Tae Woon
dengan membuat rangkulan pada Eun Ho mengatakan kalau hari ini adalah hari
pertama mereka pacaran, Eun Ho tersenyum mendengarnya. Eun Ho pulang ke rumah
dengan sepeda mengeluh melihat ayah dan ibunya minum lagi di luar rumah.
“Jangan
cemas. Ini karena ada sesuatu yang baik terjadi hari ini.” Kata Ayah Eun Ho
“Kenapa?
apa kalian menang lotere atau semacamnya?” tanya Eun Ho dengan wajah penasaran.
“Teman
Ayah yang melarikan uang kita itu,sudah ketemu.” Kata Tuan Ra. Eun Ho terlihat
senang berpikir kalau uangnya sudah dikembalikan.
“Belum,
Sepertinya dia tidak punya pilihan lain karena tekanan biaya sekolah
anak-anaknya. Jadi katanya dia akan menyicil setiap bulan.” jelas Ayah Eun Ho
“Apa
artinya dia akan membayar setiap tanggal satu per bulannya?” tanya Ibu Eun Ho.
Tuan Ra membenarkan.
“Jangan
lengah dan pastikan kau terima uangnya.” Pesan Ibu Eun Ho. Ayah Eun Ho mengangguk mengerti.
“Di hari
pertama di awal bulan 'kan?” kata Ibu Eun Ho. Eun Ho mengingatkan Hari pertama.
Ia
mengingat saat Tae Woon mengatakan Ini adalah hari pertama mereka mulai
pacaran. Tuan Ra tak mengerti dengan hari pertama. Ibu Eun Ho kesal kalau Tuan
Ra tidak mau kalau hari pertama awal bulan. Tuan Ra malah melihat wajah anaknya
yang memerah, lalu berpikir sebegitu senang karena penipunya tertangkap. Eun Ho
membenarkan saja dengan senyuman bahagia.
Eun Ho
duduk di kamarnya, menatap tanganya dengan saling mengenggam di sela-sela
jarinya, lalu mengingat saat Tae Woon mengengam tanganya dan juga merangkul
tanganya. Ia tersipu malu mengingat wajahnya yang berdekatan dengan Tae Woon.
Tae Woon
baru saja selesai mandi mengeringkan rambut sambil menari, lalu memakai
penyegar untuk wajahnya. Ia duduk mengingat kembali saat bersama Eun Ho
mengodanya kalau merindukannya. Eun Ho akhirnya melangkah lebih dekat padanya.
“Aku
selalu berusaha menyembunyikan perasanku.” Ucap Eun Ho. Tae Woon tersenyum
mengingatnya lalu mengambil ponselnya.
Eun Ho
masih duduk di depan meja belajar terlihat sedikit panik melihat ponselnya,
karena Tae Woon yang menelp. Lalu mengangkat bertanya Ada apa menelpnya. Tae
Woon mengeluh Eun Ho malah menanyakan hal itu karena sudah pasti sangat jelas
alasanya.
“Menurutmu
kenapa aku menelepon jam segini?” kata Tae Woon. Eun Ho bertanya memangnya
kenapa.
“Kau ini
lamban sekali. Menurutmu kenapa? Antarkan ayam ke sini.” Kata Tae Woon. Eun Ho
binggung.
“Tadinya
aku mau tidur tapi mendadak aku ingin makan ayam sampai tidak bisa tidur. Bawakan
aku satu ekor ayam.” Ucap Tae Woon dengan senyuman jahilnya.
“Apa kau
sudah gila? Kau ingin dipukul dengan paha ayam yah?” ucap Eun Ho kesal.
“Ayolah.
Aku tidak begitu ingin makan sebenarnya. Antarkan untukku, yah? Aku sepertinya
tidak akan bisa tidur kalau tidak melihat ayam malam ini. Satu ayam saja. Lakukan
untukku sebagai tanda perayaan kita pacaran.” Rengek Tae Woon
“Kau
bilang Sebagai perayaan karena kita pacaran, apa kau tidak mau mati saja? Tidur
sajalah sana.” Kata Eun Ho kesal menutup telp lalu membaringkan tubuhnya sambil
menutup wajahnya dengan selimut.
Eun Ho
akhirnya keluar rumah mengendap-ngendap masuk ke dapur dan melihat ada ayam
yang sudah digoren ibunya. Tiba-tiba Tae Sik menyalakan lampu melihat adiknya
yang mencuri ayam untuk dijual dan ingin
memanggil ibunya. Eun Ho langsung memberikan ayam ditangan dan menyogoknya
dengan uang.
“Akan
kuberi kau 10 dolar.” Kata Eun Ho, Tae Sik langsung menyetujuinya. Eun Ho pun
menyuruh kakaknya makan saja. Tae Sik mengingatkan Eun Ho agar tak melupakanya.
“Mau kau
antar ke mana?” tanya Tae Sik. Eun Ho tak ingin membahasnya menyuruh kakaknya
makan saja. Tae Sik pikir lebih baik ia yang
mengaantarkan. Eun Ho menolak menyuruh kakaknya makan saja.
Eun Ho
keluar dari rumah, dikagetkan dengan Tae Woon sudah duduk di meja dengan dengan
mengejek apakah mau mengantar ayam. Eun Ho terdiam, Tae Woon mendekat lalu
mengejek kalau ayam itu pasti untuknya. Eun Ho dengan nada sinis menyangkalnya.
“Jadi kau
antar ke mana ayamnya jam segini?” ucap Tae Woon. Eun Ho membenarkan dan merasa
bukan urusan Tae Woon.
“Kau mau
ke mana? Aku ikut.” Kata Tae Woon. Eun Ho menolak dengan wajah kesal
“Jadi kau
membawakan itu untuk diberikan padaku.” Kata Tae Woon.
“Kau
seharusnya tidak mengerjai orang seperti ini.” Ucap Eun Ho kesal berjalan
pergi.
“Aku
merindukanmu. Aku tidak bisa tidur karena sangat merindukan itu.” Ucap Tae
Woon. Eun Ho membalikan badan dan tangan Tae Woon langsung memegang pipinya.
“Aku
tidak bisa tidur karena karena aku merindukan ayam.” Ungkap Tae Woon mengejek.
Eun Ho kesal kalau yang dimaksud itu adalah ayam bukan dirinya dan ingin
memukul tapi Tae Woon sudah memegang erat dua tangan Eun Ho. Eun Ho berteriak
meminta Tae Woon untuk melepaskanya.
“Kau
kelihatan lebih cantik dari sebelah sini.” Ucap Tae Woon mengoda.
“Karena
aku cantik, jadi lepaskan!”rengek Eun Ho kesal karena Tae Woon yang tidak
melepaskannya. Keduanya terlihat bercanda di depan rumah menikmati malam di
hari mereka berkencan.
Eun Ho
duduk di meja menatap Tae Woon yang duduk didekatnya sambil tersenyum, keduanya
saling menata terlihat sangat bahagia karena sudah memulai hubungan. Eun Ho pun
berjalan sambil bergumam.
“Hubunganmu
dengan orang lain bisa menunjukkan orang seperti apa dirimu. Ada yang pernah
bilang, sebuah hubungan mulai retak, bukan karena insiden besar tapi karena
kesalahpahaman kecil.”
Sa Rang
duduk di depan menatap Eun Ho dengan wajah sedih. Eun Ho berjalan ke tempat
duduk Bo Ra dan mengajaknya pergi. Young Gun menatap sinis pada Eun Ho dan Bo
Ra yang akhirnya berteman.
[Episode 13 -Di Antara Dua Orang]
Tae Woon
berada dibelakang sekolah, memperlihatkan wajahnya. Eun Ho merasa kalau
sejujurnya Tae Woon tidak begitu tampan. Tae Woon tak percaya kalau Eun Ho
menganggap dirinya tidak begitu ganteng. Eun Ho membenarkan.
“Itu
karena kau belum melihatku.. dengan hati-hati dan detail. Kalau kau lihat lebih
dekat...” ucap Tae Woon mendekatkan wajahnya sampai membuat Eun Ho terpojok di
dinding. Eun Ho terlihat senang bisa menggoda Tae Woon
Ibu Sa
Rang baru saja keluar bersama dengan Sa Rang, melihat Eun Ho seperti terpojok
didesak oleh Tae Woon. Tae Woon masih mengoda Eun Ho kalau akan tahu betapa
gantengnya dengan menatapnya lebih dekat. Eun Ho meminta Tae Woon agar Jangan
bikin tertawa. Sa Rang melihat temanya seperti terdesak, pamit pada ibunya.
“Hentikan...
Hei! Menyingkir kau darinya!” teriak Sa Rang dengan membawa satu. Tae Woon
bingung tiba-tiba Sa Rang ingin memukulnya dengan sapu dan menjauh dari Eun Ho.
“Tak
heran, dari dulu aku sudah tak suka padamu. Kau selalu saja mengganggu dan
menggoda Eun Ho-ku. Akan kuhabisi kau hari ini.” Uca Sa Rang. Eun Ho binggung
karena belum memberitahu temanya.
“Hentikan!!!”
kata Eun Ho tak ingin melihat Tae Woon di pukul. Sa Rang heran kenapa Eun Ho
malah menghentikanya.
“Dia
adalah..BF-ku.” Uca Eun Ho malu-malu. Tae Woon bisa tersenyum mendengarnya. Sa
Rang binggung apa maksud dari BF.
“Apa Kau
tidak tahu itu artinya apa? Aku ini
pacarnya.” Ucap Tae Woon yang mengerti BF adalah Boyfriend. Eun Ho hanya bisa
tertunduk malu. Sa Rang tak percaya temanya bisa menyembunyikan darinya lagi.
Eun Ho
dan Sa Rang bertemu di tempat lain, Sa Rang kaget mengetahui kalau Tae Woon adalah X mereka berdua sekarang
pacaran. Eun Ho meminta maaf karena seharusnya memberitahu lebih cepat. Sa Rang
tak habis pikir Eun Ho yang kau merahasiakan darinya.
“Itu 'kan
rahasianya Tae Woon, jadi aku tidak bisa memberitahumu. Dan kami baru mulai
pacaran kemarin. Tetap saja, tidak seharusnya aku merahasiakan itu darimu. Aku
benar-benar minta maaf.” Kata Eun Ho
“Jadi kau
memang tak punya pilihan. Apa Tae Woon cowok baik?” tanya Sa Rang
“Awalnya
kukira dia berengsek, tapi semakin kulihat, dia semakin lumayan. Dia kelihatan
berbeda, tapi dia peduli dan baik padaku. Aku juga suka suaranya. Dia juga
sangat perhatian. Aku pernah sakit dan dia tanya apakah aku sakit.” Cerita Eun
Ho bangga. Sa Rang menatap Eun Ho dengan tatapan sedih karena belum mendapatkan
seseorang yang disukainya.
Dae Hwi
sedang membahas tentang Formula tingkat pertumbuhan ekonomi. Sa Rang masuk ke
ruangan terlihat binggung, melihat ada Dae Hwi, Bo Ra Tae Woon dan Eun Ho. Eun
Ho menyapa Sa Rang memberitahu kalau
Sekarang ini jadi markas mereka jadi bisa Sering-sering berkunjung. Bo
Ra pun mengajak Bo Ra duduk. Dae Hwi
kembali mengajarkan teman-temannya.
“Hei...
Apa Kau tidak belajar? Sehabis istirahat ada ujian” kata Dae Hwi pada Tae Woon.
“Aku
tidak mau... Aku tidak akan belajar.” Kata Tae Woon yang malas.
“Oh,
benar. Aku lupa, dia 'kan memang tidak pernah belajar.” Ejek Dae Hwi
Mereka
mulai belajar bersama-sama, saat itu Tae Woon sudah mulai mengambar, Eun Ho
melihatnya kalau itu gambar dirinya dan memuji Tae Woon yang mengambar dengan
bagus sekali. Tae Woon sedang di puji oleh Tae Woon. Sa Rang melihat keduanya
terlihat sedih, bahkan keduanya sempat saling mengoda.
Nam Joo
masuk kelas, Bit Na dkk melihatnya dan langsung mendekat. Jung Il langsung
bertanya Apa bisnis ayahnya sudah pindah gedung, karena yang didengar kalau
mereka akan pindah ke gedung baru di sebelah gedung milik ayahnya. Nam Joo
dengan gugup mengaku tidak tahu karena itu bisnis ayahnya.
“Yah..
Benar, bisnis orang dewasa. Omong-omong musim dingin tahun lalu Apa kau bilang
kau ikut pelatihan di mana? Di Amerika atau Kanada? Di mana?” ucap Hak Joong
seperti ingin menguji. Nam Joo heran mereka yang menanyakan hal itu.
“Aku
penasaran mau sampai kapan kau akan berbohong.” Kata Jung Il
“Sekarang
semua sudah membosankan. Khalayalanmu yang murahan itu. Apa kau kira kami tidak
akan tahu tentang semua kebohonganmu? Maksudku, kenapa kau harus berbohong
sejak awal?” kata Hok Joong.
Nam Joo
terdiam, Hak Joong merasa Nam Joo itu bukan apa-apa, Tidak ada yang lebih baik
dan mudah selain berdamai dengan kekurangannya itu. Saat itu Dae Hwi melihat
ketiganya sedang mendekat Nam Joo dan langsung bertanya Apa yang mereka lakukan.
“Memangnya
kami ngapain? Nam Joo bohong selama ini.” Ucap Hak Joong. Dae Hwi terlihat
sangat marah, Nam Joo merasa malu memilih untuk keluar dari kelas membawa
tasnya. Eun Ho dan Tae Woon baru datang binggung melihat Dae Hwi yang marah
sekali.
Dae Hwi
mengejar Nam Joo didepan sekolah, Nam Joo meminta Dae Hwi agar melepaskanya
karena pasti tahu sekarang pasti senang dan itu yang diingikanya selama ini.
“Kau tidak
akan bisa menyimpan kebohongan itu lebih lama. Akhiri saja dan...” kata Dae Hwi
langsung disela oleh Nam Joo
“Jangan
ikut campur kau. Aku hanya tinggal.. berhenti dari sekolah bodoh ini.” Ucap Nam
Joo lalu bergegas pergi. Dae Hwi pun tak bisa berkata-kata lagi.
Semua
orang membahas Nam Joo yang bohong, Jung Il dan Hak Joong merasa kalau Luar
biasa sekali. Dan Hwi akhirnya kembali, Jung Il langsung tahu kalau putus
dengan Nam Joo karena tahu selama ini berbohong, Hak Joong dengan nada mengejek
kalau Nam Joo yang menipunya. Dae Hwi
langsung mencengkram baju Jung Il
“Apa
kalian senang? Dasar Pengecut. Kalau kalian Bicara lagi maka aku akan membunuh
kalian semua.” Ucap Dae Hwi penuh amarah. Semua orang terlihat kaget karena Dae
Hwi sangat marah.
Saat itu
Tae Woon datang sengaja menyenggol Jung Il dan Hak Joong agar menyuruhnya
minggir. Hak Joong kesal Tae Woon yang berjalan menyenggolnya. Tae Woon merasa
kalau Hak Joong itu Jangan menghalangi jalan dan sangat Menyebalkan.
“Sudah
cukup Tae Woon.” Kata Hak Joong kesal
“Apa kau
Mau coba lawan aku?” ucap Tae Woon. Hak Joong pun memilih untuk diam saja, tak
berani melawan. Tae Woon masuk kelas langsung nepuk pundak Dae Hwi.
Dae Hwi
duduk sendirian ditaman sambil melamun, Tae Woon datang memberikan sekaleng
soda. Dae Hwi menerimannya, keduanya hanya duduk diam sambil minum soda.
Petugas
Han melihat Young Gun dkk, dengan senyuman mengaaku Senang bertemu dengan
mereka lagi. Young Gun mengeluh kalau ini Menyebalkan. Petugas Han juga tahu
ini menyebalkan lalu memberitahu Young Gun kalau Sudah waktunya kerja paruh
waktu. Young Gun langsung menolaknya.
“Jadi Kau
bilang Tidak mau? Aku tidak bisa menyuruhmu melakukan sesuatu yang tidak kau
inginkan. Jadi, aku akan memaksamu. Apa kasus merokok kalian cukup untuk
dijadikan ancaman?” ucap Petugas Han.
“Ibu
menyebalkan sekali. Apa Memangnya Ibu ini guru?” keluh dua teman Young Gun.
“Apa Kau
mau sekarang aku jadi polisi? Apa Kalian ingin diawasi sepanjang hari?” kata
Petugas Han. Young Gun pun tak bisa menolak akan melakukanya.
Saat itu
Bo Ra baru saja anak menaiki tangga melihat Young Gun membahas kalau temanya
itu yang menangkap pencopet dan Beritanya
ada di situs sekolah. Young Gun seperti tak peduli karena tak ada hubungan
dengan Bo Ra. Bo Ra pikir hanya ingin mengatakan saja.
“Kau Bisa
tidak, jangan bicara padaku? Ini Menyebalkan sekali.” Ucap Young Gun sinis lalu
berjalan pergi. Bo Ra pun hanya diam saja. Petugas Han melihat Bo Ra memuji
kalau ini Percobaan yang bagus.
“Kalau
kau terus mengetuk, suatu saat pintunya pasti akan terbuka.” Kata Petugas Han,
seperti bisa melihat Bo Ra yang ingin berteman dengan Young Gun.
Kyung Woo
memanggil Sa Rang berjalan pulang, merasa heran karena wajahnya lesu sekali. Sa
Rang juga tidak tahu, karena hanya merasa tak semangat. Kyung Woo menatap
sesuatu dan merasa sudah dapat solusinya lalu memanggil Hyun Il a.k.a Issue.
“Ayo Ikut
denganku. Aku membutuhkanmu.” Ucap Kyung Woo. Isseu bertanya ada apa dengan
menatap Sa Rang seperti tak menyukainya.
Sa Rang
dan Kyung Woo duduk bersama seperti mulai dekat. Issue mengeluh bertanya
haruskah retap duduk di sini. Kyung Woo pikir temanya boleh berdiri kalau memang
mengingikanya. Issue menegaskan kalau dirinya artis dan merasa tak mungkin
bisa..
“Karena
itulah kau bisa memberikan impian, harapan dan ketenangan pada orang lain.”
Kata Kyung Woo
“Itu
Benar.. Hanya dengan Melihatmu, aku merasa bersemangat lagi. Suasana hatiku
membaik sekarang.” Ucap Sa Rang mulai terzenyum.
“Bagi
anak SMA di Korea, grup idola itu..” ucap Issue langsung disela oleh Sa Rang,
Sa Rang pikir Grup Idol adalah dunia bagi mereka.
“Jadi Apa
kau merasa baikan sekarang?” tanya Kyung Woo. Sa Rang membenarkan.
“Kau ini
benar-benar, punya bakat membuat perasaan orang jadi tenang.” Kata Kyung Woo.
Sa Rang pun mengucapkan Terima kasih karena sudah lebih baik sekarang.
“Aisshh..
Yang benar saja, kenapa kalian bawa aku ke sini?” keluh Isseu kesal.
Malam
hari, Dae Hwi berdiri didepan rumah Nam Joo dan buru-buru bersembunyi saat
melihat Nam Joo akhirnya masuk rumah. Seperti memasatikan kalau Nam Joo kembali
ke rumah.
Esok
paginya, Eun Ho dkk makan siang dikantin, Eun Ho melihat makanan dinampan kalau
makan siang porsinya jadi makin sedikit. Byung Goo merasatidak sadar dan
sekarang porsinya makin sedikit.
“Kau
tidak perlu menyadarinya. Jadi Makan sajalah.” Kata Tae Woon. Mereka akhirnya
selesai makan bersama.
“Aku
tidak tahu. Aku ingin makan sesuatu yang enak.” Ungkap Eun Ho yang masih merasa
lapar.
“Kenapa
kau bersikap seperti ini di depan anak-anak?” goda Tae Woon. Eun Ho binggung.
“Kau
ingin aku membelikanmu makanan enak. Besok 'kan akhir pekan, jadi kau ingin
kita berduaan saja, dan makan sesuatu yang enak, benarkan?” kata Tae Woon
mengoda.
Eun Ho
panik meminta agar Tae Woo diam saja karena bukan seperti itu maksud ucapanya.
Tae Woon pikir Eun Ho itu malu karena teman-temanya semua di sini sambil mengelus kepaa Eun Ho
kalau akan melakukan yang diingikanya dan
meminta agar memakai baju yang bagus besok.
“Buatmu
tidak akan ada yang namaya 'besok'. Hei.... Sini kau.” Ucap Eun Ho terlihat
malu mengejar Tae Woon yang pergi meninggalkanya.
Eun Ho
memilih beberapa baju dikamarnya, lalu berdandan denga mengunakan maskara dan
penjepit bulu mata. Tapi karena tak terbiasa beberapa kali merasakan kesakitan.
Lalu ia mencoba mengunakan blush on, wajahnya terlihat seperti terlalu tua. Ia
menghapusnya dan mulai menguncir rambutnya, dengan ikat dua.
Tapi
sepertinya Ia merasa terlihat seperti anak-anak, Eun Ho mengubah rambutnya
dengan mengikat ke atas memperlihatkan bagian lehernya. Senyuman pun terlihat.
Di depan spion, Tae Woon menatap wajahnya seperti tak ingin terlihat jelek juga
di hari kencan mereka.
“Hei,
Sepeda Motor... Aku jadi sering melihatmu belakangan ini.” Ucap Tae Sik
mendekati calon Ade iparnya.
“Aku
harus bicara dengan Eun Ho.” Kata Tae Woon yang sebelumnya menatap Tae Sik.
“Jangan cuma
bicara dengannya. Tapi Kau lihat juga wajahnya. Sepertinya matamu bermasalah.”
Kata Tae Sik.
Saat itu
Eun Ho keluar dari rumah, Tae Woon mulai terpana melihat Eun Ho yang tak
seperti biasanya, dengan rambutnya di ikat memperilhatkan bagian lehernya.Keduanya
selesai menonton, membahas adegan jatuhnya sangat lucu. Eun Ho mengeluh Tae
Woon yang ini aneh sekali, karena menyuruh memegang pop corn bahkan minuman
serta lolipo. Tae Woon menyuruh Eun Ho memegang minumanya, mengaku karena
sangat suka dan memintanya.
“Kau
cantik kalau begini.” Ucap Tae Woon memeluk pundak Eun Ho untuk berjalan.
“Kalau
bilan apa, dengan Pegang ini semua? Haruskah aku yang membawakan semuanya?”
keluh Eun Ho kesal
“Kau
tanya Kenapa? Apa Kau mau tahu alasannya?” kata Tae Woon. Eun Ho mengangguk.
Saat itu
juga Tae Woon memberikan kecupan di pipi Eun Ho dan mengaku kalau itu alasanya.
Eun Ho sempat kaget lalu bergegas pergi menurutnya itu terlalu cepat. Tae Woon
mengejarnya seperti tak percaya Eun Ho merasa Terlalu cepat dan kembali
berjalan dengan memeluknya.
Eun Ho
bisa melepas paku tepat pada sasaran dengan membuat balon pecah, sementara Tae
Woon tak bisa memecahkan satupun. Eun Ho mengejek Tae Woon kalau Semua yang
dilemparkan meleset. Tae Woon beralasan kalau itu karena tidak fokus dan
kembali mencoba tapi tetap saja gagal sementara Eun Ho kembali bisa memecahkan
Balon.
“Bagaimana
kau bisa sejago ini di percobaan pertamamu? Kau Jujur saja, kalau kau sudah
pernah main ini sebelumnya 'kan?” ucap Tae Woon keas.
“Benar
'kan? Apa Aku terlalu jago untuk ukuran orang yang baru mencoba pertama kali?
Biasanya orang akan gagal di percobaan
pertama mereka tapi aku berhasil terus. Tidak seperti seseorang yang
kukenal.”ejek Eun Ho. Tae Woon hanya bisa cemberut.
Eun Ho
menerima boneka hadiah yang besar, Tae Woon tak mau kalah begitu saja ingin
mengulang lagi untuk membeli paku lagi.
Keduanya
menaiki motor bersama, Eun Ho memeluk erat Tae Woon bahkan bersadar di
pundaknya. Keduanya berjalan seperti tama kecil, Eun Ho bertanya dimana mereka
sekarang. Tae Woon memberitahu kalau ini Di tempat ibunya. Eun Ho melihat pohon
yang ditempel nama ibu Tae Woon “Song Mi Yun”
“Nam
ibumu "Song Mi Yun." Namanya cantik sekali.” Ucap Eun Ho melhatnya.
“Aku masih
SD waktu ibuku meninggal. Aku dan ayahku waktu itu membuat janji, hanya akan
menemui ibuku kalau kami sedang senang atau ada sesuatu yang bagus terjadi.”
Cerita Tae Woon.
“Apa kau
senang hari ini?” tanya Eun Ho. Tae Woon membenarkan kalau sangat senang hari ini
dan menyuruh Eun Ho agar memPerkenalkan diri pada ibunya.
“Halo..
Aku Ra Eun Ho...” kata Eun Ho. Tae Woon dengan bangga memberitahu ibunya kalau
Eun Ho sebagai pacarnya.
Keduanya
duduk di batu dekat pohon tempat abu ibu Tae Woon. Eun Ho terlihat sangat
mengantuk, lalu jatuh bersandar di pundak Tae Woon. Tae Woon sempat terkejut
lalu memeluk pinggang Eun Ho agar tak jatuh. Keduanya menikmati hari kencan
mereka.
Dae Hwi
duduk sambil menatap ke arah meja Nam Joo yang kosong. Eun Ho melihat Dae Hwi
seperti sedih dengan kepergian Nam Joo. Saat di kantin, Byung Goo mengaku Senang
sekali berkat X, makan siang mereka tidak diurutkan berdasarkan rangking lagi
dan benar-benar sebagai penggemarnya X.
“Apa yang
kau sukai darinya? Dari dulu 'kan mereka selalu memberi kita makan.” Kata Tae
Woon. Byung Goo seperti tak sadar tapi menurutnya Tae Woon benar.
“Apa
menurutmu makan siang kita belakangan ini rasanya aneh? Apa karena cuaca ?”
kata Eun Ho
“Apanya
yang aneh? Ini Enak, Kalau kau tidak mau makan sosismu, biar aku yang makan.”
Kata Byung Goo. Eun Ho memberikan begitu juga Bo Ra. Byung Joo dengan senang
hati menerimanya mengucapkan Terima kasih.
Guru Goo
mulai mengajar Kehidupan Sejuta Orang, yang Sangat sederhana tentang cerita
pendek yang unik dari Korea Utara. Eun Ho terlihat sangat kesakitan dan
mengangkat tangan, Tapi Byung Goo lebih dulu mengangkat tangan meminta izin
keluar kelas.
“Pak
Koo.. Aku.. Aku benar-benar harus pergi.... Aku harus ke kamar mandi.” Ucap
Byung Goo bergegas pergi.
Guru Goo
mengejek Byung Goo mungkin sudah tak bisa membuka celananya. Tae Woon sempat
mengejek tapi setelah itu terlihat khawatir melihat Eun Ho yang kesakitan di
kursinya.
Beberapa
pekerja dari dapur keluar membuang sampah, Ibu Sa Rang melihatnya mengeluh para
pekerja yang Berantakan sekali dan berharap bisa mengajari caranya mendaur
ulang. Ia melihat bekas bungkus makanan dengan tangga kedaluwarsa: 15 Mei 2017,
14 Februari 2017. Wajahnya langsung panik karena itu makanan yang dimakan oleh
para siswa.
Di
ruangan
Kepsek
Yang masih mencoba untuk mencari tahu keberadan X dengan semua analisis yang
sudah dibuat menruutnya Gerak-gerik X sudah dipetakan, Mulai dari aula sampai
ke gedung utama. Saat itu ibu Sa Rang masuk dengan wajah panik. Kepsek Yang
kesal melihat Ibu Sa Rang masuk ruanganya.
“Ini
sampah dari kantin sekolah dan Lihat tanggal kedaluwarsanya. Sudah berakhir 6
bulan yang lalu.” Ucap Ibu Sa Rang panik
“Lalu
kenapa... Itu hanya Sampah ya sampah... Apanya yang aneh?” kata Kepsek Yang.
Ibu Sa Rang binggung karena Kepsek Yang seperti tak kaget.
“Ini
adalah bekas makan siang ini. Anak-anak pasti sudah memakannya. Bapak harus
melakukan sesuatu. Kata Ibu Sa Rang
“Aku
benar-benar harus melakukan sesuatu jadi
Fokus sajalah dengan urusan bersih-bersih. Kenapa kau ikut campur dengan urusan
sekolah? Jadi Jangan buang waktuku.” Ucap Kepsek Yang marah
“Bagaimana
bisa kau sebut ini buang waktu? Anak-anak kita yang makan makanan ini.” Kata
Ibu Sa Rang.
Kepsek
Yang menyurh Ibu Sa Rang berkerja untuk Jaga kebersihan lingkungan dan
menegaskan bahwa Kepala sekolah bukan orang yang bisa diceramahi seenaknya,
lalu menyuruhnya keluar dan Bersihkan
saja semuanya. Ibu Sa Rang pun akhirnya keluar dengan wajah sedih
“Kenapa
dia protes tentang sesuatu yang tak penting? Apa dia X?” ucap Kepsek Yang curiga.
Eun Ho
terlihat mengeluarkan ruam merah karena di kulitnya, Ibunya terlihat khawatir
memastikan anaknya baik-baik saja dan sudah minum obatnya. Eun Ho mengangguk.
Ibunya meminta anaknya harus hati-hati dengan
makanan di musim panas seperti ini.
“Apa
karena makan siangnya ? Kau bilang hanya makan itu.” Kata Ibu Eun Ho. Eun Ho
juga tak tahu Tapi tidak semua anak sakit perut.
“Katanya
ada korupsi berkaitan dengan makanan di sekolah. Apa sekolahmu tidak termasuk
salah satunya? Kata berita di TV mereka menyajikan makanan dengan bahan yang
sudah kedaluwarsa. Sepertinya masalah serius kata Ayah Eun Ho curiga.” Ucap Tae
Sik
“Kami
juga tidak tahu. Tapi belakangan makan siang kami jadi sedikit aneh.” Cerita
Eun Ho
“Sepertinya
mereka yang membuat masalah dengan menggunakan telur yang sudah tercemar dan
semacamnya itu harus dipenjarakan. Mereka harus dipenjara. Bagaimana bisa
mereka membuat masalah dengan makanan yang dimakan orang banyak?” kata Tae Sik
geram. Eun Ho hanya bisa diam saja.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar