PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 02 Agustus 2017

Sinopsis School 2017 Episode 5 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS
Guru Shim berbicara pada Young Gun. kalau Pihak pengawas mengatakan.. apabila Young Gun. menunjukkan perubahan setelah insiden pelanggaran waktu itu, tidak akan berdampak banyak pada evaluasinya. Ia memastikan kalau bisa mengerti maksudnya.
“Sudah kubilang aku tidak mau kuliah. Apa Bapak mengerti atau tidak?” kata Young Gun. Guru Shim seperti mencoba untuk bisa menenangkan anak didiknya.
“Aku tidak bisa masuk kuliah dengan nilaiku yang sekarang. Apa kalau pengurangan poinku ditarik aku tetap bisa kuliah?” tegas Young Gun lalu keluar dari ruangan memberikan hormat.
“Pak Shim... Jangan buang waktumu untuk anak-anak semacam itu. Tulis saja evaluasi singkat untuk mereka. Omongannya tadi benar. Lagipula dia tidak akan bisa masuk kuliah. Kau bilang pada mereka untuk fokus, memilih dan melakukan segala yang mereka bisa.” Ucap Guru Jang lalu berjalan pergi. Guru Shim hanya diam saja. 



 Eun Ho melihat di layar komputer dengan webtoon, sementara Dae Hwi melihat syarat-syarat masuk ke universitas. Eun Ho tiba-tiba mengeluh kalau mengila, Dae Hwi bertanya ada apa dengan Eun Ho.
“Aku harus mengisi evaluasiku, tapi tidak tahu bagaimana caranya.” Kata Eun Ho. Dae Hwi binggung kenapa Eun Ho tak bisa melakukanya.
“Kau bisa buat saja evaluasimu ke dalam seri webtoon. Kalau kau dapat respon bagus, mungkin akan membantumu masuk kuliah nanti.” Ucap Dae Hwi. Eun Ho memikirkanya.
“Aku sudah berencana mau membuatnya, Tapi apa bisa?” kata Eun Ho seperti tak yakin. Dae Hwi menyakinkan kalau mungkin saja bisa.
“Kau 'kan jago menggambar.” Kata Dae Hwi. Eun Ho mulai merasa bangga dengan dirinya.
“Apa menurutmu aku sejago itu? Apa kau pernah lihat gambarku?” tanya Eun Ho. Dae Hwi mengaku pernah
“Kau beruntung, kau tidak perlu mencemaskan apapun, karena kau adalah murid top sekolah.” Ungkap Eun Ho lalu Dae Hwi teringat kalau mereka harus bersih-bersih. Eun Ho mulai mengumpat kesal. 

Ketiga bertemu dengan Guru Koo di ruangan dengan wajah tertunduk. Guru Koo, mengomel kalau seperti ini  yang dianggap "bersih", maka akan memperpanjang hukuman. Eun Ho dan Dae Hwi mengangguk mengerti. Guru Goo menyuruh ketiganya pergi.
Saat itu Bit Na bertemu dengan serang guru, Guru itu memberikan selamat karena Bit Na berada di peringka pertama. Bit Na memastikan kalau Tidak ada kompetisi seni lagi, Guru itu pun mengatakan tidak ada. Eun Ho mendengarnya langsung menghampiri bertanya apakah Memang ada lomba seni. Bit Na tak banyak komentar memilih untuk pamit pergi.

Eun Ho ingin tahu kapan karena tidak tahu soal itu. Guru itu mengaku sebenarnya sudah diumumkan dan menyalakan Eun Ho yang pasti ketinggalan informasi. Eun Ho mengaku kaalu tidak melihat satu pengumuman apapun.
“Jangan bilang.. kalian sengaja tidak memberitahuku.” Ucap Eun Ho curiga
“Lagipula peringkatmu tidak cukup tinggi dan tidak akan ada gunanya untuk mengikutinya. Itu tidak akan membantumu masuk kuliah.” Kata Gurunya mengejek
“Tunggu. Membantu atau tidak, kau seharusnya memberi kami kesempatan yang sama. Bagaimana bisa.. sekolah bertindak diskriminatif terhadap siswa-siswanya?” kata Eun Ho tak terima. Guru tersebut memperingatakn Eun Ho kalau Hati-hati kalau bicara.
“Izinkan aku mengatakan satu hal lagi. Semua murid di Geumdo memiliki hidup yang sama berharganya. Murid-murid top bukan satu-satunya yang harus diutamakan.” Tegas Eun Ho lalu keluar dari ruangan. 

Dae Hwi dan Tae Woon akan menaiki tangga bertemu dengan guru Jang. Guru Jang bertanya Apa kompetisinya sudah diumumkan. Dae Hwi bingung dengan Kompetisi. Guru Jang mengatakan kalau ini tentang Kompetisi Matematikan dan Tae Woon datang karena hal itu.
“Direktur sedang.. Pokoknya, kau akan diberitahu nanti.” Ucap Guru Jang lalu beranjak pergi. Dae Hwi makin sinis melihat Tae Woon. 

“Apa kau masih hidup begitu? Kau masih saja menurut pada ayahmu.” Ejek Dae Hwi
“Cemaskan saja dirimu sendiri... Oh, tidak. Bukankah sudah waktunya untuk mengerjakan PR-nya Hee Chan?” balas Tae Woon.
“Apa yang kau tahu soal aku?” ucap Dae Hwi. Tae Woon mengaku kalau  tahu semuanya.
“Apa kau berharap dia akan melemparkan lembaran uang ke mukamu?” ejek Tae Woon. Dae Hwi menyuruh Tae Woon untuk diam.
“Tapi sekali lagi, kenapa juga kau harus ikut kompetisi Matematika?” balas Dae Hwi lalu melangkah pergi. 

Tae Woon baru saja masuk kamar, Tuan Hyun masuk kamar memberitahu kalau Akan ada sebuah kompetisi Matematika sebentar lagi dan memberikan lembar jawabannya, jadi Tae Woon hanya tinggal hafalkan saja. Tae Woon menegaskan tidak akan ikut.
“Berikan kesempatan ini pada anak-anak yang merasa putus asa itu. Aku tidak apa-apa.” Ucap Tae Woon.
“Apa masalahmu sebenarnya? Semua orang bahkan rela membunuh demi mendapatkan kesempatan ini.” Kata Tuan Hyun heran. Tae Woon menegaskan karena itu dirinya tidak mau dan memalukan.
“Belakangan ini kau lumayan tenang. Apa kau sedang bosan?” komentar Tuan Hyun.
“Jangan cemas. Aku tidak akan buat masalah. Lagian Ayah pasti akan membereskannya untukku. Saat aku menghajar temanku, saat temanku meninggal, maka Ayah melakukan hal yang sama.” Ucap Tae Woon sinis
Tuan Hyun pikir kalau Tae Woon harus sadar dan tidak akan membiarkan anaknya hidup sesukanya. Tae Woon hanya bisa diam saja dan membuang lembaran jawaban lalu menatap foto temanya yang sudah meninggal. 


Flash Back
Tae Woon duduk sendirian terlihat sangat shock, beberapa anak buah ayahnya datang dengan seorang dokter yang memeriksanya. Dae Hwi datang ingin melihat Joong Ki dengan wajah panik, tapi ditahan oleh polisi. Lalu melihat Tae Woon dan memanggilnya, tapi temanya seperti acuh padanya.
Tuan Hyun berbicara di telp kalau  Semua terekam di kamera black box tapi pada Kenyataannya, kalau Joong Gi mendadak memotong ke depan bus dan anak nakal. Lalu ponsel Tae Woon berdiring, Dae Hwi menelpnya dengan sengaja Tuan Hyun menutupnya.
“Sekolah sepertinya tidak perlu mengatakan apa-apa kecuali.. Ahh... Bagus juga kalau itu yang dijadikan berita utama. Aku senang berkenalan dengan reporter sepertimu.” Ucap Tuan Hyun pada reporter. Setelah itu berbicara di telp dengan seorang reporter. 
Sementara Tae Woon berada dirumah sakit, tanpa menyentuh makanan dan berpura-pura tidur saat perawat masuk. Setelah melihat kalender, lalu diam-diam kabur dari rumah sakit. Dae Hwi duduk sendirian di rumah duka Joong Gi sementara Ibu Joong Gi sedang bertemu seseorang.
“Aku ikut berbelasungkawa dan Ini dari direktur.” Ucap seseorang. Ibu Joong Gi menerimanya lalu duduk disamping Dae Hwi. Dae Hwi melihat amplop bertuliskan  “Direktur SMA Geumdo, Hyun Kang Woo”

“Kami memutuskan untuk mengkremasinya besok. Lagipula tidak akan ada yang datang. Membuatnya menunggu lama di sini hanya akan menyiksanya. Aku ingin dia melupakan dunia yang kejam ini dan pergi jauh dari sini. Lalu Di mana Tae Woon?” ucap Ibu Joong Gi duduk bersama Dae Hwi.
Tae Woon sedang berjalan di lorong dan tak sengaja melihat seseorang yang berpapasan denganya. Ibu Joong Gi mengucapkan terimakasih pada Dae Hwi, dengan menceritakan kalau Joong Gi sering sekali membanggakannya dan selalu  bilang Dae Hwi pintar dan tampan serta baik.
“Kapan saja dia bicara, dia pasti membicarakan kau dan Tae Woon. Dia ingin berhenti sekolah, tapi karena bertemu dengan kalian.... Seandainya saja aku lebih muda.. Seandainya usiaku lebih muda dari ini, Joong Gi.. tidak akan mati seperti itu di jalanan. Joong Gi-ku yang malang.” Ungkap Ibu Joong Gi. Dae Hwi hanya bisa menangis dan Tae Woon melihat amplop yang diberikan oleh ayahnya. 


Ibu Joong Ki pergi ke sekolah dengan memohon pada petugas agar bisa anaknya pasti ingin melihat ruang kelasnya. Tae Woon dan yang lainya melihat dari depan sekolah. Petugas juga berharap bisa mengizinkannya, tapi tidak bisa melakukanya. Ibu Joong Gi memohon agar bisa mengizinkan sekali saja.  Tae Woon melihat dari kejauhan lalu ketika saling menatap dengan ibu Joong Gi memilih untuk pergi.

Di ruang Kepala sekolah.
Tuan Hyun pikir Kalau guci abunya masuk ke sekolah, maka itu akan mengganggu anak-anak dan ditambah lagi Sekarang adalah waktunya ujian. Kepsek Yang pun menyetujuinya.  Tuan Hyun pikir kalau mereka membuat gosip untuk dibicarakan orang-orang, maka mereka akan terus mencari tahu. Tae Woon datang menemui ayahnya dan langsung berlutut.

“Ayah... Kumohon.. Izinkan Joong Gi melihat sekolah sebelum dia pergi. Kumohon, aku mohon padamu.” Ucap Tae Woon dengan wajah pucat memohon pada ayahnya.
“Mohon izinkan dia melihat sekolah sekali ini saja. Aku akan menurut pada Ayah mulai sekarang. Kumohon, izinkan dia masuk. Aku sudah berhutang pada Joong Gi.. Sekali ini saja!” ucap Tae Woon. Tuan Hyun dengan tatapan sinis memilih untuk pergi dan tak mengubrisnya. 

Tae Woon menatap foto temanya merasa akalu Dulu dan sekarang,tetap saja seorang pecundang lalu melihat ada Kupon Ayam gratis yang diberikan Eun Ho. Lalu keluar mengemudikan motornya. Eun Ho pun datang ke atap gedung dengan sepedanya.
“Hei, kau! Siapa yang memesan ayam jauh-jauh ke sini dan Pakai kupon gratis pula.” Keluh Eun Ho kesal
“Katanya ada gadis cantik yang akan mengantarnya. Apa dia ikut?” ejek Tae Woon mencari-cari gadis cantik.
“Ini.. cuma alasanmu saja 'kan? Apa kau suka.... bikin masalah denganku?” ucap Eun Ho kesal. Tae Woon sebelumnya terlihat gugup merasa lega, dan membenarkan ucapan Eun Ho.
“Aku akan memikirkan cara lain lain kali.” Komentar Tae Woo lalu terlihat sedikit gelisah.
Eun Ho langsung bisa melihatnya dan bertanya apakah Tae Woon ketahuan ayahnya. Tae Woon menegaskan kalau dirinya berbeda dengan Eun Ho yang selalu tertangkap basah, lalu melihat brosur yang dibawa Eun Ho sambil bertanya apakah tidak kerja hari ini
“Tentu saja aku bekerja keras hari ini.” Kata Eun Ho. Tae Woon pun memuji Eun Ho yang bekerja sangat keras.
“Aku harus bekerja amat sangat keras, supaya aku tidak merasa bersalah. Aku ini hidup demi orang lain dan akan melakukan yang terbaik dalam segala hal demi dia. Aku merasa bersalah, makanya aku harus berusaha keras. Jadi, jangan buang waktumu dan hiduplah dengan baik.” Tegas Eun Ho.
Tae Woon pun menatapnya, Eun Ho  tahu Tae Woon pasti memikirkan Joong Gi lebih dari dirinya yang terus memikirkannya. Keduanya pun duduk bersama dengan sama-sama mengenang Joong Gi. 

Dae Hwi melihat pengumuman Kompetisi Matematika di papan. Hee Chan duduk didepanya terlihat gelisah, lalu  memberanikan diri dengan bertanya apakah Dae Hwi mau ikut kompetisi. Dae Hwi mengangguk kalau mau mencoba.
“Seorang Profesor dari Seoyul akan jadi jurinya. Kudengar soal-soalnya akan lumayan susah. Mereka bilang akan susah kalau kau tidak mempersiapkan diri.” Kata Hee Chan seperti tak ingin Dae Hwi ikut
“Aku tetap merasa percaya diri kalau soal Matematika. Jadi Aku akan mencoba.” Kata Dae Hwi. Hee Chan pun tak bisa berkata apa-apa lagi dan mengucapkan Semoga beruntung.
Dae Hwi pergi ke toko buku mengambil buku Pelajaran SMA. Lalu mencoba mengerjakan semua soal dibukunya, tiba-tiba ia melihat tetesan darah dibukunya. Ia pun buru-buru mengambil tissue dan menahanya agar tak menetes. 
Dae Hwi terus belajar disekolah, Hee Chan yang melihat terlihat tak nyaman. Hak Joong datang bertanya apakah Hee Chan sudah menyelesaikan soal untuk kompetisiny, menurutnya Susah juga padhal tahu jawabannya, tapi masih tidak paham. Dae Hwi merasa heran dengan menanyakan kalau mereka membahas Soal kompetisinya.
“Apa Kau tahu jawabannya?” ucap Dae Hwi curiga. Hee Chan terlihat gugup menjelaskanya.
“Beritahu saja dia, Supaya dia tidak buang waktu.” Kata Hak Joong. Hee Chan memberitahu kalau ini adalah tes yang penting.

“Apa Kalian.. dapat lembar jawabannya?” kata Dae Hwi tak percaya.
“Tae Woon... pasti akan jadi juara satunya. Bukan hanya kita” kata Hak Joong. Dae Hwi makin tak percaya kalau Tae Woon juga ikut kompetisinya, dengan meremas bukunya menahan amarah. 
 Hee Chan berbicara  dengan Dae Hwi kalau ini semua tentang peningkatan spesifikasi anak-anak tertentu. Dan Kali ini, sepertinya tidak ada tempat buat Dae Hwi. Dae Hwi tak terima dianggap Tidak ada tempat buatnya, lalu mengejek kalau itu memang bagus.
“Apa aku barusan salah dengar?” ucap Hee Chan. Dae Hwi mengaku tidak lalu berjalan pergi dan tak sengaja berpapasan dengan Tae Woon.

“Uang benar-benar luar biasa. Kalau ayahmu kaya, maka kau bisa jadi pintar juga.” Sindir Dae Hwi. Tae Woon yang tak mengerti apapun dibuat binggung menahan Dae Hwi yang akan pergi.
“Lepaskan.  Kalau kau terus menggangguku, maka aku akan menghabisi kalian semua.” Kata Dae Hwi terlihat sangat marah.
“Dia dan harga dirinya itu.” Komentar Hee Chan. Tae Woon heran dengan tingkah Dae Hwi seperti sangat marah padanya dan bertanya pada Hee Chan.
“Ini soal kompetisi Matematika. Dia tidak tahu, dan malah belajar keras. Kami lalu memberitahu dia kalau pemenangnya sudah ditentukan Dan dia marah. Dasar Dia tidak tahu diri.” Ucap  Hee Chan.
“Kau benar-benar orang yang konsisten.” Ungkap Tae Woon. Hee Chan tak mengerti maksudnya.  
“Kau selalu konsisten dengan kebusukanmu itu.” Ejek Tae Woon lalu berjalan pergi. 
Sementara Dae Hwi yang sangat marah memilih untuk merobek semua buku matematikanya, seperti percuma saja belajar karena sudah ditentukan siapa juaranya. Akhirnya ia pulang kerumah melihat ibunya duduk dengan seseorang bertanya apa yang sedang dilakukanya.
“Ibu mau buat kartu kredit dan butuh penjamin. Tapi dia masih anak SMA. Apa tidak masalah.” Ucap Ibu Dae Hwi
“Sebenarnya tidak boleh. Tapi kalau dia menandatangani pernyataan kalau dia sudah dewasa, itu akan diperbolehkan.” Kata si wanita. Ibunya pun meminta agar Dae Hwi bisa mengisi formulir. Dae Hwi langsung merobeks berkas, ibunya terlihat binggung.
“Kumohon hentikan semua ini... berhentilah...” ucap Dae Hwi sambil menangis. Ibunya dibuat binggung dengan sikap anaknya. 

Guru Shim memberikan tepuk tangan pada Dae Hwi karena memenangkan lomba kontes Universitas Hanguk jadi akan diterima dan sangat yakin.  Da Hwi memberitahu Guru Shim kalau tidak bisa masuk Hanguk karena Keluarganya tidak akan bisa bayar biaya kuliah di kampus swasta.
“Aku harus masuk Seoyul, tidak peduli bagaimanapun caranya.” Tegas Dae Hwi
“Apa kau mencemaskan soal evaluasi siswa? Ikuti saja kompetisi di sekolah sebanyak yang kau bisa.” Kata Guru Shim menyakinkan. Dae Hwi tahu tapi tidak ada banyak kompetisi.
“Ada 3 kompetisi lagi di semester ini.” Kata Guru Shim melihat jadwal
“Kalau aku memenangkan semuanya, hanya 3 kolom yang akan terisi. Bapak tahu, ada lomba Matematika dalam waktu dekat.” Kata Dae Hwi. Guru Shim menyuruh Dae Hwi agar ikut saja.
“Kau harus menang, tidak peduli bagaimanapun caranya. Seoyul mempertimbangkan Matematika dan sains sebagai syarat masuk utama. Selama ini kau paling jago Matematika.” Kata Guru Shim yang tak tahu apapun. Dae Hwi mengangguk mengerti lalu mengucapkan terimakasih. Guru Shim pun berharap Dae Hwi beruntung. Dae Hwi berjalan keluar melihat petugas yang membawa masuk berkas Kompetisi Matematika Sekolah. 

Dae Hwi berdiri menatap ke arah gedung yang bergemerlapan, mengingat kembali ucapan konsultan  kalau dirinya adalah murid top sekolah Tapi, Seoyul tetap terlalu berat, serta tidak punya cukup banyak piagam penghargaan, dan itu berdampak pada Dae Hwi.
“Kau tahu..ini semua dilakukan untuk meningkatkan spesifikasi beberapa siswa saja.Kali ini tidak akan ada tempat untukmu.” Kata Hee Chan. Dae Hwi menatap kunci sekolah yang dititipkan oleh guru Shim padanya. 


Tae Woon melihat hasil gambar Eun Ho sambil mengeluh Ceritanya kalau pahlawannya memberikan Lemonade dan bukan yang lain menurutnya EuN ho harus menjelaskan kenapa pahlawan bisa berpikiran seperti itu. Eun Ho pun ingin tahu alasan dari pahlawan itu. Keduanya tiba-tiba saling menatap dan sangat dekat.
“Sejak kapan kita duduk sedekat ini?” keluh Tae Woon. Eun Ho ingin tahu apa yang dipikirkan oleh si pelaku. Tae Woon mengejek Eun Ho yang bodoh dan lebih baik tak membahasnya lagi.
“Memangnya apa? Dia memberikan lemonade. Jadi kira-kira apa?” kata Eun Ho kembali mendekat.
“Jadi.. kalau kau merasa bersimpati sedikit saja pada si pahlawan, bukankah seharusnya kau paham bagaimana perasaannya?” ucap Tae Woon. Eun Ho merasa itu sudah dengan memikirkan Bersimpati.
Tae Woon melihat Eun Ho akan pergi dan bertanya mau kemana.  Eun Ho mengaku kalau ingin Cari angin. Tae Woon mengeluh dengan Eun Ho yang akan pergi dimalam hari. 

Saat Eun Ho berjalan sendirian, melihat sosok dengan jaket hitam seperti X berjalan masuk ke sekolah. Ia pun mengikutinya, Si pelaku sengaja membuka lemari untuk Kompetisi Matematika Sekolah dan mengambil Soal dan Jawaban Kompetisi Matematika Sekolah. Saat itu Eun Ho melihatnya, si pelaku langsung kabur dari pintu belakang.
Kejar-kejaran pun terjadi. Tae Woon berjalan melihat Eun Ho yang mengejar seseorang dan mulai mengikutinya. Eun Ho sempat tersandung dan kehilangan arah, lalu berusaha mencari dan tak sengaja bertemu kembali dengan sipelaku. Eun Ho dibuat kaget saat melihat ternyata Dae Hwi yang mengambil lembaran soal dan jawaban kompetisi matematika. Dae Hwi pun juga ikut kaget melihat Eun Ho yang berhasil memergokinya.
bersambung ke episode 6 

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar