PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 03 Agustus 2017

Sinopsis School 2017 Episode 6 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS 

Guru Shim menanyakan apakah Jae Hyuk memang ingin melakukan ini, Jae Hyuk mengaku selalu tertarik,makanya dari pada tidak sama sekali, lebih baik ingin mencoba. Guru Shim menasehati Jae Hyuk, kalau harus lebih banyak melakukan kerja magang. Jae Hyuk pun mengucapkan terimakasih lalu berjalan pergi.
“Pak Shim, boleh aku bicara dengan Bapak?” kata Ibu Sa Rang yang sedari tadi melihatnya. Guru Shim pun mempersilahkan.
“Jadi begini... Apa Sa Rang.. sudah pernah konsultasi soal evaluasi siswanya?” kata Ibu Sa Rang
“Tidak, karena dia sedang bersiap untuk ujian PNS.” Kata Guru Shim
“Tapi.. dia mungkin masih bisa kuliah, jadi tidak bisakah Bapak memeriksa hasil evaluasinya? Dia bukan murid yang buruk. Tapi dia ngotot ingin ujian PNS karena keadaan keuangan kami. Tapi aku yakin dia punya impian juga seperti teman-temannya. Maafkan aku.” Kata Ibu Sa Rang menahan rasa sedihnya.
Guru Shim bisa mengerti dan memberikan sebuah tissue. Ibu Sa Rang seperti merasa bersalah, dengan menahan rasa sedihnya. 


Sa Rang sedang duduk bersama Eun Ho ,  membahas kalau Impiannya Membuat hidup ibunya jadi lebih baik. Eun Ho menegaskan kalau Bukan itu. Maksudnya tapi impian yang sebenarnya yaitu Sesuatu yang benar-benar ingin dilakukan.
“Aku tidak pernah memikirkan soal itu. Apa yang ingin kulakukan.. Aku hanya berpikir tentang bagaimana caranya menghadapi kenyataan dan memilih jalan mana yang terbaik.” Kata Sa Rang.
“Kau benar-benar anak yang baik. Kalau aku ingin membuat webtoon, maka aku membutuhkan mesin scan, Tablet dan lesnya juga sangat mahal. Aku merasa sepertinya aku terlalu kekanak-kanakan, ingin mengejar impianku tapi malah menambah beban keuangan keluargaku. Aku merasa picik.” Kata Eun Ho
“Hidup ini kejam. Kalau kau miskin, maka kau harus minta maaf hanya karena kau punya impian. Makanya.. Aku berharap ibuku tidak berpikir kami ini miskin, jadi dia tidak perlu merasa bersalah karena aku.” Ucap Sa Rang lalu mengajak Eun Ho untuk bersulang dengan minuman Soda. 

Sebuah Note tertulis diatasnya “Jangan diubah”. Guru Shim melihat di bagian kolom Piagam dan Penghargaan, Daftar Keahlian. Jung Il meminta  Guru Shim tidak boleh mengubahnya sehuruf pun. Guru Shim menegaskan bahwa kalau sudah mengatakan untuk memperbaiki bagian yang terlewat,  bukan menulis evaluasinya lagi dari awal.
“Itu adalah tulisan yang mahal, Pak. Kami bahkan membayar seorang tenaga ahli.” Kata Jung Il bangga. Guru Shim pikir kalau itu tidak benar.
“Ini harusnya ditulis oleh guru.” Tegas Guru Shim. Jung Il kembali berbicara.
“Lagian Bapak juga tidak bisa menulis yang lebih baik dari itu 'kan?” kata Jung Il. Guru Shim menyuruh Jung Il keluar saja dan akan mengurus semuanya
“Banyak anak-anak melakukan hal itu sekarang. Yang perlu kau lakukan hanyalah menyalinnya. Itua malah jadi mudah, tinggal suruh saja mereka menulis sendiri.” Komentar Guru Jang yang sedari tadi mendengarnya.
“Tapi ini adalah tugasku.” Kata Guru Shim dengan melihat ada banyak note diatas laporanya untuk tak mengubahnya dan masukkan saja.
Guru Goo sedari tadi hanya diam saja, Guru Shim mendekat lalu berkata kalau membutuhkan bantuanya. 


Keduanya duduk sambil minum, Guru Shim merasa tidak tahu apa yang sebenarnya sedang dilakukan sekarang, seperti merasa lebih rendah daripada konsultan di tempat les dan bertanya Apa dirinya benar-benar guru.
“Evaluasi anak-anak itu bahkan lebih bagus daripada tesis S2-ku. Kalau hidup anak-anak.. sudah ditentukan oleh uang, maka itu salah. Jadi apa yang salah? Apa yang bisa kau lakukan memangnya? Apa yang bisa kita ubah?” kata Guru Goo juga ikut marah.
“Dulu, kukira aku bisa memberikan masa depan cerah pada murid-muridku. Tapi aku tidak bisamelakukan itu satu kalipun. Walaupun begitu aku ini guru. Kalau aku melihat ada yang salah.. seharusnya aku memberitahu mereka.. bukankah begitu?” kata Guru Shim.
“Kau bilang Guru? Guru bagi siapa? Tidak ada yang mau mendengarkanmu” komentar Guru Koo.
Guru Shim mulai mengetik penilaian, melihat nama Park Jung Eun, Seo Bo Ra, Ahn Jung Il dan ada note yang meminta agar Jangan diubah. 


Tuan Ra sibuk membuat nasi kepal. Eun Ho keluar kamar langsung mengambil ikan dalam kaleng. Tuan Ra mengeluh Eun Ho yang tak sabaran lalu menyuapi nasi kepal buatanya, Eun Ho pun tersenyum bahagia menerima makanan buatan ayahnya.
“Ini Benar-benar kosong. Apa Kau menyebut dirimu siswa SMA?” ucap Tae Sik melihat lembaran evaluasi milih Eun Ho
“Hei.. Kenapa kau memeriksa barang-barangku? Ini keterlaluan.” Kata Eun Ho marah dan langsung mengambilnya.
“Ini Benar-benar kosong. Bagaimana bisa dia masuk kuliah?” kata Tae Sik mengejek, Eun Ho menegaskan kalau akan mengisinya sedikit demi sedikit dan juga sedang bersiap ikut lomba, jadi Jangan ikut campur.
“Apa benar-benar serius? Sangat serius sampai kau tidak bisa masuk kuliah? Bagaimana caranya kau mau mengisi lembar evaluasimu?” ucap Ibu Eun Ho merasa khawatir. 

Ibu Eun Ho datang ke pertemuan anak kelas dua tentang Memahami Evaluasi Siswa, saat akan duduk di bagian depan. Ibu Hee Chan memberitahu kalau Tempat duduknya sudah ada yang punya. Ibu Bit Na datang dengan wajah angkuhnya, seperti menyuruh Ibu Eun Ho pergi.
Akhirnya Ibu Eun Ho mencari bangku lainya, dibagian tengah dengan beberapa ibu menatap sinis karena merasa terganggu. Semua guru pun duduk di depan podium. Guru Jang akan memulai menjelaskan apa itu evaluasi siswa.
“Bukankah mendengar istilahnya saja kalian semua merasa bingung? 70 persen kampus di Korea menerima mahasiswa berdasarkan evaluasi siswa. Pertama, aku akan memberitahukan tentang hukum pendidikan yang berlaku. Hukum Pendidikan Pasal 25 tentang kegiatan di sekolah..” kata guru Jang. Ibu Eun Ho pun hanya diam mendengarkanya. 

Di cafe
Ibu Eun Ho duduk diam sambil minum tehnya, Ibu Hee Chan memberitahu kalau ingin mengajukan pengadaan kompetisi essai dan meminta Seoyul bekerjasama dengan mereka. Semua pun langsung setuju.  Ibu yang lain merasa mereka  perlu memperbaiki evaluasinya.
“Aku kenal seorang profesor di sana. Haruskah aku minta bantuannya?” kata Ibu Bit Na
“Ya. Kita harus mempublikasikan hasil essainya ke dalam bentuk buku juga. Untuk kegiatan tambahan anak-anak, bagaimana kalau golf atau  musik? Ayo kita buat kelompok untuk meningkatkan hasil evaluasi mereka.” Komentar yang lainya.
“Maaf... Apa perlu menulis essai agar bisa masuk universitas? Kenapa anak SMA..” kata Ibu Eun Ho yang tak tahu menahu
“Apa ini pertama kalinya kau ikut pertemuan?” ejek Ibu Bit Na. Ibu Eun Ho pun hanya bisa tertunduk diam sambil meminum kembali Tehnya. 

Ibu Eun Ho minum dengan cepat sojunya, Suaminya menahan karena bisa sakit kalau minum dengan cepat. Ibu Eun Ho menceritakan Sekarang para orangtua yang bekerja keras memasukkan anak ke universitas tapi  bahkan tidak paham  sedikitpun apa yang mereka bicarakan.
“Haruskah kita ikut bergabung dengan komite sekolah atau semacamnya?” kata Ayah Eun Ho
“Tidak sembarang orang bisa jadi anggota komite. Perlu biaya keanggotaan yang besar. Mereka semua adalah dokter, pengacara, pemilik perusahaan.. ini Sama sekali tidak main-main.” Jelas Ibu Eun Ho merasa kasihan pada Eun Ho.
“Bisakah kita dapatkan uang entah dari mana? Kalau perlu kita jual saja rumah ini.” Kata Tuan Ra dengan penuh keyakinan.
“Ini 'kan rumah kontrakan. Karena rumah kita sudah kau jadikan jaminan pinjaman.” Ucap Ibu Eun Ho sinis. Tuan Ra mencoba menghindar ingin pergi tidur. Ibu Eun Ho langsung mengejar untuk memukulnya. 

Guru Shim datang ke ruang kepsek melihat sudah ada orang tua murid dan bertanya Apa ada sesuatu yang salah lagi kali ini, Kepsek Yang pikir kalau tak perlu ada yang salah untuk memanggil Guru Shim dan menyuruh untuk duduk agar minum teh antara Wali kelas dengan orang tua murid. Guru Shim pun duduk dengan wajah gugup.
“Aku akan bicara langsung saja. Kami harus melihat hasil evaluasi anak-anak kami. Kami tidak bisa mengakses NEIS (National Education Information System, Situs Kementerian Pendidikan Korea) , jadi mohon tunjukkan saja pada kami.” Ucap Ibu Bit Na
“Ayolah... Kau benar-benar tak berbasa-basi.” Komentar Kepsek Yang dengan sedikit gugup.
“Begini, Bu.. itu tidak bisa diakses karena ada aturan dan alasannya. Selama tahun ajaran, melakukan itu adalah pelanggaran..” kata Guru Shim
“Kami meminta itu juga karena kami punya alasan sendiri. Kudengar, kau menolak untuk menulis hasil evaluasi sesuai dengan yang ditulis oleh konsultan.” Kata ibu Hee Chan.
“Aku sudah mempertimbangkan berkas yang kalian masukkan, jadi jangan cemas.” Kata Guru Shim
“Tidak, Bukan "mempertimbangkan". Kau harus memasukkannya tanpa mengubah satu katapun. Kenapa kau keras kepala sekali? Kalau kau hanya mempertimbangkannya, setidaknya tunjukkan pada kami seberapa besar pertimbanganmu itu.” Kata Ibu Bit Na dengan nada sedikit tinggi.
“Aku akan tetap patuh pada aturan Kementerian Pendidikan dan pada pendirianku. Kalian tidak bisa melihat hasil evaluasi selama tahun ajaran masih berlangsung. Kalau yang lain, kalian masih bisa lihat.” Tegas Guru Shim berdiri lalu pamit pergi.  Semua orang tua murid kaget melihat sikap Guru Shim
“Jangan terlalu cemas. Aku yang akan bicara lagi dengannya nanti. Dia pasti masih belum paham dengan semua ini.” Kata Kepsek Yang menenangkan semua orang tua murid. 


Guru Shim berjalan melewati lapangan melihat Tae Woon sedang bermain basket sendirian. Akhirnya Tae Woon memberikan bola agar Guru Shim mau mencoba melempar. Guru Shim mencoba tapi tak masuk dan mengeluh kalau dirinya bahkan tidak bisa melakukan apa yang diinginkanya.
“Apa Bapak baik-baik saja?” ucap Tae Woon. Guru Shim balik bertanya pada Tae Woon.
“Aku tahu aku cuma bocah 18 tahun, tapi hidup ini memang busuk.” Kata Tae Woon. Guru Shim kembali mencoba melempar bola.
“Lebih baik daripada harus merasakan busuknya hidup di umur 28 tahun. Hidupmu baik-baik saja.” Kata Guru Shim
“Pertama kalinya aku dengar ada yang bilang begitu, Mendengar ada yang bilang hidupku baik-baik saja.” Kata Tae Woon
“Bapak hanya merasa sepertinya kau menjalani hidup yang lebih baik dari aku.” Komentar Guru Shim.  Saat itu ponselnya berdering dan berteriak kesal saat melihat nama “Kepala Sekolah” yang tertera di layar. 


Guru Shim menemui Kepsek Yang di ruanganya. Kepsek Yang pikir Guru Shim bisa lebih fleksibel dan tak perlu buat keributan soal evaluasi, dengan harus menolong orang lain dalam situasi seperti ini. Guru Shim pikir Kepsek Yang tahu kalau membuka hasil evaluasi ke publik itu melanggar aturan.
“Kau bisa mengaksesnya kapanpun, kau mau. Jadi Ambil saja gambarnya atau apa pun itu Mereka hanya mau memeriksa.” Kata Kepsek Yang
“Tapi, tetap saja..” kata Guru Shim dan langsung disela oleh nada tinggi Kepsek Yang.
“Hei... Apa kau mau dipecat?”kata Kepsek Yang mengancamnya.
“Dia tidak akan memecatmu. Karena kau pasti akan melakukan apa yang kami minta.” Ucap Guru Park. Guru Shim merasa kalau ini ini melanggar aturan.
“Ayolah! Siapa yang peduli soal aturan? Saling menolong juga 'kan adalah hal yang baik. Siapa yang membayar sekolah ini?” kata Kepsek Yang terus mendesak. Diam-diam Tae Woon mendengar dari depan ruangan. 


Tae Woon melihat Eun Ho berjalan didepannya dan menyuruhnya berhenti, lalu bertanya Apa ada waktu malam ini, seperti mengajaknya berkencan. Eun Ho terlihat binggung memikirkan Malam ini. Tae Woon menegaskan bahwa yang dimaksud adalah sebuah urusan bisnis jadi jangan terlalu senang.
“Tidak... Aku tidak ada waktu. Kalaupun aku ada waktu,  maka aku tidak akan menemuimu.” Ucap Eun Ho. Tae Woon mengangguk mengerti dan akan pergi, Eun Ho pun penasaran ada apa dengan Tae Woon. 

Guru Shim sedang mengetik di ruangan guru, dikagetkan dengan kedatangan Petugas Han. Petugas Han memberitahu kalau akhirnya menemukan kunci gudang. Guru Shim terlihat kaget dan langsung berdiri. Petugas Han makin curiga melihat Guru Shim yang terlihat kaget.
“Aku tidak kaget.. Tapi kenapa kau mau ke sana?” kata Guru Shim mencoba untuk terlihat santai.
“Siapa tahu? Mungkin saja di situ markasnya X. Kita harus memeriksanya.” Kata Petugas Han dengan penuh semangat mengajak Guru Shim untuk ikut denganya. Guru Shim pikir Tapi itu adalah gudang dan mencoba untuk mengikutinya. 

Tae Woon sedang duduk dalam ruangan, Guru Shim yang panik dengan sengaja terjatuh sambil mengeluh kalau kakinya kram. Tae Woon pun bisa mendengar jeritan. Petugas Han seperti tak peduli malah berkomentar dengan sikap Guru Shim yang aneh malah semakin imut dan bergegas menaiki tangga.

Petugas Han bisa membuka pintu dan saat itu Tae Woon membalikan badanya. Tapi di dalam ruangan sudah bersih tanpa ada banyak barang dari X. Sementara Tae Woon melihat sebuah bola baseball yang jatuh dan berada diruangan yang berbeda. Guru Shim bisa bernafas lega tak melihat sosok X.
“Dia pasti sudah tahu  akan segera tertangkap.”ucap Petugas Han. Guru Shim pikir itu tak mungkin karena ruangan yang mereka masuki memang cuma gudang.
“Menurutmu.. bagaimana si kunyuk X itu bisa melarikan diri?” kata Petugas Han


Flash Back
Guru Shim berbicara didepan kelas memberitahu Segalanya jadi kacau belakangan ini, jadi hati-hatilah. Dan pihak sekolah sedang memeriksa tempat-tempat yang mungkin jadi markas persembunyian X jadi sebaiknya anak muridnya jangan masuk ke sembarang ruangan dan bisa diajak kerja sama.

“Kalau dia tidak ada di sini, dia pasti sudah pindah ke tempat lain. Dia membuat semangat juangku menyala. “ kata Petugas Han berjalan keluar kontainer yang menemukan sebuah balik-balik drone yang dipakai saat membawa foto Kepsek Yang.
“Markasnya 'kan tidak harus di sekolah.” Pikir Guru Shim, tapi petugas Han yakin kalau pasti di sekolah.
Saat itu Tae Woon keluar dari persembunyian yang ada dilantai bawah, senyuman terlihat bisa mengelabuhi petugas Han untuk menemukan X. 


Flash Back
[Sehari sebelumnya]
Eun Ho membereskan semua barang ke dalam kardus sambil mengeluh kenapa ia yang harus melakukanya. Tae Woon menegaskan bahwa dirinya sudah bekerja keras untuk sekolah ini jadi Setidaknya Eun Ho bisa membantu  sedikit.
“Memangnya aku anak buahmu? Apa Kau yakin bisa mengacaukan kompetisi sialan itu? Kalau aku memikirkan soal kontes seni itu..” ucap Eun Ho kesal
“Hei... kau lihat Aku “ kata Tae Woon bangga. Eun Ho hanya bisa menahan tawa mengejek. Tae Woon merasa Eun Ho ingin mati dan menyuruh agar segera bergegas.
“Pokoknya, kalau bukan karena Pak Shim, kita pasti sudah habis.” Ucap Eun Ho. Tae Woon dengan sengaja menyuruh Eun Ho agar memasukan semua barang ke dalam kardus sambil mengeluh kalau barangnya itu berat. 

Orang Tua murid kembali berkumpul di ruangan Kepsek. Ibu Hee Chan memastikan kalau mereka  bisa melihat hasil evaluasinya hari ini. Kepsek Yang membenarkan kalau bisa membiarkan kalian melihatnya dengan menggunakan ID sekolah tapi mengubah isinya hanya bisa dilakukan oleh guru.
“Ada yang menempelkannya... Hasil evaluasinya...” kata Guru Park masuk dengan wajah panik. Semua orang tua murid pun ikut panik. Kepsek Yang bergegas keluar mengikutinya. 

Semua lembaran kertas sudah tertempel pada dinding. Duk Soo tak percaya melihatnya merasa kalau Guru Shim itu seperti penguntit, karena menilai dirinya seperti mata-mata rahasia.
“Han Duk Soo... Dia selalu tahu apa yang terjadi.” Tulis Guru Shim. Duk Soo sebelumnya memberitahu pada semua murid kalau pihak sekolah akan menambah jumlah ujian percobaannya jadi 4 kali.
“Dia sangat jago mengumpulkan informasi.” Tulis Guru Shim dan menuliskan juga tentang Byung Goo.
“Sifatnya yang ceria selalu membuat orang lain tertawa.” Tulis Guru Shim. Byung Goo merasa kalau X sudah seperti Avengers dan Keren sekali, lalu datang dengan wajah polosnya bertanya Apakah Eun Ho memelihara burung.
“Dia adalah seorang pejuang lingkungan hidup. Dia sangat kreatif dengan ekspresi-ekspresinya.
“Hwang Young Gun. Dia punya rasa individualitas yang tinggi, tanggungjawab dan kepemimpinan.”
“Oh Sa Rang. Punya kesadaran tinggi akan keadilan dan kesetiaan.” Sa Rang membaca hasil Evaluasinya terlihat bahagia.
Sa Rang sebelumnya meminta pada bantuan pada Tae Woon kalau Ini bukan Eun Ho dan tidak adil.
“Dia ceria dan paham akan keinginan dirinya, semua rencana-rencananya.”
“Yoo Bit Na... Jago berdebat. Gayanya yang unik.. untuk menyuarakan pikirannya adalah sesuatu yang paling menonjol.”
“Ahn Jung Il.. Jika berhubungan dengan masa depannya, maka dia tidak akan pernah merasa ragu.
“Yoon Kyung Woo. Dia bisa membaca pikiran orang lain.”
“Song Dae Hwi. Bukan hanya pintar dalam pelajaran, tapi kemauan dan kerja kerasnya tidak ada tandingannya. Dia sangat menjaga lingkungan belajarnya, dan mengikuti semua rencana belajar pribadinya.”
“Kim Hee Chan. Dia adalah murid top sekolah, tapi merasa tertekan.. karena kerap dibandingkan dengan yang lain.
“Park Jung Eun. Dia sangat suka membantu siswa lain. Ma Gun Joo. Matanya tajam... Kang Hyun Il. Jago dalam seni dan olahraga. Hyun Tae Woon... Terus berusaha membenahi diri dan punya keinginan kuat untuk menemukan jatidirinya.” 



Tae Woon mengingat saat Guru Shim adalah orang yang pertama mengatakan hidupnya baik-baik saja. Guru Shim yakin kalauTae Woon punya potensi besar untuk tumbuh dan berkembang. Dan yang terakhir Guru Shim menuliskan evaluasi Ra Eun Ho.
“Dengan kepolosan dan energi positifnya, dia melawan diskriminasi.. dan dengan kekuatannya sendiri, mencoba meraih impiannya.”
Eun Ho menegaskan “Aku harus berjuang sampai mati demi kesetaraan di sekolah ini!” lalu ada guru Goo mengatakan kaalu Murid dengan peringkat yang rendah.. biasanya suka membuat masalah. Eun Ho berani berkata kalau Tidak semua yang peringkatnya rendah, suka membuat masalah.
“Dia selalu bekerja keras demi impiannya dan semua usahanya akan jadi batu loncatan baginya dan akan membantunya meraih impian.”

Semua hasil evaluasi anak murid wali keluar Guru Shim tertempel di dinding dan dibaca oleh semua anak, begitu juga orang tua. Termasuk Cho Eun Jung, Yoon Jae Hyuk, Choi Hyun Jung, Yeo Seung Eun, Seo Bo Ra. Kepsek Yang merasa kalau semua masuk akal.
“Evaluasi siswa tidak seharusnya menjadi konsumsi publik! Ini benar-benar tidak masuk akal.” Kata Kepsek Yang sangat marah
“Lebih tidak masuk akal lagi.. ID yang digunakan untuk mengaksesnya, adalah ID Bapak. Kami sudah memeriksa situsnya, dan ID yang satu-satunya digunakan semalam adalah ID Bapak.” Kata Guru Park
“Tangkap siapapun yang melakukan ini! Si kunyuk itu memakai ID-ku! Kita harus menangkapnya.” Kata Kepsek Yang marah.
“Tapi karena ID yang digunakan adalah milik Bapak, kami harus menangkap Bapak. Tapi aku tidak tahu apakah aku harus melakukannya atau tidak.” Kata Guru Park binggung. Kepsek Yang pun dibuat kelipungan. Guru Park pikir akan menangkapnya. Saat itu Eun Ho dan Tae Woon saling memberikan jempol tanda mereka sudah sukses. 

Flash Back
Tae Woon duduk sendirian di ruang rahasia,  diatasnya sudah ada berkas Kompetisi Penting di Sekolah, serta Jawaban Contoh Soal Lomba Matematika Kelas 2.  Sebelumnya Eun Ho sangat marah karena tak ada pemberitahuan kalau ada Kompetisi Seni hanya Bit Na yang diberitahu.
“Bapak harusnya memberi kami kesempatan yang sama. Bagaimana bisa.. sekolah melakukan diskriminasi pada siswa-siswanya?” ucap Eun Ho dan masalah berikutnya adalah Hee Chan
“Soal kompetisi Matematika. Dia tidak tahu, dan dia malah belajar keras. Kami bilang padanya kalau pemenangnya sudah ditentukan, dan dia marah. Dia benar-benar tak tahu diri.” Ucap Hee Chan
Tae Woon hanya menatap lembaran Jawaban Contoh Soal Lomba Matematika Kelas 2 yang didapat dari ayahnya. 

Semua anak-anak terlihat asik mengobrol dan bercanda di dalam kelas. Guru Shim masuk ke dalam kelas dibuat binggung karena semua anak muridnya tenang sekali, lalu memberitahu kalau Tidak ada yang mau diumumkan.
“Setelah masalah kebocoran hasil evaluasi ini selesai ditangani, maka kita bisa melanjutkan konsultasi lagi. Ini Aneh sekali.” Kata Guru Shim. Eun Ho dan yang lainya memberikan pujian dengan mengangkat jempol mereka, semua memuji Guru Shim yang keren. Guru Shim pun segera keluar dari ruang kelas. 

Saat keluar guru Shim seperti menerima pesan pada ponselnya, begitu juga semua anak yang ada didalam kelas. Eun Ho melihat seperti video tersembunyi saat Tae Woon bertemu dengan Kepala sekolah.
“Kau akan memenangkan kompetisi Matematika-nya. Hafalkan saja jawabannya.” Ucap Kepsek Yang
“Terima kasih, Pak Kepala Sekolah. Aku akan menghafalnya.”kata Tae Woon.
Eun Ho menatap tak percaya dan Tae Woon terlihat santai dengan memberikan tanda “peace” seperti memang sengaja. Sa Rang tak percaya kalau Kompetisi Matematika itu dibuat untuk Tae Woon, Byung Goo pikir Ini benar-benar berita besar dan perbuatannya X.
“Kalau begitu apakah X yang melaporkan Tae Woon?” kata Byung Goo malah berkomentar yang berbeda.
“Anaknya Pak Direktur benar-benar.. sesuatu sekali.” Komentar Duk Soo dan hanya bisa menutup mulut melihat tatapan dingin Tae Woon.
Semua hanya bisa menatap Tae Woon karena berpikir kalau sama liciknya dengan sang ayah. Tae Woon yang kesal hanya bisa mengomel karena semua orang menuduhkan sesuatu padanya. Eun Ho dan Dae Hwi seperti tak tega melihatnya.
Bersambung ke episode 7

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar