pun makan bersama dengan Kang Soo yang terlihat sangat lahap. Nenek Jung
melihat Kang Soo yang makan dengan sangat menikmatinya. Kang Soo mengaku kalau
Sup Nenek Jung memang sangat enak!
“Kenapa
dengan wajahmu?Apa Kau berkelahi?” tanya Nenek Jung khawatir. Kang Soo
mengelengkan kepala.
“Berapa
kali Anda mengatur meja setiap makan siang?” tanya Tuan Jang. Nenek Jung pikir
Tiga kali.
“Itu
artinya, Anda akan jadi seorang yang kaya raya!” komentar Tuan Jang.
“Itu
tidak masalah. Lagipula aku tak punya apa-apa setelah kugaji pegawaiku dan
membayar uang sewa.” Kata Nenek Jung
“Ahh..
Benar... Satu-satunya orang yang menghasilkan uang adalah si pemilik komplek perbelanjaan.”
Komentar Soo Ae
“Lalu
Siapa yang membeli semua kompleks perbelanjaan di wilayah kami? Kudengar mereka
sudah menetralkan lokasi itu.” Ucap Nenek Jung.
Dan Ah
mendengarkan pembicaraan para orang tua. Soon Ae juga ga tahu tapi menurutnya mungkin
orang kaya. Saat itu Kang Soo ingin mengambil kimchi lobak tapi malah loncat
dan jatuh diatas baju Dan Ah, dengan wajah panik meminta maaf mengambil tissue
untuk menghapusnya, tapi malah tanganya di pelintir.
“Ow! Aku
cuma mau menghapusnya untukmu!” ucap Kang Soo kesakitan.
“Tidak.
Pasti dia berpikir kotor, makanya dia sengaja begitu.” Komentar Soon Ae. Kang
Soo binggung karena memang ingin membersihkannya.
“Sikat
dia.” Kata Soon Ae. Dan Ah pun menjatuhkanya. Soon Ae lalu dengan santai kalau
ia hanya bercanda.
“Oh,
nanti dia kesakitan! Apa Kau tidak apa-apa?” ucap Nenek Jung membantunya
berdiri. Kang Soo mengaku baik-baik saja dan kembali duduk.
Tuan Lee
sedang berkerja menerima telp dari pelayan dan kaget mengetahui kalau Ji Yoon
sudah pulang. Ketika sampai dirumah, kamar Ji Yoon yang sudah berantakan.
Pelayan rumah memberitahu kalau Ji Yoon sudah pergi lagi.
“Aku tadi
pergi sebentar ke toko, lalu...” cerita Pelayan. Tuan Lee meminta agar segera
membersihkan kamar saja dan jangan beri tahu istrinya. Pelayan menganguk
mengerti.
Tuan Lee
melihat ada sebuah note yang dituliskan Ji Yoon “Maaf, Ayah. Tapi, jangan
khawatir. Putri ayah jauh lebih kuat dari
yang diduga.” Sementara Ji Yoon sudah duduk ditaman dengan semua barangnya,
dengan bangga berkata kalau sudah "menyerang" rumah dengan baik yang
membuatnya sangat mendebarkannya.
Kang Soo
masuk kamar dan dikagetkan dengan Ji Yoon sudah ada dikamar dengan
barang-barngnya. Ji Yoon dengan bangga mengatakan sudah mandiri dan melakukan
seperti yang Ahjussi katakan. Kang Soo langsung buru-buru menutup pintu. Ji
Yoon pikis sudah melakukannya dengan baik.
“Apa Kau
gila?” ucap Kang Soo. Ji Yoon pikir Tidak karena inilah saat paling waras yang
pernah dialami sepanjang hidupnya bahkan juga mendapat pekerjaan.
“Aku
telah menyelesaikan wawancara, dan menyelesaikan pelatihan 3 jam. Tempat
kerjaku di kafe dekat sini. Ketika aku dapat gaji, maka aku akan bayar semua yang
pernah kau lakukan padaku dan mencari asrama siswa atau sesuatu yang dapat
kutinggali. Untuk sekarang aku boleh tinggal di sini, 'kan?” ucap Ji Yoon.
“ Cepat
Keluar.. Benahi semua barangmu, dan keluarlah.” Ucap Kang Soo tak peduli. Ji
Yoon tak percaya Kang Soo malah mengusirnya.
“Cepat
keluar dari sini!” tegas Kang Soo. Ji Yoon pikir sudah mempercayai Kang Soo dan
pergi dari rumah lagi!
“Kenapa
kau memercayaiku, memangnya kapan kita saling kenal? Hah? Seusiamu itu kau
sudah nekat begini, dan berani mencoba tinggal bersama seorang pria?” kata Kang
Soo marah
“Bukannya
kau seorang pria? Bagiku mungkin bukan. Terlepas dari kau pria atau bukan, tapi
kau kelihatan seperti orang baik bagiku.” Ucap Ji Yoon yang masih polos.
“Tidak
ada orang seperti itu. Tidak selamanya orang baik itu juga baik.” Tegas Kang
Soo. Ji Yoon pun akhirnya memutuskan untuk pergi sambil menangis memberesakan
barangnya.
“Hei,
kenapa kau menangis? Kau yang salah di sini!” kata Kang Soo hean. Ji Yoon
mengaku tidak bisa menahannya.
“Lalu kau
berencana ingin ke mana?” tanya Kang Soo terlihat merasa kasihan. Ji Yoon pikir
itu bukan urusan Kang Soo.
“Kau..
Tolong pulang saja. Setidaknya aku akan baik padamu kalau kau lulus SMA. Tapi
kau sekarang sudah kelas 2! Bagaimana kau bisa melakukan ini-itu, tanpa
ijazah?” kata Kang Soo
“Apa
Memang itu masalahnya? Karena aku masih kecil?” tanya Ji Yoon. Kang Soo
membenarkan kalau itu masalah terbesarnya. Ji Yoon mengangguk mengerti.
Kang Soo
melihat paspor milik Ji Yoon seperti tak percaya ternyata umurnya memang 23
tahun. Ji Yon pikir dirinya berada di umur ketika tidak boleh manja pada
orangtuanya, jadi harus hidup sendiri. Ia mulai menceritakan kalau Sepanjang
hidupnya cuma diperlakukan seperti robot oleh ibunya.
“Hidupku
dirancang untuk ibuku. Mulai dari TK berbahasa Inggris. Dan untuk kuliah, aku
sangat ingin menjadi guru TK. Tapi aku harus belajar manajemen bisnis karena
ibuku. Walau begitu, aku bertahan selama empat tahun. Tapi sekarang dia malah
menyuruhku kuliah di luar negeri.” Cerita Ji Yoon.
“Dan
ketika aku kembali, maka aku harus menikahi pria yang dia pilihkan untukku. Waktu
itu aku sedang duduk di bandara, saat merasakan perasaan mencekik di dadaku. Air
mata mulai turun dari mataku. Aku merasa ada yang tidak beres.” Ungkap Ji Yoon.
“Jadi, Apa
kau lari dari bandara?” kata Kang Soo merasa tak percaya dengan bahasa baku. Ji
Yoon heran mendengar Kang Soo yang berbicara sopan padanya.
“Maksudku,
karena umurmu 23 tahun...” kata Kang Soo. Ji Yoon tak peduli meminta Kang Soo
agar Bersikaplah seperti sebelumnya.
“Tapi...
bolehkah aku memanggilmu "Oppa"?” kata Ji Yoon mengoda. Kang Soo
langsung melarangnya karena tidak suka dan Jangan berani, seperti tak suka
semenjak Dan Ah yang melakukanya.
“Bukankah
kebanyakan pria, suka dipanggil begitu?” pikir Ji Yoon. Kang Soo tetap tak suka
mendengarnya.
“Memang,
Ahjussi adalah orang yang baik di mataku. Semuanya sudah selesai, 'kan? Kalau
begitu, selamat malam. Aku juga harus tidur lebih awal, karena besok aku harus
kerja.” Kata Ji Yoon akan pergi.
“Hei,
dengarkan aku! Pergilah jam 7 pagi, dan jangan kembali sebelum jam 11 malam.
Mengerti? Kalau tidak, kau akan tertangkap.” Tegas Kang Soo. Ji Yoon mengangguk
mengerti. Kang Soo mengeluh dengan keadaanya sekarang.
Dan Ah
melepaskan helm sambil melepaskan pundaknya, berkata Satu-satu harapannya cuma
ingin tidur minimal 6 jam, lalu akhirnya mencoba menegaskan kalau nanti mati
pasti bisa tidur kapan saja dan mencoba semangat.
Akhirnya
Dan Ah berkerja membereskan semua ruangan kelas dengan memasukan semua sampah
dan juga papan tulis yang sudah kotor, ia juga mengelap kaca kamar mandi yang
sudah ditulis oleh anak murid “ I Haet English”
“Kalau
kau tidak suka bahasa Inggris, setidaknya jangan belajar lagi di sini! Jangan
nekat menulis ini di sini! Aigoo, anak-anak jaman sekarang.” Keluh Dan Ah
setelah membereskan dan duduk dalam kelas yang bersih dengan keringat.
“Ah,
pasti sulit dapat kelas secara gratis.” Ungkap Dan Ah dan bisa tersenyum
menatap ponselnya karena sebentar lagi tabungan akan cukup untuk pergi.
Ponselnya
berdering, ibunya menelp dengan kesal Dan Ah mengangkatnya. Dan Ah terlihat
kesal karena Ibunya ungkit masalah biaya kuliah adiknya. Ibu Dan Ahn meminta
maaf, Tapi sekarang mereka yang tidak
punya uang sama sekali jadi Tolong bantulah sekali ini saja, karena itu adalah
adiknya.
“Tidak.
Kalau tidak punya uang, setidaknya suruh dia berhenti sekolah. Bahkan
menyematkan gelar sarjana pun, akan susah cari kerja sekarang ini.” Ucap Dan Ah
ketus.
“Jangan
seperti itu, Ibu mohon padamu. Kau punya banyak uang tabungan, 'kan?” ucap Ibu
Dan Ah.
“Kubilang
tidak! Memang Ibu pikir uang tabunganku itu hanya untuk disumbang? Apa Ibu tidak
berpikir aku selalu menderita cuma mau mencari uang?” kata Dan Ah dengan nada
tinggi.
“Baiklah!
Kalau menjual organ Ibu sekalian, aga bisa bayar!” kata Ibu Dan Ah. Dan Ah pun
menyuruh melakukanya. Ibu Dan Ah mengumpat anaknya yang kurang ajar. Dan Ah pun
berusaha untuk tak memikirnkan.
Pelajaran
bahasa inggris pun dimulai, Dan Ah serius mendengarkan gurunya, Sementara Dan
Ah disibukan dengan ibunya yang terus mengirimkan pesan “Ibu akan dioperasi sekarang. Ibu memutuskan untuk menjual ginjalku. Ibu di
mobil sekarang.” Dan Ah tetap tak peduli seperti memiliki rasa
dendam.
“Astaga! Mereka bahkan tidak memberikan anestesi, tapi
perut mereka malah membeku!” Dan Ah menutup ponselnya
berpura-pura tak membacanya. Sampai akhirnya keluar dari kelas ponselnya
berdering dan langsung mengomel, tapi ternyata bukan ibunya yang menelp.
“Haruskah
kau menerima telepon seperti ini?” ucap suara wanita di telp. Dan Ah binggung
siapa yang menelpnya.
“Ini Bibi
pemilik rumah. Dasar, kau bahkan tidak
menyimpan nomorku? Temui aku sebentar.” Kata Bibi pemilik.
Dan Ah
menemui si bibi tak percaya kalau akan menaikkan uang sewa lagi. Si Bibi
mengaku kalau Harga properti di wilayah ini meningkat tajam. Bahkan perusahaan
konstruksi baru datang ke kota ini dan karyawan berebut berkeliling mencari
rumah.
“Kurasa
harga 500.000 Won masih bisa disewakan. Kenapa Anda bisa menaikkannya jadi
600,000 Won saat kereta bawah tanah dekat sini cuma 20 menit jaraknya?” ucap
Dan Ah menyela
“Apa
maksudmu, 20 menit? Kalau aku bisa 10 menit ke sana!” kata Bibi. Dan Ah
langsung mengejak si bibi itu sopir truk.
“Dasar
kau ini! Kalau kau tidak suka, pindah saja dari sini. Aku tidak mau memperpanjang
masalah lagi.” Kata si bibi berjalan pergi.
“Anda ini
lambang dari Hell Joseon. Anda menjual moral Anda sendiri untuk membeli 10
rumah, kan?” ejek Dan Ah. Si bibi menegaskan kalau bisa mendengarnya
“Ya, aku
bilang begini supaya Anda dengar! Aku selalu bekerja mati-matian demi
menyerahkan sebagian penghasilanku untuk bayar uang sewa sementara Anda tidak
berbuat apa pun dan hanya ambil uangku karena Anda yang punya rumah ini! Aku
bilang begini karena aku kesal! Kenapa? ApaAku salah?” tegas Dan Ah. Si bibi menahan
amarah lalu pergi sambil mengedumel.
“Aigoo,
jika saja dia tidak handal berkelahi, aku akan... Kenapa aku menerima penyewa
seperti dia?” ucap Si Bibi lalu beranjak pergi.
Dan Ah
naik ke depan rumah lalu memasukan pengeluaran, 100ribu won dan harinya
berkurang banyak dan lebih banyak lagi, dari D-193 menjadi 201.
Ji Yoon
sudah pakai baju seragam kerja merasa kalau seperti mimpi, bahkan tidak
menyangkapunya pekerjaan dan suka seragam ini karena Cocok sekali. Ia pun ingin
cepat-cepat memperlihatkan pada Ahjussi.
Ia pun sudah ada didepan kasir dengan Managernya.
“Selamat
Datang di Coffee World! Kuberitahu sekali lagi, tidak peduli yang terjadi, kau
harus bersikap baik. Kalau kau ikut ribut dengan pelanggan karena sikap mereka
kasar, kau akan dipecat. Mengerti?” kata Manager. Ji Yoon mengangguk mengerti
dengan penuh semangat. Manager pun
keluar karena ada yang harus dikerjakan.
“Oh, aku
tidak sabar menunggu pelanggan pertamaku!” ucap Ji Yoon penuh semangat.
Dua teman
yang melihat Ji Yoon penuh semangat, seperti tahu kalau Ini kerja paruh waktu pertamanya, Teman yang
lain pun melihat Ji Yoon yang punya semangat yang tinggi.
Jin Kyu
datang memesan satu kopi americano, yang hangat serta tuangkan dalam cangkir
dan tidak punya kupon hadiah. Ji Yoon menghitungnya kalau totalnya 4.500 Won.
Ji Kyu memberikan kartu kreditnya. Ji Yoon pun meminta pelangaan pertamanya untuk
duduk.
“Bukannya
kita pernah bertemu sebelumnya?” ucap Jin Kyu yang mengenali wajah Ji Yoon.
Tapi Ji Yoon seperti lupa dengan wajah Jin Kyu
“Benar...
itu Memang kau. Kau yang menginjak mobilku, kan?” kata Jin Kyu. Ji Yoon
terkejut karena Jin Kyu bisa mengenalinya.
“Ya,
kelihatannya kau sangat bersalah.” Komentar Jin Kyu. Tapi Ji Yoon berusaha
mengelak kalau Jin Kyusalah orang dan baru saja datang ke wilayah ini.
“Maafkan
saya. Saya tidak berniat ingin membuat Anda marah. Ini pertama kalinya saya bertemu
dengan Anda.” Ucap Ji Yoon meminta maaf berkali-kali
“Ugh, aku
memang bodoh karena tidak punya bukti apa pun.” Kata Jin Kyu. Ji Yoon merasa
tak enak dan kembali meminta maaf. Ji Kyu berteriak membuat semua orang
menatapnya.
“Hentikanlah...
Kau malah membuatku ingin muntah” ucap Ji Kyu. Ji Yoon kembali meminta maaf.
Akhirnya Ji Kyu duduk dengan tatapan terus mengarah apda Ji Yoon.
Ji Kyu
mengambil gelas dengan tangan gemetar dan ingin membuat kopi. Si pegawai pria
bertanya pada seniornya ada apa dengan Ji Yoon. Si Senior mengaku tak tahu,
tapi menurutnya Ji Yoon sopan sekali.
Tuan Jang
mengasah pisau, lalu meminta Dan Ah agar mengambilkan obeng dari penyimpanan di lantai 2. Dan Ah pun
mengambil kunci ke lantai dua, tapi tak bisa mengambil membuka pintu kamar
lainya, lalu berpikir ada ada obeng di tempat lainnya.
“Wow, apa
yang dia sembunyikan hingga pintunya terkunci begini?” keluh Dan Ah ingin
membuka pintu Kang Soo, lalu membuka dengan kunci. Tapi saat dibuka matanya
melonggo melihat banyak baju dan barang-barang wanita. Ia membayangkan Kang Soo yang memilih baju
wanita.
“Harusnya
aku tidak mempekerjakannya. Aku harus memecatnya.” Ucap Dan Ah ingin bergegas
keluar
“Ah... Aku
tidak punya waktu untuk ini, saat aku sibuk mengurusi masalahku sendiri!” ucap
Dan Ah saat keluar dari kamar Kang Soo.
Papan
nama [Presdir Restoran Keluarga Jung
Jung Hye Ran] Nyonya Jung sedang
memeriksa berkas. Sekertarisnya memberitahu kalau orang itu memiliki kehidupan pribadi yang relatif
bebas, lalu Kerjanya hanya menggandeng wanita saat minum. Dan tidak pernah
menyentuh ganja atau lebih banyak obat-obatan.
“Apa
hobinya?” tanya Nyonya Jung, Sekertarisnya memberitahu yaitu Balapan mobil.
“Dia suka
balapan dengan sesama ahli waris dan selalu bertaruh sekitar 10 atau 20 juta
won. Dia biasanya menang balapan. Dia sangat kompetitif, dan tidak suka dengan
kekalahan.” Cerita Sekertaris
“Kapan
dia biasanya balapan?” tanya Nyonya Jung.
“Dia
biasanya berlomba di pinggiran kota Seoul, di waktu larut malam.” Kata Sekertaris.
Nyonya Jung memerintahkan agar mengambil foto lagi. Sekertarisnya mengangguk mengerti lalu keluar
ruangan.
“Sepertinya
dia berguna. Dia akan menjadi sangat hebat, dengan sedikit sentuhan hasil.”
Kata Nyonya Jung melihat foto wajah Jin Kyu.
Ji Kyu
sibuk minum dengan terus menatap ke arah Ji Yoon, saat menghabiskan kopi dengan
wajah penuh amarah memanggil pegawai. Dua pegawai menyahut, Jin Kyu menunjuk
kalau ia memanggil Ji Yoon. Ji Yoon kaget dirinya kembali di panggil dan
buru-buru menghampiri dengan wajah ketakutan.
“Kau
Lihat? Apa ini? Memangnya ini biji kopi?” ucap Ji Kyu memperlihatkan anting
yang ada didalam gelasnya. Ji Yoon kaget dan langsung meminta maaf.
“Wow, kau
malah mengacaukanku. Haruskah aku minum kopi yang ada anting-antingmu?” kata Ji
Kyu sinis. Ji Yoon hanya bisa meminta maaf dan akan ganti yang baru.
“Aku
sudah tidak berselera.... Panggil sekalian manajermu.” Kata Jin Kyu. Ji Yoon
makin panik kembali meminta maaf.
Saat itu
managernya datang dan langsung di panggil oleh Jin Kyu. Managernya bertanya ada
apa. Jin Kyu pikir bisa dengar langsung darinya. Managernya pun bertanya apa
yang terjadi. Ji Yoon menceritakan pelanggan ini tiba-tiba memanggilnya sambil
minum kopi Dan bilang ada anting-anting di kopinya.
“Terus di
mana anting-antingnya?” tanya si Managernya. Ji Yoon mengaku tidak tahu. Jin
Kyu kebingungan mencari anting yang sudah hilang diatas meja dan melihat sudah
ada di telinga Ji Yoon. Ia bisa membayangkan saat itu Ji Yoon yang buru-buru
memasang antingnya.
“Saya
tidak melihat anting-antingnya di sini.”
Ucap Manager. Ji Yoon juga mengaku binggung dengan yang sudah dilakukanya.
“Hei, Kau
amat lucu hingga membuatku gila begini. Perlihatkan aku rekaman CCTV-nya.” Ucap
Jin Kyu marah sambil mengebrak meja.
“Maafkan saya,
tapi sekarang kami sedang upgrade ke 16 jaringan. Jadi tidak ada yang terekam
sekarang.” Kata Manager. Ji Kyu berteriak kesal kalau keadaanya membuat gila.
“Katakan
padanya kalau kau memasang anting-antingmu saat aku bicara tadi! Dan kau malah
berbohong padaku! Cepat!” teriak Ji Kyu. Semua pelanggan menatap heran.
“Dengar ,
kau nanti akan mendapat balasannya. Aku bisa menghancurkan hidupmu jika aku
memikirkannya! Sekarang ini aku sedang bete dan kesal!” teriak Jin Kyu
meluapkan amarahnya.
“Ya, saya
mengerti.Saya... menjatuhkan anting-anting saya ke kopi pelanggan ini. Dan saat
dia berbalik, aku, dengan secepat kilat...dengan secepat kilat, aku... aku memasang
kembali anting-antingku, dan aku berbohong juga!” ucap Jin Yoon sambil
menangis.
Jin Kyu merasa
kalau yang ucapkan itu benar, Manager
menatap sinia begitu juga pelanggan yang lainya. Jin Kyu binggung dengan
situasi ini padahal mereka mendengarnya, kalau Jin Yoon yang mengatakannya
sendiri.
“Yah... sudah
mendengarnya dengan jelas. Tolong pergilah. Pergilah!” Ucap Si manager membela
Jin Yoon.
“Tidak,
itu tidak benar. Hei, kau tidak mau mengakuinya? Apa Kau sungguh ingin
bertarung denganku?” kata Jin Kyu makin kesal.
Jin Yoon
langsung berlutut meminta maaf pada Jin Kyu sambil terus menangis. Beberapa
orang langsung merekam dengan ponselnya. Ji Kyu berteriak agar mereka Jangan
berlebihan Manager kembali dengan hormat meminta Jin Kyu pergi sekarang. Jin
Kyu menegaskan kalau bukan salahnya dan meminta agar Jangan merekany.
“Baiklah.
Itu tadi menyenangkan, 'kan? Akan kuingat kau sekarang. Aku akan menemuimu
lagi.” Ucap Ji Kyu lalu pergi dengan wajah kesal.
Ji Yoon
masuk ke ruang ganti menggusap wajahnya, sambil memuji dirinya yang kalau tadi aktingnya
bagus sekali, menurutnya Dunia adalah hutan jadi harus bertahan. Ia pun memohon
agar pelanggannya tetap tenang dan melupakan semuanya.
Jin Kyu
meluapkan amarahnya dengan menendang semua barang-barang di bengkel. Semua
temanya binggung karena Jin Kyu yang tiba-tiba marah. Nyonya Jung Sook, Ibu Jin
Kyu binggung karena Nyonya Jung Hye Ran ingin memperkenalkanya. Nyonya Jung
pikir, Ji Yoon yaitu anaknya akan sangat cocok untuk putra Jung Sook. Ibu Jin Kyu mengaku tidak tahu tentang itu.
“Kenapa?
Apa Itu mengecewakanmu? Apa karena kami tidak sebaik dirimu?” kata Nyonya Jung.
Jung Sook pikir tak seperti itu.
“Aku
hanya tidak ingin kehilangan teman sepertimu, CEO Jung. Dia mungkin putraku, tapi
dia tak tertahankan.” Kata Jung Sook
“Sudah
waktunya dia dewasa, kan? Biarkan kita perkenalkan mereka. Kalau kau bisa
kenalkan dia, maka aku akan mengajarinya bagaimana menjalankan bisnis juga.” Kata
Nyonya Jung menyakinkan. Jung Sook seperti sumringah mendengarnya.
“Ya, aku
akan mencoba membesarkannya menjadi pengusaha yang cerdas. Kurasa putriku tidak
cocok untuk jadi pengusaha dan menantuku harus mewarisi perusahaanku sendiri.” Jelas
Nyonya Jung. Jung Sook pun terlihat mulai menyetujuinya.
“Oh,
terima kasih karena telah bermurah hati padanya. Tapi tetap saja, kata-katamu
itu lebih dari cukup. Dia tidak mau.” Pikir Jung Sook.
“Dia
pasti mau. Lagipula, dia itu putra ketua, jadi
Dia ada darah sedikit dari ayahnya.” Kata Nyonya Jung.
Jung Sook
seperti terlihat gugup merasa tak mungkin. Nyonya Jung pikir temanya itu bisa
mempertimbangkan lagi. Jung Sook hanya bisa diam saja dengan berusaha untuk
tetap tersenyum.
Kang Soo
dan Dan Ah saling membantu menempelkan brosur. Dan Ah pikir pelanggan mengira orang yang bekerja di
restoran jjajangmyeon hanya sebagai tukang antar makanan dan bisa beristirahat
jika tidak diperintahkan melakukan ini-itu. Kang Soo pikir seperti itu.
“Kita
harus mengupas bawang di pagi hari, dan memasang selebaran di sore hari. Mereka
tidak tahu kalau kita itu tidak pernah bisa istirahat.” Cerita Dan Ah. Kang Soo
memang bisa saja. Dan Ah mengingat kejadian sebelumnya.
“Kurasa
aku agak kasar padamu saat kita melakukan pekerjaan berat seperti ini... Maaf..”
kata Dan Ah seperti bisa merendahkan diri. Kang Soo binggung melihat sikap Dan
Ah yan baik bertanya apa sebenarnya yang terjadi. Dan Ah mengaku tak ada yang
terjadi.
“Ada yang
tidak beres.” Komentar Kang Soo. Dan Ah mengaku sebenarnya orang yang baik,
hanya suka kelewatan sebelum mengenal rekan kerjanya.
“Yah,
begitulah. Tidak ada yang begitu buruk, saat kau mengenal mereka. Mulai sekarang,
kita saling akrab saja.“Komentar Dan Ah mencoba menyakinkan dengan mengajak
jabat tangan.
Kang Soo
pun menjabat tangan, Dan Ah pikir harus jaga rahasia di antara mereka. Kang Soo
binggung apa maksud rahasia. Dan Ah menjelaskan setiap orang punya rahasia
sendiri. Kang Soo pikir Bukan dirinya. Dan Ah menyakinkan kalan kalau Kang Soo
itu punya rahasia. Kang Soo memikirkan lalu mengaku kalau memang ada.
“Yah, aku...jauh
lebih baik darimu.” Ucap Kang Soo bangga. Dan Ah tak bisa menahan amarahnya
meminta agar Kang Soo berhenti membuatnya kesal.
“Hah?
Kupikir kau sebenarnya orang baik.” Komentar Kang Soo. Dan Ah mengelengkan
kepala kalau itu hanya berlaku saat
mereka saling jujur. Kan Soo meminta agar Dan Ah agar mengatakan saja daripada
menahanya.
“Baiklah,
aku akan mengatakannya... Ada banyak pakaian cantik di kamarmu.” Ucap Dan Ah.
Kang Soo melonggo kaget sampai menjatuhkan semua brosur yang ada ditanganya.
Kang Soo
ingin menjelaskan tapi, Dan Ah pikir tak masalah dan tidak perlu dijelaskan,
serta akan menepati janjinya. Kang Soo seperti tak percaya. Dan Ah. Dan Ah
pikir bisa mengAnggap saja drnya sebagai brankas dan Rahasia Kang di dalamnya
akan aman lalu Upahnya bisa saja naik menjadi 100.000 Won. Kang Soo melongo
binggung
“Bukankah
itu masih sedikit, mengingat rahasiamu itu?” kata Dan Ah menepuk pundak Kang
Soo lalu dengan wajah bahagia memasukan kembali uang 100ribu won dan waktu
kembali seperti semula. Kang Soo hanya menatapnya.
Dan Ah
akan pulang tiba-tiga Tuan Baek menghadangnya, lalu bertanya siapa. Tuan Baek meminta
maaf karena mengejutkannya, lalu memperkenalkan diri yaitu Baek Gong Gi dari
Holy Noodles dan mengajak agar mereka bisa jalan sambil bicara. Dan Ah hanya
diam saja melihat Tuan Baek berjalan. Akhirnya Tuan Baek kembali mendatangi Dan
Ah.
“Kalau
begitu aku bicara saja denganmu di sini. Aku akan katakan karena ini sudah
waktunya bagiku. Tapi saat kau pertama kali datang ke wilayah kami, orang-orang
kadang menyematkanmu sebagai target mereka. Tapi aku menyuruh mereka berhenti!
Kami cuma membiarkan wanita dan anak kecil saja.” Ucap Tuan Baek dengan
mengebu-gebu.
“Apa Kau
ini pembunuh?” ejek Dan Ah dengan tawanya. Tuan Baek menahan amarah. Dan Ah pun
menyuruh Tuan Baek kembali bicara.
“Aku akan
lanjutkan yang kukatakan. Aku selama ini telah melindungimu, Dan Ah. Tapi, aku
percaya kalau kau sudah berada dalam bahaya.” ucap Tuan Baek. Dan Ah meminta
agar Tuan Baek mengatakan dengan jelas supaya bisa dimengerti.
“Berhati-hatilah,
Dan Ah. Pria yang selalu bersamamu itu tidak normal!” ucap Tuan Baek. Dan Ah
mengaku sudah mengetahuinya.
“Ya,
benar... Aku tahu dia itu gila.” Kata Dan Ah. Tuan Baek tak percaya kalau Dan
Ah sudah mengetahuinya.
“Tapi, kau
kelihatan begitu tenang dan Sopan sekali. “ pikir Tuan Baek heran
Tuan Baek
mengelengkan kepala, Dan An pun
menanyakan Bagaimana tahu namanya. Tuan Baek binggung menjelaskanya. Dan Ah
pikir kalau Tuan Baek juga yang mencuri pakaian dalam yang sebelumnya, Tuan
Baek memilih untuk segera pamit pergi saja.
“Hei..
Berhenti di situ! Berbalik! Sekarang Ikuti aku.” Teriak Dan Ah.
Bersambung ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar