Tae Woon
seperti merasakan perasaan sedih yang mendalam dengan berbaring di kamar
menatap foto dirinya bersama Eun Ho. Lalu teringat kembali ucapan Eun Ho
sebelumnya
“Apa
semuanya mudah bagimu? Siapa kau yang dengan mudahnya menganggap mudah harga
diri dan impianku?” Tae Woon langsung duduk mengingat semuanya.
Eun Ho
duduk diam dalam kamarnya, seperti benar-benar merasakan perasaan binggung. Ia
mengingat kembali ucapan Tae Woon “Kau bilang komputermu rusak, makanya kau
tidak bisa menggambar. Kalau begitu gambarlah webtoon-mu dengan ini. Kalau
begitu, kau tidak perlu kerja sambilan lagi 'kan?”
Ia
seperti merasa bersalah dengan Tae Woon yang ingin membantu malah ditolak, lalu
berharap supaya Tae Woon bisa langsung menelpnya. Tapi pesan yang masuk malah dari
Pinjaman Cepat dan Mudah.
[Episode 12- Kau, Melambunglah yang Tinggi]
Pagi
Hari, di parkiran
Tae Woon
mengatakan sudah memikirkannya sepanjang malam. Jadi mengerti bagaimana
perasaan Eun Ho tapi menurutnya Eun Ho itu berlebihan bahkan tidak bisa
menerima kebaikannya dan menurutnya mengapa semua menjadi lebih membuatnya
pusing dengan semua ini.
“Kenapa
dengan harga dirimu sintingmu itu?” ucap Tae Woon kesal. Eun Ho tak percaya Tae
Woon menganggap Harga dirinya yang sinting?
“Kau 'kan
tinggal mengucapkan terima kasih dan lanjutkan mimpimu.” Kata Tae Woon.
“Maaf..
karena aku tidak bisa menerima semuanya dengan mudah.” Ucap Eun Ho berjalan
pergi. Tae Woon pun mengejarnya memberikan tas pada tangan Eun Ho
“Kalau
begitu, terima sajalah semua dengan mudah.” Kata Tae Woon. En Ho pun balik bertanya apa lagi sekarang.
“Apa lagi
yang akan kau berikan padaku nanti? Apa Satu set komputer lengkap? Apa kau akan
membelikan aku mobil karena aku tidak bisa naik bus?” ucap Eun Ho marah
Tae Woon
merasa bukan seperti itu. Eun Ho tak bisa menganggap kalau Tae Woon melakuan
Kebaikannya, tapi menurutnya Tae Woon hanya peduli tentang perasaannya dan
Makanya segalanya jadi tampak mudah, selain itu Perasaan Tae Woon yang
membuatnya berpikir keras seperti orang gila itu..
“Ungkapan
perasaanmu padaku itu, tidak ada artinya buatmu 'kan?” kata Eun Ho seperti tak
yakin. Tae Woon pun mengerti yang ada dipikiran Eun Ho.
“Apa
kelihatannya aku tidak sungguh-sungguh? Kau mungkin mengira semua itu bagian
dari spontanitas dan sifatku yang kekanakan. Tapi aku ribuan kali mengalami
keraguan sebelum mengatakannya. "Bagaimana kalau aku membuatnya merasa
tidak nyaman? Bagaimana kalau aku ditolak?" Pikiran yang tidak ada
habisnya itu membuatku cemas. Apa Kau kira itu mudah? Bagaimana bisa itu
terlihat mudah?” ucap Tae Woon ikut marah
“Bukan
itu maksudku. Perasaanmu yang terlalu mendadak dan ungkapan perasaanmu, bisa
saja membuatku kebingungan.” Kata Eun Ho
“Itu
adalah usaha kerasku. Setidaknya, aku sudah mencoba. Aku mencoba berpikir keras
tentang perasaan apa yang kumiliki padamu. Aku mencoba mengerti apa yang sedang
kau cemaskan dan kenapa kau semenderita ini. Lalu apa yang kau lakukan?” kata
Tae Woon. Eun Ho hanya diam saja.
“Apa kau
bahkan mencoba untuk memahamiku? Yang aku kesalkan adalah rasanya sulit sekali
bagiku menunjukkan perasaanku padamu. Dan semua itu bagimu hanya hal sederhana,
kau membuatnya terdengar mudah.” Kata Tae Woon marah lalu bergegas pergi. Dae
Hwi melihat Tae Woon yang berjalan dengan penuh amarah meninggalkan Eun Ho.
Tae Woon
berbaring dibangku taman terlihat seperti hilang gairah hidupnya sementara Eun
Ho masih terus melakukan pekerjaan paruh waktu walaupun terlihat sangat lelah
dan harus menunda mengejar mimpinya.
Eun Ho
dan Tae Woon saling bertemu di taman sekolah, Keduanya sempat terdiam, Eun Ho
ingin memanggil tapi Tae Woon seperti masih kesal memilih untuk pergi
menghindar. Eun Ho masuk kelas melihat ada tas yang diberikan Tae Woon dalam
loker akhirnya pergi menemui Tae Woon di tempat rahasia.
“Aku ke
sini untuk mengembalikan ini. Aku merasa tidak ada alasan yang membuatku harus
menerimanya.” Ucap Eun Ho, Tae Woon langsung membuang ke tempat sampah. Eun Ho
heran yang dilakukan Tae Woon dengan membuang begitu saja.
“Kau bilang tidak akan mengambilnya. Aku juga tidak
membutuhkannya. Jadi Ambillah kalau kau perlu.” Ucap Tae Woon marah. Eun Ho
akan pergi dan Tae Woon kembali bicara.
“Kenapa
kau harus serumit ini? Minta maaflah.. atau biarkan aku yang minta maaf. Setidaknya
sekali saja. Haruskah kau seperti ini sampai akhir? Haruskah kau menghancurkan
harga diriku dengan datang ke sini dan mengembalikan hadiahku? Apa itu
membuatmu senang?” ucap Tae Woon. Eun Ho tak menanggapinya memilih untuk
berjalan pergi.
Tae Woon
terlihat kesal sendiri, lalu melihat pesan di ponselnya kalau harus bersih-bersih.
Di
ruangan aula
Tae Woon
yang kesal dengan sengaja membuat air pel berantakan di lantai, Dae Hwi menegur Tae Woon kalau lebih
hati-hati. Tae Woon mengaku kalau sedang berusaha hati-hati sekarang. Dae Hwi
langsung mengatakan kalau Tae Woon itu baru saja dicampakkan Eun Ho. Tae Woon
terlihat marah mendengarnya.
“Aku
pasti benar... Maksudku, kau ini 'kan sangat egois. Pasti sulit bagi Eun Ho menghadapimu
selama ini.” Ucap Dae Hwi sambil menyindir. Tae Woon merasa Dae Hwi tak tahu
apapun dengan nada ketus
“Kau
bukan anak-anak.. Jangan lampiaskan kemarahanmu padaku. Kau dan emosimu itu.”
Kata Dae Hwi
“Apa kau
sudah gila? Kenapa kau mengajakku berkelahi?” kata Tae Woon mulai marah ingin
memukul Dae Hwi
“Mau sampai
kapan kau akan hidup sesukamu? Kau tak sanggup menghadapi penolakan, dan kau
menggila saat semua tak berjalan sesuai rencanamu. Makanya Ra Eun Ho sudah
tidak sanggup lagi denganmu. Senang mendengarnya kalau dia sudah memutuskan untuk
tidak berhubungan denganmu lagi.” Ucap Dae Hwi
“Apa kau sedang
bercanda? Aku masih jauh lebih baik daripada pengecut sepertimu. Kenapa?? Apa
kau sudah menemukan cewek yang lebih kaya daripada Nam Joo Makanya kau
mencampakkan dia?” ucap Tae Woon.
Keduanya
akhirnya mulai berkelahi dengan saling memukul dan bergulingan dilantai seperti
meluapkan amarah mereka yang tertahan.
Guru Goo
berdiri didepan aula seperti bisa mendengar keduanya yang saling memukul satu
sama lain. Saat itu petugas Han lewata menyapa Guru Goo, lalu panik mendengar
suara orang berkelahi dan ingin masuk. Guru Goo langsung melarang agar
membiarkan saja. Petugas Han binggung.
“Mereka
tidak akan mendengarkan apa yang kita katakan. Terkadang, bertengkar adalah
solusi yang terbaik.” Ucap Guru Goo. Petugas Han pun hanya diam saja.
Keduanya
akhirnya berbaring di lantai setelah lelah berkelahi, Tae Woon pikir karena Dae
Hwi yang kerjaannya hanya belajar saja Makanya pukulannya lemah sekali. Dae Hwi
membalas kalau Tae Woon yang tidak pernah belajar dan mengejek pukulanya.
“Apa kau
sudah gila?” ejek Tae Woon menyetuh wajah Dae Hwi dengan tanganya. Dae Hwi
mendorong tangan Tae Woon untuk menjauh.
“Kapan
kau mau memperbaiki emosimu yang meledak-ledak itu? Itulah masalahmu selama
ini.” Ucap Dae Hwi
“Kenapa? Apa
kau merasa kesal karena aku pernah memukulimu dulu?” ejek Tae Woon.
“Aku
bahkan tidak punya waktu untuk merasa kesal. “ kata Dae Hwi. Tae Woon pun ingin
tahu alasan Dae Hwi melakukan hal itu.
Flash Back
Ibu Joong
Gi memohon izin untuk bisa masuk ke ruang kelas, tapi di tolak oleh petugas
keamanan. Tae Woon melihat ibu Joong Gi, yang harus memohon lalu datang ke
ruang kelas langsung memberikan pukulan keras pada Dae Hwi yang memilih untuk
ikut ujian.
“Hari
itu, kenapa kau harus ikut ujian? Kenapa harus hari itu, Padahal hari itu
adalah hari pemakamannya Joong Gi.” Ucap Tae Woon
“Lalu
apa? Apa yang harus kulakukan memangnya?
Haruskah aku menangis seperti orang gila dan membuat keributan di acara
pemakamannya Atau haruskah aku meninju ayahmu untuk mengubah pikirannya?” kata
Dae Hwi
“Tapi
Tetap saja.. Kau tidak seharusnya ikut ujian hari itu.” Ucap Tae Woon
menganggap Dae Hwi tak setia kawan sambil menangis.
“Sejak
saat itulah aku memantapkan hati. Aku akan belajar keras dan menjadi seseorang
yang berpengaruh. Agar tidak kehilangan milikku yang berharga. hanya karena
uang lagi. Itu adalah janji yang bisa kubuat untuk Joong Gi.” Akui Dae Hwi ikut
menangis juga.
“Kau
seorang pengecut yang berusaha mencari pembenaran. Sama seperti aku. Aku merasa
putus asa karena tidak memiliki kekuatan apapun Dan tidak ada yang bisa
kulakukan. Jadi aku mencari pembenaran. Aku menyalahkanmu padahal harusnya aku
menyalahkan diriku sendiri. Kukira kau lebih buruk dariku.” Ungkap Tae Woon
Dae Hwi
pikir Tae Woon benar soal itu, karena Setelah semua ini.. pada akhirnya itu
hanyalah pembenaran saja. Tae Woon merasakan dirinya si berengsek yang membuat
temannya terlihat sebagai anak nakal dan membiarkannya pergi seorang diri Tapi tidak
ingin Dae Hwi jadi begini. Ia mengaku sangat cemas, Dae Hwi mungkin akan jadi
berengsek.. dan pengecut seperti dirinya. Keduanya akhirnya kembali berbaring.
“Kalau
Joong Gi melihat kita, dia mungkin akan menghajar kita berdua” ucap Dae Hwi
tertawa.
“Kau tahu
dia seperti apa. Satu pukulan tidak akan menghentikannya.” Kata Tae Woon.
Keduanya terlihat bahagai mengingat kenangan dengan Joong Gi.
“Hei.. Apa
kau tidak mencemaskan Eun Ho?” kata Dae Hwi
“Hei..
Lihat siapa yang bicara. Apa yang akan kau lakukan pada Nam Joo?” kata Tae
Woon.
Dae Hwi
terlihat gugup saat masuk ke dalam kelas melihat Nam Joo, lalu mencoba mendekat
untuk berbicara pada mantan pacarnya. Tapi Nam Joo malah mengacuhkannya dengan
memasang earphone. Dae Hwi pun tak bisa berbuat apa-apa memilih untuk kembali
duduk.
Di malam
hari, Eun Ho baru pulang melihat kakaknya yang duduk sendirian dengan setelah
jasnya, lalu mengejek kakaknya yang mambuta malu, bahkan dengan baju yang
kotor, lalu brpikir pasti kerja di lokasi konstruksi lagi.
“Aku
harus pergi wawancara kerja tadi pagi. Sepertinya lebih baik Kakak jadi buruh
konstruksi saja. Jadi buruh 'kan tidak perlu kualifikasi apa-apa.” Kata Tae
Sik. Eun Ho pikir itu ide yang bagus.
“Orang
tua kita pasti akan senang kalau mereka dengar apa yang Kakak katakan.” Ungkap
Eun Ho duduk dibersama kakaknya menatap ke arah langit.
“Tidak
ada keberuntungan di pihak kakak. Maksudku, aku tidak minta sejuta dolar atau
apa.” Kata Tae Sik.
Eun Ho
pikir Keberuntungan biasanya. ada pada orang yang memiliki kekuatan. Tae Sik
pikir bahkan bukan sebuah impian yang besar padalah hanya ingin jadi pekerja
kantoran seperti orang lain da nhanya ingin.. memberikan hadiah dari kantornya,
serta mengunjungi orangtua mereka saat liburan tiba menurutnya itu Bukan
sesuatu yang besar.
“Hei.. Kenapa
sepatu Kakak kotor sekali? Berantakan sekali, Tegapkan bahumu. Dunia 'kan tidak
akan berakhir besok.” Ucap Eun Ho memberikan semangat pada kakaknya, lalu
pulang lebih dulu.
“Melihat bagaimana sikap kerasmu itu, kau
pasti sudah mengalami banyak hal berat, Eun Ho.” Ungkap Tae Sik melihat adiknya
yang pulang lebih dulu.
Keluarga
Ra makan bersama dengan lauk seadanya,
Tuan Ra melihat semuanya tertunduk sedih langsung mengeluh kalau tahu
kondisi mereka buruk, tapi melihat
makanan di meja kalau Setidaknya buatkan daging asap untuk anak-anak mereka.
“Kau tahu
'kan Eun Ho sudah mau naik kelas 3.” Ucap Tuan Ra. Nyonya Kim menyindir kalau
disini memang ia yang salah.
“Apa Kau
mau daging asap?” tanya Nyonya Kim. Eun Ho menolak karena suka makan dengan
nori dan sayur, lalu Tae Sik menegur ayahnya yang berbicara seperti itu pada
ibu.
“Semua
ini karena kau... Kalau saja kau punya pekerjaan..” kata Nyonya Kim ahar.
“Ini
semua 'kan bukan kemauannya.” Ucap Tuan Ra membel. Nyonya Kim mulai mengeluh
kalau keduanya yang harus kena tipu.
“Apa kau
kira aku ingin kena tipu? Apa kau kira aku tahu.. teman masa kecilku akan mengkhianatiku
seperti ini?” kata Tuan Ra marah
Tae Sik
seperti sudah tak nafsu makan memilih untuk selesai makan dan masuk kamar,
begitu juga Tuan Ra. Eun Ho binggung dengan situasi keluarganya, Ibu Eun Ho
memilih untuk tetap makan merasa sudah tidak sanggup lagi menghadapi mereka.
Eun Ho tidur dalam kamarnya dengan wajah gelisah.
Pelajaran
selesai, Hee Chan menepuk pundak Dae Hwi dengan menyuruhnya agar ikut keluar
bersamanya. Keduanya bertemu dibelakang sekolah. Dae Hwi langsung
memperingatkan Hee Chan agar berhenti untuk memanggilnya seperti ini.
“Aku tahu
kau sudah berubah, tapi kau jadi menakutkan sekarang, Dae Hwi.” Ejek Hee Chan
“Aku
tidak ingin membicarakan apa-apa denganmu. Jangan memerintahku sesukamu.” Kata
Dae Hwi
“Kita
masih punya banyak perjanjian untuk dinegosiasikan.” Kata Hee Chan. Dae Hwi
pikir itu hanya Hee Chan saja.
“Sudah
kubilang padamu sebelumnya. Aku harus meraih juara satu di ujian akhir ini.”
Kata Hee Chan. Dae Hwi hanya bisa mengumpat lalu berjalan pergi.
“Aku
sudah menemukannya. Bukti yang kuat kalau Hyun Tae Woon adalah X.” Kata Hee
Chan
Dae Hwi
ingin tahu apa yang ditemukan dan memberitahukanya dan Jangan mengujinya. Hee Chan pikir Dae Hwi
menganggap dirinya bodoh, dengan Memberikan
sesuatu tanpa mendapat balasan apapun. Ia pikir dengan menemukan kelemahannya,
maka tentu harus memanfaatkannya.
“Kau
tidak percaya padaku, 'kan? Kalau begitu tidak usah percaya Tapi pada akhirnya
X memang Hyun Tae Woon.” Ucap Hee Chan.
“Lakukan
apapun yang kau mau... Habisi dia atau hancurkan dia! Aku tidak peduli.”
Kata Dae Hwi lalu berjalan pergi. Hee
Chan pikir seharusnya Dae Hwi bisa percaya padanya.
Sa Rang
melihat ibunya yang sedang membereskan sampah botol dan berusaha membantu. Tapi
ibunya malah melarang karena tangan anaknya bisa kotor. Sa Rang lalu
memberitahu ibunya kalau Ujian PNSnya gagal dan meminta Maaf.
“Tidak
masalah. Apa kau mau mundur dan mulai belajar untuk masuk kuliah?” kata Ibu Sa
Rang
“Apa Ibu
takut aku akan gagal lagi?” tanya Sa Rang. Ibunya mengatakan tidak seperti itu
“Ibu
berharap kau bisa masuk kuliah dan belajar bersama teman-temanmu lalu bertemu
banyak orang baru. Ibu ingin kau melakukan apa yang dilakukan orang lain.” Kata
Ibu Sa Rang
“Tidak
masalah... Lagian aku tidak akan bisa masuk kuliah. Aku akan cari uang banyak dan
memberikan hidup yang nyaman untuk Ibu.” Kata Sa Rang merangkul tangan ibunya.
“Kenapa
kau malah membicarakan uang? Kau masih 18 tahun.” Keluh ibu Sa Rang
“Tapi,
tetap saja aku harus begitu karena keadaan keluarga kita.” Ucap Sa Rang ingin
membantu ibunya.
Ibunya
langsung mengelap tangan Sa Rang agar tak kotor, meminta agar jangan
melakukanya dan mencemaskan pekerjaanya ini serta lakukan saja yang ingin di
lakukan. Ia mengeluh pada anaknya yang terus mencemaskan hal-hal semacam itu.
“Bagaimana
aku tidak mencemaskannya? Dengan keadaan kita yang seperti ini. bagaimana bisa
aku berani bermimpi tentang masa depan? Aku tahu itu adalah sebuah kemewahan
yang tidak akan sanggup kubeli. Itu sama saja dengan harapan palsu.” Ucap Sa
Rang marah. Ibu Sa Rang tak percaya anaknya bisa berbicara seperti itu. Sa Rang
akhirnya meminta maaf lalu beranjak pergi.
Sa Rang
menangis di kantin sendirian, Kyung Woo
datang memberikan sapu tangan dengan mengejek Hidung Sa Rang yang berair. Sa
Rang mengelak tapi mengelap hidungnya yang berair karena habis menangis. Kyung Woo bertanya Apa ada sesuatu yang
menyedihkan terjadi.
“Aku
bersikap kurang ajar pada ibuku.” Kata Sa Rang. Kyung Woo bisa mengerti kalau
Sa Rang melakukan karena kesal
“Orang
yang menyebabkan masalah, biasanya adalah orang yang paling banyak terluka
dalam sebuah keluarga.” Kata Kyung Woo.
“Aku
kesal sekali, tapi aku terus-terusan merasa marah. Rasanya sakit melihat ibuku
berharap aku bisa melakukan yang tak kubisa.. dan aku merasa jadi orang yang menyedihkan
karena berpikir begitu”cerita Sa Rang
“Kalau begitu
katakan semua pada ibumu. Bukankah itu juga yang kau lakukan untuk berbaikan
dengan Eun Ho waktu itu?” kata Kyung Woo. Sa Rang mengangguk mengerti. Dan
Kyung Woo pun mengelus rambut Sa Rang seperti adiknya sendiri.
Tae Woon
duduk diam mengingat kembali ucapan Dae Hwi “Mau berapa lama kau terus-terusan
mengamuk? Kau tidak sanggup menghadapi penolakan, dan kau menggila karena semua
tidak berjalan sesuai rencanamu. Makanya Eun Ho tidak bisa menghadapimu
lagi.” Tae Woon terlihat frustasi dengan
keadaanya sekarang.
Eun Ho
kaget melihat Tae Woon datang mengambil brosur yang harus dibagikan, Tae Woon langsung berbicara sendiri "Apa
dia bodoh? Apa dia tidak punya harga diri? Setelah aku memakinya seperti
itu.." Ia tahu kalau itu pasti yang ada dipikiran Eun H sekarang.
“Aku
punya harga diri. Tapi daripada harus melindungi harga diriku, maka aku lebih
ingin melindungi impianmu. Makanya aku ada di sini. Baiklah, aku tidak tahu
harus bagaimana, tapi lakukan sajalah. Ayo
lindungi impianmu bersama-sama.” Kata Tae Woon lalu membagi selembaran Tempat
les. Eun Ho tersenyum mendengarnya.
Di
minimarket, Eun Ho menyuruh Tae Woon membereskan minuman di rak. Tae Woon
menaruh tapi salah karena seharunya ada
sebelah kimbap. Eun Ho mengeluh dengan Tae Woon yang tak bisa berkerja, dan
akan segera dipecat kalau bodoh. Tae Woon menahan amarah dengan terus membantu,
Eun Ho tersenyum bahagia bisa mengejari Tae Woon dengan terus menyuruhnya.
Tae Woon
yang kelelahan langsung menghabiskan minuman, Eun Ho mengejek dengan bertanya
apakah minuman itu sebegitu enaknya dan minuman itu adalah penghargaan dari
kerja keras. Tae Woon hanya menganguk setuju kalau Eun Ho memang harus
mengakuinya kalau bekerja keras untuk
melindungi mimpinya.
“Apa
masalah keluargamu sudah teratasi?” tanya Tae Woon. Eun Ho mengaku Belum.
“Sepertinya
ini bukan karena masalah keluargaku saja. Tapi Sepertinya, aku hanya sedang
mencari-cari alasan.” Kata Eun Ho. Tae Woon binggung apa maksudnya.
“Seperti
yang kau tahu, webtoonku hanya punya 13 pembaca.Seseorang di situs tempatku
mengunggah cerita, punya 4.700 pembaca padahal dia masih kelas 6 SD. Tapi aku
bahkan tidak tahu, apa yang membuatnya sehebat itu, dan aku tidak sehebat dia.”
Ungkap Eun Ho
“Hei...
Webtoon-mu seru... Itu karena belum banyak
orang yang tahu saja.” Kata Tae Woon memberikan semangat.
“Apa kau
Tahu yang lebih menyedihkan lagi? Kenyataan bahwa aku merasa lebih masuk akal, kalau
aku mengakui diriku ini tidak berbakat. Dan itulah alasan yang kugunakan untuk
menyerah. Seperti seorang pegecut.” Kata Eun Ho
Malam
harinya, Tae Woon melihat webtoon yang ditinggalkan Eun Ho seperti menata
sedih. Esok paginya, menunggu Eun Ho di parkiran dengan membantu memarikan
sepeda sambil bertanya apakah benar tidak akan melanjutkan webtoonnya. Eun Ho
pikir tak masalah karena pembacanya juga tidak banyak.
“Kalau
kau tidak melanjutkannya minggu ini, maka semuanya akan berakhir.” Ucap Tae
Woon. Eun Ho sudah tahu.
“Tapi aku
tidak punya kepercayaan diri.” Kata Eun Ho merasa sudah tak peduli dan memilih
pergi.
Berita di
internet “Issue dikonfirmasi akan meninggalkan Geumsang Chumhwa” Beberapa anak
seperti tak percaya berita yang dituliskan oleh wartawan. Beberapa anak
langsung membahas Issue yang tidak pernah punya ciri khas dan sekarang
menghilang.
Sa Rang
yang sedih hanya membaringkan kepalanya diatas meja, teman yang lainya merasa
kasihan pada Issue yang dikeluarkan oleh grup, temanya bertanya apakah Sa Rang
sudah melihatnya. Sa Rang mengaku sudah melihatnya, tapi seperti lebih
memikirkan masalahnya.
“Mereka
kejam sekali, mencampakkan anggota mereka seperti itu. Tapi dia memang biasa
saja. Wajahnya biasa saja, menarinya biasa saja, dan suaranya juga biasa saja. Issue
harusnya menjadi issue (topik hangat), tapi dia tidak. Dia bukan topik hangat.”
Ucap salah satu teman dengan nada mengejek
Saat itu
Issue masuk ke kantin bisa mendengar omongan teman sekolahnya, mereka langsung
membahas Issue yang baik-baik. Sa Rang pun terkejut melihat Issue. Issue
seperti bersikap tak peduli membeli minuman lalu berjalan ke lapangan basket.
Guru Jung
mendekat dengan memegang sarung dan bola baseball, membahas Issue yang dikeluarkan dari grupnya,
dan yakin pasti Issue merasa dunia ini
akan runtuh. Issue dengan santai merasa kalau baik-baik saja. Guru Jung tahu
Issue tidak baik-baik saja.
“Bapak
yakin impianmu adalah ingin menjadi penyanyi.” Kata Guru Jung. Issue dengan
nada tinggi mengaku dirinya baik-baik saja.
“Kau
kelihatan seperti akan menangis!” ejek Guru Jung. Issue makin kesal kalau
dirinya baik-baik saja.
“Kau
mendadak merasa hancur, tapi tidak tahu harus melakukan apa.. sambil
bertanya-tanya apakah hidupmu sudah berakhir. Dan apakah kau harus mati saja,
itu Pikiranmu berkecamuk, 'kan?” kata Guru Jung. Issue terdiam mendengarnya.
“Saat Bapak
harus berhenti main baseball karena cidera, Bapak juga sama sepertimu. Tapi
lihat kau lihat aku sekarang. Apa hidup Bapak berakhir? Seperti yang kau lihat,
Bapak baik-baik saja. Seiring waktu, Bapak sadar kalau setiap orang.. punya
impian yang tidak terbatas. Dan tidak akan ada yang bisa menghentikanmu, mengganti
impianmu sepanjang waktu.” Ucap Guru Jung menasehati
Issue
masih saja diam, Guru Jang tahu Mungkin saja secara mendadak Issue bisa dapat
impian baru dan meminta agar Jangan bersikap seakan-akan mau mati, karena itu
akan membuat semua impian enggan mendekat. Ia memberikan bola baseballnya
berharap Issue bisa beruntung.
Bersambung
ke part 2
5Kch sinopsis x dee,,,dlanjut trus z, tolong buatkan preview eps 13 donk.
BalasHapus