Jung Il
tiba-tiba datang dan duduk di depan Nam Joo, bertanya Apa keluarganya memang
benar yang punya Shingang. Nam Joo terlihat gugup, Dae Hwi juga
mendengarnya. Jung Il menceritakan kalau
dari ibunya, bahwa bos di perusahan itu belum menikah. Nam Joo terlihat
binggung.
“Mungkin
dia salah orang. Itu 'kan bukan perusahaan kecil. Bagaimana bisa semua pekerja tahu
kehidupan pribadi CEO-nya?” ucap Dae Hwi mencoba menutupi
“Kalau
cuma itu bukankah semua orang harusnya tahu?” kata Jung Il. Dae Hwi pikir
Mungkin hanya gosip.
“Mereka
pasti salah paham karena ayahmu tidak pernah membicarakan keluarga. Gosip
menyebar dengan cepat. Gosip adalah masalah. Dan Jung Il. Belnya sudah mau
bunyi, Duduklah di kursimu.” Ucap Dae Hwi dan Jung Il kembali ke kursinya. Nam
Joo terlihat masih tetap tegang.
Hee Chan
menemui Bo Ra dengan menuduh kalau Yang menyebarkan gosip soal mereka. Bo Ra
membalas kalau ia juga di gossipkan
pernah hamil jadi Untuk apa
mengatakan hal semacam itu, dan merasa tak percaya hanya karena alasan
itu memanggilnya untuk datang.
“Jadi
siapa lagi? Tidak ada orang yang tahu soal kita.” Kata Hee Chan terlihat panik.
“Mungkin
memang ada orang lain. Tidak ada yang namanya rahasia di dunia ini.” Kata Bo
Ra.
“Kau
tahu.. ibuku akan membunuhku kalau sampai dia tahu.” Ucap Hee Chan benar-benar
panik. Bo Ra pikir tak ada urusan denganya.
“Kau
tidak pernah cerita pada siapapun.. soal kita 'kan?” kata Hee Chan. Bo Ra
menegaskanTidak pernah.
“Kumohon.
Kau benar tidak pernah cerita pada siapapun 'kan?” ucap Hee Chan memastikan
kembali. Bo Ra mengingat saat itu Eun Ho yang mengembalikan diary miliknya.
“Diariku...
Aku kehilangan diari beberapa hari yang lalu. Diari yang.. kita tulis berdua. Eun
Ho yang menemukannya, tapi..” ucap Bo Ra dan Hee Chan terlihat sangat marah.
“Apa kau
gila? Bagaimana kau bisa kehilangan diari itu? Kenapa kau masih membawanya ke
mana-mana?” ucap Hee Chan melotot. Bo Ra yakin kalau Eun Ho tidak baca. Hee
Chan tak percaya dan ingin mencari keberadan Eun Ho.
Tae Woon
seperti mencari Eun Ho dan melihat dari belakang, tapi saat berdiri didepanya
ternyata salah orang dan penasaran dimana keberadaan orang yang disukainya itu.
Eun Ho sedang duduk di tangga dan saat itu Hee Chan datang langsung menuduh
yang memulai gosip itu. Eun Ho heran dengan omong kasih itu.
“Diarinya
Bo Ra... Kau pasti sudah baca.” Ucap Hee Chan. Eun Ho heran kenapa Hee Chan
menuduhnya.
“Kau
harusnya jaga mulutmu itu. Dia dan aku tidak punya hubugan macam itu. Dia yang
duluan suka padaku dan mengekoriku ke mana-mana.” Tegas Hee Chan dengan mata
melotot
“Aku
tidak baca apapun.” Tegas Eun Ho lalu berjalan pergi. Hee Chan langsung
menghalagi Eun Ho pergi.
“Katakan
pada anak-anak kalau semua itu bohong. Ini benar-benar bikin aku stres. Ini
akan menghancurkan ujian akhirku!” teriak Hee Chan sudah meremas lengan Eun Ho.
Bo Ra melihat dari atas tangga.
Eun Ho
bisa melepaskan tangan Hee Chan mengumpat kalau sudah gila dan berjalan pergi.
Hee Chan mengikutinya dan langsung mendorongnya. Eun Ho bisa berteriak marah.
Bo Ra yang ketakutan memilih untuk pergi. Hee Chan mendorong Eun Ho dengan
kasar kalau Eun Ho pasti pelakunya.
Saat itu
Tae Woo bertemu Bo Ra mendengar suara Eun Ho yang mengatakan kalau ia bukan
orangnya. Hee Chan terus menduruh Eun Ho sebagai pelaku dan Eun Ho menegaskan
kalau bukan ia pelakunya dan tak sengaja memukul wajah Hee Chan. Hee Chan
terlihat sangat marah langsung mendorong Eun Ho sampai terjatuh.
Tae Woon
melihat Hee Chan yang mendorong Eun Ho sampai terjatuh, langsung berteriak marah.
Eun Ho melihat Tae Woon sangat marah langsung mengatakan kalau baik-baik saja,
Tae Woon sudah siap ingin memukul. Eun Ho langsung memeluk dari belakang agar
Tae Woon tak memeluknya.
Tae Woon
memasangkan plester pada luka Eun Ho di ruangan rahasia. Eun Ho bertanya-tanya
kemana Suster UKS-nya tidak pernah ada. Tae Woon mengeluh Eun Ho itu tidak
pernah berhenti buat masalah, padahal sudah mengatakan tetaplah di sampingnya.
“Siapa
bilang kau boleh terluka?” ucap Tae Woon terlihat sangat marah. Eun Ho tak bisa
berkata-kata. Setelah mememberikan pelester Tae Woon melempar kotak obat
seperti mencoba menahan amarah.
“Lagian
kenapa juga Hee Chan jadi begitu?” tanya Tae Woon. Eun Ho mengaku tak tahu
“Dia
menyangka aku menyebarkan gosip kalau dia dan Bo Ra pernah pacaran.” Kata Eun
Ho. Tae Woon tak percaya kalau keduanya pernah pacaran. Eun Ho mengaku kalau
juga tak tahu.
“Aku
menemukan diarinya Bo Ra beberapa hari lalu. Sepertinya ada sesuatu di dalam
sana. Dia menyangka aku membacanya dan menyebarkan gosip soal mereka yang
katanya pernah pacaran.” Cerita Eun Ho, Tae Woon mulai mengumpat marah.
“Memangnya
kenapa kalau orang tahu mereka pernah pacaran, sampai dia harus bersikap
seperti ini? Aku harap memang ada yang akan menyebarkan gosip soal mereka”kata
Tae Woon. Eun Ho seperti tak mendengarnya. Tae Woon pun memilih untuk tak
membahasnya lagi.
Tae Woon
melihat luka ditubuh Eun Ho, lalu meminta agar Eun Ho tetap ada di dalam
kontainer saja. Eun Ho tiba-tiba keluar dari ruangan berteriak memanggil Tae Woon,
Tae Woon mengeluh Eun Ho yang keluar padahal sedang terluka jadi lebih baik
diam saja.
“Apa kau
mau memukuli Hee Chan?” tanya Eun Ho
“Ya. 10
kali lebih menyakitkan dari yang sudah dia lakukan padamu.” Ucap Tae Woon tak
bisa menahan amarah.
“Hentikan...
Bagaimana bisa.. kau melakukan semua sesukamu?” tegas Eun Ho
“Hei.
Aku.. marah begini karena kau.. Siapa yang menyuruhmu bertengkar dan terluka
seperti itu?” ucap Tae Woon tak bisa terima. Eun Ho bisa mengerti dan memohon
agar Tae Woon bisa menahan amarah.
“Tidak,
aku tidak mau. Aku melakukan ini demi kau.” Tegas Tae Woon bergegas pergi.
Di
ruangan guru
Ibu Hee
Chan sudah bertemu dengan ibu Eun Ho. Ibu Hee Chan ta terima karena nanti luka
di wajahnya tidak bisa hilang. Ibu Eun Ho tak mau kalah karena Eun Ho juga
terluka. Ibu Hee Chan langsun menyalahkan akalu Anak perempuan Nyonya Kim itu
memang suka bikin masalah, bahkan hampir dikeluarkan waktu itu!
“Sekolah
membuat kesalahan besar waktu itu. Bukankah begitu, Pak Yang?” ucap ibu Eun Ho
meminta pembelaan.
“Aku adalah
Kepala Sekolah pengganti untuk sementara waktu. Dia adalah pendahuluku.
Pokoknya, pendahuluku-lah yang membuat keputusan itu. Tapi Tetap saja,
menerobos masuk ruang guru adalah perbuatan yang salah. Tidak terlalu salah, Hanya
sedikit salah.” Ucap Guru Park. Ibu Hee Chan makin menyudutkan kalau Eun Ho
adalaha masalahnya.
“Anakmu
yang memukul Eun Ho duluan.” Kata Ibu Eun Ho, Ibu Hee Chan langsung berdiri
dengan mengatakan ayah dari anaknya itu sebagai jaksa. “Siapa yang peduli? Apa
kau tahu siapa suamiku? Apa Kau kenal dengan Ra Soon Bong?” teriak Ibu Eun Ho
tak mau kalah. Guru Shim meminta agar mereka bisa tenang.
“Etika
sudah benar-benar jatuh ke dasar jurang.” Komenta Kepsek Yang ikut duduk
bersama.
“Berhentilah
bicara soal etika, Pak Kepala Sekolah yang sudah dilengserkan.” Kata Guru Park
“Panggil
Komisi Kekerasan Sekolah. Aku akan menunjukkan padamu apa itu hukum.” Kata ibu
Hee Chan.
“Ayo
lakukan. Aku tidak takut pada komisi bodohmu itu.” Kata Ibu Eun Ho menantang.
Eun Ho
melihat Hee Chan yang duduk didepanya dan sengaja berdiri disampingnya. Hee
Chan menyuruh Eun Ho agar enyah dan jangan ganggu. Eun Ho malah sengaja semakin
mendekat kalau mau lihat seberapa besar luka yang disebabkan.
“Apa kau
sudah gila?” ucap Hee Chan. Eun Ho mengaku memang sudah gila dan Akalnya sudah
hilang.
“Apa kau
senang membuatku terdengar seperti seorang gadis yang memukulmu?” ucap Eun Ho
marah
“Tinggalkan
aku sendiri, Cepat.” Kata Hee Chan berusaha untuk terlihat seperti orang
baik.
“Kaulah
yang memukulku. Aku tidak akan bergerak sedikitpun sampai kau minta maaf.”
Tegas Eun Ho. Hee Chan menyuruh Eun Ho segera pergi saja. “Ujian akan segera
tiba. Bersikaplah yang baik. Kau mengganggu anak-anak lain.” Ucap Dae Hwi
menahan Hee Chan sebelum memukul Eun Ho.
“Dae Hwi.
Sepertinya kau tidak seharusnya terlibat. Dialah yang menggangguku duluan.”
Kata Hee Chan. Eun Ho tak bisa terima begitu saja. Dae Hwi pun mengajak Hee
Chan agar keluar bersama. Tae Woon baru datang seperti tak peduli memilih untuk
tak peduli. Eun Ho melihat Tae Woo seperti tak ikut emosi.
Saat bel
sekolah, Tae Woon sengaja mencegat Hee Chan yang akan pergi ke kantin mengejek
kalau sekarang juga memukul cewek, Hee Chan mengaku kalau Ada salah paham di
sini. Tae Woon pikir dirinya juga bisa salah paham Hee Chan Agar punya alasan
memukulnya. Hee Chan heran dengan sikap Tae Woon.
“Kalau
aku melakukan apa yang kumau, maka kau sudah mati sekarang.” Ucap Tae Woon
menahan amarah.
“Kenapa
kau ikut campur dengan urusannya Eun Ho?” ucap Hee Chan. Tae Woon malah balik
bertanya pada Hee Chan “Menurutmu kenapa?”
“Kalau
kau menyentuh Eun Ho lagi, habislah kau.” Tegas Tae Woon memperingati. Saat
keluar kelas melihat Eun Ho sedang bersama Sa Rang, seperti ketakutan tapi
setelah itu langsung berbisik kalau dirinya tidak main-main. Eun Ho hanya bisa
tersenyum mendengarnya.
Hee Chan
meminta agar Bo Ra memberikan diarynya, Bo Ra mengaku Tidak mau dan ingin tahu
alasanya. Hee Chan pikir itu semua cerita tentang mereka ada diary itu. Bo Ra
tak habis pikir kalau Hee Chan mau
menghancurkannya. Hee Chan memikirkan kalau nanti anak-anak melihatnya lagi.
“Apa kau
sebegitu malunya kita pernah pacaran?” ucap Bo Ra tak percaya. Hee Chan mengaku
bukan seperti itu maksudnya.
“Kenapa? Apa kau takut
orang tahu apa yang sudah kau lakukan?” ucap Bo Ra. HeeChan malah langsung
mencengkram tubuh Bo Ra. Bo Ra terlihat ketakutan, kejadian yang sama seperti dulu
Flash Back
Hee Chan bertemu
Bo Ra mengunakan seragam dengan nada tinggi memarahi kalau mengekorinya, kalau
akan membunuh sampai tahu. Bo Ra meminta Hee Chan agar meminta maaf. Hee Chan
balik bertanya untuk apa dan merasa tak bersalah.
“Kau yang
memulai gosipnya. Berani sekali kau seperti ini” kata Bo Ra marah
“Aku
tidak bohong. Itu benar.. kau memang gampangan. Bukankah begitu?” kata Hee Chan
sombong
“Kau
benar-benar jahat rupanya.” Ucap Bo Ra. Hee Chan langsung mencengkram tangan Bo
Ra. Bo Ra meminta agar Hee Chan melepaskan.
“Aku tahu
kau menggoda semua cowok.” Kata Hee Chan terlihat cemburu.
“Apa kau
tahu kenapa aku mencampakkanmu? Semua Karena ini, Kau obsesif.” Ucap Bo Ra. Hee
Chan langsung menampar Bo Ra.
“Sekarang
kau bahkan tidak pernah minta maaf
setelah memukulku. Apa keluargamu tahu orang macam apa kau ini?” kata Bo Ra.
Hee Chan menyuruh Bo Ra diam saja.
“Aku yang
akan mengatakan pada semua orang. Akan kulaporkan pada sekolah dan pada ibumu. Aku
akan bilang pada anak-anak..” kata Bo Ra, Hee Chan menyuruh Bo Ra aga katakan saja
mereka semua.
“Apa Kau
tahu.. yang akan terjadi kalau kau melakukannya.” Ucap Hee Chan sambil
mencengkram baju Bo Ra sampai Bo Ra tak bisa bernafas.
Bo Ra
juga merasakan tak bisa bernafas dan Hee Chan sudah siap memukul. Tae Woon melihatnya
langsung berteriak agar menghentikan. Hee Chan masih memperlihatkan kepalan
tanganya. Tae Woon mengejek kalau
Menghajar cewek ternyata adalah kebiasaan Hee Chan den memperingatkan agar
melepaskanya.
“Jangan
ikut campur.” Ucap Hee Chan seperti tak ingin Tae Woo ikut campur.
“Maaf,tapi
sekarang aku jadi suka ikut campur dengan hidup orang lain. Ah.. Tidak...
Sekarang ini bukan tentang"orang lain" lagi. Kubilang lepaskan dia selagi
aku masih bicara baik-baik. “ kata Tae Woon. Akhirnya Hee Chan melepaskan
tanganya, Bo Ra pun buru-buru bergegas pergi.
“Hentikan
Atau lanjutkan kalau kau memang mau Dan
lihat apa yang akan terjadi.” Kata Tae Woon memperingatkan lalu berjalan pergi.
Hee Chan
duduk di kelas mengingat cerita Bo Ra “Diariku. Aku kehilangan diari itu
beberapa waktu lalu. Diari yang kita tulisi bersama.” Akhirnya ia mencoba
mencari dalam loker tapi tak menemukanya dan langsung melampiaskan amarah
dengan mememukulnya. Hee Chan berjalan pulang dan merasakan ada orang yang mengikutinya
lalu bergegas masuk ke rumah
Guru Shim
bertemu dengan Bo Ra sebagai saksi kunci dan tidak akan menyakiti Eun Ho hanya
karena bersaksi jadi hanya perlu mengatakan apa yang terjadi antara Hee Chan dan
Eun Ho. Bo Ra mengaku benar tidak tahu apa-apa, seperti tak ingin ikut campur
dan semua rahasinya terbongkar.
“Apa
mengatakan tidak tahu akan membuat hidupmu jadi mudah? Kau juga bilang tidak
tahu waktu itu, dan akhirnya kaulah yang disalahkan atas pemukulan Bit Na dan
Juga dianggap sebagai pencuri buku catatannya. Kukira itu bukan hal bagus.” Ucap
Petugas Han. Guru Shim meminta agar Petugas Han tak menyudutkan anaknya.
“Aku
menyuruhmu untuk bersikap bijak. Apa yang sebenarnya akan membuat hidupmu jadi
mudah?” kata Petugas Han. Bo Ra seperti tetap saja tak peduli.
“Bo Ra...
Kau 'kan melihat semuanya. Kenapa kau pura-pura tidak tahu?” kata Eun Ho
berbicara dengan Bo Ra. Bo Ra tetap mengaku tidak tahu dan tidak lihat apa-apa.
Eun Ho berusaha untuk memohon.
“Aku
benar tidak tahu dan tidak mau tahu.” Kata Bo Ra
“Aku
tidak memintamu berbohong. Kau hanya perlu mengatakan apa yang kau lihat. Tidak
bisakah kau melakukan itu?” pinta Eun Ho
“Apa kau
kira ada yang akan berubah kalau aku bicara? Apa kau kira kau bisa mengalahkan Hee
Chan kalau aku buka mulut?” kata Bo Ra
“Jadi..
kau memang sengaja tidak mau buka mulut. Ini.. semua karena gosip antara kau
dengan dia?” kata Eun Ho. Bo Ra memilih
untuk bergegas pergi.
Bo Ra
bertemu dengan Dae Hwi dan menduga kalau Hee Chan yang mengirimnya ke sini lagi.
Dae Hwi mengaku bukan seperti itu, kalau dirinya hanya cemas. Bo Ra pikir Tak usah
cemas, karena hanya melakukan apa yang seperti yang disuruh Dae Hwi waktu itu.
“Lagian
aku tetap akan kalah, jadi aku memilih untuk diam.” ucap Bo Ra , Dae Hwi akan
menjelaskan Waktu itu...
“Waktu
itu, kukira kau sungguh-sungguh. Makanya aku berhenti. Karena aku tidak tahu
kalau kau sebenarnya adalah brengsek egois..” kata Bo Ra.
“Waktu
itu.. Aku benar-benar minta maaf atas kejadian itu.” Ucap Dae Hwi
“Tapi.. tidak
semuanya bohong. Suruh saja Hee Chan untuk tenang, karena aku tidak akan
melakukan apapun untuk menyakitinya.” Tega Bo Ra.
Guru Shim
membaca Statement Ra Eun Ho tentang Tuduhan Kekerasan di Sekolah, lalu membaca
surat milik Bo Ra “Seo Bo Ra: Waktu aku lihat, mereka berdua sudah terluka. Aku tidak tahu
apa-apa, jadi berhentilah menanyaiku.”
“Ini
lebih mirip investigasi daripada konseling. Menanyai satu persatu...” ucap Guru
Shim
“Kalau
kau mau tahu kebenarannya, maka lakukan investigasi.” Ucap Petugas Han yang
tegas
“Daripada
kebenarannya, maka aku lebih ingin tahu siapa anak-anak ini sebenarnya. Aku
tidak mau memperlakukan anak-anak.. seperti polisi memperlakukan penjahat.” Jelas
Guru Shim.
“Kau
harus menemukan kebenarannya untuk tahu siapa mereka sebenarnya. Rasa sakit
yang mereka alami Setelahnya adalah sesuatu yang tak bisa dihindari.” Jelas Petugas
Han.
Guru Shim
tahu tapi menurutnya mereka masih muda jadi masih bisa saling bicara dan
berbaikan. Petugas Han pikir anak-anak itu tak muda lagi, tapi sudah 18 tahun.
“Apa Kau tidak
tahu, seberapa menakutkannya anak-anak. saat mereka berubah menjadi orang yang
kejam.” Kata Petugas Han.
“Tetap
saja, aku tidak akan menyerah begitu saja. Mereka muda untuk bisa dikembalikan lagi
ke jalan yang benar. Mereka masih 18 tahun.” Ungkap Guru Shim.
Saat itu
Guru Jang masuk mengajak Petugas Han untuk makan bersama, lalu meliha Guru Shim
yang tidak pernah pulang, membuatnya tak nyaman. Guru Shim malah bertanya balik
kenapa datang ke ruangan Petugas Han. Petugas Han terlihat sennag melihat
keduanya yang memperebutkan dirinya.
Akhirnya
Guru Shim tertidur dimeja, sementara Petugas Han dan Guru Jang makan burger
bersama diruangan. Petugas Han bertanya apakah pernah menerima konseling.Guru
Jang pikir dirinya tidak gila jadi tak melakuanya. Petugas Han kembali bertanya
Apakah melakukan konseling adalah hal gila. Guru Jang pikir seperti itu.
“Seperti
memeluk bom. Sekali meledak, maka kau tidak akan bisa melakukan apa-apa.
Seperti pria pesakitan di sana.” Kata Guru Jung menunjuk pada Guru Shim yang
tertidur.
“Ini
sudah mirip dengan investigasi polisi. Apa yang dikatakan oleh anak-anak.. kapan
dan apa keributan yang mereka sebabkan.” Pikir Petugas Han
“ Sekali
kau mendengarkan dan memahami apa yang mereka katakan maka kau tidak akan punya
waktu untuk berpikir. Kau masih harus mengajar, bertemu dengan para orangtua,
mendamaikan anak-anak.Dan memasukkan semuanya dalam lembar evaluasi. Itu adalah
hal mematikan bagi seorang guru.” Kata guru Jung mengingat semua yang dilakukan
Guru Shim untuk mendukung semua anak muridnya.
Petugas
Han menatap Guru Shim yang tertidur dan merasa kalau ini memang benar. Guru
Jung pikir tetap saja Guru Shim tidak perlu menatapnya dengan mata menyedihkan seperti
itu. Petugas Han menyudahi makanya measa sepertinya harus berkeliling sekarang.
Sekalian olahraga. Guru Jung setuju kalau berkeliling berdua itu pas sekali, Guru
Shim langsung bangun berteriak tak boleh mereka berdua.
Salon Rambut
Hanil
Dae Hwi
berjalan melihat ponselnya karena Nam Joo yang menelpnya tapi tak diangkat,
sampai didepan rumah terlihat Nam Joo yang sudah menunggu dan melihat kalau
ponselnya tak diangkat. Keduanya akhirnya berbicara ditempat yang lain.
“Aku
tidak bisa putus begitu saja. Aku bukan satu-satunya yang berbohong di sini. Bagaimana
dengan perasaanmu? Apa itu tulus?” ucap Nam Joo
“Perasaanku...
tidak palsu.” Tegas Dae Hwi
“Masalahnya,
aku tidak punya pilihan. Aku tidak berniat bohong sejak awal. Anak-anaklah yang
mengangga kalau aku anak orang kaya. Sejujurnya.. aku juga tidak mau
membantahnya” ungkap Nam Joo. Dae Hwi seperti tak menyangka Nam Joo seperti
itu.
“Kau
benar. Aku memang merasa malu. Saat kau tanya apakah itu perusahaan taksi
ayahku, aku tidak mengatakan kalau ayahkulah supirnya. Aku terlalu malu.” Ungkap
Nam Joo.
“Nam
Joo...Aku tahu.. Aku tahu betul kenapa kau melakukannya. Bagaimana bisa
aku menilaimu seenaknya?” kata Dae Hwi.
Nam Joo
ingin tahu alasan Dae Hwi yang tak bisa memaafkan sekali saja dan berjanji
tidak akan berbohong atau menipunya lagi.
Sebelumnya Dae Hwi juga mengatakan kalau menyuakinya, menurutnya
perasaan itu tulus. Dae Hwi mengaku memang pernah menyukainya.
“Saat
pertama melihatmu, kau tampak sangat cantik saat tersenyum. Saat kau duduk di
sampingku, aku merasa berdebar.” Akui Dae Hwi mengingat saat Nam Joo memberikan
minuman padanya.
“Tapi..
bukan hanya itu alasan aku menyukaimu. Sepertinya juga karena aku tidak tahu
soal kebohonganmu. Mungkin sebenarnya aku menyukai.. Nam Joo si gadis kaya lebih
daripada Nam Joo si miskin. Aku tidak berhak menyukaimu.” Akui Dae Hwi. Nam Joo
tak banyak berkata-kata memilih untuk segera pergi.
Dae Hwi
kembali ke rumah melihat foto kebersamaan dengan Nam Joo dalam ponselnya,
seperti masih berat. Sementara Nam Joo hanya bisa menangis di halte sendirian.
Tae Woo
melihat Hee Chan yang memberikan kode pada Dae Hwi agar bertemu dan melihat
dari kejauhan keduanya yang saling bicar. Hee Chan menyuruh Dae Hwi harus
mengatasi masalah Eun Ho secepatnya, seperti waktu itu. Dae Hwi binggung. Hee
Chan merasa Dae Hwi yang tak mau
melakukanya.
“Sejujurnya,
aku tidak merasa ini benar. Aku tidak mau terlibat lagi. Aku ingin kau berhenti
menyuruhku melakukan hal-hal semacam itu.” Tegas Dae Hwi akan berjalan pergi
“Jadi kau
mau selamat sendirian.” Kata Hee Chan. Dae Hwi merasa Hee Chan sedang
mengancamnya.
“Aku
mengatakan yang sejujurnya. Kalau kejadian tahun lalu terbongkar, bukan aku
saja yang akan Hancur, Kau juga akan habis. Apa itu tak masalah?” kata Hee
Chan. Dae Hwi mengaku kalau tak peduli
“Jangan
sok berani kau. Aku tahu Kau juga ketakutan. Sejujurnya, aku hanya tinggal
berangkat kuliah ke luar negeri kalau
ini jadi masalah. Keluargaku hanya tinggal menge-set ulang hidupku. Tapi kau
tidak, karena Kau akan tamat. Kita sudah bertahan selama ini. Kenapa kau
begini? Ayo kita perbaiki semua. Mengerti?” ucap Hee Chan. Dae Hwi hanya bisa
diam saja. Tae Woon terus melihat keduanya.
Dae Hwi
berjalan pulang, Tae Woon langsung menyindir Dae Hwi yang merasa malu. Dae Hwi
menyuruh Tae Woon enyah dari kehidupanya dan mengumpat kalau mantan temanya itu
pecundang.
“Mengancam
gadis lemah dan menghancurkan Hidupnya tapi kau bersikap sok baik di depan
semua orang seolah kau ini dewa. Ini Benar-benar menghibur. Identitas
sebenarnya dari Ketua OSIS kita ini.” Ucap Tae Woon. Keduanya saling menatap
dingin ada banyak dendam.
Bersambung
ke episode 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar