Hyun Tae
Woon datang ke ruang guru diikuti oleh Eun Hoo, Guru Go seperti tak
mendengarnya ingin tahu apa yang dikatakan Eun Hoo tadi. Tae Woon mengatakan
kalau ia adalah Siswa laki-laki yang mengendap ke dalam ruang guru malam itu.
Eun Hoo kaget begitu juga Guru Shim.
“Kenapa
kau masuk tanpa izin ke ruang guru?” tanya Guru Goo. Saat itu Dae Hwi sedang
memberikan berkas pada Guru Jang.
“Sebenarnya,
aku merasa melihat X malam itu.” Akui Tae Woon. Guru Goo kaget mendengarnya.
Dae Hwi melihat tatapan Tae Woon mengarah padanya.
“Apa kau
yakin? Sehari sebelum kompetisi Matematika, 'kan?” kata Guru Shim
“Aku
melihat seseorang memakai jaket hitam masuk ke ruang guru, aku mengikutinya.
Begitu aku masuk, dia langsung lompat ke luar jendela.” Cerita Tae Woon.
Eun Ho
pun terlihat tegang mendengar ucapan Tae Woon. Guru Shim bertanya apakah
melihat wajahnya. Tae Woon menatap Dae Hwi ingin mengatakan tentang wajah, lalu
mengaku kalau tidak bisa melihat
wajahnya karena si pelaku segera kabur begitu melihatnya. Eun Ho bisa bernafas
lega Tae Woon tak memberitahu nama Dae Hwi.
“Eun
Ho... Apa yang dia katakan benar?” ucap Guru Goo. Eun Ho terlihat binggung.
“Apa
memang itu karena X atau ada sesuatu yang lain? Siapa yang harus kupercaya
sekarang? Tapi itu tidak bisa menjadi bukti kalau kamilah yang menyebabkan
masalah di sini. Jadi untuk sekarang, aku akan menghukummu karena masuk tanpa
izin ke ruang guru. Kami akan segera tahu, kalau kau menyebabkan masalah atau
tidak. Bukankah begitu?” ucap Guru Goo. Eun Ho dan Tae Woon pun hanya diam
saja.
(Episode 8, Setelah Kebohongan Itu)
Guru Shim
terlihat marah pada petugas Han karena sebelumnya mengatakan semuanya karena
mempercayainya, dan hanya mau minta saran tentang apa yang harus dilakukan,
tapi malah melaporkan semuanya pada Guru Goo dan menurutnya Ini keterlaluan.
“Aku ini
polisi, jadi sudah tugasku untuk menyelidiki apapun yang mencurigakan.” Kata
Petugas Han membela diri
“Anak-anak
itu bukan pelaku kriminal.” Tegas Guru Shim membela
“Ini
bukan karena aku menganggap mereka kriminal. Tapi melindungi mereka tanpa
alasan, itu juga tidak benar. Walaupun ini terasa menyakitkan sekarang, aku
yakin mengkoreksi kesalahan mereka.. dan menunjukkan kebenaran adalah hal yang
harus dilakukan.” Tegas Petugas Han
“Mereka
hanya anak-anak. Kau tidak boleh menyakiti mereka seperti ini. Tidak bisakah
kita lindungi dan kita tenangkan saja mereka?” ucap Guru Shim
“Lantas
apa? Bagaimana kalau mereka malah lebih menderita di luar sana.. setelah mereka
dilindungi di sekolah ini? Saat itu apa kau juga mau menenangkan mereka?”
sindir Petugas Han
“Kau
tidak bisa menyudutkan anak-anak hanya karena itu. Apa Untuk mengikuti langkah
orang-orang dewasa di sini? Aku tidak akan mendidik mereka dengan cara itu.”
Tegas Guru Shim. Petugas Han mengambil kopi.
“Kau
mencoba membuat mereka nyaman sekarang.. karena kau tidak bisa bertanggungjawab
untuk mereka.” Tegas Petugas Han lalu berjalan pergi karena tak nafsu lagi
untuk membuat kopi.
Eun Ho
merasa tidak tahu apa maksud Tae Woon dengan semua itu dan menurutnya mereka
harus mengatakan yang sebenarnya pada Dae Hwi jadi harus waspada karena
sekarang Si Malaikat Maut sudah tahu. Tae Woon heran merasa apa yang harus
diwaspadai oleh Dae Hwi karena menurutnya temanya itu tahu tidak akan ada
bedanya.
Tae Woon
mengingat saat guru Goo bertanya “Apa kau lihat wajahnya?” dan ia berkata kalau tidak lihat wajahnya.
Eun Ho pikir Tetap saja, Dae Hwi itu harus
tahu.
“Berhenti
membicarakan dia. Dia sama sekali bukan apa-apa. Apa kau tidak merasa marah
karena ini? Kau jadi begini semua karena dia. “ kata Tae Woon kesal mendengar
Eun Ho yang terlalu mengkhawatirkan Dae Hwi.
“Jadi
kenapa kau melakukannya? Bukankah karena kau ingin membantunya?” ucap Eun Ho,
Tae Woon tak ingin membahasnya.
“Aku sudah
sangat menyesal sekarang. Kau itu tidak tahu apa-apa.” Kata Tae Woon kesal.
Di kelas,
Dae Hwi duduk sendirian dengan menatap lembaran
“Pelaporan dan Pengurangan Poin” Wajahnya terlihat kebingungan. Esok
paginya, Eun Ho sudah datang lebih dulu dan melirik Tae Woon yang baru datang.
Tae Woon melirik sinis lalu melihat di kolong meja ada sebuah kertas.
Eun Ho
mengambar karakter X dengan tulisan “Maaf karena membuatmu kesal, X. Bagaimana
kalau minum lemonade?” wajah Tae Woon langsung tersenyum membacanya lalu
mengejek Eun Ho yang bodoh. Tiba-tiba
Byung Joo datang bertanya Apa ada yang lucu di sini. Tae Woon mengelengkan
kepala.
“Sepertinya
ada, Itu yang sedang kau lihat.” Kata Byung Joo ingin melihat di kolong meja.
Tae Woon mencoba menutupi dengan ingin tidur, Byung Joo terus berusaha
mencarinya. Eun Ho yang mendengar dari bangkunya bisa mengetahui kalau Tae Woon
senang dan bisa ikut tersenyum.
Keduanya
duduk di lapangan sambil minum lemonade. Eun Ho langsung meminta Maaf, karena
tidak memikirkan perasaannya. Tae Woon merasa Eun Ho Aneh sekali hari ini. Eun
Ho pikir tidak mudah untuk melindungi orang lain.
“Sepertinya
aku sudah salah menilai maksudmu.. Maaf.” Kata Eun Ho
“Memang
benar, kita masuk ke ruang guru bersama-sama.” Kata Tae Woon.
“Kita
dalam masalah sekarang Dan Dae Hwi juga.” Ucap Eun Ho. Tae Woon kesal Eun Ho
yang mencemaskan Dae Hwi lagi.
“Dia
pasti akan menemukan caranya sendiri, jadi berhentilah mencemaskan dia. Yang
akan kena hukuman juga hanya kita!” kata Tae Woon
“Benarkah?
Secepat itu? Bagaimana dengan pengurangan poin? Apa yang harus kulakukan dengan
nilai-nilaiku? Bagaimana caranya kita bisa bersih-bersih di cuaca sepanas ini?”
ucap Eun Ho kebingungan.
Selembar
kertas ditempel (Pemberitahuan Tentang Hukuman). Duk Soo binggung dengan
keduanya yang mengendap masuk ke ruang
guru. Nam Joo pikir Hidup Tae Woon benar-benar spektakuler. Jung Il ingin tahu
apa yang terjadi dengan teman Sa Rang itu.
Sa Rang mengaku tak tahu.
“Kalian
'kan sahabat baik.” Kata Jung Il melihat keduanya yang suka bersama.
Sa Rang
pikir tidak dengan wajah kesal dan pergi saat melihat Dae Hwi datang. Dae Hwi
membaca pengumuman dan saling menatap sinis saat Tae Woon datang. Lalu Ia
memilih untuk pergi. Tae Woon melihat Eun Ho yang datang dan keduanya terlihat
sedih.
Eun Ho
dan Tae Woon duduk di tangga. Eun Ho pikir sudah menduga tapi ternyata kena
pengurangan nilai yang banyak sekali. Tae Woon pun menyalahkan Eun Hoo yang
harus ikut campur dengan urusan orang lain. Eun Ho ingin memikirkan yang harus
dilakukan sekarang.
“Bagaimana
kalau aku tidak bisa kuliah selamanya? Kenapa juga aku harus mengikuti Dae Hwi
malam itu? Nilai-nilai sekolahku..” ucap Eun Ho terlihat frustasi. Tae Woon
tiba-tiba langsung berdiri.
“ Ayo
kita katakan saja yang sebenarnya. Kita bilang saja kalau dia mencuri..” ucap
Tae Woon dengan suara nyaring. Eun Ho langsung menyuruh diam dengan mengumpat
Tae Woon yang gila.
“Itu 'kan
memang benar. Kenapa kita harus berbohong? Orang yang membuat masalah
sebenarnya malah enak-enakan.” Kata Tae Woon
“Dae Hwi pasti
juga merasa bersalah.” Ungkap Eun Ho, Tae Woon terlihat kesal karena dianggap
kalau Dae Hwi seperti dewa.
Tae Woon
melihat Hee Chan berjalan dengan Dae Hwi dan langsung memanggil dengan nada
mengumpat. Hee Chan mendengarnya seperti kaget karena Tae Woon manggil dengan
mengumpat. Dae Hwi menegaskan kalau tidak punya waktu untuk main-main
dengan Tae Woon. Hee Chan dibuat binggung dan diajak segera pergi oleh Dae Hwi.
“Haruskah
aku membongkar semuanya di sini? Tentang seberapa rendahnya dirimu?” ucap Tae
Woon. Akhirnya Dae Hwi menyuruh Hee Chan untuk pergi lebih dulu saja dan
berjalan mendekati Tae Woon.
“Apa kau
sedang mengabaikanku? Padahal kami yang menderita karena kau?” ucap Tae Woon
kesal
“Kalau
begitu laporkan saja aku. Kenapa kau bersikap sok pahlawan?” balas Dae Hwi, Tae
Woon pun mengerti dengan sikap Dae Hwi.
“Kenapa
tidak kau sendiri saja yang melakukannya?” kata Tae Woon. Dae Hwi mengaku sama
sekali tidak takut.
“Apa Kau
tidak takut? Padahal kau adalah orang yang berjuang setengah mati agar terlihat
baik? Jadi Baguslah. Pergi dan serahkanlah dirimu sekarang. Nilai Eun Ho berantakan
dan dia dalam masalah karena mencoba melindungimu dan bodohnya dia masih
mencemaskanmu. Jadi kalau kau punya rasa bersalah sedikit saja padanya, maka serahkan
dirimu sekarang.” Kata Tae Woon marah
“Ini sama
sekali bukan masalah.” Kata Dae Hwi, Tae Woon pikir merkea itu bisa menganggap
sebagai kesempatan.. untuk membongkar sisi sebenarnya dari Ketua Osis sekolah.
“Jangan
cemas. Aku tidak akan hancur hanya karena ini.” Kata Dae Hwi yakin.
“Apa Kau
sebut pemikiran bodohmu itu. sebagai harga diri? Kasihan sekali kau.” Ejek Tae
Woon marah.
Dae Hwi
berjalan dengan wajah tegang dan Nam Joo melihat Dae Hwi yang duduk ditaman
lalu mendekatinya dan bertanya apakah ada masalah. Dae Hwi mengaku kalau hanya merasa benci
sekali pada dirinya sendiri. Tae Woon pun menanyakan alasan Dae Hwi benci pada
dirinya sendiri
“Kau 'kan
siswa top di sekolah. Cowok paling keren di sekolah.” Ucap Nam Joo memuji.
“Semua
yang ada padaku kelihatan palsu. Semuanya bohong.” Kata Dae Hwi
“Hei.. Siapa yang tidak pernah berbohong? Semua
orang punya alasan masing-masing.” Kata Nam Joo yang juga berbohong. Dae Hwi
terlihat sedikit bersemangat, Nam Joo mengangguk walaupun terlihat gugup.
Dae Hwi
duduk di meja belajarnya, dan melihat brosur untuk “Kelas Khusus Musim Panas”
yang ingin di ikutinya, lalu mencari uang yang disimpan dalam lacinya, tapi
uangnya hilang. Ia pun mencari-cari disekeling rak meja dan ibunya datang, Dae
Hwi seperti sudah bisa menebak kalau ibunya pasti yang mengambil uangnya.
“Ibu barusan
mau mengatakan ini padamu. Dan ini benar-benar mendesak, jadi uangmu ibu pakai
dulu. Bulan depan akan ibu bayar. Tidak masalah, 'kan?” ucap Ibu Dae Hwi
“Baguslah....
Bagus sekali karena kita masih punya uang itu. Syukurlah, karena ini masalah
yang mendesak dan Mungkin memang harus begini. Tidak peduli seberapa keraspun
aku berusaha maka aku selalu kembali ke tempatku semula. Apa lagi gunanya semua
ini?” ucap Dae Hwi yang menangis sampai membuat dirinya seperti menyedihkan.
“Dae
Hwi.,, Ibu akan membayarnya. Jangan cemas, kau Belajar sajalah.” Ucap Ibu Dae
Hwi.
“Tidak,
aku tidak mau... Aku tidak akan melakukannya lagi. Lagi pula semua tidak ada
gunanya. Apa Ibu tahu hal bodoh apa. yang kulindungi sampai membuat aku
menyerah begini?” ucap Dae Hwi benar-benar marah.
Dae Hwi
berjalan ke ruang guru tapi terlihat gugup, sampai akhirnya Guru Shim
memanggilnya menurutnya sangat pas sudah Dae Hwi karena baru saja memanggilnya.
Keduanya bertemu di ruang guru, Guru Shim memberikan lembaran kertas.
“Ini
adalah beasiswa yang digagas oleh para alumni Seoyul. Kalau kau masuk, kau bisa
dapat beasiswa selama 2 tahun. Bapak akan merekomendasikanmu jadi Isi saja
formulirnya.” Kata Guru Shim. Dae Hwi seperti merasakan kembali semangatnya dan
mengucapkan Terima kasih.
“Dae Hwi...
Apa semua baik-baik saja? Kau kelihatan tidak sehat.” Ucap Guru Shim. Dae Hwi
melihat lembaran yang dituliskan guru Shim “Alasan Pemberian Sanksi, Ra Eun Ho
dan Hyun Tae Woon”
“Pak
Shim... Aku benar-benar ingin masuk Seoyul. Jadi, aku akan melakukan apa saja
untuk itu, tanpa melihat ke belakang lagi. Mohon bantu aku mendapatkan beasiswa
itu.” Kata Dae Hwi. Guru Shim pun setuju.
Tae Woon
baru saja pulang, Ayahnya langsung memberikan tamparan di wajahnya. Tuan Hyun
mengumpat kalau sudah memperingatkan jangan lakukan sesuatu yang bodoh dan
Kenapa masuk ke ruang guru. Tae Woon tak
menyangka ternyata ayahnya sudah mendengar.
Tuan Hyun menduga kalau itu semua karena Ra Eun Ho.
“Tersangka
X. Masuk ke dalam ruang guru tanpa izin.” Kata Tae Woon.Dia adalah perusuh yang
banyak masalah.” Kata Tuan Shim.
“Dia
bukan anak macam itu.” Kata Tae Woon membela.
“ Akulah
yang berhak menilainya! Lakukanlah masalah apa yang kau mau. Aku akan melakukan
segalanya untuk membebaskanmu dari itu.” Kata Tuan Hyun, Tae Woon mengeluh
anaknya yang selalu di bela oleh ayahnya. Tuan Hyun malah makin mengumpat.
Tae Woon
berjalan di pinggiran gedung, lalu tiba-tiba terdenga suara orang yang memperingatkan
kalau itu bahagia.
Flash Back
Joong Gi
berjalan di pinggir gedung, Tae Woon berteriak ketakutan kalau itu berbahaya.
Joong Gi mengejeknya kalau bersikap sok kuat dan bertanya apakah takut. Tae
Woon mengelek.
“Kau
berteriak "Itu bahaya." Kukira barusan itu cewek yang sedang bicara.”
Ejek Dae Hwi, Tae Woon yang kesal ingin menendangnya. Dae Hwi menyuruh agar
mendekat, Tae Woon menolak.
“Tidak
setinggi itu, kok di sini. Hanya setinggi aku. Coba Lihat.” Kata Dae Hwi
menyakinkan, Tae Woon berjalan mendekat dan berteriak panik kalau itu tinggi.
Dae Hwi
hampir saja jatuh, dan memarahi Tae Woon yang mendorongnya dengan wajah panik.
Tae Woon meminta maaf karena memang tak sengaja. Joong Gi menyuruh keduanya
agar tak berkelahi, dengan mengejek kalau keduanya sudah hampir kencing di
celana. Keduanya pun sama-sama berlari untuk membuka celana. Joong Gi pun
panik, ketiganya seperti sahabat yang tak bisa terpisahkan.
Tae Woon
kaget melihat Dae Hwi yang sudah ada di depanya, begitu juga Dae Hwi. Tapi Tae
Woon seperti tak peduli kembali berjalan dan hampir jatuh. Dae Hwi berteriak
memperingatkan kalau itu bahaya. Keduanya saling menatap dan Dae Hwi memilih
untuk meninggalkanya.
“Apa yang
kau lakukan jauh lebih berbahaya. Hentikan itu, Kunyuk.” Ucap Tae Woon.
“Kenapa
aku harus melakukannya? Kenapa aku harus berhenti?” kata Dae Hwi
“Apa kau
tidak malu pada Joong Gi? Bersikap kotor dan murahan..” kata Tae Woon.
Dae Hwi
merasa tidak dan sama sekali tidak malu, menurutnya Yang di sebut murahan dan
kotor Semua memang sudah dilakukan, dan dirinya ada di depan sekarang. Ia pikir
kalau adalah yang terjauh yang bisa dicapai.
“Tapi.. kenapa
aku harus berhenti di sini?” kata Dae Hwi. Tae Woon bertanya apakah tidak akan
menyesal. Dae Hwi mengaku tidak.
“Tidak
akan... Jadi menyingkirlah kau dan cemaskan saja dirimu sendiri.” Kata Dae Hwi
berjalan pergi.
Dae Hwi
berdiri di halte menangis sendirian mengingat kembali ucapan Tae Woon “Apa kau
tidak merasa malu pada Joong Gi?”
Dae Hwi
datang menemui Guru Goo diruangan, Guru Shim melihatnya terlihat binggung. Guru
Goo langsung bertanya ada apa menemuinya.
Dae Hwi mengaku kalau Bukan Tae Woon yang masuk tanpa izin ke ruang guru
malam itu, tapi ia yang melakukannya. Dua guru terlihat kaget.
“Aku masuk
ruang guru untuk mencuri.. soal lomba Matematika.” Ucap De Hwi
“Apa? Kau
'kan siswa unggulan. Kenapa kau melakukan itu?” kata Guru Goo. Guru Shim pun
seperti tak mengerti dan ingin tahu alasan mencuri lembar soalnya. Dae Hwi
hanya bisa meminta maaf.
“Kami
harus memastikan dulu apa yang kau katakan barusan. “ kata Guru Goo.
Dae Hwi
seperti sudah mulai disidang dengan guru-guru, Guru Park mengaku kaalu tidak
seperti orang yang biasa duduk di sini sebelumnya, Ia menegaskan dirinya sangat
adil dan terkenal ketat pada aturan. Kalau Dae Hwi salah atau ada salah paham
jadi mohon katakan semuanya tanpa menutupi
apapun.
“Tidak
seperti seseorang, aku ini berpikiran terbuka.” Ucap Guru Park. Dae Hwi mengaku
Tidak ada lagi yang ingin dikatakan.
“Kenapa
kau.. Dan kau menyebut dirimu siswa unggulan?” kata Guru Park tak percaya
“Ini
semua karena etika telah jatuh ke dasar jurang.” Ungkap Kepsek Yang sudah ikut
rapat juga.
“Kami
tahu kalau etika kami sudah jatuh ke dasar jurang, dan Bapak sedang diliburkan
sekarang.” Ucap Guru Park. Kepsek Yang terlihat siniis.
“Baiklah.
Berdasarkan aturan Geumdo nomor 3, Aturan 3. Pasal 2, 3 pasal 2..” ucap Guru
Park tiba-tiba di sela oleh Dae Hwi.
“Aku
ingin kalian membatalkan hukuman untuk Eun Ho dan Tae Woon. Akulah yang masuk
ke ruang guru, jadi mereka tidak salah.” Kata Dae Hwi. Guru Park pikir kalau mereka
berdua sudah mengaku.
“Semua
karena aku. Mereka melihatku masuk dan
mencuri lembar soalnya. Jadi Mereka ingin melindungiku. Karena itulah mereka
berbohong.” Ungkap Dae Hwi.
“Kenapa
mereka berbohong demi kau?” tanya Guru Park. Dae Hwi mengaku tak tahu. Guru
Park mengejek Mereka itu bodoh sekali.
Eun Ho
berdiri didepan ruang sidang, Tae Woon datang berdiri disamping Eun Ho. Eun Hoo
berpikir kalau Tae Woon yang mencemaskan. Tae Woon mengumpat Eun Ho yang gila
dan saat Dae Hwi keluar memiilih untuk pergi. Eun Ho pun menanyakan hasilnya,
Dae Hwi mengaku Lancar.
“Aku
penasaran apa Dae Hwi tahu kalau kita berbohong demi melindungi dia.” Guman Eun
Ho.
Semua
anak berkumpul melihat pengumuman “Tindakan Pendisiplinan: Tugas Kebersihan
Selama 7 Hari” dan Duk Soo tahu kalau Dae Hwi yang melakukanya. Nam Joo tak
percaya mendengarnya, saat itu Dae Hwi melihat dari belakang seperti sudah bisa
menduga yang akan terjadi pada dirinya.
Tae Woon ikut melihatnya, lalu sedikit menatap Dae Hwi yang berani
melakukanya.
Guru Shim
berjalan dengan petugas Han, lalu petugas Han berpikir kalau guru Shim melindungi
Dae Hwi hari itu. Guru Shim mengaku
bahkan tidak tahu itu Dae Hwi. Petugas Han pikir lebih baik menganggap
semua yang katakan hari itu adalah bohong.
“Kau
hanya mengatakan apa yang kau pikirkan untuk melindungi anak-anak 'kan?” ucap Petugas Han
“Itu..
Kau benar.. tapi tidak sepenuhnya bohong juga. Jadi.. Kebohongan itu mungkin
sudah jadi kebenaran sekarang” kata Guru Shim lalu berjalan pergi. Petugas Han
hanya tersenyum mendengarnya.
Nam Joo
bertemu dengan Dae Hwi bertanya apa yang terjadi dan Kenapa kena hukuman dan
masuk ke ruang guru tanpa izin. Dae Hwi mengaku mencuri lembar soal untuk lomba
Matematika. Nam Joo benar-benar tak percaya dan ingin tahu alasan Dae Hwi yang
melakukannya.
“Aku
tidak bisa melakukan semuanya dengan kemampuanku saja jadi aku memilih jalan
pintas.” Ucap Dae Hwi.
“Kudengar
kompetisinya dibuat untuk Tae Woon. Makanya kau mencuri soalnya. Karena kau tidak
akan bisa menang meskipun kau mencoba.” Kata Nam Joo.
“Setelah
mencuri itu aku merasa segalanya jadi rumit. Aku merasa kesepian dan ketakutan
Aku ingin.. mengatakan yang sebenarnya padamu. Kenapa aku melakukannya. Apa
yang sebenarnya kurasakan. Dan... betapa aku menyesalinya.” Kata Dae Hwi. Nam
Joo pun bisa mengerti,
Eun Ho
pikir bagus segala masalah Dae Hwi berakhir dengan baik. Tae Woon kesal Eun Ho
kesal mendengar itu "baik". Eun Ho pikir kalau dianggap semuanya
baik-baik saja, lalu terlihat senang melihat Ada komentar lagi. Ia berkata
menyapa si penggemar pertamanya dan memujinya sangat imut.
“Tapi
kenapa komentarnya singkat semua, ya? Dia hanya "Seru sekali."
"Ini seru." "Menarik juga."” Kata Eun Ho heran.
“Itu
singkat dan jelas.” Komentar Tae Woon .
“Kalau
komentarnya lebih panjang akan lebih bagus. Maksudku apanya yang seru,” kata
Eun Ho. Tae Woon mengeluh Eun Ho yang banyak sekali.
Tae Woon
bertemu dengan Byung Joo lalu bertanya apakah pernah menulis komentar. Byung
Joo dengan bangga kalau ahlinya, dan bertanya apakah komentar jelek atau yang
bagus. Tae Woon mengaku kalau itu bagus.
“Bagaimana
caranya kau bisa menulis sesuatu yang panjang, tapi juga menyentuh. Dan juga
ada sisi humorisnya, Sesuatu yang mendalam serta panjang.” Kata Tae Woon
“Apakah
tulisan "Ini keren." "Ini benar-benar kece?" Bagaimana
kalau, "Amat sangat memesona?"” kata Byung Joo. Tae Woon pikir bukan
seperti itu dan mengeluh kalau dirinya itu jadi repot.
Sa Rang
berjalan pulang dipanggil oleh Kyung Woo dan berjalan pulang bersama. Sa Ran
melihat dan bertanya dimana gitarnya, karena selalu membawanya ke mana-mana.
Kyung Woo mengaku hanya ingin istirahat dan ingin tahu keberadaan Eun Ho karena
mereka biasanya selalu bersama.
“Sepertinya
kami juga sedang 'istirahat'. Dasar cewek jahat.” Ucap Sa Rang kesal
“Apakah Ra
Eun Ho adalah cewek jahat?” kata Kyung Woo. Sa Rang mengelak.
“Kenapa
juga dia harus jadi cewek jahat? Sejujurnya, bukankah saling menyimpan rahasia dengan
sahabat itu adalah hal yang salah?” ungkap Sa Rang yang kecewa.
“Katakan
saja pada Eun Ho kalau kau sakit hati.” Kata Kyung Woo. Sa Rang menegaskan
kalau tidak sedang bicara soal Eun Ho. Kyung Woo memanggil Sa Rang yang akan
pergi,
“Apa kau
pernah makan mi di mini market?” tanya Kyung Woo. Sa Rang bingung tiba-tiba
Kyung Woo menanyakan hal itu.
Sa Rang
membuat mie goreng lalu memasukan kimbap segitiga dan juga keju. Ia pun
menyuruh Kyung Woo agar mengaduknya juga, Kyung Woo merasa kalau ini seru. Sa
Rang ingat Kyung Woo yang dulu pernah tinggal di luar negeri.
“Makanya..
aku ingin mencoba pengalaman sekolah di Korea.” Ucap Kyung Woo
“Kalau
kau mau mencoba sekolah di sini.. belajarlah seperti orang gila. Jangan
bermain-main dengan teman-temanmu. Jangan tertawa atau menangis. Jangan
buang-buang emosimu. Belajar sajalah seperti orang gila.” Kata Sa Rang.
“Kalau
begitu aku harusnya tidak usah bermain kalau ingin sekolah di Korea. Apa Kau
tahu, sebaiknya katakan saja pada Eun Ho. Katakan kalau kau sakit hati, kalau
tidak kalian bisa menjauh.” Kata Kyung Woo.
“Sudah kubilang,
ini bukan soal Eun Ho... Bukan dia.” Ucap Sa Rang, Kyung Woo tiba-tiba sengaja
mendekatkan wajahnya.
“Apa Kau
tahu, kau ini pembohong yang payah.” Ejek Kyung Woo lalu mulai memakanya. Sa
Rang terlihat sedikit gugup.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar