Guru Shim
berbicara pada Young Gun. kalau Pihak pengawas mengatakan.. apabila Young Gun. menunjukkan
perubahan setelah insiden pelanggaran waktu itu, tidak akan berdampak banyak
pada evaluasinya. Ia memastikan kalau bisa mengerti maksudnya.
“Sudah
kubilang aku tidak mau kuliah. Apa Bapak mengerti atau tidak?” kata Young Gun.
Guru Shim seperti mencoba untuk bisa menenangkan anak didiknya.
“Aku
tidak bisa masuk kuliah dengan nilaiku yang sekarang. Apa kalau pengurangan
poinku ditarik aku tetap bisa kuliah?” tegas Young Gun lalu keluar dari ruangan
memberikan hormat.
“Pak
Shim... Jangan buang waktumu untuk anak-anak semacam itu. Tulis saja evaluasi
singkat untuk mereka. Omongannya tadi benar. Lagipula dia tidak akan bisa masuk
kuliah. Kau bilang pada mereka untuk fokus, memilih dan melakukan segala yang mereka
bisa.” Ucap Guru Jang lalu berjalan pergi. Guru Shim hanya diam saja.
“Aku harus
mengisi evaluasiku, tapi tidak tahu bagaimana caranya.” Kata Eun Ho. Dae Hwi
binggung kenapa Eun Ho tak bisa melakukanya.
“Kau bisa
buat saja evaluasimu ke dalam seri webtoon. Kalau kau dapat respon bagus,
mungkin akan membantumu masuk kuliah nanti.” Ucap Dae Hwi. Eun Ho memikirkanya.
“Aku
sudah berencana mau membuatnya, Tapi apa bisa?” kata Eun Ho seperti tak yakin.
Dae Hwi menyakinkan kalau mungkin saja bisa.
“Kau 'kan
jago menggambar.” Kata Dae Hwi. Eun Ho mulai merasa bangga dengan dirinya.
“Apa menurutmu
aku sejago itu? Apa kau pernah lihat gambarku?” tanya Eun Ho. Dae Hwi mengaku
pernah
“Kau
beruntung, kau tidak perlu mencemaskan apapun, karena kau adalah murid top
sekolah.” Ungkap Eun Ho lalu Dae Hwi teringat kalau mereka harus bersih-bersih.
Eun Ho mulai mengumpat kesal.
Ketiga
bertemu dengan Guru Koo di ruangan dengan wajah tertunduk. Guru Koo, mengomel
kalau seperti ini yang dianggap
"bersih", maka akan memperpanjang hukuman. Eun Ho dan Dae Hwi
mengangguk mengerti. Guru Goo menyuruh ketiganya pergi.
Saat itu
Bit Na bertemu dengan serang guru, Guru itu memberikan selamat karena Bit Na
berada di peringka pertama. Bit Na memastikan kalau Tidak ada kompetisi seni
lagi, Guru itu pun mengatakan tidak ada. Eun Ho mendengarnya langsung menghampiri
bertanya apakah Memang ada lomba seni. Bit Na tak banyak komentar memilih untuk
pamit pergi.
Eun Ho
ingin tahu kapan karena tidak tahu soal itu. Guru itu mengaku sebenarnya sudah
diumumkan dan menyalakan Eun Ho yang pasti ketinggalan informasi. Eun Ho
mengaku kaalu tidak melihat satu pengumuman apapun.
“Jangan
bilang.. kalian sengaja tidak memberitahuku.” Ucap Eun Ho curiga
“Lagipula
peringkatmu tidak cukup tinggi dan tidak akan ada gunanya untuk mengikutinya. Itu
tidak akan membantumu masuk kuliah.” Kata Gurunya mengejek
“Tunggu.
Membantu atau tidak, kau seharusnya memberi kami kesempatan yang sama.
Bagaimana bisa.. sekolah bertindak diskriminatif terhadap siswa-siswanya?” kata
Eun Ho tak terima. Guru tersebut memperingatakn Eun Ho kalau Hati-hati kalau
bicara.
“Izinkan
aku mengatakan satu hal lagi. Semua murid di Geumdo memiliki hidup yang sama
berharganya. Murid-murid top bukan satu-satunya yang harus diutamakan.” Tegas
Eun Ho lalu keluar dari ruangan.
Dae Hwi
dan Tae Woon akan menaiki tangga bertemu dengan guru Jang. Guru Jang bertanya Apa
kompetisinya sudah diumumkan. Dae Hwi bingung dengan Kompetisi. Guru Jang
mengatakan kalau ini tentang Kompetisi Matematikan dan Tae Woon datang karena
hal itu.
“Direktur
sedang.. Pokoknya, kau akan diberitahu nanti.” Ucap Guru Jang lalu beranjak
pergi. Dae Hwi makin sinis melihat Tae Woon.
“Apa kau
masih hidup begitu? Kau masih saja menurut pada ayahmu.” Ejek Dae Hwi
“Cemaskan
saja dirimu sendiri... Oh, tidak. Bukankah sudah waktunya untuk mengerjakan
PR-nya Hee Chan?” balas Tae Woon.
“Apa yang
kau tahu soal aku?” ucap Dae Hwi. Tae Woon mengaku kalau tahu semuanya.
“Apa kau
berharap dia akan melemparkan lembaran uang ke mukamu?” ejek Tae Woon. Dae Hwi
menyuruh Tae Woon untuk diam.
“Tapi
sekali lagi, kenapa juga kau harus ikut kompetisi Matematika?” balas Dae Hwi
lalu melangkah pergi.
Tae Woon
baru saja masuk kamar, Tuan Hyun masuk kamar memberitahu kalau Akan ada sebuah
kompetisi Matematika sebentar lagi dan memberikan lembar jawabannya, jadi Tae
Woon hanya tinggal hafalkan saja. Tae Woon menegaskan tidak akan ikut.
“Berikan
kesempatan ini pada anak-anak yang merasa putus asa itu. Aku tidak apa-apa.”
Ucap Tae Woon.
“Apa
masalahmu sebenarnya? Semua orang bahkan rela membunuh demi mendapatkan kesempatan
ini.” Kata Tuan Hyun heran. Tae Woon menegaskan karena itu dirinya tidak mau
dan memalukan.
“Belakangan
ini kau lumayan tenang. Apa kau sedang bosan?” komentar Tuan Hyun.
“Jangan
cemas. Aku tidak akan buat masalah. Lagian Ayah pasti akan membereskannya
untukku. Saat aku menghajar temanku, saat temanku meninggal, maka Ayah
melakukan hal yang sama.” Ucap Tae Woon sinis
Tuan Hyun
pikir kalau Tae Woon harus sadar dan tidak akan membiarkan anaknya hidup
sesukanya. Tae Woon hanya bisa diam saja dan membuang lembaran jawaban lalu
menatap foto temanya yang sudah meninggal.
Flash Back
Tae Woon
duduk sendirian terlihat sangat shock, beberapa anak buah ayahnya datang dengan
seorang dokter yang memeriksanya. Dae Hwi datang ingin melihat Joong Ki dengan
wajah panik, tapi ditahan oleh polisi. Lalu melihat Tae Woon dan memanggilnya,
tapi temanya seperti acuh padanya.
Tuan Hyun
berbicara di telp kalau Semua terekam di
kamera black box tapi pada Kenyataannya, kalau Joong Gi mendadak memotong ke
depan bus dan anak nakal. Lalu ponsel Tae Woon berdiring, Dae Hwi menelpnya
dengan sengaja Tuan Hyun menutupnya.
“Sekolah
sepertinya tidak perlu mengatakan apa-apa kecuali.. Ahh... Bagus juga kalau itu
yang dijadikan berita utama. Aku senang berkenalan dengan reporter sepertimu.”
Ucap Tuan Hyun pada reporter. Setelah itu berbicara di telp dengan seorang
reporter.
Sementara
Tae Woon berada dirumah sakit, tanpa menyentuh makanan dan berpura-pura tidur
saat perawat masuk. Setelah melihat kalender, lalu diam-diam kabur dari rumah
sakit. Dae Hwi duduk sendirian di rumah duka Joong Gi sementara Ibu Joong Gi
sedang bertemu seseorang.
“Aku ikut
berbelasungkawa dan Ini dari direktur.” Ucap seseorang. Ibu Joong Gi
menerimanya lalu duduk disamping Dae Hwi. Dae Hwi melihat amplop bertuliskan “Direktur SMA Geumdo, Hyun Kang Woo”
“Kami
memutuskan untuk mengkremasinya besok. Lagipula tidak akan ada yang datang. Membuatnya
menunggu lama di sini hanya akan menyiksanya. Aku ingin dia melupakan dunia
yang kejam ini dan pergi jauh dari sini. Lalu Di mana Tae Woon?” ucap Ibu Joong
Gi duduk bersama Dae Hwi.
Tae Woon
sedang berjalan di lorong dan tak sengaja melihat seseorang yang berpapasan
denganya. Ibu Joong Gi mengucapkan terimakasih pada Dae Hwi, dengan
menceritakan kalau Joong Gi sering sekali membanggakannya dan selalu bilang Dae Hwi pintar dan tampan serta baik.
“Kapan
saja dia bicara, dia pasti membicarakan kau dan Tae Woon. Dia ingin berhenti
sekolah, tapi karena bertemu dengan kalian.... Seandainya saja aku lebih muda..
Seandainya usiaku lebih muda dari ini, Joong Gi.. tidak akan mati seperti itu
di jalanan. Joong Gi-ku yang malang.” Ungkap Ibu Joong Gi. Dae Hwi hanya bisa
menangis dan Tae Woon melihat amplop yang diberikan oleh ayahnya.
Ibu Joong
Ki pergi ke sekolah dengan memohon pada petugas agar bisa anaknya pasti ingin
melihat ruang kelasnya. Tae Woon dan yang lainya melihat dari depan sekolah.
Petugas juga berharap bisa mengizinkannya, tapi tidak bisa melakukanya. Ibu
Joong Gi memohon agar bisa mengizinkan sekali saja. Tae Woon melihat dari kejauhan lalu ketika
saling menatap dengan ibu Joong Gi memilih untuk pergi.
Di ruang
Kepala sekolah.
Tuan Hyun
pikir Kalau guci abunya masuk ke sekolah, maka itu akan mengganggu anak-anak
dan ditambah lagi Sekarang adalah waktunya ujian. Kepsek Yang pun
menyetujuinya. Tuan Hyun pikir kalau
mereka membuat gosip untuk dibicarakan orang-orang, maka mereka akan terus
mencari tahu. Tae Woon datang menemui ayahnya dan langsung berlutut.
“Ayah...
Kumohon.. Izinkan Joong Gi melihat sekolah sebelum dia pergi. Kumohon, aku
mohon padamu.” Ucap Tae Woon dengan wajah pucat memohon pada ayahnya.
“Mohon
izinkan dia melihat sekolah sekali ini saja. Aku akan menurut pada Ayah mulai
sekarang. Kumohon, izinkan dia masuk. Aku sudah berhutang pada Joong Gi..
Sekali ini saja!” ucap Tae Woon. Tuan Hyun dengan tatapan sinis memilih untuk
pergi dan tak mengubrisnya.
Tae Woon
menatap foto temanya merasa akalu Dulu dan sekarang,tetap saja seorang
pecundang lalu melihat ada Kupon Ayam gratis yang diberikan Eun Ho. Lalu keluar
mengemudikan motornya. Eun Ho pun datang ke atap gedung dengan sepedanya.
“Hei,
kau! Siapa yang memesan ayam jauh-jauh ke sini dan Pakai kupon gratis pula.”
Keluh Eun Ho kesal
“Katanya
ada gadis cantik yang akan mengantarnya. Apa dia ikut?” ejek Tae Woon
mencari-cari gadis cantik.
“Ini..
cuma alasanmu saja 'kan? Apa kau suka.... bikin masalah denganku?” ucap Eun Ho
kesal. Tae Woon sebelumnya terlihat gugup merasa lega, dan membenarkan ucapan
Eun Ho.
“Aku akan
memikirkan cara lain lain kali.” Komentar Tae Woo lalu terlihat sedikit
gelisah.
Eun Ho
langsung bisa melihatnya dan bertanya apakah Tae Woon ketahuan ayahnya. Tae
Woon menegaskan kalau dirinya berbeda dengan Eun Ho yang selalu tertangkap
basah, lalu melihat brosur yang dibawa Eun Ho sambil bertanya apakah tidak
kerja hari ini
“Tentu saja
aku bekerja keras hari ini.” Kata Eun Ho. Tae Woon pun memuji Eun Ho yang
bekerja sangat keras.
“Aku harus
bekerja amat sangat keras, supaya aku tidak merasa bersalah. Aku ini hidup demi
orang lain dan akan melakukan yang terbaik dalam segala hal demi dia. Aku
merasa bersalah, makanya aku harus berusaha keras. Jadi, jangan buang waktumu
dan hiduplah dengan baik.” Tegas Eun Ho.
Tae Woon
pun menatapnya, Eun Ho tahu Tae Woon
pasti memikirkan Joong Gi lebih dari dirinya yang terus memikirkannya. Keduanya
pun duduk bersama dengan sama-sama mengenang Joong Gi.
Dae Hwi
melihat pengumuman Kompetisi Matematika di papan. Hee Chan duduk didepanya
terlihat gelisah, lalu memberanikan diri
dengan bertanya apakah Dae Hwi mau ikut kompetisi. Dae Hwi mengangguk kalau mau
mencoba.
“Seorang
Profesor dari Seoyul akan jadi jurinya. Kudengar soal-soalnya akan lumayan
susah. Mereka bilang akan susah kalau kau tidak mempersiapkan diri.” Kata Hee
Chan seperti tak ingin Dae Hwi ikut
“Aku
tetap merasa percaya diri kalau soal Matematika. Jadi Aku akan mencoba.” Kata Dae
Hwi. Hee Chan pun tak bisa berkata apa-apa lagi dan mengucapkan Semoga
beruntung.
Dae Hwi pergi
ke toko buku mengambil buku Pelajaran SMA. Lalu mencoba mengerjakan semua soal
dibukunya, tiba-tiba ia melihat tetesan darah dibukunya. Ia pun buru-buru
mengambil tissue dan menahanya agar tak menetes.
Dae Hwi
terus belajar disekolah, Hee Chan yang melihat terlihat tak nyaman. Hak Joong datang
bertanya apakah Hee Chan sudah menyelesaikan soal untuk kompetisiny, menurutnya
Susah juga padhal tahu jawabannya, tapi masih tidak paham. Dae Hwi merasa heran
dengan menanyakan kalau mereka membahas Soal kompetisinya.
“Apa Kau
tahu jawabannya?” ucap Dae Hwi curiga. Hee Chan terlihat gugup menjelaskanya.
“Beritahu
saja dia, Supaya dia tidak buang waktu.” Kata Hak Joong. Hee Chan memberitahu
kalau ini adalah tes yang penting.
“Apa
Kalian.. dapat lembar jawabannya?” kata Dae Hwi tak percaya.
“Tae
Woon... pasti akan jadi juara satunya. Bukan hanya kita” kata Hak Joong. Dae
Hwi makin tak percaya kalau Tae Woon juga ikut kompetisinya, dengan meremas
bukunya menahan amarah.
Hee Chan
berbicara dengan Dae Hwi kalau ini semua
tentang peningkatan spesifikasi anak-anak tertentu. Dan Kali ini, sepertinya
tidak ada tempat buat Dae Hwi. Dae Hwi tak terima dianggap Tidak ada tempat
buatnya, lalu mengejek kalau itu memang bagus.
“Apa aku
barusan salah dengar?” ucap Hee Chan. Dae Hwi mengaku tidak lalu berjalan pergi
dan tak sengaja berpapasan dengan Tae Woon.
“Uang
benar-benar luar biasa. Kalau ayahmu kaya, maka kau bisa jadi pintar juga.” Sindir
Dae Hwi. Tae Woon yang tak mengerti apapun dibuat binggung menahan Dae Hwi yang
akan pergi.
“Lepaskan. Kalau kau terus menggangguku, maka aku akan
menghabisi kalian semua.” Kata Dae Hwi terlihat sangat marah.
“Dia dan
harga dirinya itu.” Komentar Hee Chan. Tae Woon heran dengan tingkah Dae Hwi
seperti sangat marah padanya dan bertanya pada Hee Chan.
“Ini soal
kompetisi Matematika. Dia tidak tahu, dan malah belajar keras. Kami lalu
memberitahu dia kalau pemenangnya sudah ditentukan Dan dia marah. Dasar Dia tidak
tahu diri.” Ucap Hee Chan.
“Kau
benar-benar orang yang konsisten.” Ungkap Tae Woon. Hee Chan tak mengerti
maksudnya.
“Kau
selalu konsisten dengan kebusukanmu itu.” Ejek Tae Woon lalu berjalan pergi.
Sementara
Dae Hwi yang sangat marah memilih untuk merobek semua buku matematikanya,
seperti percuma saja belajar karena sudah ditentukan siapa juaranya. Akhirnya
ia pulang kerumah melihat ibunya duduk dengan seseorang bertanya apa yang
sedang dilakukanya.
“Ibu mau
buat kartu kredit dan butuh penjamin. Tapi dia masih anak SMA. Apa tidak
masalah.” Ucap Ibu Dae Hwi
“Sebenarnya
tidak boleh. Tapi kalau dia menandatangani pernyataan kalau dia sudah dewasa, itu
akan diperbolehkan.” Kata si wanita. Ibunya pun meminta agar Dae Hwi bisa
mengisi formulir. Dae Hwi langsung merobeks berkas, ibunya terlihat binggung.
“Kumohon
hentikan semua ini... berhentilah...” ucap Dae Hwi sambil menangis. Ibunya dibuat
binggung dengan sikap anaknya.
Guru Shim
memberikan tepuk tangan pada Dae Hwi karena memenangkan lomba kontes Universitas
Hanguk jadi akan diterima dan sangat yakin.
Da Hwi memberitahu Guru Shim kalau tidak bisa masuk Hanguk karena
Keluarganya tidak akan bisa bayar biaya kuliah di kampus swasta.
“Aku
harus masuk Seoyul, tidak peduli bagaimanapun caranya.” Tegas Dae Hwi
“Apa kau
mencemaskan soal evaluasi siswa? Ikuti saja kompetisi di sekolah sebanyak yang
kau bisa.” Kata Guru Shim menyakinkan. Dae Hwi tahu tapi tidak ada banyak
kompetisi.
“Ada 3 kompetisi
lagi di semester ini.” Kata Guru Shim melihat jadwal
“Kalau
aku memenangkan semuanya, hanya 3 kolom yang akan terisi. Bapak tahu, ada lomba
Matematika dalam waktu dekat.” Kata Dae Hwi. Guru Shim menyuruh Dae Hwi agar
ikut saja.
“Kau
harus menang, tidak peduli bagaimanapun caranya. Seoyul mempertimbangkan
Matematika dan sains sebagai syarat masuk utama. Selama ini kau paling jago
Matematika.” Kata Guru Shim yang tak tahu apapun. Dae Hwi mengangguk mengerti
lalu mengucapkan terimakasih. Guru Shim pun berharap Dae Hwi beruntung. Dae Hwi
berjalan keluar melihat petugas yang membawa masuk berkas Kompetisi Matematika
Sekolah.
Dae Hwi
berdiri menatap ke arah gedung yang bergemerlapan, mengingat kembali ucapan konsultan
kalau dirinya adalah murid top sekolah Tapi,
Seoyul tetap terlalu berat, serta tidak punya cukup banyak piagam penghargaan,
dan itu berdampak pada Dae Hwi.
“Kau
tahu..ini semua dilakukan untuk meningkatkan spesifikasi beberapa siswa saja.Kali
ini tidak akan ada tempat untukmu.” Kata Hee Chan. Dae Hwi menatap kunci
sekolah yang dititipkan oleh guru Shim padanya.
Tae Woon
melihat hasil gambar Eun Ho sambil mengeluh Ceritanya kalau pahlawannya
memberikan Lemonade dan bukan yang lain menurutnya EuN ho harus menjelaskan
kenapa pahlawan bisa berpikiran seperti itu. Eun Ho pun ingin tahu alasan dari
pahlawan itu. Keduanya tiba-tiba saling menatap dan sangat dekat.
“Sejak
kapan kita duduk sedekat ini?” keluh Tae Woon. Eun Ho ingin tahu apa yang
dipikirkan oleh si pelaku. Tae Woon mengejek Eun Ho yang bodoh dan lebih baik
tak membahasnya lagi.
“Memangnya
apa? Dia memberikan lemonade. Jadi kira-kira apa?” kata Eun Ho kembali
mendekat.
“Jadi.. kalau
kau merasa bersimpati sedikit saja pada si pahlawan, bukankah seharusnya kau paham
bagaimana perasaannya?” ucap Tae Woon. Eun Ho merasa itu sudah dengan
memikirkan Bersimpati.
Tae Woon
melihat Eun Ho akan pergi dan bertanya mau kemana. Eun Ho mengaku kalau ingin Cari angin. Tae
Woon mengeluh dengan Eun Ho yang akan pergi dimalam hari.
Saat Eun
Ho berjalan sendirian, melihat sosok dengan jaket hitam seperti X berjalan
masuk ke sekolah. Ia pun mengikutinya, Si pelaku sengaja membuka lemari untuk
Kompetisi Matematika Sekolah dan mengambil Soal dan Jawaban Kompetisi Matematika
Sekolah. Saat itu Eun Ho melihatnya, si pelaku langsung kabur dari pintu
belakang.
Kejar-kejaran
pun terjadi. Tae Woon berjalan melihat Eun Ho yang mengejar seseorang dan mulai
mengikutinya. Eun Ho sempat tersandung dan kehilangan arah, lalu berusaha
mencari dan tak sengaja bertemu kembali dengan sipelaku. Eun Ho dibuat kaget
saat melihat ternyata Dae Hwi yang mengambil lembaran soal dan jawaban
kompetisi matematika. Dae Hwi pun juga ikut kaget melihat Eun Ho yang berhasil
memergokinya.
bersambung ke episode 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar