Tae Woon
menatap Eun Ho yang tersenyum didepanya, lalu meminta agar Jangan tersenyum
seperti itu karena membuat Jantungnya berdebar. Eun Ho terlihat binggung,
keduanya saling menatap dan Tae Woon memberanikan diri untuk mendekat. Eun Ho
terlihat makin gugup sampai akhirnya saat Tae Woon semakin mendekatkan
bibirnya.
“Hei...
Jangan.. main-main begitu.” Ucap Eun Ho memalingkan wajahnya.
“Aku
tidak main-main. Apa Kau tidak lihat? Aku sungguh-sungguh sekarang.” Ungkap Tae
Woon sengaja agar Eun Ho bisa melihat matanya. Eun Ho seperti tak bisa
berkata-kata lagi memilih untuk segera pamit pergi melewati hujan. Tae Woon pun
mengejarnya.
Byung Goo
dan Tae Woon bertemu di cafe Tae Woon mengatakan kalau Byung Goo ini cerita
temannya. Byung Joo memastikan kalau teman Tae Woon baru saja menembak seorang
cewek, tapi setelahnya suasana malah jadi canggung.
“Ya.
Haruskah dia bilang itu hanya bercanda.. dan meminta si cewek melupakannya?”
ucap Tae Woon.
“Kau 'kan
bukan tipe orang yang suka menarik lagi apa yang sudah kau katakan.” Kata Byung
Goo. Tae Woon pikir benar juga lalu tersadar.
“Astaga,
yang benar saja! Sudah kubilang ini bukan ceritaku. Ini curhatan temanku.”
Tegas Tae Woon mencoba menyangkal. Byung Goo pun bisa mengerti saja.
“Kenapa
kau sensitif sekali? Tapi Pokoknya, mereka akan sangat canggung nantinya. Cobalah
untuk tidak bertemu dia. Berpapasan.. akan membuat semuanya jadi semakin
canggung.” Ucap Byung Goo.
“Apa yang
harus dilakukan temanku agar tak bertemu dengan cewek itu?” tanya Tae Woon.
“Dia harus
berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali.. atau siang-siang sekali agar mereka
tidak saling jumpa.” Kata Byung Goo. Tae Woon mengangguk mengerti.
“Soal
temanmu.. Dia sangat menyedihkan, Kenapa dia minta saran kencan padamu?
Kehidupan cintamu sendiri saja tidak beres. Apa temanmu itu bodoh? Apa Dia itu
tolol atau otak udang ?” kata Byung Goo.
Tae Woon
terlihat kesal lalu mengumpat Byung Goo kalau mati, Byung Goo hanya bisa
mengaku kalau minumanya enak. Tae Woon pun menyuruh Byung Goo agar minum saja
kalau enak.
Eun Ho
juga berbaring di kamar tidur mengingat saat Tae Woon menatapnya, lalu berkata
kalau “Jangan tersenyum seperti itu. Jantungku berdebar.” Saat itu juga Eun Ho
merasa gelisah sendiria langsung bergulingan di atas selimut lalu terjatuh.
Kakaknya masuk ke dalam kamar ingin meminta uang 10 dollar tapi melihat adiknya
yang jatuh di lantai dengan selimut.
“Apa yang
kau lakukan? Kau. Kenapa pipimu memerah? Apa yang kau pikirkan?” ucap Tae Sik.
Eun Ho mengelengkan kepala mencoba menyangkalnya.
“Kenapa?
Apa ada seseorang yang bilang suka padamu?”kata Tae Sik bisa menebaknnya. Eun
Ho pikir bukan seperti itu.
“Lagian
dia tidak mengajakku pacaran” kata Eun Ho merasa Tae Woon hanya main-main saja.
“Jangan
terlalu kelihatan senang kau.” Pesan Tae Sik. Eun Ho binggung bagaiman bisa tak
melakukanya karena Semuanya malah jadi canggung.
“Jadi
benar ada yang bilang suka padamu.” Kata Tae Sik lalu keluar dari kamar
berteriak memberitahu ibunya kalau Eun Ho sedang berkencan dengan seseorang.
Eun Ho langsung mengejar kakaknya tapi badanya yang dibalut selimut tak mudah
untuk mengejarnya.
Pagi
Hari, Eun Ho keluar kamar dan buru-buru pamit untuk pergi ke sekolah. Ibunya
binggung melihat anaknya yang pergi lebih cepat bahkan belum sarapan. Tuan Ra
keluar kamar dan ikut bergegas pergi, Nyonya Kim makin binggung dengan keduanya
yang pergi pagi-pagi sekali.
Eun Ho
sampai di sekolah lebih dulu dan motor Tae Woon juga masuk ke parkiran.
Keduanya terlihat makin gugup bertemu di pagi hari, Eun Ho langsung bertanya kenapa Tae Woon yang
datang pagi hari. Tae Woon turun dari motor langsung bertanya kenapa Eun Ho
datang pagi hari, karena Biasanya selalu telat.
“Aku..
Bangun.. kepagian hari ini.” Ucap Eun Ho. Tae Woon juga mengaku kalau melakukan
hal yang sama dengan wajah gugup memilih untuk segera pamit pergi lebih dulu.
“Astaga,
canggung sekali. Apa nanti cuma kami berdua yang ada di kelas? pasti canggung.
Memikirkannya saja aku merasa canggung sekali.” Ungkap Eun Ho berjalan masuk
dengan wajah gugup.
“Eun Ho
pasti sedang di kelas sendirian sekarang. Bisa gila aku. Dasar Byung Goo, si
berandal itu.”umpat Tae Woon juga yang terlihat binggung.
Tiba-tiba
keduanya saling bertemu dan Tae Woon mengejek Eun Ho yang tidak ke kelas. Eun Ho mengaku baru mau ke
sana, lalu keduanya makin gugup akhirnya Eun Ho merasa kalau kehilangan sesuatu
dan langsung mencari dalam semak. Tae Woon pun memilih untuk pergi dan masuk
kelas.
Eun Ho
berjalan dan tak sengaja menendang sesuatu ada sebuah buku diary milik Bo Ra.
“Gosip biasanya diciptakan oleh
sesuatu yang acak. Kau mencoba membunuh gosip itu, tapi mereka bertahan. Mereka
membawa beban berat.. dengan cara yang tak disangka.”
(Epiosde 9 - Beban Berat yang Dibawa oleh
Gosip)
Guru Shim
bertemu dengan Bo Ra, membahas kalau baru saja membuat masalah, jadi harus
tetap masuk kelas meski ada kabar soal
Bo Ra yang akan dikeluarkan. Bo Ra pikir kalau dirinya akan
tetap dikeluarkan, jadi tak ada gunanya masuk kelas.
“Tetap
saja, semua 'kan belum final. Mari kita tunggu.” Kata Guru Shim menyakinkan. Bo
Ra seperti pasrah dan merasa tak masalah dengan hal itu
“Bapak
yang tidak baik-baik saja. Bapak akan cari cara, jadi tunggulah sebentar lagi.
Maafkan Bapak, Bo Ra.” Ucap Guru Shim. Bo Ra memilih untuk segera keluar dari
ruangan.
Bo Ra
membereskan semua barang ke dalam tasnya di lokernya, Young Gun hanya menatap
seperti ada sedikit merasa bersalah tapi memilih untuk tak peduli. Saat itu Eun
Ho masuk kelas dan sempat melihat Tae Woon tapi memilih untuk tak peduli dan
menatap Bo Ra sedang ada didepn loker.
“Bo
Ra.... Apa ini punyamu? Aku menemukannya di bawah tumpukan kayu. Apa ini
punyamu?” ucap Eun Ho. Bo Ra mengangguk dan mengucapakan terimakasih.
“Apa kau
akan ikut kelas hukuman? Sampai akhir minggu ini, Kau pasti kesulitan. Katakan
saja kalau kau butuh bantuan.” Kata Eun Ho. Bo Ra pikir tak perlu dan merasa
baik-baik saja lalu keluar dari kelas. Eun Ho merasa kasihan dengan Bo Ra.
Hee Chan
hanya melirik, sementara Eun Ho kembali duduk dan sempat melihat Tae Woon hanya
berbaring diatas meja.
Tae Woon
seperti menunggu seseorang dan melihat Eun Ho langsung memanggilnya. Tapi suara
lain lebih nyaring memanggilnya, Eun Ho melihat ke arah Dae Hwi lalu menagih
janji kalau akan mentraktirnya es serut. Dae Hwi mengelak kalau sudah membayar
dengan memperbaiki sepeda Eun Ho, sambil
bercanda. Keduanya terlihat makin dekat dan akrab.
Sementara
Tae Woon hanya bisa menatap dengan wajah cemburu, lalu akhirnya masuk ke dalam
tempat persembunyianya dan matanya seperti melihat Eun Ho yang tersenyum manis
padanya lalu mengikat rambutnya sampai terlihat bagian tengkuknya. Saat itu Tae
Woon pun sadar kalau itu hanya khayalan saja.
Eun Ho
mencoba tertidur tapi matanya kembali terbuka
mengingat kembali dengan kejadian sebelumnya saat Tae Woon ingin
menciumnya, akhirnya ia terbangun menatap cermin dengan senyuman apakah memang
membuat Tae Woon berdebar.
Ia
menoleh ke arah kanan mengingat saat diantar pergi oleh Tae Woon naik motor
lalu duduk bersama diatap menceritakan naik motor karena itu bisa membuatnya
keren. Lalu Ia menoleh ke arah kiri Tae
Woon yang memberikan obat saat tanganya terluka, setelah itu mengingat saat
pertama kali mengetahui Tae Woon sebagai X.
“Kau
benar-benar membuatku tak bisa tenang.” Ucap Tae Woon yang menyelamatkannya. Eun
Ho benar-benar binggung akhirnya menaruh boneka di depanya.
“ Kita
'kan teman... Tapi perasaan.. macam apa ini” kata Tae Woon akhirnya sangat
frustasi.
Eun Ho
akhirnya bertemu Sa Rang, Sa Rang yang masih kesal menyindirnya kalau selama
ini Eun Ho sibuk sekali. Eun Ho binggung apakah ia menyakitinya. Sa Rang dengan
ketus mengaku kalau ia sakit hati, tapi
kalau ditanya itu, maka tidak bisa mengelak.
“Ada yang
bilang sebaiknya aku mengaku saja padamu. Yah.. Benar. Aku sakit hati! Sakit sekali! Kau mengabaikanku belakangan
ini.” Ucap Sa Rang. Eun Ho seperti baru menyadarinya.
“Ya.. Kau
benar... Maafkan aku.” Ucap Eun Ho merasa bersalah
“Kalau
kau minta maaf secepat itu, malah aku yang kelihatan jahat!” kata Sa Rang
“Aku
hilang akal belakangan ini, karena ada 'bom' yang menjatuhiku. Jadi kau Kau
memaafkanku, 'kan?” ucap Eun Ho Sa Rang pun ingin tahu Bom apa maksudnya.
“Masalahnya..
ada apa dengan hidupku ini?” keluh Eun Ho. Sa Rang bisa menebak kalau ini
berhubungan dengan Tae Woon.
Eun Ho
heran Tae Woon yang bisa tahu. Sa Rang pikir kalau ini Jelas sekali dan bisa
lihat dari caranya menatap Eun Ho, ia merasa yakin.. Tae Woon sedang mengganggu
Eun Ho bahkan mengekorinya dan selalu menatapnya. Eun Ho seperti tak percaya
kaalu Tae Woon yang terus menatap ke arahnya, dengan memastikan kembali.
“Ya. Aku
yakin sepertinya ada laser keluar dari matanya. Haruskah aku mengatakan
sesuatu?” kata Sa Rang. Eun Ho pikir tak perlu dan wajahnya berubah jadi
bahagia.
Eun Ho
masuk ke parkiran dan melihat Tae Woon sudah menunggu di parkiran, dan
memasukan sepedanya. Tae Woon langsung meminta Eun Ho agar Berhentilah bersikap
gugup karena dirinya tidak akan menggigit. Eun Ho menyangkalnya.
“Aku
tidak tahan lagi dengan kecanggungan ini. Pokoknya, aku mengerti perasaanmu.
Tapi aku tidak akan mempertimbangkan kembali ucapanku.” Kata Tae Woon langsung
berdiri didepan Eun Ho. Eun Ho terlihat binggung.
“Apa
Maksudmu kau akan bersikap sesukamu?” kata Eun Ho. Tae Woon membenarkan.
“Kalau
aku tidak begitu maka aku bisa gila. Aku akan terus melakukan apa yang kumau
mulai saat ini, maka kau juga lakukanlah
yang kau mau.” Kata Tae Woon lalu berjalan pergi.
“Benar.
Itulah Hyun Tae Woon yang sebenarnya.” Pikir Eun Ho sambil mengumpat marah.
Guru Shim
menulis sesuatu di papan, (Ujian Akhir, D-10 dari Ujian Akhir) semua hanya bisa
mengeluh melihat tulisan yang dibuat guru mereka. Guru Shim pikir Setidaknya mereka
punya sisa 10 hari, jadi mereka harus bekerja keras dan raihlah nilai
tertinggi.
“Pak
Shim... Kenapa kami harus dapat nilai tertinggi?” kata Eun Ho. Semua pun
menanyakan hal yang sama, kalau merasa itu tak benar dan tak adil.
“Pokoknya,
raihlah nilai terbaik. Semoga hari kalian menyenangkan.” Kata Guru Shim tanpa
bisa berkata-kata lalu keluar dari ruang kelas.
“Pokoknya...
aku akan berusaha yang terbaik. Aku mau tidur dulu.” Ucap Eun Ho. Sa Rang yang
duduk didepanya pun ikut tidur juga diatas kepala Eun Ho, keduanya seperti
sudah mulai baikan. Nam Joo menatap Dae Hwi seperti tak perduli dengan hubungan
mereka.
Bo Ra
sedang berjalan di lorong dan Hee Chul berjalan dari arah berlawan dan kedunya
terlihat saling acuh, sebelumnya beberapa orang menatap seperti ada sesuatu.
Didalam kelas Jung Il dkk membahas kalau Anak kelas lain sedang
membicarakannya, yaitu Seo Bo Ra dan Kim Hee Chan pernah pacaran waktu kelas
10. Sa Rang kaget mendengarnya dan yang lainya berpikir kalau ini gosip besar.
Saat itu Bo Ra datang dan Sa Rang memilih untuk pergi.
“Apa Dia
berkencan dengan Bo Ra?” kata Byung Goo seperti masih tak percaya
“Tentu
saja itu bohong. Hee Chan itu masih waras.” Kata Jung Il membela. Teman yang
lain pun juga pernah dengar itu.
“Ya. Aku
dengar ada yang melihat Bo Ra di depan
rumah sakit.” Cerita Hak Joong seperti sengaja membuat semakin panas. Byung Goo
binggung apa maksudnya rumah sakit.
“Bodoh
kau. Bukankah itu sudah jelas? Pacaran di sekolah, Rumah sakit.” Kata teman
lainya. Bo Ra hanya mendengar tanpa bisa membela diri. Jung Il dan Ho Joong
tersenyum licik bisa membuat gossip. Saat itu Hee Chan masuk ke dalam kelas.
“Hei..
Memangnya aku gila? Kenapa juga aku pacaran dengan pecundang sepertinya?” kata
Hee Chan seperti berusaha mengelak. Bo Ra pun hanya bisa diam saja.
Eun Ho
berjalan ke belakang sekolah dan tiba-tiba Tae Woon menghentinkanya dengan kaki
panjangnya dinaikan ke atas dinding.
Lalu bertanya apa yang dilakukan. Tae Woon mengaku sedang pamer kaki
panjangnya. Eun Ho mengejek Tae Woon yang sangat berbaka dalam urusan pamer.
“Hei... Walaupun
ini canggung, bagaimana bisa kau.. menjadikan ini alasan untuk menyerah pada
mimpimu?” ucap Tae Woon. Eun Ho seperti binggung mimpi apa yang dimaksud.
“Kenapa
kau tidak menggambar? Webtoon-nya harus diselesaikan demi para pembaca. Kau
harus mengunggah episode yang baru secepatnya.” Ucap Tae Woon sambil mengejek.
Eun Ho menegaskan kalau sudah tahu.
“Dan
kupikir.. kau tidak mengerti perasaan Xsama sekali. Makanya kau hanya punya 1
pembaca.” Kata Tae Woon. Eun Ho bingung apa Perasaan X
“Apanya
yang tidak kumengerti?” tanya Eun Ho. Tae Woon mengatakan itu Semuanya.
“Aku
mengatakan ini dari sudut pandang seorang X profesional. Aku akan katakan
bagaimana perasaan X. Kalau tidak ada aku mau jadi apa kau?” ejek Tae Woon lalu
menyuruh Eun Ho agar ikut denganya.
Eun Ho
berada di ruangan dengan Tae Woon yang duduk disebelahnya sangat dekat, Eun Ho
melirik dan menyuruh Tae Woon untuk menyingir., Tae Woon seperti dengan sengaja
pura-pura tak tahu. Eun Ho menyuruh Tae Woon menjauh karena mereka duduk
terlalu dekat. Tae Woon mengerti kalau mereka butuh jarak dan bergeser.
“Ini...
Jarak nyaman. Aku akan menjaganya selalu.” Ucap Tae Woon.
Tapi
beberapa saat kemudian, Tae Woon malah semakin dekat duduk dibelakang Eun Ho.
Lalu Eun Ho membahas saat X sedang lari, Tae
Woon sengaja mendekatkan wajah ke depan, keduanya saling menatap dengan
jarak yang dekat. Eun Ho langsung menjauh seperti jantungnya berdegup dengan
kencang.
“Kau
bilang akan jaga jarak.” Ucap Eun Ho
“Hei. Kau
anggap aku apa? Kau bilang Jarak?Aku tahu bagaimana bersikap Profesional dan
memisahkan pekerjaan dengan perasaan. Aku bukan orang semacam itu. Kau ini
Susah sekali, Aku akan menempelimu seperti lem. Aku tidak akan menjauh.” Kata
Tae Woon malah semakin mendekat.
Eun Ho
yang merasa canggung akhirnya mendorong Tae Woon agar menjauh dan kembali
mengambar. Tae Woon hanya bisa tersenyum bahagia melihat Eun Ho yang ada
didekatnya. Sana..
Eun Ho
mengambar dibuku dengan dialog dibagian atasnya “Bukannya aku tidak suka. Aku
merasa takut.. untuk benar-benar memahami perasaan seseorang. Ini adalah
pertama kalinya ada orang yang bilang suka padaku.”
Sementara
Tae Woon duduk di meja belajarnya mengirimkan komentar “Astaga. Ternyata
begitu, ya perasaannya X. Semakin seru. Tanda seru yang banyak. Sepertinya X
benar-benar memberimu masukan. X pasti sangat, sangat tampan..” tapi ia
langsung menghentikan seperti bukan dirinya yang melakukan ini.
Tiba-tiba
ayahnya datang masuk ke kamar anaknya, Tae Woon langsung menyembunyikan layar
laptopnya. Tuan Hyun memberikan sekotak ayam goreng mengaku kalau Seseorang
memberikan padaya. Tae Woon pun bertanya siapa orangnya. Tuan Hyun terlihat
gugup.
“Pokoknya..
asistenku yang memberikan ini padaku. Separuh pedas, separuh original. Jadi
Makan dan belajarlah. Naikkan nilaimu atau apalah itu!” ucap Tuan Hyun dan
buru-buru pergi. Tae Woon hanya bisa melonggo melihat tingkah ayahnya.
Hee Chan
dan ibunya makan malam dengan steak di restoran, baru saja memotong dagingnya,
Ibu Hee Chan langsung mengeluh kalau sangat marah saat suaminya selalu bilang
Hee Chan bodoh karena mirip dengan dirinya. Hee Chan meminta maaf pada ibunya.
“Kalau
kau tidak bisa dapat peringkat pertama di sekolah.. kau tidak akan dapat
kesempatan masuk Fakultas Hukum di Seoyul. Mereka semua orang-orang jenius. Kau
punya konsultan pribadi dan guru untuk tiap mata pelajaran. Tapi Kenapa kau
selalu dapat juara dua? Kau harus mengalahkan Dae Hwi kali ini. Tidak peduli
apapun. Mengerti?” kata Ibu Hee Chan
Hee Chan
hanya diam saja seperti sangat tertekan, Ibu Hee Chan langsung tersadar kalau
anaknya belum makan dan menyuruhnya untuk makan yang banyak karena perlu banyak
tenaga. Hee Chan dalam kamarnya menuliskan seperti sebuah surat dan langsung
meluapkan amarah sampai mematahkan pulpenya.
Di kelas
Eun Ho
memangil Dae Hwi yang duduk disebelahnya meminta izin agar bisa meminjam
catatan pelajaran sastranya. Dae Hwi langsung membeikan ringkasan ujiannya. Eun
Ho melonggo melihat Dae Hwi yang memberikan ringkasanya.
Nam Joo
yang mendengarnya merasa iri karena selama ini ia yang selalu mendapatkan
catatan Dae Hwi. Eun Ho tak mau
kehilangan kesempatan dan langsung mengambil catatan Dae Hwi. Nam Joo pun
mengajak Dae Hwi agar bicara di luar kelas.
Nam Joo
langsung menduga kalau Dae Hwi memeriksa latar belakang keluargaknya. Dae Hwi
mengaku kalau itu tak disengaja. Nam Joo pikir Dae Hwi sekarang senang.
“Apa aku
kelihatan seperti seorang pecundang menyedihkan. yang berbohong pada semua
orang?” ucap Nam Joo marah. Dae Hwi menegaskan bukan seperti maksudnya.
“Kau
harusnya jujur padaku!” tegas Dae Hwi juga tak kalah marah
“Kau 'kan
sudah tahu semua, jadi hentikanlah! Kenapa harus hari itu? Apa kau harus
melakukannya di hari itu?” ucap Nam Joo masih tak terima
“Karena
hari itu hari ke-200 kita pacaran. Karena.. aku selalu memikirkan hari-hari
yang kita habiskan bersama dan apakah kita harus tetap.. melanjutkan semua
ini.” Ucap Dae Hwi
“Jangan
pura-pura baik kau. Kau tidak pernah menyukaiku. Akulah yang buta.” Kata Nam
Joo seperti merasa Dae Hwi lebih menyukai Eun Ho
“Kalau
begitu, harusnya kau tidak berbohong sejak awal. Apa Kau tahu bagaimana
perasaanku saat mencurigaimu? Makanya aku memberikanmu kesempatan. Aku ingin
kau jujur padaku! Mengatakan semuanya padaku!” ucap Dae Hwi
Nam Joo
seperti binggung Dae Hwi yang memberikan Kesempatan, lalu bertanya balik pada Dae
Hwi apakah selama ini sudah jujur, Dae Hwi hanya diam saja, Nam Joo mengumpat
Dae Hwi Pengecut dan menananyakan Apa artinya dirinya bagi Dae Hwi selama ini.
“Apa kau
berpacaran denganku agar kau bisa pamer pada semua orang?” kata Nam Joo
sepeprti merasa di manfaatkan. Dae Hwi merasa tak percaya kalau Nam Joo bisa
mengatakan itu.
“Apa
kau.. bahkan pernah menyukaiku?” tanya Nam Joo. Dae Hwi memilih agar mereka
bercara lagi nanti dan pergi. Nam Joo hanya bisa mengusap air mata yang
mengalir. Dae Hwi berjalan sendirian mengingat saat pertama kali curiga.
Flash Back
Dae Hwi
melihat Nam Joo yang berbicara dengan seseorang dalam taksi, dengan memberikan
sekantung roti. Saat ia sengaja memanggilnya Nam Joo langsung membuangnya dan
menyapa Dae Hwi. Lalu mereka naik taksi bersama, Nam Joo bisa melihat gugup.
“Bukankah
ini perusahaan ayahmu? Shingang Transportation.” Ucap Dae Hwi seperti sengaja
membiarkan Nam Joo jujur.
“Ya,
benar. Ini perusahaan.. taksi milik ayahku.” Akui Nam Joo tetap tak mau jujur.
Saat
mengantar pulang, Dae Hwi melihat Lingkungan tempat tinggal Nam Joo yang nyaman juga. Nam Joo pun meminta akan jalan
sendirian. Dae Hwi setuju dengan membiarkan Nam Joo berjalan sendirian, tapi
diam-diam dia mengikuti Nam Joo pulang ke rumahnya yang ada apartment. Keduanya duduk di pinggir lapangan.
“Semua
tentangku kelihatan palsu. Semuanya bohong.”ucap Dae Hwi seperti ingin Nam Joo jujur padanya.
“Hei.
Siapa yang tak pernah berbohong? Semua orang punya alasan untuk berbohong.”
Ucap Nam Joo. Dae Hwi pun kembali membiarkan Nam Joo tak bicara.
Dae Hwi
membelikan sebuket bunga dan juga hadiah, serta menuliksan di kartu ucapan
“Selamat Hari ke-200. Terima kasih untuk segalanya. Selama ini aku sangat
bahagia. Kuharap kita..” Dae Hwi terdiam
dan mencoret tulisan seperti merasakan keraguan.
Akhirnya
ia pergi sambil menelp ke Shingang
Transportation, mengaku sebagai teman anak perempuan CEO-nya. Receptionist yang
menerimanya binggung, karena Bos kami
tidak punya anak perempuan. Dae Hwi pun menemui keberadanya dan saat itu Nam
Joo yang sudah menunggu terus mencoba menelpnya.
Dua orang
wanita membahas Issue itu dikucilkan di Geumsang Chumhwa dan menduga kalau
dikeluarkan dari grupnya, bahkan jarang masuk sekolah juga. Sa Rang sedang
makan dengan Kyung Woo langsung berdiri dengan nada marah mengatakan semua
tidak benar, bahwa Issue sedang ada konser di luar negeri tahu.
“Hei.
Siapa Issie?” ucap Kepsek Yang ikut berkumpul dengan anak muridnya. Sa Rang
kesal memberitahu yang benar namanya Issue, tapi tetap saja Kepsek Yang
menyebut nama Issie.
“Issue
Oppa itu tidak dikucilkan tahu.” Ucap Sa Rang membela tapi yang lain tahu
karena Semua orang di internet bilang begitu.
“Apa
semua di internet itu benar? Aku akan melaporkan kalian ke agensi Issue Oppa –ku karena menyebarkan gosip tidak
benar tentang dia.” Kata Sa Rang. Saat itu Issue baru saja masuk kantin.
“Tapi.. kenapa
kau yang melaporkannya?” ucap Issue. Kyung Woo sedari tadi melambaikan tangan
pada Issue.
Ketiganya
berjalan menuruni tangga. Issue membenarkan kalau memang dikucilkan dan akan
segera dikeluarkan. Sa Rang kaget mendengarnya, Issue pikir Sa Rang sudah
mengetahuinya. Sa Rang mengaku tahu Issue tidak begitu berbakat.
“dan kau
juga sering bolos sekolah, tapi dikucilkan..” ucap Sa Rang
“Kedengarannya
kau sedang menghinaku.” Kata Isseu. Sa Rang mengaku bukan itu maksudnya.
“Apa kau
benar akan dikeluarkan?” tanya Sa Rang. Issue pikiryang akan keluar duluan.
“Benarkah?
Kalau begitu kau akan kehilangan
pekerjaan dong.” Kata Kyung Woo ikut bicara. Sa Rang langsung berteriak
memperingatinya. Kyung Woo pikir akan mengajaknya.
“Hei.. Jangan
membuat semuanya makin runyam. Apa Kau mau mati!!” ucap Sa Rang lalu mengajak Issue pergi saja dengan
memanggilnya Oppa. Issue yang kesal di panggil Oppa memilih pergi.
“Pasti
akan seru kalau dia bergabung denganku.” Ucap Kyung Woo yang bermaksud mengajak
Sa Rang pergi.
Di
ruangan Kepsek Yang, terlihat spanduk (Aku
akan menemukan X! Aku akan kembali ke jabatanku semula!) Duk Soo datang dengan
bayaran minuman. Kepsek Yang membahas kalau Anak-anak bilang soal siapa itu X.
Duk Soo pikir Semacam itulah dan tidak seharusnya mengatakan ini.
Choi Hyun
Jung juga seperti diinterogasi tentang X, Hyun Jung mengaku tak tahu walaupun
di sogok dengan makana, Semua orang di
kelas 11-1 di interogasi agar mendapatkan siapa X. Seorang anak murid memberitahu Sepertinya
kulitnya putih. Makanya dia selalu pakai jaket hitam.
Byung Goo
pergi menemui Kepsek Yang melihat sekeliling merasa ruangan seperti CSI. Kepsek
Yang memberikan minuman, Byung Goo
menolak kerena hanya minum susu stroberi.
Kepsek yang ingin tahu siapa yang dicurigai oleh Byung Goo.
“Aku
punya firasat soal ini. Sepertinya.. dia adalah seseorang yang bergerak cepat. Tidak
ada yang bisa menangkapnya hingga saat ini.” Ucap Byung Goo. Kepsek Yang pikir Benar
sekali.
“Aku
yakin X adalah.. seseorang yang cepat dan bisa lari 100 meter dalam tempo 11
detik” kata Byung Goo. Kepsek Yang memanggil Young Gun kalau lari 100 meter
dalam 12 detik.
Bersambung
Part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar