PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 10 Agustus 2017

Sinopsis School 2017 Episode 8 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS
Ibu Bit Na datang menemui guru Shim dengan nda tinggi untuk mengatakan yang sebenarnya. Guru Shim pikir anak-anak sudah menyelesaikan masalahnya sendiri. Ibu Bit Na merasa kalau Anaknya tidak salah Tapi malah membuat Bit Na menulis surat permintaan maaf seperti anak itu.
“Dia tidak salah! Apa itu tidak akan masuk ke dalam evaluasinya?” ucap Ibu Bit Na. Guru Shim ingin jelaskan kalau memang tida.
“Coba Lihat... Aku tidak akan mengizinkan apapun merusak hidupnya. Ayo kita adakan sidang. Aku ingin anak yang memukul anakku dihukum. Pengacara kami akan mewakili Bit Na.” Ucap Ibu Bit Na.
Guru Shim kaget mengetahui ibu Shim membawa Pengacara, dengan menjelaskan kalau hanya masalah antar anak-anak. Saat itu seseorang memberikan kartu nama, Guru Shim membaca  “Firma Hukum HanGuk, Pengacara Lee Hyun Soo” dengan wajah tegang. 

Guru Jang yang mendengarnya berkomentar kalu mereka tidak membuat anak-anak yang bertengkar itu baikan.. dan malah melaporkan mereka, menurutnya mereka tak pantas disebut guru dan tak ada bedanya seperti polisi.
“Mereka membawa pengacara dan bikin masalah. Ini sekolah atau pengadilan?” komentar Guru Jang kesal .
“Anak-anak tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Sekolah juga tidak bisa membereskan masalah itu untuk mereka. Makanya hal seperti ini bisa terjadi.” Kata Guru Goo.
“Kalau sekolah dan guru terlibat kau mungkin akan ikut kena tuntut, ini menakutkan sekali.” Pikir Guru Jung.
“Kita sebaiknya tidak memasukkan ini dalam catatan evaluasi anak-anak. Mereka ingin mengambil langkah hukum.. karena kalau mereka mengaku, semuanya akan masuk ke catatan mereka di sekolah Ini bukanlah sesuatu yang harus dilakukan oleh sekolah..” Kata Guru Shim melihat lembaran Sidang Tentang Kekerasan di Sekolah. Guru Goo hanya bisa menghela nafas tanpa bisa berkata-kata lagi. 

Guru  Shim bertemu Bo Ra dan memberika kalau Ini adalah kesempatan terakhir, jadi meminta agar mengatakanya karena akan membantunya. Bo Ra menatap Guru Shim, mengingat kembali saat Guru Jung yang mengatakan kalau akan membantunya, tapi seperti sudah mengecewakanya.
“Pak Shim... Aku tidak mau mengatakan apa-apa lagi.” Kata Bo Ra lalu pamit pergi. 

Bo Ra kembali di panggil oleh Young Gun dkk, salah satunya memeriksa di dalam tas. Setelah itu Young Gun memperingatkan agar Hati-hati dengan apa yang  akan dikatakan saat di persidangan nanti. Ia tak ingin membuat mereka terlibat dan membuatnya kesal. Bo  Ra pun hanya bisa diam saja setelah tasnya dibuang begitu saja. 

Spanduk tertulis “Sidang Tentang Kekerasan di Sekolah” Guru dan ibu-ibu dari komite ikut duduk. Bo Ra terlihat takut, lalu mengaku kalau sengaja memukulnya. Guru Shim terlihat tak percaya kalau Bo Ra mengaku hal yang tak dilakukanya.
“Kukira Bit Na mengambil pulpenku, jadi aku memukulnya dan dia sama sekali tidak memulainya. Aku mengakui apa yang kuperbuat. Aku akan menerima apapun hukumannya.” Ucap Bo Ra.
“Karena dia sudah mengaku, tidak ada pilihan lain Mari kita akhiri ini..” Komentar Guru Jung seperti tak peduli. Guru Shim terlihat yakin kalau Bo Ra tak melakukanya.
Papan pengumuman hasilnya pun ditempel “Seo Bo Ra Diskorsing Selama Seminggu” Guru  Shim pun tak bisa berkata-kata hanya bisa terlihat sedih. Bo Ra berjalan pulang, Young Gun Dkk dengan sengaja menyenggolnya dengan taa mengejek, Bo Ra pun tak bisa melawan hanya diam saja. 

Eun Ho terlihat kesal karena sudah memperbaikinya setiap hari, tapi selalu rusak setiap hari. Dae Hwi pikir kalau itu mudah, jadi Eun Ho harus belajar cara memperbaikinya dan mulai memasang rantainya.  Eun Ho terlihat bahagia sepedanya kembali baik.
“Kau sangat keren, bisa melakukan hal-hal semacam ini juga. Pasti beberapa hari ini, segalanya terasa berat 'kan?” kata Eun Ho
“Kau juga pasti kesulitan... Terima kasih...” ucap Dae Hwi.
“Kalau begitu belikan aku es serut.” Kata Eun Ho. Tae Woon melihat keduanya yang terlihat tersenyum bicara dengan Dae Hwi. Dae Hwi yang sudah berjanji akan mentraktirnya lalu pamit pergi. 

Tae Woon datang dengan wajah cemberut, melarang Eun Ho Jangan makan es serut. Eun Ho heran Tae Woon yang terus mengomel. Tae Woon menegaskan kalau Jangan makan es serut dengan Dae Hwi. Eun Ho langsung bertanya kenapa dengan wajah mengejek.
“Pokoknya jangan!” kata Tae Woon. Eun Ho kembali ingin tahu alasan.
“Memangnya harus ada alasan? Pokoknya jangan. Anggap saja ini seperti kau benci  bangun pagi, kau benci kacang merah. Pokoknya jangan pergi kau.” Kata Tae Woon. Eun Ho tetap seperti akan pergi dengan mengodanya
“Jangan tertawa... Aku serius...” kata Tae Woon. Eun Ho makin bertanya lalu kenapa.  Tae Woon yang kesal memilih untuk pergi. Eun Ho heran dengan sikap Tae Woon yang aneh. 

 Tae Woon berjalan pergi mengingat kedekatan Eun Ho dengan Dae Hwi yang terlihat serasi mendengarkan musik. Lalu senyuman Eun Ho yang membagikan brosur, Ketiga mengodanya Eun Ho hanya tersenyum bahagia. Eun Ho mengingat rambut membuat dirinya berdegup kencang. Ia pun mencoba menyadarkan diri tak berpikir yang aneh-aneh.
Eun Ho akan pulang, Tae Woon yang sedang menunggu langsung menariknya. Eun Ho bertanya ada apa, Tae Woon tiba-tiba mendekatkan wajahnya seperti menatap Eun Ho. Eun Ho kaget Tae Woon tiba-tiba menariknya. Keduanya saling menatap, Eun Ho binggung ada apanya. Tae Woon pikir tidak, Eun Ho binggung apa maksudnya.
“Kau kelihatan seperti orang bodoh. Dasar bodoh.” Ucap Tae Woon lalu berjalan pergi. Eun Ho dibuat binggung.
Tae Woon didepan pintu seperti merasakan sesuatu dan mencoba menyakinkan kalau tak mungkin. Eun Ho dibuat binggung, 


Guru Shim berusaha berlatih dengan memberikan tiket untuk menonton film yang seru. Di belakangnya ada slogan  (Kalau tidak mungkin, jadikan itu mungkin) Ia kembali mencoba agar bisa bicara mengajak agar menonton film,  Petugas Han tiba-tiba datang langsung melihat tiket nonton. Guru Shim kaget melihat Petugas Han yang sudah ada didepanya.
“Apa kau mau mengajakku kencan?” ucap Petugas Han. Guru Shim menyangkalnya. Petugas Han heran mendengarnya.
“Tidak, maksudku bukan tidak. Tapi.. Aku hanya merasa bersalah.. dan merasa berterima kasih padamu juga. Jadi.. Aku juga merasa malu. Jadi.. aku hanya..” ucap Guru Shim dan tiba-tiba Guru Jang yang sedari tadi melihat dari belakang.
“Apa kau mau... Mau nonton film?” ucap Guru Jang. Petugas Han kaget melihat Guru Jang tiba-tiba ada didepanya.
“Kenapa muncul secara mendadak tanpa pemberitahuan?” kata Petugas Han.
“Kenapa aku harus memberitahumu kalau aku ingin mengajakmu nonton? Yang kubutuhkan hanya "iya" dan "tidak'... Benar 'kan?” kata Guru Jang. Petugas Han langsung setuju untuk menonton.
“Tapi.. Pak Jung. Kau kan ada jadwal tugas malam.” Kata Guru Shim binggung karena gagal dan mengejarnya. 


Guru Shim sudah siap di depan sekolah, langsung mendekati petugas Ha bertanya Kapan akan pergi nonton filmnya. Petugas Han mengatakan kalau Bukan hari ini. Guru Shim memanggil Eun Hoo dkk mengajak untuk makan yang enak. Eun Ho terlihat senang tapi Tae Woon seperti tak suka.
“Aku yakin kau pasti mau juga, ya 'kan Dae Hwi? Kenapa kau tidak sekalian ikut dengan kami?” ucap Guru Shim penuh semangat. Dae Hwi pun setuju. Saat itu tiba-tiba Guru Jang datang.
“Bagus. Aku juga bisa ikut makan sebelum tugas malamku.” Kata Guru Jang lalu mengucapkan terimakasih dan pergi. 

Semua makan sandwich bersama. Guru Shim yang mentraktir semua terlihat kesal karena Guru Jang yang selalu mengajak Petugas Han mengobrol. Guru Jang kembali mengajak nonton film akhir pekan. Petugas Han pun menanyakan kalau ada film yang bagus?
“Kau pasti sangat suka sandwich nya, jadi Makan juga punyaku.” Ucap Guru Shim dengan sengaja memasukan semua sandwich agar Guru Jang tak banyak bicara. Petugas Han yang melihatnya tersenyum bahagi.
Sementara Eun Ho yang terlihat bahagia makan sandwich, tiba-tiba tersedak . Tae Woon langsung memberikan minumanya karena minuman Eun Ho sudah habis. Dae Hwi hanya bisa melihat kalau ada rasa canggung duduk bersama dengan Tae Woon. 

Para Guru dan anak-anak pun berpisah jalan. Eun Ho, Tae Woon, Dae Hwi dan Nam Joo berjalan bersama. Seorang pria memarahi seseorangg agar melakukan dengan benar dan mengejeknya kalau buta dan Tidak bisa melihat. Eun Ho melihat kalau si pria sudah keterlaluan sekali.
“Ada apa denganmu? Besok jangan datang lagi. Mengerti?” ucap Si pria dengan nada penuh amarah.
“Aku memang tidak bisa melihat dengan baik, tapi aku masih bisa kerja Beri aku kesempatan lagi. Kumohon. Aku akan berusaha lebih baik.” Kata Tuan Ra.
Eun Ho mendekat dan kaget ternyata ayahnya, lalu memarahi si pria yang  yang kejam sekali pada ayahnya. Si Pria malah mengumpat dan ingin dipukul. Tuan Ra tak terima Eun Ho dipanggil anak bodoh.  Si pria malah makin mengejek keduanya adalah pasagan yang cocok.
“Bagaimana kalau kau bicara dengan berandalan ini saja?” ucap Tae Woon membela. Si pria terlihat takut
“Makanya kau luruskan semua ini, Pak.” Ucap Tae Woon. Si rpai merasa Anak-anak zaman sekarang benar-benar menyeramkan dan bergegas pergi.
Nam Joo dan Dae Hwi hanya menatap tak percaya karena Eun Ho bisa menerima ayahnya sebagai pekerja kasar, Eun Ho sedih melihat ayahnya yang ternyata berkerja di udara yang panas. Tuan Ra pikir anaknya yang lebih panas karena baru pulang sekolah. Tae Woon seperti iri melihat kedekataan anak dan ayah. 


Eun Ho berjalan dengan ayahnya pulang bertanya, apakah karena bekerja, jadi Ayah pulang telat padahal Ibu mengira Ayah minum-minum setiap malam. Tuan Ra pikir memang benar  minum sepulang kerja dan itu Makanya kerjanya jadi menyenangkan.
“Ayah bisa dapat uang tambahan dan membelikanmu es krim. Dan Juga memasukkanmu les.” Ucap Tuan Ra
“Apa Ayah kerja karena ingin memasukkan aku les?” kata Eun Ho tak percaya. Tuan Ra pikir Program musim panas Pasti itu bagus untuk anaknya.
“Aku tidak perlu les. Aku tidak mau melihat Ayah bekerja terlalu keras.” Kata Eun Ho
“Jangan begitu... Itu bukan satu-satunya alasan. Jadi Begini.. jalan itu adalah jalan menuju sekolahmu. Aku tidak seperti ayah yang lain, yang bisa memuluskan jalan hidupmu, tapi setidaknya ayah ingin jalan yang kau lewati saat ke sekolah adalah jalanan yang bagus dan indah. Jadi ayah merapikan trotoarnya dan menanaminya dengan bunga.” Cerita Tuan Ra  Eun Ho berkaca-kaca mendengar ayahnya
“Ayah ingin memastikan.. kau hanya melewati jalan yang berbunga sepanjang hidupmu, tapi ayah hanya bisa.. menyediakan jalan yang pendek saja. Maaf.” Kata Tuan Ra.
“Berkat Ayah, aku akan melewati jalan berbunga sekarang Ayah adalah yang terbaik.” Ungkap Eun Ho lalu memeluk ayahnya. Tuan Ra kembali meminta maaf pada anaknya. 



Dae Hwi berjalan pulang berkomentar kalau Eun Ho sangat keren dengan bercerita Saat masih kecil,merasa malu karena ibunya membuka salon. Jadi sering berbohong dan bilang pada orang-orang kalau ibunya adalah guru. Nam Joo pikir Bisa dimengerti karena dirinya juga berbohong.
“Tapi Eun Ho.. tidak peduli dengan pandangan orang, dan memastikan ayahnya baik-baik saja. Sebenarnya itu adalah yang seharusnya dilakukan.” Ucap Dae Hwi bangga.
“Dae Hwi... Kau sebenarnaya sedang bicara dengan siapa sekarang? Kau terus berbicara tentang Eun Ho. Tidak enak rasanya mendengarkanmu membicarakan dia.” Kata Nam Joo. Dae Hwi pun meminta maaf.
“Tapi ini Lingkungan tempat tinggalmu nyaman juga.” Kata Dae Hwi. Nam Joo berkata akan jalan sendirian saja dari sini. Dae Hwi pun mengangguk setuju.
“Kau tahu, hari ini hampir 200 hari sejak kita berpacaran.” Kata Nam Joo. Dae Hwi mengangguk karena mengingatnya. Nam Joo pun berjalan sendiri lalu kembali berbalik melihat Dae Hwi yang sudah pergi menjauh. 

Guru Shim berjalan melihat Petugas Han dijalan bagian bawah,lalu mengikutinya dengan membawa minuman kaleng. Tae Woon berjalan dari arah berlawanan, bertabrakan dengan Guru Shim. Guru Shim mengaku kalau  perlu bicara dengannya kalau akan ditanyai petugas Kementrian Pendidikan datang nanti. Tae Woon mengaku tahu.
“Padahal ini adalah kesalahan orang-orang dewasa di sini. Aku harusnya menolak sejak awal.” Kata Guru Shim merasa menyesal
“Aku akan bekerjasama, jangan cemas.” Ucap Tae Woon dan merasa sangat Panas sekali menatap minum kaleng. Guru Shim pun memberikanya lalu mereka pun duduk bersama. 

“Apa kau kesal soal sesuatu?” tanya Guru Shim. Tae Woon mengaku Tidak tapi Ada sesuatu yang mengganggunya.
“Aku tidak punya perasaan khusus atau apa, tapi aku merasa ingin minum soda bersama” kata Tae Woon.
“Dan makan bersama.” Ucap Guru Shim.  Tae Woon mengaku ingin melihatnya walau sebentar. Guru Shim mengaku ingin bicara dengannya.
“Kalau kau menemukan sesuatu yang bagus, maka kau ingin berbagi dengannya. Kau ingin dia menenangkanmu. Kau selalu ingin bersamanya lebih lama. Kau ingin melakukan.. bahkan hal-hal kecil sekalipun, bersamanya.” Kata Guru Goo datang. Keduanya mengangguk membenarkan.
“Itulah rasanya kalau menyukai seseorang.” Ucap Guru Goo. Tae Woon melonggo sampai minuman jatuh seperti tak yakin. 

Eun Ho mengeluh karena harus belajar. Tapi ibunya memohon agar bisa sekali saja melakukan karena ayah dan anak sulungnya, tak pernah ada ketika membutuhkanya.
“Ibu akan berikan kau uang jajan tambahan. Ayolah. Sekali ini saja.” Kata Ibu Eun Ho merayu. Eun Ho pun seperti senang menerima  Uang jajan tambahan. Ibu Eun Ho menyakinkan kalau akan memberikan uang jajan yang banyak.

Eun Ho dengan sepedanya pergi ke sebuah rumah dan menekan bel rumah, melihat rumah yang luas dan juga terlihat orang kaya. Lalu ia kaget melihat Tae Woon yang duduk di sofa, ternyata yang memesan ayam. Ia pun memastikan kalau ini rumah Tae Woon.
“Memangnya aku akan pesan ayam ke rumah orang lain?” ucap Tae Woon membayar ayamnya, Eun Ho pikir sepertinya bisa saja begitu lalu berjalan pergi sambil mengejek orang aneh. Tae Woon menegaskan kalau masih bisa mendengar.
“Hei..Bodoh... Kuponnya.” Kata Tae Woon. Eun Ho pun memberikan kupon gratis sambil mengumpat dan pergi.
“Bukankah kuponnya terlalu biasa?” kata Tae Woon melihat kupon ditanganya. 

Eun Ho baru saja pulang, ibunya memberikan kantung lain karena da pelanggan yang memesan jadi memang harusa mengantarnya. Eun Ho mengumpat kesal karena membuatnya kerja bolak balik.  Akhirnya ia datang dengan menekan bel melampiaskan amarahnya.
“Kau pasti sangat suka ayam.” Ejek Eun Ho. Tae Woon pikir sebelumnya pernah bilang kalau benci ayam.
“Tapi mengusilimu lumayan seru.” Kata Tae Woon dengan senyuman liciknya
“Kalau kau mau mengusiliku lagi, maka kau akan mati. Jadi makan sajalah semua ayam-ayam itu” ucap Eun Ho kesal. Tae Woon kembali meminta kupon lagi. Eun Ho menegaskan agar Jangan pesan lagi.
“Bukankah sudah kubilang padamu? Aku hanya punya 2 hobi, yaitu Naik motor Dan mengoleksi kupon ayam.” Kata Tae Woon. Eun Ho makin mengumpat kesal Tae Woon yang Aneh sekali.
“Kalau aku dapat 10, dia harus datang ke sini sekali lagi, 'kan?” kata Tae Woon ingin mengerjai kembali. 
Eun Ho kembali membawa ayam sampai di halaman memberikan ayam dan juga kupon, dengan mengancam kalau Pesan saja sekali lagi, akan membunuhnya. Tae Woon menolak tapi sudah dapat 10, menurutnya Sayang kalau tidak dipakai, dan sangat hemat.
“Tae Woon... Mari kita bicara secara jujur dan terbuka. Kau.. benci padaku, 'kan? Apa Kau suka menggangguku? Apa itu membuatmu bahagia?” ucap Eun Ho
“Hei. Aku bukan anak-anak. Mengganggumu.. sangat menyenangkan! Sudah kubilang, 'kan?” kata Tae Woon. Eun Ho terlihat sangat kesal memilih untuk pergi, Tapi Tae Woon terlihat bahagi bisa melihat Eun Ho.
Tuan Hyun baru pulang melihat ada ayam diatas meja, melihat anaknya berpikir kalau ingin makan ayam. Tae Woon mengaku tidak suka ayam dan bergegas masuk kamar. 

Eun Ho datang ke parkiran dengan nada mengejek menyapa Tae Woon,  kalau apakah sudah puas makan ayamnya semalam. Tae Woon mengulang kalau benci ayam. Eun Ho pikir terusl saja membenci ayam dan Jangan pernah pesan lagi.
“Sudah kubilang... Masih ada 10 kupon yang ada padaku.” Kata Tae Woon. Eun Ho mengumpat meminta agar Tae Woon mengembalikanya, Tae Woon memilih untuk segera pergi dengan motornya. 

Dae Hwi dan Nam Joo pulang bersama. Nam Joo merasa senang karena tidak percaya mereka sudah pacaran selama 200 hari. Dae Hwi mengaku seperti itu juga.  Keduanya pun pamit pergi, Dae Hwi pun berjanji akan menelpnya. Nam Joo berjalan keluar sekolah dengan banyak pria yang menganguminya, Dae Hwi menatapnya dari belakang.
Nam Joo menunggu di cafe tapi Dae Hwi tak datang dan berusaha menelpnya, tapi ponselnya tak aktif.  Akhirnya Nam Joo pun pulang kerumah dikagetkan dengan Dae Hwi sudah ada didepan rumahnya dengan membawa sebuket bunga dan juga hadiah.
“Apa yang kau lakukan di sini? Dae Hwi, aku..” ucap Nam Joo gugup dan Dae Hwi memberikan hadiah dan buket bunganya.
“Aku tidak tinggal di sini. Ini hanya sementara. Sesuatu terjadi dan keluargaku.. sementara tinggal di sini.” Kata Nam Joo berusaha menjelaskan.
“Nam Joo... Aku sangat menyukaimu. Tapi kenapa kau terus membohongiku?” kata Dae Hwi tak percaya dan berjalan pergi. Nam Joo terlihat kebingungan karena Dae Hwi mengetahui latar belakang keluarganya yang selama ini ditutupi. 

Dae Hwi berjalan pulang sambil mengingat pertama kali Nam Joo yang memberikan minuman diatas mejanya. Lalu Dae Hwi tanpa malu mengikat sepatu Nam Joo yang lepas. Nam Joo hanya bisa tertunduk sedih.  Esok paginya, Keduanya bertemu dan saling menatap, sampai akhirnya Nam Joo memilih untuk pergi.
Flash Back
Dae Hwi menelp ke Perusahaan Transportasi Shingang. Sekertarisnya binggung karena mencari Anak perempuan, karena bos mereka tidak punya anak perempuan. Keduanya pun berjalan di arah yang berbeda.  Bo Ra terpaksa mengaku sebagai pelaku karena pasti kalah. Lalu ayah Eun Ho  yang diam-diam berkerja sebagai kuli bangunan.
“Kita semua..  Kita semua pernah berbohong. Untuk melindungi sesuatu Atau menyembunyikan sesuatu. Dan.. kita harus menanggung konsekuensi dari semua kebohongan itu.” Gumam Eun Ho.
Tae Woon tersenyum bahagia karena Eun Ho yang bahagia melihat komentar. Lalu Ia ingin mengelak dari jantungnya yang berdegup kencang, melepaskan ikat rambut Eun Ho. Ia juga menjahili Eun Ho memesan ayam berkali-kali
“Kadang, ada banyak.. kejujuran besar yang tersembunyi di balik kebohongan.. yang sebelumnya mungkin tidak kita sadari. Kadang seperti itulah.”



Eun Ho dan Tae Woon berjalan pulang, Eun Ho mengeluh dengan webtoonya ingin tahu alasan X berbohong setelah menyelamatkannya. Tae Woon pikir itu karen si X tidak bisa percaya. Eun Ho tak mengerti percaya dengan apa.
“Dia tidak percaya tentang perasaannya sendiri.” Kata Tae Woon. Eun Ho pun bertanya Perasaannya tapi apa itu. Tae Woon hanya menatap binggung.
Saat itu tiba-tiba hujan turun dengan deras, keduanya mencari tempat berteduh. Tae Woon merapihkan rambut Eun Ho yang basah. Tiba-tiba hujan juga turun dibawah pohon, Tae Woon mengunakan tasnya agar mereka tak kehujanan.
Eun Ho memberikan senyuman, Tae Woon menatap Eun Ho seperti berdegup dengan kencang, tanganya menurunkan tanganya dan mulai mendekatkan wajahnya.
Bersambung ke episode 9

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

3 komentar:

  1. wah kayaknaya mulai kissu nih heheheh

    BalasHapus
  2. Jreng jreng...... Sdh mulai masuk romanceNya ya wkwk . Next author

    BalasHapus
  3. dari kisahnya .. akan lebih baik lagi jika akhirnya eun ho bersama tae woon ....

    BalasHapus