Keduanya
duduk ditaman, Eun Ho berkomentar Tae Woon itu
ternyata ahli dalam urusan sepeda motor, Tae Woon mengaku dulu sangat tertarik
pada motor. Eun Ho menganguk mengerti lalu mengaku penasaran, karena
Sejujurnya, dirinya tidak bisa naik bus lagi sejak kecelakaan itu.
“Sepertinya
aku sudah tidak trauma tapi aku hanya mencari-cari alasan agar tidak teringat
dengan luka itu lagi. Aku terlalu takut menghadapinya. Aku penasaran bagaimana
kau bisa naik motor lagi setelah kejadian itu.” Kata Eun Ho
“Itu.. karena
aku menganggap motor itu seperti Joong Gi. Dia adalah alasanku belajar naik motor
dan dia adalah alasanku mulai bermimpi bisa merancang sepeda motor sendiri
suatu saat nanti.” Cerita Tae Woon. Eun Ho bisa mengerti.
“Setelah
apa yang terjadi padanya, aku sempat takut beberapa saat Aku sempattidak bisa
menaikinya lagi. Tapi aku juga merasa seperti sedang berusaha membuang Joong Gi
dari hidupku. Waktu-waktu yang kami lalui bersama. Kenangan-kenangan itu
Semuanya. Makanya aku memaksakan diriuntuk bisa naik motor lagi. Saat aku
mengendarainya aku merasa seperti sedang bersama Joong Gi..” Cerita Tae Woon
“Lalu
Kenapa kau menyerah pada impianmu? Kau bisa saja meneruskan.. mimpimu merancang
sepeda motor.” Kata Eun Ho
Tae Woon
memikirkan tentang impianya, lalu mengaku kalau sempat tidak tahu apa itu
bermimpi dan Kalau impiannya jadi nyata, apakah ia akan memahaminya atau apakah hidupnya akan
berubah. Eun Ho juga tak tahu soal itu tapi berharap kalau Tae Woon bisa
melakukan sesuatu.. yang membuat jantungnya berdebar.
“Sesuatu
yang membuatmu Senang dan menikmatinya. Itulah yang kuinginkan.” Ucap Eun Ho.
“Aku
sudah melakukannya.” Kata Tae Woon. Eun Ho binggung dan berpikir kalau Tae Woon
baru saja memiliki mimpi yang lain.
“Sudah
kubilang, kaulah yang membuat jantungku berdebar. Melihatmu membuatku merasa
senang dan aku menikmatinya. Apa itu artinya kau adalah impianku?” kata Tae
Woon. Eun Ho hanya diam dan keduanya menikmati malam dengan bintang yang
bertebaran.
Diatas
meja banyak makanan dan juga sangat lengkap, Ayah Eun Ho mengajak mereka makan
bersama. Ibu Eun Ho binggung melihat
menu makanan mereka, Daging sapi. Kerang, padahal tidak bisa membeli makanan
mahal. Tae Sik pikir mereka seharusnya membuat keadaan keluarga mereka
ditingkatkan.
“Mungkin
aku akan segera dipekerjakan oleh sebuah perusahaan besar atau apalah.” Kata
Tae Sik. Eun Ho mengejek kakaknya untuk mimpi saja.
“Ibu
tidak perlu perusahaan besar, tapi harap taman dekat sini akan mempekerjakanmu.”
Kata Ibu Eun Ho. Tae Sik meminta agar menunggu saja.
“Mungkin
kami berdua bisa dapat pekerjaan bersamaan.” Kata Ayah Eun Ho. Ibu Eon Ho
merasa itu hanya Omong kosong karena keduanya tak mungkin dipekerjakan bersamaan
“Jangan
mencemaskan apapun. Makanlah kerang yang mahal ini.” Kata Ayah Eun Ho menyuapi
suaminya begitu juga Eun Ho yang disuapi oleh kakaknya.
Tae Woon
masuk ke ruangan melihat sebuah majalan dengan note yang dituliskan Eun Ho “ Kuharap
kau tidak melupakan impianmu juga. seperti kau tidak melupakan Joong Gi.” Lalu
dibawahnya ada tambahan.
“Ini
sangat mahal. Jadi sebaiknya, kau bekerja keraslah. Lakukan yang terbaik dan
berjuanglah demi impianmu.”
Tae Woon
merasa kalau Eun Ho selalu saja membuatnya gila, lalu melihat majalah yang
dibelikan Eun Ho adalah tentang design motor. Seperti satu-satunya orang yang
mendukung impianya.
Nam Joo
berjalan tak sengaja melihat Dae Hwi yang baru keluar kelas, Keduanya seperti
tak saling kenal, dengan wajah acuh memilih untuk tak bertegur sapa. Diam-diam
Tae Woon melihat dari kejauhan, lalu berjalan mendekati Dae Hwi.
“Apa kau
bertengkar dengan Nam Joo?” ucap Tae Woon. Dae Hwi pikir Tae Woon Tidak usah
ikut campur urusannya.
“Aku
sedang mencobanya, tapi aku tetap merasa ada yang aneh. Aku ini terlalu
pintar.” Kata Tae Woon
“Bagaimana
denganmu? Kapan kau akan mengakui kalau
kau adalah X? Kau tidak berani, 'kan? Eun Ho juga akan tahu segera tentang
seberapa egoisnya kau ini.” Kata Dae Hwi
“Egois
masih jauh lebih baik daripada jadi sampah.” Kata Tae Woon. Dae Hwi tak mau
membahasnya menyuruh Tae Woon minggir, dengan sengaja menyenggol pundak Tae
Woon.
Tae Woon
tak terima membalasnya, Dae Hwi tak bisa menahan amarah mendorong Tae Woon.
Keduanya saling mencengkram dan sudah siap berkelahi. Terdengar suara menyuruh
keduanya untuk berhenti, Guru Koo keluar dari balik pohon dengan kayunya.
Keduanya
sudah ada diruangan yang berantakan. Guru Goo dengan sengaja bersandar pada
pundak dua anak muridnya. Dae Hwi tak percaya merkea harus membersihkan
semuanya. Guru Goo menatap Dae Hwi yaitu Ketua Osis yang mencuri soal ujian.
Sementara Tae Woon adalah anak direktur sekolah yaitu sudah melakukan kesalahan
besar.
“lalu
belum cukup dengan itu saja, apa sekarang kalian malah berkelahi? Bapak akan
memberikan kalian kesempatan untuk menurunkan pengurangan poin kalian.” Ucap
Guru Goo.
“Aku akan
menyelesaikannya perlahan-lahan, Pak.” Kata Tae Woon.
“Jantanlah,
lakukan semua sekaligus. Mulai dari ruang seni ini kemudian. ke ruang sains,
kafetaria kemudian ruang UKS. Bersihkan semua dengan baik.” Perintah Guru Goo
“Pak... Haruskah
aku melakukan ini bersamanya?” kata Dae Hwi tak ingin bersama Tae Woon.
Guru Goo
memberitahu kalau Ini butuh kerja sama tim dan keduanya memang sama
bersalahnya. Dae Hwi merasa kalau Tae Woon
tidak akan berguna sama sekali. Tae Woon mengumpat marah. Guru Goo
menyuruh keduanya untuk diam saja dan mulai berkerja.
“Kalau
kalian mau bersih-bersih sambil berbaikan akan lebih bagus lagi.” Ucap Guru Goo
sebelum keluar dari ruangan.
Dae Hwi
mengambil sapu, Tae Woon yang kesal tak suka Dae Hwi yang menatapnya dan mulai
membereskan papan untuk melukis dan dengan sengaja menyenggol papan dan
mengenai kepala Dae Hwi. Dae Hwi terlihat marah, Tae Woon pun berpura-pura
kalau itu tak sengaja.
Keduanya
mulai mengepel, Dae Hwi membalas dengan sengaja menabrak kain pel ke kaki Tae
Woo, lalu meminta maaf kalau yang dilakukan tak sengaja. Tae Woon hanya bisa
menahan amarahnya saja.
Keduanya
mengangkat meja, Tae Woon menyuruh Dae Hwi agar bergerak ke kiri, Dae Hwi
bergeser ke kiri. Tae Woon kesal kalau yang dimaksud, kiri dari dirinya dan
mengumpat Dae Hwi itu bodoh.
“Hei. Apa
dunia ini berputar mengelilingimu? Kenapa aku harus mengikuti kirimu dan
kananmu?” ucap Dae Hwi kesal. Tae Woon menyuruh Dae Hwi tak banyak bicara dan
bergeser.
Akhirnya
ruangan kembali rapih dengan maja yang berjejer, Tae Woon keluar dari ruangan.
Dae Hwi melihat tumpukan buku gambar dengan tulisan pada label “Ruang Seni,
Kelas 10-3, Hyun Tae Woon” lalu membuka seperti takjub melihat gambar yang
sangat bagus.
“Hei...
Apa yang kau lakukan? Panggil Pak Guru.” Ucap Tae Woon tiba-tiba masuk. Dae Hwi
yang gugup bergegas keluar untuk memanggil Guru Goo.
Keduanya
duduk sambil minum soda, Dae Hwi bertanya apakah Tae oon sangat mencemaskan Eun Ho. Tae Woon mengaku
kalau sangat Menyebalkan sekal melihat Eun Ho terluka dan Tidak masalah kalau
hanya aku yang terluka asal jangan Eun Ho. Saat itu ponsel Dae Hwi bergetar,
keduanya melihat nama Hee Chan yang muncul. Dae Hwi memilih untuk tak
mengangkatnya.
“Apa Kau
sudah menyelesaikan semua dengan dia? Apa Kau tidak akan menyesal?” ucap Tae
Woon.
“Ya.. Aku
sudah menghabiskan banyak waktu Dengannya jadi aku tahu beberapa kelemahannya.”
Kata Dae Hwi
“Hee
Chan, si gila itu. Dia terlalu pendiam. Ini saatnya dia membuat masalah.” Kata
Tae Woon
Kepsek
Yang sibuk melihat semua petunjuk dan merasa yakin salah satu anak adalah yang
paling mungkin menjadi X, dengan bangga kalau Titik terangnya mulai terlihat.
Saat itu Hee Chan menemui mantan kepseknya. Kepsek yang bertanya ada ada datang
menemuinya.
“Aku
punya petunjuk besar tentang X yang sebenarnya.” Ucap Hee Chan. Kepsek Yang
kaget kalau Hee Chan mengetahui Petunjuk besar tentang X.
Kepsek
Yang bertemu dengan Tuan Hyun memberitahu kalau
Eun Ho menggambar webtoon dengan Judulnya, "Murid X"
menurutanya Itu tidak akan mungkin kalau Eun Ho itu tidak mengenal X secara pribadi.
“Kalau
kau mengembalikan posisiku sebagai kepala sekolah, maka aku akan menangkap X
dalam seminggu.” Ucap Guru Goo menyakinkan.
“Maksudmu
kau akan segera menangkapnya, 'kan?” kata Tuan Hyun. Guru Goo mengangguk dengan
sangat yakin.
Dae Hwi
baru saja keluar dari sekolah, Ibu Hee Chan melihat Dae Hwi yang mau pulang
dengan nada angkuhnya mengajak masuk karena akan mengantarnya pulang. Hee Chan
membuka pintu agar Dae Hwi bisa masuk. Dae Hwi dengan segenap hatinya langsung
menolak karena ingin pulang jalan kaki saja. Tae Woon melihat dari kejauhan
kalau Dae Hwi berusah menjauh dari Hee Chan.
Dae Hwi
heran melihat Tae Woon yang berjalan mengikutinya. Tae Woon pikir dirinya itu
gila kalau mengikuti Dae Hwi tapi memang ingin pulang. Dae Hwi tahu kalau rumah
Tae Woon ke arah yang berlawana. Tae Woon tahu tapi tetap ingin melewati jalan
yang dilalui Dae Hwi.
“Apa yang
terjadi dengan sepeda motormu?” tanya Dae Hwi
“Aku
terlalu sering mengendarainya. Jadi dia sakit dan Sebelum semuanya jadi semakin
parah tentu harus segera diperbaiki.” Ucap Tae Woon berjalan lebih dulu.
Dae Hwi
tak habis pikir dengan Tae Woon mau kemana sebenarnya, Tae Woon menegaskan
bahwa ingin pulang, Dae Hwi menujuk rumah Tae Woon yang berlawanan arah, Tae
Woon pikir terserah dirinya kalau memang
ingin berjalan memutar pulang ke rumahnya.
Guru Shim
memberikan segelas teh pada Young Gun ingin tahu alasan sering bolos, karena nanti bisa dikeluarkan.
Young Gun pikir Keluarkan saja dari sekolah. Guru Shim kaget Young Gun malah
memang sengaja ingin dikeluarkan.
“Datang
ke sekolah juga tidak dapat apa-apa. Biar aku yang urus hidupku sendiri.” Ucap
Young Gun. Guru Shim pikir bukan seperti maksudnya.
“Kalau
kau sehebat itu, lakukanlah sesuatu. Kau merasa cemas. Makanya kau ke sekolah
hanya dengan setengah hati. Karena kau ingin bersungguh-sungguh di sekolah.”
Ucap Petugas Han. Guru Shim panik karena Petugas Han membuat anaknya seperti
makin melawan.
“Kau ini
pengecut. Kalau kau memang mau sekolah, maka lakukan dengan sepenuh hati Kalau
tidak, bermainlah dan lakukan pemberontakanmu dengan benar.” Kata Petugas Han.
Young Gun menyetujuinya lalu keluar dari ruangan dengan wajah marah kalau akan
memberontak kalau begitu. Guru Shim panik memanggil Young Gun yang pergi.
“Tapi..
haruskah kau.. bicara sekejam itu padanya?” ucap Guru Shim heran
“Bagaimana
dia bisa dewasa kalau tidak terluka? Kau sudah setuju.. untuk menggenggam
tangan mereka saat sedang terluka. Bukan begitu?” jelas petugas Han. Guru Shim
sempat binggung lalu menangguk setuju.
“Sepertinya
kau sudah melakukannya.” Kata Petugas Han. Guru Shim merasa seperti itu tapi
masih dibuat binggung.
Petugas
Han berjalan di lorong melihat Young Gun dkk akan pergi lalu bertanya mau
kemana mereka. Young Gun dengan sinis merasa kalau tak ada urusanya dengan
petugas Han. Petugas Han pikir ada urusanya karena setelah ini kelasnya. Young
Gun tahu kalau kelas mereka selanjutnya
adalah olah raga. Petugas Han membenarkan.
Petugas
Han membuat kelas gabungan dengan Guru Jung, memebritahu kalau Melakukan
perlawanan untuk membela diri memang dianjurkan tapi lari lebih disarankan lagi
dan tidak ada salahnya juga belajar bagaimana caranya an mengajak mereka untuk
memulai
Ia
meminta agar Guru Jung memeluk dari belakang, semua akan memberikan sahutan
karena seperti keduanya sangat dekat. Guru Jung memberikan pelukan walaupun
terlihat kaku. Petugas Han meminta aga Guru Jung memeluknya lebih erat. Guru
Jung pun dengan senang hati melakukanya, tapi setelah itu Guru Jung langsung
kena banting oleh Petugas Han.
“Selanjutnya
adalah saat penjahatnya datang padamu dari depan.” Ucap Petugas Han menyuruh
Guru Jung seperti mencengkram bajunya, dan kembali memberikan jurus untuk
melawanya.
Eun Ho
dkk hanya bisa bergidik karena pasti Guru Jung merasakan sakit karena dibanting
beberapa kali. Petugas Han akhirnya menyuruh Young Gun akan mencobanya dengan
melawan guru Jang. Guru Jang mulai bersiap dan Young Gun bisa membuat gurunya
itu jatuh lemas. Petugas Han memuji Young Gun pintar dan bisa jadi polisi.
Eun Ho
baru pulang, Ibunya terlihat sangat marah pada ayah dan juga kakaknya. Tuan Ra
dan Tae Sik hanya bisa tertunduk. Ibu
Eun Ho tak percaya keduanya yang menggunakan semua dana darurat. Tuan Ra
mencoba menjelaskan maksudnya.
“Ibu,
kami sudah memastikan semuanya. Kami sudah memeriksanya tanda pengenalnya Bagaimana
bisa kami tidak percaya padanya?” Kata Tae Sik
“Apa kau
kira penipu tidak akan mempersiapkan tanda pengenal? Dasar bodoh kalian. Kalian
ini tolol sekali! Cepat tangkap dia!” ucap Ibu Eun Ho marah
“Apa
Kakak kena tipu dan Ayah juga?” kata Eun Ho. Ibu Eun Ho langsung duduk menangis
merasa hidupnya sangat busuk dan lebih memilih kalau mereka seharusnya
menghabiskan uang untuk makan dan minum.
“Setidaknya
uang itu tidak akan sia-sia karena dihabiskan untuk keluarga.” Ucap Ibu Eun Ho.
Semuanya merasa kasihan pada ibu mereka karean mengecewakan kembali.
Ibu Eun
Ho menelp seseorang seperti ingin meminjam uang karean situasinya sangat
kepepet, tapi malah di tutup begitu saja telpnya. Eun Ho pun menatap ibunya di
luar restoran dan menghampirinya
“Ibu
pasti kesal, Kita harus membayar
pinjaman bulanan mulai sekarang.” Ucap Eun Ho
“Astaga.
Apa yang kau tahu soal urusan orang dewasa? Jangan cemas. Ibu yang akan mengurusnya.”
Kata Ibu Eun Ho menenangkan anaknya.
“Dan
bagaimana kalau malah Ibu yang hancur?” kata Eun Ho khawatir
“Kenapa
juga Ibu harus hancur? Ibu 'kan masih punya keluarga kita. Pergilah belajar
sana.” Kata Ibu Eun Ho.
Eun Ho
pun berjalan masuk dan bisa mendengar ibunya berusaha mencari pekerjaan dengan bisa
mulai bekerja pagi sekali, bahkan bisa mengupas bawang atau apa saja yang
dibutuhkan oleh restoran.
Eun Ho
melihat daftar yang lulus les komik, Si pengajar melihat Eun Ho yang sudah
berusaha sekeras jadi kenapa harus berhenti. Eun Ho menaku kalau tidak berhenti
selamanya dan akan mendaftar lagi dalam beberapa bulan. Gurunya memberitahu
kalau Berlatih itu penting.
“Tanganmu
akan jadi kaku meski kau hanya berhenti selama 3 hari. Kalau kau ke sini setelah
beberapa bulan, maka semua bakatmu akan hilang. Kalau kau berhenti sekarang,
maka semuanya akan berakhir.” Ucap gurunya. Eun Ho hanya bisa diam saja.
Eun Ho
keluar dari kamar melihat kakaknya yang akan pergi, lalu menanyakanya. Tae Sik
mengaku seperti tak punya tujuan tapi
harus melakukan sesuatu dan akan mencobanya hari ini, lalu apabila tak
sanggup maka berhenti saja. Eun Ho menatap kakaknya berpikir kalau mau kerja
jadi buruh.
Eun Ho
pergi ke tempat paruh waktu mengambil brosur tapi meminta dua kali lipatnya. Si
pegawai merasa khawatir karean Eun Ho juga harus belajar. Eun Ho pikir Tidak
masalah karena akan melakukannya dengan cepat dan belajar.
Ia
membawa kardus berisi selembaran untuk les, saat berjalan di ruang pendaftaran
ada anak yang merengek pada ibunya kalau tak ingin les tapi selalu dipaksa
untuk mendaftar. Eun Ho terlihat sedih karena ada anak yang menolak les,
padahal orang tuanya mampu, sementara ia harus berkerja keras agar bisa les. Eun Ho hanya bisa menangis sendirian ditaman malam hari.
Eun Ho
membereskan semua barang di ruang kontainer. Tae Woon heran melihat Eun Ho
yang membawa banyak sekali barang seolah
tidak akan kembali ke sini lagi. Eun Ho pikir Sementara waktu akan sangat sibuk jadi tak mungkin datang. Tae
Woon menaruh kembali kotak pensil ingin tahu ada apa memangnya.
“Komputerku
di rumah rusak, jadi sementara aku tidak
akan menggambar webtoon. Aku akan belajar hidup dengan baik untuk sementara. Hidup
macam apa yang bisa kupelajari dari ruangan sempit ini? Kalau aku mau jadi
seniman webtoon yang baik, aku butuh pengalaman hidup.” Kata Eun Ho
“Hei.
Apaan ini? Apa Jadi kau tidak akan kembali ke sini lagi?” ucap Tae Woon dengan
nada tinggi
“Aku akan
kembali, tapi tidak dalam waktu dekat. Begitulah. Aku akan sangat sibuk dan
juga harus melakukan beberapa pekerjaan.” Kata Eun Ho dan Tae Woon melihat ada
lembaran gambar komik yang dibuang.
Eun Ho
sibuk menghitung belanjaan di minimarket, tapi karena belum terbiasa membuatnya
gugup dan membuat banyak antrian. Setelah itu seorang ibu yang ingin membeli
rokok dibuat jengkel karena Eun Ho tak bisa mengambil rokok yang dirak.
Akhirnya
Eun Ho keluar dari minimarket dengan punggung yang lelah, lalu dikejutkan
dengan Tae Woon sudah ada didepan minimarket. Tae Woon mengaku sudah memeriksa
semua swalayan di kota ini. Eun Ho hanya bisa diam saja.
Tae Woon
memberikan minuman di cafe, lalu bertanya alasan Eun Ho yang mendadak kerja sambilan
dan Kerja di swalayan itu melelahkan. Eun Ho pikir sudah mengatakan bahwa butuh
pengalaman hidup. Tae Woon ingin tahu alasan seorang anak SMA mempelajari
kehidupan dengan cara sekejam itu.
“Anak SMA
'kan biasanya memang bekerja sambilan. Kau pasti tidak pernah membayangkan akan
melakukannya.” Kata Eun Ho
“Jangan
lakukan itu. Itu melelahkan dan kau harus melanjutkan webtoon-mu. Waktumu akan
banyak terbuang. Dan Kau juga tidak akan punya waktu untuk belajar.” Kata Tae
Woon. Eun Ho tahu
“Makanya
jangan lakukan.” Ucap Tae Woon. Eun Ho
merasa juga tidak mau melakukannya Tapi tidak punya pilihan.
“Hidupku
tidak mudah seperti hidupmu.” Ucap Eun Ho
Tae Woon
binggung sebenarnya ada apa dan apakah Eun Ho
tidak mau menggambar lagi padahal Itu impiannya dan kenapa malah buang-buang waktu seperti ini. Eun Ho meminta
maaf kalau keluarganya sedang ada masalah Jadi tidak bisa buang-buang waktu dan
Komputernya rusak. Makanya tidak bisa menggambar lagi, dan.... Tae Woon hanya
bisa menatap Eun Ho seperti menahan sesuatu. Eun Ho meminta agar meninggalkan
sendiri dan pamit pergi.
Dae Hwi
pulang dengan bus, mengingat kembali ucapan Nam Joo yang menyukai sesuatu yang
jujur dan Makanya tidak peduli meski harga diri mantan pacarnya diinjak-injak
orang.
Flash Back
Nam Joo
dudk sendirian di cafe, seorang pria datang memberikan minuman dan meminta
nomor telpnya. Nam Joo terlihat binggung dan saat itu Dae Hwi datang dengan
tatapan marah memberitahu kalau Nam Joo adalah pacarnya. Si pria meminta maaf
mengambil kembali minuman dan bergegas pergi.
“Duduklah
di depanku... Tidak nyaman belajarnya kalau begitu.” Ucap Nam Joo melihat Dae
Hwi yang langsung duduk disampingnya
“Tidak...
Mulai sekarang aku akan duduk di sebelahmu.” Kata Dae Hwi
“Astaga.
Pacarku benar-benar membuatku merasa aman.”ejek Nam Joo. Dae Hwi mengaku kalau
itu karena Nam Joo terlalu cantik.
“Aku jadi
terganggu...Mulai sekarang pakailah kacamata masker dan topi. Mengerti?” ucap
Dae Hwi. Nam Joo hanya bisa tersenyum melihat Dae Hwi yang cemburu.
Dae Hwi mengingat
kenangan seperti merasakan sesuatu yang berbeda.
Eun Ho
berjalan ke taman mengingat saat duduk bersama Tae Woon, berpikir kalau Tae
Woon yang punya impian baru. Tae Woon mengaku kalau Eun Ho yang membuat
jantungnya berdebar.
“Melihatmu
membuatku senang dan aku menikmatinya. Apa itu artinya kau adalah impianku?” ucap Tae Woon
Tae Woon
duduk di meja melihat note yang ditempal pada foto bersama Joong Gi dan Dae Hwi
“Aku harap kau tidak lupa juga pada impianmu.” Lalu merasa kalau Eun Ho yang memintanya
agar jangan menyerah lalu bergegas pergi dengan membawa sebuah kantung belanja.
Eun Ho
berjalan pulang melihat Tae Woon yang sudah menunggunya. Tae Woon mengatakan
Tidak akan ada yang mati besok, dan langit juga belum runtuh jadi tak ada yang sulit.
Ia tahu kalau komputer Eun Ho yang rusak,
jadi tidak bisa menggambar.
“Kalau begitu,
menggambarlah dengan ini. Kalau begitu kau tidak perlu.. bekerja sekeras itu
'kan?” ucap Tae Woon memberikan laptopnya.
“Kenapa
segalanya sangat mudah bagimu? Apa Kau kira luka orang lain, harga diri dan
kerja keras adalah hal yang mudah? Siapa kau yang dengan seenaknya menganggap
impian dan harga diriku sebagai hal yang mudah?” ucap Eun Ho marah
“Aku
tidak bermaksud begitu. Aku hanya ingin membantumu. Tidak mudah bagi orang lain
melindungi impiannya sepertimu.” Kata Tae Woon.
“Yang
kubutuhkan sekarang bukan kebaikanmu. Jadi Tae Woon, jangan datang lagi...
Menjauhlah... Jangan berpikir untuk terlibat dalam masalah hidupku lagi dan
Ini.. adalah jawabanku.” Kata Eun Ho lalu berjalan pergi. Tae Woon hanya diam
saja seperti tak percaya Eun Ho tak mau menerima perasaanya.
Bersambung
ke episode 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar