Tae Woon
berteriak menyuruh Joong Gi keluar dari bus, tapi bus lebih dulu meledak dan
membuatnya meninggal. Lalu Eun Ho yang bisa melihat dirinya sebagai X saat ada
diruang guru. Setelah itu Eun Ho dianggap sebagai pelaku dan Tae Woon dengan
sangat yakin kalau bukan Eun Ho pelakunya.
Ketika di
sidang Tae Woon pun membantunya dengan mengunakan drone, Sa Rang dan Eun Ho
terlihat bahagia. Dae Hwi mengetahui kalau anak-anak kaya menerima jawaban,
mencoba mengambil soal tapi ketahuan oleh Eun Ho.
“Kita
semua pernah berbohong... Demi melindungi sesuatu Atau demi menutupi.. sesuatu..”
Video Tae Woon bersama dengan Kepsek Yang beredar kalau dirinya pasti akan dapat peringkat pertama dalam kompetisi Matematikan ini. Byung Joo langsung berkomentar kalau X yang melaporkan Tae Woon. Sementara Tae Woon terlihat marah karena malah membuat dirinya seperti bersalah.
“Sepertinya..
kebohongannya kali ini juga begitu.
(Episode
7, Semua Orang Pernah Berbohong)
Tae Woon
keluar kelas dengan Eun Ho mengikutinya dari belakang, beberapaa murid
mengetahui hukuman Tae Woon yang cuma dapat hukuman bersih-bersih selama
seminggu. Lalu menurutnya Seminggu itu terlalu singkat.
“Tae Woon
itu berengsek. Dia sangat menyebalkan.” Umpat beberapa pria. Mereka juga saling
menatap sinis pada Tae Woon.
“Kenapa
dia percaya diri sekali? Sepertinya dia memang sudah tak punya malu. Pasti
enak, ayah berpengaruh. Dasar Bikin malu saja.” Ucap anak lainya.
“Jadi
memang benar X yang melaporkan dia? Wah... X benar-benar keren.” Ungkap teman
lainya.
Eun Ho
mengeluh dengan Tae Woon yang bikin
masalah untuk dirinya sendiri dan khawatir kalau ketahuan. Tae Woon balik
bertanya apa yang bikin masalah. Eun Ho pun ingin tahu alasan Tae Woon yang
melaporkan dirinya sendiri.
“Kalau
tidak begitu, aku harus ikut lomba Matematikanya.” Ucap Tae Woon. Eun Ho masih
tak percaya kalau alasanya karena itu.
“Apa Kau
kira aku melakukan itu demi seseorang?” ejek Tae Woon. Eun Ho pun ingin tahu
Tae Woon melakukanya.
Flash Back
Tae Woon
masuk ke ruang guru sengaja memasang kamera dan memastikan tempat duduknya pada
kamera yang tersambung pada ponselnya. Esok paginya ia bertemu dengan Kepsek
Yang seperti biasa memberikan sesuatu dari ayahnya. Kepsek Yang pun minta agar
mengucapkan terimakasih pada Tuan Hyun. Tae Woon ingin pergi dengan sengaja
menyalakan kamera dari ponselnya dan kembali duduk.
“Oh, ya
Pak... Begini.. Soal kompetisi Matematikanya.. Aku hanya perlu menghafal jawabannya
saja 'kan?” ucap Tae Woon.
“Kau
pasti yang akan menang, jadi hafalkan saja jawabannya.” Kata Kepsek Yang. Tae
Woon pun berjanji akan menghafalnya dengan baik.
Tae Woon
selesai menceritakan yang terjadi sebenarnya,
Eun Ho memuji kalau itu keren dan Tae Woon memang cocok jadi X. Tae Woon
dengan bangga menerimanya, Eun Ho pun memikirkan Tae Woon yang akan menghadapi
konsekuensinya.
“Anak-anak
pasti sangat marah.” Kata Eun Ho dengan wajah khawatir.
“Hei..
Bodoh... Kau cemaskan sajalah dirimu.” Balas Tae Woon lalu beranjak pergi.
Kepsek
Yang tak percaya dengan melihat Video dengan Tae Woon menurutnya si X sudah
membuat masalah besar dan Gawat. Guru Jang pikir kalau Sepertinya Bapak Yang
yang membuat masalah, bukan X. Kepsek Yang kaget Guru Jang berani berkomentar
seperti itu.
“Kenapa
Bapak hanya memberikan Dukungan pada siswa-siswa kaya saja untuk memenangkan
lomba? Wajar saja kalau anak-anak jadi seperti ini.” Ucap Guru Jang. Kepsek
Yang pikir rekan kerjanya sudah gila berani berkomentar seperti itu.
“Makanya...Aku
sepertinya sudah gila karena mengatakan sesuatu sesukaku. Bukankah begitu?”
komentar Guru Jang. Kepsek Yang meminta agar bisa memberikan saran padanya atau
solusi
“Hasil
evaluasi anak-anak sudah terpublikasi dan sekarang ada kecacatan dalam
perlombaan. Kementrian Pendidikan akan mengambil tindakan serius. Pak Direktur
pasti akan marah besar. Lebih penting untuk meluruskan semua ini daripada
menyelesaikannya saja.” Ucap guru Goo.
“Benar.
Sepertinya.. Bapak harus minta maaf lebih dulu.” Kata Guru Shim. Kepsek Yang
langsung terlihat marah agar Minta maaf.
“Apa Kau
mau aku minta maaf pada anak-anak?Aku tidak akan melakukannya! Tidak akan!”
tegas Kepsek Yang tak mau direndahkan. Saat itu Guru Park dengan dengan wajah
panik.
“Direktur
sudah datang. Pejabat dari Kementrian Pendidikan juga ikut ke sini.” Ucap Guru
Park.
Beberapa
orang sudah duduk bersama dan Kepsek Yang serta Tuan Hyun duduk didepanya.
Salah satu pegawai memberitahu merekasudah menerima banyak laporan tentang
sekolah ini jadi harus menyelesaikannya dengan saksama kali ini dan mohon
bekerjasamalah.
“Tentang kebocoran
hasil evaluasi siswa, itu memang kesalahan dari administrasi kami.” Kata Tuan
Hyun
“Bukan
hanya itu, ada diskriminasi berdasarkan nilai, sistem pengurangan poin, dan
kecurangan dalam lomba matematika.” Kata pegawai Kementrian.
“ Kalau kalian
bisa menghargai kekebebasan kami sebagai sekolah swasta, kami akan memberikan
hasil yang terbaik.” Ucap Tuan Hyun membela diri
“Tuan
Hyun... Sekolah bukan tempat untuk mencapai hasil terbaik. Sekolah adalah
tempat untuk menaikkan peringkat siswa.” Kata Pegawai kementrian. Tuan Hyun pun
hanya bisa diam saja.
Tae Woon
masuk ke dalam ruangan, Ayahnya menanyakan reaksi anak-anak. Tae Woon
mengatakan kalau tidak baik dan semua tampak kesal. Tuan Hyun Pikir lebih baik
Hukum saja Tae Woo lebih dulu dan itu memang sengaja memanggilnya. Kepsek Yang
dan Guru Park kaget mendengarnya.
“Dengan
cara ini, anak-anak akan sedikit lebih tenang. Melakukan sesuatu secara bersamaan
hanya akan memperburuk keadaan.” Ucap Tuan Hyun. Kepsek Yang pikir tetap tak bisa.
“Aku tak
masalah, karena Aku 'kan memang salah.” Ucap Tae Woon.
“Kalau
begitu.. Kapan kompetisi Matematika akan diadakan lagi?” tanya Kepsek Yang
“Anak-anak
baru akan tenang, kalau kompetisinya digelar dengan jujur dan terbuka.”kata
Guru Goo. Tuan Hyun menyuruh anaknya untuk keluar dan menJaga perilakunya.
“Tapi
kalau Menurutku.. menghukumku saja tidak akan cukup membuat anak-anak tenang. Sepertinya
ada salah satu dari guru.. yang juga harus menanggung konsekuensinya. Mereka
semua marah dan Bisa saja mereka membawa orangtua ke sekolah.” Kata Tae Woon
sebelum keluar dari ruangan.
Kepsek
Yang panik, Guru Park setuju menurutnya pendapat Tae Woon benar dan
bertanya-tanya siapa yang harus ikut bertanggungjawab, karena Tidak mungkin Direktur
Hyun yang bertanggungjawab untuk mereka.
“Kalau
aku yang melakukannya, sepertinya masih kurang. Jadi siapa.. yang akan
bertanggungjawab? Siapa.. kira-kira, ya?” kata Guru Park memberikan tatapan
pada Kepsek Yang. Kepsek Yang terlihat bingung.
Beberapa
murid berkumpul dan itu memang soal Tae Woon dan memang sesuai dengan dugaan mereka. Semua seperti merasa tak percaya, Eun Ho yang
melihatnya hanya bisa tertunduk sedih. Byung Joo juga jadi merinding saat
mengetahui Tae Woon kena hukuman.
“Ini
terlalu ringan bagi dia. Apa yang dilakukan X? Harusnya dia memberi Tae Woon
pelajaran.” Kata anak yang lain. Sa Rang pikir juga seperti itu. Dae Hwi
menatap ke arah pengumuman, Tae Woon datang melihat hasil pengumuman.
“Benar-benar
pemandangan yang menyenangkan. Benar'kan?” kata Tae Woon lalu berjalan pergi
kalau memang itu seru.
“Dasar
Menyebalkan sekali. Semoga X melakukan sesuatu padanya. Kuharap X memberikan
dia hukuam setimpal.” Ucap temanya, Sa Rang benar-benar senang sementara Eun Ho
terlihat benar-benar tak menyukainya.
Dalam
sebuah ruangan seperti hanya anak-anak pintar, Satu wanita dan tiga pria
berbicara dengan ponsel. Salah satu pria membahas Tae Woon dapat hukuman dan
memikirkan nasib mereka. Salah satu pikir mereka tak perlu khawatir karena akan
mengurus semuanya.
“Ya
ampun, kepala sekolah bahkan sudah membantuku memenangkan lomba seni” ucap Bit
Na ternyata gabung dalam lainya.
“Kalau X
adalah anak dari kelas kita maka kita akan jadi target selanjutnya. Apa kita
akan baik-baik saja?” ungkap Hak Joon
“Makanya,
kita harus segera menangkap X.” Tegas
Bit Na. Jung Il pikir kelihatannya Dae Hwisudah tahu soal ini semua dan
berpikir kalau ia adalah X-nya.
“Jangan
cemas. Ada banyak hal yang dibutuhkan Dae Hwi dari kita, jadi dia tidak akan
membongkar apapun soal kita.” Ucap Hee Chan yang gabung dalam grup orang kaya.
Eun Ho
langsung masuk begitu saja dalam ruangan kontainer, Tae Woon langsung mengomel
kalau ini adalah markasnya dan seperti nyaman sekali masuk begitu saja. Eun Ho pikir Lebih baik
daripada harus mengendap-endap dan memberikan minuman pada Tae Woon.
“Hei..
Apa Sungguh karena itu saja? Hanya karena kau tidak mau ikut lomba Matematika?”
ucap Eun Ho masih penasaran.
“Aku
tidak tahu.. kenapa aku melakukannya. Sebelumnya, aku hanya melakukan ini.. untuk
membuat orang-orang bodoh itu kesal.” Ungkap Tae Woon sambil menerawang.
Flash Back
Dae Hwi
duduk sendirian di rumah duka Joong Ki dengan amplop ayahnya diberikanya. Ia
pun menemui ayahnya dengan memberitahu kalau Ada seseorang yang meninggal dan
bertanya apa pentingnya reputasi ayahnya sekarang
“Aku
tidak akan membiarkan ini terjadi lagi. Berhentilah mempermalukan ayahmu.”
Tegas Tuan Hyun marah.
Tae
Woon merasa kalau keisengan yang selama
ini dilakukan ternyata ada manfaatnya bagi seseorang. Eun Ho pun bertanya-tanya
siapa Seseorang. Tae Woon pikir ini Bagi seseorang yang bodoh dan seseorang
lagi yang menyebalkan.
Guru Shim
menyelesaikan pelajaranya, dan memberitahu mereka yang mendaftar untuk
kompetisi Matematika, bahwa lombanya akan diadakan di ruang 10-1 setelah jam
pelajaran berakhir serta memberikan harapan mereka Semoga beruntung. Semua pun
keluar kelas setelah Guru Shim pergi dari kelas.
“Apa
hukuman Tae Woon hanya bersih-bersih
selama seminggu?” ucap Jung Il setelah Tae Woon keluar kelas.
“Dia 'kan
dapat perlindungan dari ayahnya. Dasar Berengsek yang menyebalkan.” Komentar Sa
Rang
“Tae Woon
pasti punya alasan sendiri. Kenapa anak-anak kejam sekali?” keluh Eun Ho.
Eun Ho
melihat webtoonnya, lalu mengeluh kalau Hanya ada satu orang yang membaca
postingannya. Tae Woon pikir kalau Eun Hoo
baru saja mempostingnya. Tapi Eun Ho pikir masih tak terima dan hanya
ada satu orang yang membacanya. Tae Woon mengeluh kalau tak sabaran, jadii
lebih baik menunggu saja.
“Omong-omong,
apa menggambar itu menyenangkan bagimu?” tanya Tae Woon.
“Ya. Aku
merasa.. paling bahagia saat sedang menggambar. Jadi.. aku akan mencari
pekerjaan yang berhubungan dengan menggambar. Bagaimana dengan kau? Apa kau
tidak punya impian?” ucap Eun Ho, Tae Woon mengaku tak ada menatap lembaran
kosong yang di pegang Eun Ho.
Flash Back
Tae Woon
duduk sibuk mengambar sebuah motor yang sangat mirip dengan aslinya Joong Ki
berkomentar kalau Bagian atasnya harus digambar perlahan. Tae Woon menolak
karena nanti komposisinya bisa rusak. Joong Ki meminta agar ubah bagian
belakangnya.
“Lagian
aku tidak akan membonceng siapapun di belakangku.” Ucap Tae Woon.
“Tempat
duduk yang Kecil saja untuk satu orang. Dan tolong buat inisial namaku di
bagian tangkinya.” Kata Joong Ki. Tae Woon mengeluh kalau Permintaan temanya
banyak sekali.
“Wow,
keren. Kalau motor ini benaran dibuat, aku akan jadi yang pertama membelinya. Ini
pasti akan sangat mahal Kau harus beri aku diskon. Kita ini 'kan teman.” Ungkap
Joong Ki bangga melihat gambar Tae Woon. Tae Woon pikir temanya hanya bisa
omong kosong saja.
Tae Woon
mengaku kalau baru-baru ini punya impian. Eun Ho bertanya apa itu. Tae Woon
mengaku kalau sangat-sangat ingin sekali
menggoda Eun Ho dengan wajah mengejek. Eun Ho pikir kalau Tae Woon pasti sudah
sangat-sangat bosan hidup.
“Apa kau
pernah dengar? Saat di mana kau mulai bermimpi, maka hidupmu akan jadi
melelahkan.” Ucap Tae Woon
“Sebagai
seorang anak SMA, otakmu terlalu banyak
diisi pikiran negatif.” Balas Eun Ho yang positif.
“Coba
lihat.. Kau juga kelihatan lelah.. karena tidak banyak orang yang membaca
webtoon-mu. Matamu ada lingkaran hitamnya.” Komentar Tae Woon.
“Kau
terlalu pesimis.. Aku tidak punya lingkaran hitam.” Balas Eun Ho menyuruh Tae
Woon yang bercermin saja.
Pengumuman
dibuat, Semua tak percaya kalau Dae Hwi dapat peringkat pertama. Semua anak
memberikan pujian, Duk Soo pun merasa Sudah menduga, kalau yang terbaiklah yang
akan menang, Song Dae Hwi dan sudah menunjukkan pada mereka kemampuannya. Dae
Hwi pun mengucapkan terimakasih.
“Ketua,
kau keren.” Puji Sa Rang dan juga memuji X yang lebih keren. Tae Woon yang
medengarnya memilih untuk pergi saja.
Tae Woon
menjalani hukuman dengan mencabut rumput, sambil mengeluh kalau rumput pasti
akan tetap tumbuh meski dicabut, dan Benar-benar perbuatan yang sia-sia. Dae
Hwi berjalan melewatinya, Tae Woon langsung memanggilnya.
“Hei..
Berterima kasihlah karena kau bisa juara 1 berkat aku. Kau masih saja tak tahu
malu.” Ucap Tae Woon.
“Kasihan
sekali. Posisi ayahmu sama sekali tidak berguna kali ini.” Kata Dae Hwi.
“Akulah
yang harusnya berterima kasih. Bermain-main dengan angka-angka cantik sama
sekali bukan gayaku.” Komentar Tae Woon.
“Dan
lagi, dunia ini terlalu berat untuk otak kecilmu.” Ejek Dae Hwi. Tae Woon
merasa Dae Hwi itu kejam sekali.
“Hei
orang yang sok hebat. Haruskah kau jatuh ke jurang seperti itu? Apa kau tidak
punya cara lain?” ungkap Tae Woon Dae Hwi binggung mendengarnya.
“Anak-anak
seperti aku, yang tak punya apa-apa harus rela melakukan segala cara. Agar
tidak diinjak-injak oleh orang-orang berengsek macam kau.” Tegas Dae Hwi . Tae
Woon mengerti dengan alasan itu melakuanya
“Coba
kutanya kau satu hal. Dari mana kau dapat kunci utamanya?” ucap Dae Hwi. Tae
Woon meminta agar Dae Hwi menanyakan yang benar.
“Harusnya
kau tanya apa yang sudah kau lakukan dengan kunci utamanya.” Kata Tae Woon.
Saat itu
Eun Ho datang keduanya seperti kembali melihat keduanya akan bertengkar lagi,
lalu memarahi Tae Woon agar berhenti melotot. Tae Woon berteriak kesal karena
Eun Ho yang memarahinya dan menurutnya mereka itu bukan yang kerjanya hanya
bertengkar.
“Mustahil
bisa bicara dengannya! Hukumannya masih terlalu ringan.. untuk seseorang yang
ketahuan berbuat curang.” Kata Dae Hwi mengejek. Tae Woon menegaskan kalau ini
berat. Eun Ho merasa tak enak hati.
“Hei..
Dae Hwi... Selamat atas kemenanganmu. Coba Lihat? Karena lombanya diadakan
dengan jujur dan terbuka.. Ketua Osis kita akhirnya menang. Kau keren juga.”
Ucap Eun Ho memujinya.
“Kenapa
jangkriknya tidak mau diam?” keluh Tae Woon kesal mendengarnya.
“Terima
kasih. Semua berkat kau. Akan kutraktir kau makanan enak.” Kata Dae Hwi
“Yang
kumiliki di dunia ini hanya waktu saja. Aku sudah tak sabar.” Ucap Eun Ho. Dae
Hwi pun meminta agar menelp kapan kalau Eun Ho ada waktu lalu beranjak pergi.
Sementara
Tae Woon terlihat kesal. Eun Ho bertanya ada apa. Tae Woon mengaku aklau kesal
karena harus mencabut rumput di cuaca panas. Eun Ho malah makin mengejek siapa
yang menyuruh melakukanya. Tae Woon
menyuruh agar mencabut rumput juga.
“Kenapa
juga harus aku?” tanya Eun Ho. Tae Woon pikir Eun Ho adalah ahlinya jadi
meminta agar memperagakan.
“Apa
cuaca yang panas membuatmu jadi gila? Kau pasti sudah gila? Apa akalmu sudah
hilang?” ucap Eun Ho memukul dengan handuk. Tae Woon juga ikut memukulnya, lalu
memberikan balasan. Eun Ho pun berjalan mundur.
Tae Woon
mencuci wajahnya, Eun Ho bertanya-tanya keduanya itu apa, antara Tae Woon dan
Dae Hwi. Tae Woon tak mengerti maksudnya. Eun Ho mendengar Tae Woon yang dulu
keduaanya sangat dekat tapi sekarang malah sekarang seperti musuh berbuyutan.
Tae Woon menegaskan bahwa Bukan urusannya.
“Apa kau
melakukan semua ini demi Dae Hwi?” kata Eun Ho. Tae Woon langsung mengumpat Eun
Ho sudah gila.
“Kenapa
aku harus melakukan ini demi dia?” keluh Tae Woon.
“Aku
mungkin tidak tahu apa-apa.. tapi sepertinya kalian tidak sungguh-sungguh
bertengkar. Yang kulihat kalian sedang berusaha.. mencari perhatian satu sama
lain, karena kalian sama-sama terluka.” Kata Eun Ho. Tae Woon pikir Eun Ho itu
tak tahu apapun. Eun Ho pikir memang ia tak tahu apapun.
Dae Hwi
bertemu dengan Hee Chan di taman. Hee Chan memberikan selamat karena Tidak
mungkin mengalahkannya, kalau semua dilakukan dengan adil dan terbuka. Dae Hwi
meminta maaf. Hee Chan pikir kalau
Permintaan maaf Dae Hwi malah membuatnya terluka.
“Kau 'kan
menang karena kemampuanmu.” Ucap Hee Chan. Dae Hwi pun mengangguk mengerti.
“Apa ada
hal lain yang bisa kubantu?” tanya Dae Hwi. Hee Chan mengatakan kalau ini
tentang Ujian akhir dan Sekarang sudah saatnya mempersiapkan diri.
“Aku akan
mencari contoh soal untuk ujian akhir.” Kata Dae Hwi. Hee Chan mengingat
sebelumnya kalau Dae Hwi mau ikut jadi relawan kesehatan. Dae Hwi membenarkan
dengan wajah penuh semangat.
“Aku bisa
minta pada ibuku untuk membantumu.” Kata Hee Chan. Dae Hwi makin sumringah
karena Hee Chan mau melakukannya.
“Tapi..
haruskah kau lagi yang jadi juara.. di ujian akhir ini? Sepertinya ayahku tidak
akan memaafkanku kalau aku dapat peringkat kedua lagi.” Ucap Hee Chan. Dae Hwi
terdiam seperti masih shock mendengarnya.
Ia
teringat mendengar perkataan Tae Woon “Hei kau yang sok hebat. Haruskah kau
jatuhkan dirimu ke dasar jurang seperti itu? Apa hanya itu cara yang kau
punya?”
“Kalau
kau mau, aku bisa melakukan banyak hal lain untukmu.” Kata Hee Chan yang ingin
Dae Hwi mengalah.
“Aku.. akan
memikirkannya.” Kata Dae Hwi yang terlihat masih shock.
Byung Joo
masih kelas dengan Duk Soo dengan terburu-buru dan berdiri didepan podium
meminta perhatianya. Semua bertanya ada apa. Duk Soo mendengar kalau X itu
siswa kelas mereka. Semua terkejut mendengarnya termasuk Eun Ho melirik pada
Tae Woon, tapi Tae Woon berusaha bersikap santai membaringkan kepalanya diatas
meja.
“Aku
benar-benar merinding sekarang.” Ungkap Byung Joo merasa tak percaya. Semua pun
terlihat masih tak percaya menerima berita X dan bertanya-tanya siapa
pelakunya.
Kepsek
Yang heran kenapa hanya hasil evaluasi anak kelas 11-1 yang terbongkar dan Itu
adalah bukti kalau X berasal dari kelas itu. Guru Shim pikir mereka masih belum punya bukti.
“Kalau
kau tidak berhasil menangkap X kali ini. bukan hanya gajimu yang akan dipotong.”
Ucap Kepsek Yang mengancam
“Aku
tidak masalah, tapi membuat tuduhan hanya berdasarkan asumsi, itu tidak benar.”
Kata Guru Shim. Kepsek Yang merasa tak percaya mendengarnya.
“Mohon
jangan sakiti anak-anak yang tidak bersalah hanya karena sesuatu yang belum
jelas kebenarannya. Sejujurnya, bukankah harusnya Bapak minta maaf pada Ra Eun
Ho?” kata Guru Shim lalu pamit pergi karena Aharus masuk kelas.
“Dia pasti
sudah kehilangan akalnya. Tapi Tunggu... Mungkin saja si kunyuk itu adalah X.”
Kata Kepsek Yang curiga. Guru Goo yang ada diruangan hanya diam saja.
Byung Goo
berpikir kalau Dae Hwi sebagai ketua kelas karena punya kunci utama yang
memungkinkan masuk ke manapun di sekolah. Nam Joo membela dengan menuduh Byung
Goo juga yang suka melakukan sesuatu yang kekanakan. Duk Soo membela temanya,
kalau itu Sahabatnya.
“Pelakunya
pasti kaya karena dia sanggup beli drone.” Kata Teman. Bit Na ingin tahu siapa
dan apakah X memang anak kelas mereka
“Jae
Hyuk, bukan kau 'kan?” kata Bit Na menuduh temanya. Jae Hyuk kesal Bit na
selalau menuduhnya dan menegaskan kalau itu bukan dirinya. Jung Il makin penasaran
siapa X itu dan Siapa yang sedang bohong sekarang. Eun Ho menatap Tae Woon yang
sedang berbaring seperti merasa khawatir dan menatap Dae Hwi juga karena semua
saling berhubungan.
Eun Ho
duduk dengan Sa Rang ditaman sambil minum,
Sa Rang Melihat Tae Woon yang
dilaporkan, jadi mungkin pelakunya Dae Hwi. Eun Ho kaget mendengarnya. Sa Rang
masih mengingat kalau Eun Ho mengatakan kalau X itu salah satu dari mereka,
jadi Artinya pelakunya adalah Dae Hwi.
“Soal
catatan yang kuterima itu mungkin saja ada yang sedang iseng.” Kata Eun Ho. Sa
Rang merasa curiga mendengarnya.
“Sepertinya
X bukan mereka berdua.” Kata Eun Ho mencoba menutupinya. Sa Rang merasa Eun Ho sudah
tahu. Eun Ho menyakinkan kalau tak mungkin tahu dengan hal itu.
“Apa Kau
benar tidak tahu siapa X itu?” kata Sa Rang tak percaya. Eun Ho menyakinkan
kalau memang tak tahu.
“Aku
masih belum menemukannya. Namaku 'kan sudah bersih, jadi aku tidak perlu
mencarinya lagi.” Ungkap Eun Ho lalu melihat Tae Woon yang berjalan didepanya
dan segera pamit pergi pada temanya. Sa
Rang merasa heran melihat keduanya yang selalu bersama sekarang.
Eun Ho
memikirkan yang harus mereka lakukan dan entah kenapa mereka mencurigai kelas 11-1. Tae Woon menjelaskan kalau Hanya hasil
evaluasi kelas mereka yang dipajang. Eun Ho bertanya apakah Tae Woon yang sudah
memperkirakan soal ini. Tae Woon mengaku sama sekali tidak memikirkan ini.
“Aku
sudah menduga, cuma aku tidak menyangka mereka jadi begini. Itulah akibatnya
kalau kau bersikap sok. Lalu Kita harus bagaimana sekarang?” ucap Eun Ho
“Kalau
kita ketahuan, kau akan jadi kaki tanganku juga. Kasihan sekali kau.” Kata Tae
Woon.
“Makanya...
Kalau kita ketahuan kali ini, habislah aku.” Ucap Eun Ho. Tae Woon dengan nada
mengejek kalau Eun Ho ada dalam masalah sekarang.
Tae Woon
kembali mengoda Eun Ho sambil berjalan dengan menjahilinya, Dae Hwi melihat
keduanya yang terlihat dekat mengingat kembali dengan kejadian sebelumnya saat
Eun Ho mengatakan akan Menghukum kepala sekolah.
“Foto dia
saat melakukan pelanggaran dan beri dia pengurangan nilai juga. Kalau dibikin
jadi video pasti akan semakin lucu, ya?” ucap Eun Ho dan esoknya terlihat video
tentang kepala sekolah.
“Apakah X
adalah Ra Eun Ho? Kalau iya, seharusnya dia tidak dekat dengan Tae Woon, orang
yang sudah dia laporkan.” Kata Dae Hwi penasaran siapa pelakunya.
Eun Ho
pulang diantar oleh Tae Woon sambil mengeluh kalau pedal sepedanya rusak terus. Tae Woon mengejek Sekuat apa Eun
Ho mengayuh sampai pedalnya jadi rusak, Eun Ho memiting seperti ingin membuat
Tae Woon jera. Saat itu Tae Sik datang melihat keduanya. Eun Ho menyurh Tae
Woon pergi saja.
“Kenapa
kalian saling sentuh begini?” kata Tae Si. Eun Ho menyuruh kakaknya untuk masuk
saja. Tae Sik menyuruh Tae Woon untuk turun dari mobil. Tae Woon bertanya siapa
pria itu. Eun Ho mengaku bukan siap saja.
“Aku
kakaknya Ra Eun Pal, jadi Turunlah.” Kata Tae Sik. Tae Woon pun memilih untuk
turun dan memberikan hormat.
“Motornya..
kelihatan lumayan mahal, ini Bagus. Dan Kau kelihatan bugar juga.” Ucap Tae Sik
dengan sengaja memegang bagian dada Tae Woon membuat Tae Woon ketakutan
menutupi dadanya.
“Kau
tahu.. sebagai sesama pria, aku hanya penasaran. Apa kau tidak peduli pada
kecantikan cewek? Kau sama sekali tidak peduli, ‘kan? Seseorang seperti dia?
Kenapa?” ucap Tae Sik. Eun Ho kesal menyuruh Tae Woon untuk pergi dan
mengucapkan terimakasih lalu mendorong kakaknya untuk masuk, Tae Woon
memperlihatkan senyuman bahagia.
Tae Sik
masuk rumah langsung memberitahu ibunya kalau anak perempuanya sudah punya
pacar. Nyonya Kim binggung. Eun Ho
mencoba menjelaskan bukan seperti itu.
“Pokoknya,
dia kelihatan kaya. Kenapa tidak kita nikahkan saja dia?” kata Tae Sik. Ibunya
langsung melemparnya dengan ikan teri. Tae Sik binggung ibunya malah
melemparnya denngan ikan teri.
“Kenapa
kau mengatakan hal-hal bodoh ?” ucap Nyonya Kim. Saat itu Tuan Ra datang
melihat ketiganya.
Nyonya
Kim langsung memarahi suaminya yang barus aja minum, Tuan Ra malah melihat ada
banyak Cemilan berhamburan, lalu melihat Eun Ho dengan bertanya apakah mau
masuk sekolah komik. Eun Ho mengangguk. Tuan Ra pun bertanya Apa ada yang lain
yang dibutuhkan.
“Sebenarnya,
sekolah kami mengadakan program spesial musim panas. Hanya sebulan sih.. Tapi
Tak usahlah. Biayanya terlalu mahal.” Kata Eun Ho. Tuan Ra menyuruh Eun Ho agar
ikut saja.
“Tidak.
Biayanya terlalu mahal.” Kata Eun Ho. Tun Ra menegaskan kalau yang akan
membayarnya dan Eun Ho hanya perlu belajar keras, lalu sisanya akan
mengurusnya.
Nyonya
Kim kesal menyuruh suaminya agar mengurus urusan sendiri, lalu mendorongnya
masuk. Tuan Ra terus saja mengatakan akan mengurusnya. Tae Sik keluar dari
kamarnya lalu melihat ayahnya yang memasang koyo sendirian, lalu bertanya-tanya
apa yang dilakukan ayahnya sampai
memasang koyok sebanyak itu, wajahnya terlihat sedih.
Eun Ho
melihat Dae Hwi membaca buku sambil mendengarkan musik, lalu bertanya apakah
Sedang belajar keras. Dae Hwi pikir seperti itu, lalu bertanya apa menurut Eun
Ho X benar dari kelas mereka. Eun Ho terlihat gugup dan mengaku juga tidak
tahu.
“Padahal
kalau aku tahu, maka aku mau membantunya. Seperti yang kau tahu, aku berhutang
pada X.” Kata Dae Hwi
“Tidak juga.
Itu 'kan sesuatu yang harus dilakukan.. Maksudku, yang menurut X harus dia
lakukan.” Ucap Eun Ho mencoba menutupinya.
“Aku
yakin. Karena x sepertinya adalah orang baik.” Kata Dae Hwi. Eun Ho pun
bertanya apa yang didengarnya. Dae Hwi pun menawarkan untuk berbagi earphone.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar