PS :
All images credit and content copyright : KBS
Guru Shim
menanyakan apakah Jae Hyuk memang ingin melakukan ini, Jae Hyuk mengaku selalu
tertarik,makanya dari pada tidak sama sekali, lebih baik ingin mencoba. Guru
Shim menasehati Jae Hyuk, kalau harus lebih banyak melakukan kerja magang. Jae
Hyuk pun mengucapkan terimakasih lalu berjalan pergi.
“Pak
Shim, boleh aku bicara dengan Bapak?” kata Ibu Sa Rang yang sedari tadi melihatnya.
Guru Shim pun mempersilahkan.
“Jadi
begini... Apa Sa Rang.. sudah pernah konsultasi soal evaluasi siswanya?” kata
Ibu Sa Rang
“Tidak,
karena dia sedang bersiap untuk ujian PNS.” Kata Guru Shim
“Tapi.. dia
mungkin masih bisa kuliah, jadi tidak bisakah Bapak memeriksa hasil
evaluasinya? Dia bukan murid yang buruk. Tapi dia ngotot ingin ujian PNS karena
keadaan keuangan kami. Tapi aku yakin dia punya impian juga seperti
teman-temannya. Maafkan aku.” Kata Ibu Sa Rang menahan rasa sedihnya.
Guru Shim
bisa mengerti dan memberikan sebuah tissue. Ibu Sa Rang seperti merasa
bersalah, dengan menahan rasa sedihnya.
Sa Rang
sedang duduk bersama Eun Ho , membahas
kalau Impiannya Membuat hidup ibunya jadi lebih baik. Eun Ho menegaskan kalau
Bukan itu. Maksudnya tapi impian yang sebenarnya yaitu Sesuatu yang benar-benar
ingin dilakukan.
“Aku
tidak pernah memikirkan soal itu. Apa yang ingin kulakukan.. Aku hanya berpikir
tentang bagaimana caranya menghadapi kenyataan dan memilih jalan mana yang
terbaik.” Kata Sa Rang.
“Kau
benar-benar anak yang baik. Kalau aku ingin membuat webtoon, maka aku
membutuhkan mesin scan, Tablet dan lesnya juga sangat mahal. Aku merasa
sepertinya aku terlalu kekanak-kanakan, ingin mengejar impianku tapi malah menambah
beban keuangan keluargaku. Aku merasa picik.” Kata Eun Ho
“Hidup
ini kejam. Kalau kau miskin, maka kau harus minta maaf hanya karena kau punya
impian. Makanya.. Aku berharap ibuku tidak berpikir kami ini miskin, jadi dia
tidak perlu merasa bersalah karena aku.” Ucap Sa Rang lalu mengajak Eun Ho
untuk bersulang dengan minuman Soda.
Sebuah
Note tertulis diatasnya “Jangan diubah”. Guru Shim melihat di bagian kolom Piagam
dan Penghargaan, Daftar Keahlian. Jung Il meminta Guru Shim tidak boleh mengubahnya sehuruf pun.
Guru Shim menegaskan bahwa kalau sudah mengatakan untuk memperbaiki bagian yang
terlewat, bukan menulis evaluasinya lagi
dari awal.
“Itu adalah
tulisan yang mahal, Pak. Kami bahkan membayar seorang tenaga ahli.” Kata Jung
Il bangga. Guru Shim pikir kalau itu tidak benar.
“Ini
harusnya ditulis oleh guru.” Tegas Guru Shim. Jung Il kembali berbicara.
“Lagian
Bapak juga tidak bisa menulis yang lebih baik dari itu 'kan?” kata Jung Il.
Guru Shim menyuruh Jung Il keluar saja dan akan mengurus semuanya
“Banyak
anak-anak melakukan hal itu sekarang. Yang perlu kau lakukan hanyalah menyalinnya.
Itua malah jadi mudah, tinggal suruh saja mereka menulis sendiri.” Komentar
Guru Jang yang sedari tadi mendengarnya.
“Tapi ini
adalah tugasku.” Kata Guru Shim dengan melihat ada banyak note diatas laporanya
untuk tak mengubahnya dan masukkan saja.
Guru Goo
sedari tadi hanya diam saja, Guru Shim mendekat lalu berkata kalau membutuhkan
bantuanya.
Keduanya
duduk sambil minum, Guru Shim merasa tidak tahu apa yang sebenarnya sedang
dilakukan sekarang, seperti merasa lebih rendah daripada konsultan di tempat
les dan bertanya Apa dirinya benar-benar guru.
“Evaluasi
anak-anak itu bahkan lebih bagus daripada tesis S2-ku. Kalau hidup anak-anak..
sudah ditentukan oleh uang, maka itu salah. Jadi apa yang salah? Apa yang bisa
kau lakukan memangnya? Apa yang bisa kita ubah?” kata Guru Goo juga ikut marah.
“Dulu,
kukira aku bisa memberikan masa depan cerah pada murid-muridku. Tapi aku tidak
bisamelakukan itu satu kalipun. Walaupun begitu aku ini guru. Kalau aku melihat
ada yang salah.. seharusnya aku memberitahu mereka.. bukankah begitu?” kata
Guru Shim.
“Kau
bilang Guru? Guru bagi siapa? Tidak ada yang mau mendengarkanmu” komentar Guru
Koo.
Guru Shim
mulai mengetik penilaian, melihat nama Park Jung Eun, Seo Bo Ra, Ahn Jung Il
dan ada note yang meminta agar Jangan diubah.
Tuan Ra
sibuk membuat nasi kepal. Eun Ho keluar kamar langsung mengambil ikan dalam
kaleng. Tuan Ra mengeluh Eun Ho yang tak sabaran lalu menyuapi nasi kepal
buatanya, Eun Ho pun tersenyum bahagia menerima makanan buatan ayahnya.
“Ini
Benar-benar kosong. Apa Kau menyebut dirimu siswa SMA?” ucap Tae Sik melihat
lembaran evaluasi milih Eun Ho
“Hei.. Kenapa
kau memeriksa barang-barangku? Ini keterlaluan.” Kata Eun Ho marah dan langsung
mengambilnya.
“Ini
Benar-benar kosong. Bagaimana bisa dia masuk kuliah?” kata Tae Sik mengejek,
Eun Ho menegaskan kalau akan mengisinya sedikit demi sedikit dan juga sedang
bersiap ikut lomba, jadi Jangan ikut campur.
“Apa benar-benar
serius? Sangat serius sampai kau tidak bisa masuk kuliah? Bagaimana caranya kau
mau mengisi lembar evaluasimu?” ucap Ibu Eun Ho merasa khawatir.
Ibu Eun
Ho datang ke pertemuan anak kelas dua tentang Memahami Evaluasi Siswa, saat
akan duduk di bagian depan. Ibu Hee Chan memberitahu kalau Tempat duduknya
sudah ada yang punya. Ibu Bit Na datang dengan wajah angkuhnya, seperti
menyuruh Ibu Eun Ho pergi.
Akhirnya
Ibu Eun Ho mencari bangku lainya, dibagian tengah dengan beberapa ibu menatap
sinis karena merasa terganggu. Semua guru pun duduk di depan podium. Guru Jang
akan memulai menjelaskan apa itu evaluasi siswa.
“Bukankah
mendengar istilahnya saja kalian semua merasa bingung? 70 persen kampus di
Korea menerima mahasiswa berdasarkan evaluasi siswa. Pertama, aku akan
memberitahukan tentang hukum pendidikan yang berlaku. Hukum Pendidikan Pasal 25
tentang kegiatan di sekolah..” kata guru Jang. Ibu Eun Ho pun hanya diam
mendengarkanya.
Di cafe
Ibu Eun
Ho duduk diam sambil minum tehnya, Ibu Hee Chan memberitahu kalau ingin
mengajukan pengadaan kompetisi essai dan meminta Seoyul bekerjasama dengan
mereka. Semua pun langsung setuju. Ibu
yang lain merasa mereka perlu
memperbaiki evaluasinya.
“Aku kenal
seorang profesor di sana. Haruskah aku minta bantuannya?” kata Ibu Bit Na
“Ya. Kita
harus mempublikasikan hasil essainya ke dalam bentuk buku juga. Untuk kegiatan
tambahan anak-anak, bagaimana kalau golf atau musik? Ayo kita buat kelompok untuk
meningkatkan hasil evaluasi mereka.” Komentar yang lainya.
“Maaf... Apa
perlu menulis essai agar bisa masuk universitas? Kenapa anak SMA..” kata Ibu
Eun Ho yang tak tahu menahu
“Apa ini
pertama kalinya kau ikut pertemuan?” ejek Ibu Bit Na. Ibu Eun Ho pun hanya bisa
tertunduk diam sambil meminum kembali Tehnya.
Ibu Eun
Ho minum dengan cepat sojunya, Suaminya menahan karena bisa sakit kalau minum
dengan cepat. Ibu Eun Ho menceritakan Sekarang para orangtua yang bekerja keras
memasukkan anak ke universitas tapi
bahkan tidak paham sedikitpun apa
yang mereka bicarakan.
“Haruskah
kita ikut bergabung dengan komite sekolah atau semacamnya?” kata Ayah Eun Ho
“Tidak
sembarang orang bisa jadi anggota komite. Perlu biaya keanggotaan yang besar.
Mereka semua adalah dokter, pengacara, pemilik perusahaan.. ini Sama sekali
tidak main-main.” Jelas Ibu Eun Ho merasa kasihan pada Eun Ho.
“Bisakah
kita dapatkan uang entah dari mana? Kalau perlu kita jual saja rumah ini.” Kata
Tuan Ra dengan penuh keyakinan.
“Ini 'kan
rumah kontrakan. Karena rumah kita sudah kau jadikan jaminan pinjaman.” Ucap
Ibu Eun Ho sinis. Tuan Ra mencoba menghindar ingin pergi tidur. Ibu Eun Ho
langsung mengejar untuk memukulnya.
Guru Shim
datang ke ruang kepsek melihat sudah ada orang tua murid dan bertanya Apa ada
sesuatu yang salah lagi kali ini, Kepsek Yang pikir kalau tak perlu ada yang
salah untuk memanggil Guru Shim dan menyuruh untuk duduk agar minum teh antara
Wali kelas dengan orang tua murid. Guru Shim pun duduk dengan wajah gugup.
“Aku akan
bicara langsung saja. Kami harus melihat hasil evaluasi anak-anak kami. Kami
tidak bisa mengakses NEIS (National Education Information System, Situs
Kementerian Pendidikan Korea) , jadi mohon tunjukkan saja pada kami.” Ucap Ibu
Bit Na
“Ayolah...
Kau benar-benar tak berbasa-basi.” Komentar Kepsek Yang dengan sedikit gugup.
“Begini,
Bu.. itu tidak bisa diakses karena ada aturan dan alasannya. Selama tahun
ajaran, melakukan itu adalah pelanggaran..” kata Guru Shim
“Kami
meminta itu juga karena kami punya alasan sendiri. Kudengar, kau menolak untuk
menulis hasil evaluasi sesuai dengan yang ditulis oleh konsultan.” Kata ibu Hee
Chan.
“Aku
sudah mempertimbangkan berkas yang kalian masukkan, jadi jangan cemas.” Kata
Guru Shim
“Tidak,
Bukan "mempertimbangkan". Kau harus memasukkannya tanpa mengubah satu
katapun. Kenapa kau keras kepala sekali? Kalau kau hanya mempertimbangkannya, setidaknya
tunjukkan pada kami seberapa besar pertimbanganmu itu.” Kata Ibu Bit Na dengan
nada sedikit tinggi.
“Aku akan
tetap patuh pada aturan Kementerian Pendidikan dan pada pendirianku. Kalian tidak
bisa melihat hasil evaluasi selama tahun ajaran masih berlangsung. Kalau yang
lain, kalian masih bisa lihat.” Tegas Guru Shim berdiri lalu pamit pergi. Semua orang tua murid kaget melihat sikap
Guru Shim
“Jangan
terlalu cemas. Aku yang akan bicara lagi dengannya nanti. Dia pasti masih belum
paham dengan semua ini.” Kata Kepsek Yang menenangkan semua orang tua murid.
Guru Shim
berjalan melewati lapangan melihat Tae Woon sedang bermain basket sendirian.
Akhirnya Tae Woon memberikan bola agar Guru Shim mau mencoba melempar. Guru
Shim mencoba tapi tak masuk dan mengeluh kalau dirinya bahkan tidak bisa
melakukan apa yang diinginkanya.
“Apa
Bapak baik-baik saja?” ucap Tae Woon. Guru Shim balik bertanya pada Tae Woon.
“Aku tahu
aku cuma bocah 18 tahun, tapi hidup ini memang busuk.” Kata Tae Woon. Guru Shim
kembali mencoba melempar bola.
“Lebih
baik daripada harus merasakan busuknya hidup di umur 28 tahun. Hidupmu
baik-baik saja.” Kata Guru Shim
“Pertama
kalinya aku dengar ada yang bilang begitu, Mendengar ada yang bilang hidupku
baik-baik saja.” Kata Tae Woon
“Bapak
hanya merasa sepertinya kau menjalani hidup yang lebih baik dari aku.” Komentar
Guru Shim. Saat itu ponselnya berdering
dan berteriak kesal saat melihat nama “Kepala Sekolah” yang tertera di layar.
Guru Shim
menemui Kepsek Yang di ruanganya. Kepsek Yang pikir Guru Shim bisa lebih
fleksibel dan tak perlu buat keributan soal evaluasi, dengan harus menolong
orang lain dalam situasi seperti ini. Guru Shim pikir Kepsek Yang tahu kalau membuka
hasil evaluasi ke publik itu melanggar aturan.
“Kau bisa
mengaksesnya kapanpun, kau mau. Jadi Ambil saja gambarnya atau apa pun itu Mereka
hanya mau memeriksa.” Kata Kepsek Yang
“Tapi,
tetap saja..” kata Guru Shim dan langsung disela oleh nada tinggi Kepsek Yang.
“Hei...
Apa kau mau dipecat?”kata Kepsek Yang mengancamnya.
“Dia
tidak akan memecatmu. Karena kau pasti akan melakukan apa yang kami minta.”
Ucap Guru Park. Guru Shim merasa kalau ini ini melanggar aturan.
“Ayolah!
Siapa yang peduli soal aturan? Saling menolong juga 'kan adalah hal yang baik. Siapa
yang membayar sekolah ini?” kata Kepsek Yang terus mendesak. Diam-diam Tae Woon
mendengar dari depan ruangan.
Tae Woon
melihat Eun Ho berjalan didepannya dan menyuruhnya berhenti, lalu bertanya Apa ada
waktu malam ini, seperti mengajaknya berkencan. Eun Ho terlihat binggung
memikirkan Malam ini. Tae Woon menegaskan bahwa yang dimaksud adalah sebuah
urusan bisnis jadi jangan terlalu senang.
“Tidak...
Aku tidak ada waktu. Kalaupun aku ada waktu,
maka aku tidak akan menemuimu.” Ucap Eun Ho. Tae Woon mengangguk
mengerti dan akan pergi, Eun Ho pun penasaran ada apa dengan Tae Woon.
Guru Shim
sedang mengetik di ruangan guru, dikagetkan dengan kedatangan Petugas Han.
Petugas Han memberitahu kalau akhirnya menemukan kunci gudang. Guru Shim
terlihat kaget dan langsung berdiri. Petugas Han makin curiga melihat Guru Shim
yang terlihat kaget.
“Aku
tidak kaget.. Tapi kenapa kau mau ke sana?” kata Guru Shim mencoba untuk terlihat
santai.
“Siapa
tahu? Mungkin saja di situ markasnya X. Kita harus memeriksanya.” Kata Petugas
Han dengan penuh semangat mengajak Guru Shim untuk ikut denganya. Guru Shim
pikir Tapi itu adalah gudang dan mencoba untuk mengikutinya.
Tae Woon sedang
duduk dalam ruangan, Guru Shim yang panik dengan sengaja terjatuh sambil
mengeluh kalau kakinya kram. Tae Woon pun bisa mendengar jeritan. Petugas Han
seperti tak peduli malah berkomentar dengan sikap Guru Shim yang aneh malah
semakin imut dan bergegas menaiki tangga.
Petugas
Han bisa membuka pintu dan saat itu Tae Woon membalikan badanya. Tapi di dalam
ruangan sudah bersih tanpa ada banyak barang dari X. Sementara Tae Woon melihat
sebuah bola baseball yang jatuh dan berada diruangan yang berbeda. Guru Shim
bisa bernafas lega tak melihat sosok X.
“Dia
pasti sudah tahu akan segera tertangkap.”ucap
Petugas Han. Guru Shim pikir itu tak mungkin karena ruangan yang mereka masuki
memang cuma gudang.
“Menurutmu..
bagaimana si kunyuk X itu bisa melarikan diri?” kata Petugas Han
Flash Back
Guru Shim
berbicara didepan kelas memberitahu Segalanya jadi kacau belakangan ini, jadi
hati-hatilah. Dan pihak sekolah sedang memeriksa tempat-tempat yang mungkin
jadi markas persembunyian X jadi sebaiknya anak muridnya jangan masuk ke sembarang
ruangan dan bisa diajak kerja sama.
“Kalau
dia tidak ada di sini, dia pasti sudah pindah ke tempat lain. Dia membuat
semangat juangku menyala. “ kata Petugas Han berjalan keluar kontainer yang
menemukan sebuah balik-balik drone yang dipakai saat membawa foto Kepsek Yang.
“Markasnya
'kan tidak harus di sekolah.” Pikir Guru Shim, tapi petugas Han yakin kalau pasti
di sekolah.
Saat itu
Tae Woon keluar dari persembunyian yang ada dilantai bawah, senyuman terlihat
bisa mengelabuhi petugas Han untuk menemukan X.
Flash Back
[Sehari sebelumnya]
Eun Ho
membereskan semua barang ke dalam kardus sambil mengeluh kenapa ia yang harus
melakukanya. Tae Woon menegaskan bahwa dirinya sudah bekerja keras untuk
sekolah ini jadi Setidaknya Eun Ho bisa membantu sedikit.
“Memangnya
aku anak buahmu? Apa Kau yakin bisa mengacaukan kompetisi sialan itu? Kalau aku
memikirkan soal kontes seni itu..” ucap Eun Ho kesal
“Hei...
kau lihat Aku “ kata Tae Woon bangga. Eun Ho hanya bisa menahan tawa mengejek.
Tae Woon merasa Eun Ho ingin mati dan menyuruh agar segera bergegas.
“Pokoknya,
kalau bukan karena Pak Shim, kita pasti sudah habis.” Ucap Eun Ho. Tae Woon
dengan sengaja menyuruh Eun Ho agar memasukan semua barang ke dalam kardus
sambil mengeluh kalau barangnya itu berat.
Orang Tua
murid kembali berkumpul di ruangan Kepsek. Ibu Hee Chan memastikan kalau
mereka bisa melihat hasil evaluasinya
hari ini. Kepsek Yang membenarkan kalau bisa membiarkan kalian melihatnya
dengan menggunakan ID sekolah tapi mengubah isinya hanya bisa dilakukan oleh
guru.
“Ada yang
menempelkannya... Hasil evaluasinya...” kata Guru Park masuk dengan wajah
panik. Semua orang tua murid pun ikut panik. Kepsek Yang bergegas keluar
mengikutinya.
Semua
lembaran kertas sudah tertempel pada dinding. Duk Soo tak percaya melihatnya
merasa kalau Guru Shim itu seperti penguntit, karena menilai dirinya seperti
mata-mata rahasia.
“Han Duk
Soo... Dia selalu tahu apa yang terjadi.” Tulis Guru Shim. Duk Soo sebelumnya
memberitahu pada semua murid kalau pihak sekolah akan menambah jumlah ujian
percobaannya jadi 4 kali.
“Dia
sangat jago mengumpulkan informasi.” Tulis Guru Shim dan menuliskan juga
tentang Byung Goo.
“Sifatnya
yang ceria selalu membuat orang lain tertawa.” Tulis Guru Shim. Byung Goo
merasa kalau X sudah seperti Avengers dan Keren sekali, lalu datang dengan
wajah polosnya bertanya Apakah Eun Ho memelihara burung.
“Dia
adalah seorang pejuang lingkungan hidup. Dia sangat kreatif dengan ekspresi-ekspresinya.
“Hwang
Young Gun. Dia punya rasa individualitas yang tinggi, tanggungjawab dan
kepemimpinan.”
“Oh Sa
Rang. Punya kesadaran tinggi akan keadilan dan kesetiaan.” Sa Rang membaca
hasil Evaluasinya terlihat bahagia.
Sa Rang
sebelumnya meminta pada bantuan pada Tae Woon kalau Ini bukan Eun Ho dan tidak
adil.
“Dia
ceria dan paham akan keinginan dirinya, semua rencana-rencananya.”
“Yoo Bit
Na... Jago berdebat. Gayanya yang unik.. untuk menyuarakan pikirannya adalah
sesuatu yang paling menonjol.”
“Ahn Jung
Il.. Jika berhubungan dengan masa depannya, maka dia tidak akan pernah merasa
ragu.
“Yoon
Kyung Woo. Dia bisa membaca pikiran orang lain.”
“Song Dae
Hwi. Bukan hanya pintar dalam pelajaran, tapi kemauan dan kerja kerasnya tidak
ada tandingannya. Dia sangat menjaga lingkungan belajarnya, dan mengikuti semua
rencana belajar pribadinya.”
“Kim Hee
Chan. Dia adalah murid top sekolah, tapi merasa tertekan.. karena kerap
dibandingkan dengan yang lain.
“Park
Jung Eun. Dia sangat suka membantu siswa lain. Ma Gun Joo. Matanya tajam...
Kang Hyun Il. Jago dalam seni dan olahraga. Hyun Tae Woon... Terus berusaha
membenahi diri dan punya keinginan kuat untuk menemukan jatidirinya.”
Tae Woon
mengingat saat Guru Shim adalah orang yang pertama mengatakan hidupnya
baik-baik saja. Guru Shim yakin kalauTae Woon punya potensi besar untuk tumbuh
dan berkembang. Dan yang terakhir Guru Shim menuliskan evaluasi Ra Eun Ho.
“Dengan kepolosan
dan energi positifnya, dia melawan diskriminasi.. dan dengan kekuatannya
sendiri, mencoba meraih impiannya.”
Eun Ho menegaskan
“Aku harus berjuang sampai mati demi kesetaraan di sekolah ini!” lalu ada guru
Goo mengatakan kaalu Murid dengan peringkat yang rendah.. biasanya suka membuat
masalah. Eun Ho berani berkata kalau Tidak semua yang peringkatnya rendah, suka
membuat masalah.
“Dia
selalu bekerja keras demi impiannya dan semua usahanya akan jadi batu loncatan
baginya dan akan membantunya meraih impian.”
Semua
hasil evaluasi anak murid wali keluar Guru Shim tertempel di dinding dan dibaca
oleh semua anak, begitu juga orang tua. Termasuk Cho Eun Jung, Yoon Jae Hyuk,
Choi Hyun Jung, Yeo Seung Eun, Seo Bo Ra. Kepsek Yang merasa kalau semua masuk
akal.
“Evaluasi
siswa tidak seharusnya menjadi konsumsi publik! Ini benar-benar tidak masuk
akal.” Kata Kepsek Yang sangat marah
“Lebih
tidak masuk akal lagi.. ID yang digunakan untuk mengaksesnya, adalah ID Bapak.
Kami sudah memeriksa situsnya, dan ID yang satu-satunya digunakan semalam
adalah ID Bapak.” Kata Guru Park
“Tangkap
siapapun yang melakukan ini! Si kunyuk itu memakai ID-ku! Kita harus
menangkapnya.” Kata Kepsek Yang marah.
“Tapi
karena ID yang digunakan adalah milik Bapak, kami harus menangkap Bapak. Tapi
aku tidak tahu apakah aku harus melakukannya atau tidak.” Kata Guru Park
binggung. Kepsek Yang pun dibuat kelipungan. Guru Park pikir akan menangkapnya.
Saat itu Eun Ho dan Tae Woon saling memberikan jempol tanda mereka sudah
sukses.
Flash Back
Tae Woon
duduk sendirian di ruang rahasia,
diatasnya sudah ada berkas Kompetisi Penting di Sekolah, serta Jawaban
Contoh Soal Lomba Matematika Kelas 2.
Sebelumnya Eun Ho sangat marah karena tak ada pemberitahuan kalau ada
Kompetisi Seni hanya Bit Na yang diberitahu.
“Bapak
harusnya memberi kami kesempatan yang sama. Bagaimana bisa.. sekolah melakukan
diskriminasi pada siswa-siswanya?” ucap Eun Ho dan masalah berikutnya adalah
Hee Chan
“Soal
kompetisi Matematika. Dia tidak tahu, dan dia malah belajar keras. Kami bilang
padanya kalau pemenangnya sudah ditentukan, dan dia marah. Dia benar-benar tak
tahu diri.” Ucap Hee Chan
Tae Woon
hanya menatap lembaran Jawaban Contoh Soal Lomba Matematika Kelas 2 yang
didapat dari ayahnya.
Semua
anak-anak terlihat asik mengobrol dan bercanda di dalam kelas. Guru Shim masuk
ke dalam kelas dibuat binggung karena semua anak muridnya tenang sekali, lalu
memberitahu kalau Tidak ada yang mau diumumkan.
“Setelah
masalah kebocoran hasil evaluasi ini selesai ditangani, maka kita bisa
melanjutkan konsultasi lagi. Ini Aneh sekali.” Kata Guru Shim. Eun Ho dan yang
lainya memberikan pujian dengan mengangkat jempol mereka, semua memuji Guru Shim
yang keren. Guru Shim pun segera keluar dari ruang kelas.
Saat keluar
guru Shim seperti menerima pesan pada ponselnya, begitu juga semua anak yang
ada didalam kelas. Eun Ho melihat seperti video tersembunyi saat Tae Woon
bertemu dengan Kepala sekolah.
“Kau akan
memenangkan kompetisi Matematika-nya. Hafalkan saja jawabannya.” Ucap Kepsek
Yang
“Terima
kasih, Pak Kepala Sekolah. Aku akan menghafalnya.”kata Tae Woon.
Eun Ho
menatap tak percaya dan Tae Woon terlihat santai dengan memberikan tanda “peace”
seperti memang sengaja. Sa Rang tak percaya kalau Kompetisi Matematika itu dibuat
untuk Tae Woon, Byung Goo pikir Ini benar-benar berita besar dan perbuatannya
X.
“Kalau
begitu apakah X yang melaporkan Tae Woon?” kata Byung Goo malah berkomentar
yang berbeda.
“Anaknya
Pak Direktur benar-benar.. sesuatu sekali.” Komentar Duk Soo dan hanya bisa
menutup mulut melihat tatapan dingin Tae Woon.
Semua hanya
bisa menatap Tae Woon karena berpikir kalau sama liciknya dengan sang ayah. Tae
Woon yang kesal hanya bisa mengomel karena semua orang menuduhkan sesuatu
padanya. Eun Ho dan Dae Hwi seperti tak tega melihatnya.
Bersambung
ke episode 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar