PS
: All images credit and content copyright : KBS
[Episode 6 -Catatan yang Sebenarnya dari
Kehidupan Kami]
Guru Shim
baru saja keluar dari ruang guru dan dikagetkan dengan Petugas Han yang sudah
ada didepanya dengan membawa senter. Petugas Han langsung mengejek Guru Shim
benar-benar imut karena terlihat kaget. Guru Shim menegaskan dirinya itu pria
jadi tak mungkin imut.
“Tapi
kenapa kau belum pulang jam segini?” tanya Petugas Han
“Ya. Aku
kebagian tugas malam.” Kata Guru Shim, Petugas Han merasa ini memang waktu yang
tepat.
“Bagaimana
kalau kita melakukan pemeriksaan singkat sambil berjalan pulang?” kata Petugas
Han. Guru Shim binggung dengan maksud ucapan Petugas Han. Petugas Han mengajak
Guru Shim agar ikut saja denganya.
Si Pelaku
X mengambil berkas Kompetisi Matematika Sekolah, Soal dan Jawaban, lalu saat
itu juga Eun Ho melihat si pelaku dan mengejarnya. Tae Woon melihat dari
kejauhan Eun Ho mengejar pria dengan jaket hitam.
Petugas
Han mulai patroli dengan senter merasa kalau mendengar sesuatu. Guru Shim mengaku
tak tahu, Petugas Han yakin kalau ada suara berasal dari ruangan lain dan mulai
berjalan mencarinya.
Eun Ho
berhasil membuat si pelaku berhenti didepanya dan berkas soal pun jatuh,
matanya melonggo tak percaya melihat Dae Hwi dibalik penutup kepala. Dae Hwi
memilih untuk kabur, Eun Ho ingin mengejar tapi saat itu Tae Woon datang
menahanya.
“Kenapa
kau bisa ada di sini?” kata Eun Ho binggung melihat Tae Woon yang datang. Tae
Woon menyuruh Eun Ho agar mengurus urusanya sendiria. Eun Ho heran dengan
ucapan Tae Woon.
“Jangan
ikut campur dengan urusan orang lain.” Kata Tae Woon. Eun Ho pikir ada sesuatu
yang menganjal
“Tapi apa
maksudmu? Siapa itu?” tanya Tae Woon. Eun Ho mengaku tidak bisa melihat
wajahnya.
“Sepertinya
anak sekolah kita juga.” Kata Tae Woon lalu melihat ada berkas Kompetisi
Matematika Sekolah, Soal dan Jawaban.
“Apa yang
harus kita lakukan?Mereka akan marah besar kalau tahu soal ini besok.” Kata Eun
Ho panik.
Tae Woon
mencoba masuk ke dalam ruang guru untuk mengembalikan berkas, sementara Eun Ho
berjaga-jaga didepan pintu sambil berkata merasa tidak menyangka sedang
melakukan apa yang dilakukan X selama ini lalu melihat ada lamp senter dan
langsung memberitahu Tae Woon kalau ada orang yang datang dan mengajak bersembunyi.
“Siapa
yang masih di sini jam segini? Sekolah ini belakangan semakin aneh saja.” Kata Guru
Shim
“Apa
menurutmu ini ulah X lagi? Siapa dia? Kenapa
sepertinya dia profesional sekali?” kata Petugas Han penasaran
“Kalau ada
yang datang kita harus segera keluar.” Ucap Tae Woon berusaha membuka jendela
tapi semua kunci.
Guru Shim
dan Petugas Han menuruni tangga melihat ruang guru yang terbuka. Eun Ho dan Tae
Woon mulai panik karena sinar lampu semakin mendekat, Guru Shim masuk bisa
mendengar suara. Eun Ho ketakutan karena Guru Shim yang datang. Tae Woon
menyuruh Eun Ho diam saja. Petugas Han akan masuk dan Guru Shim langsung
menahanya.
“Apa kau
mau makan ramyun?” ucap Guru Shim seperti mengajak Petugas Han bermalam.
Petugas Han binggung lalu merasa guru Shim itu hanya omong kosong.
“Atau mungkin
nonton film ? Film tengah malam.” Kata Guru Shim mencegah Petugas Han masuk.
Petugas Han heran tiba-tiba Guru Shim mengajak makan ramyun dan nonton film. Saat
itu Eun Ho dan Tae Woon bergegas keluar tapi malah membuat suara. Petugas Han
mulai curiga
“Itu
karena.. Aku menyukaimu... Aku menyukaimu.” Kata Guru Shim mengalihakanya. Petugas
Han sempat terdiam mendengar perkataan Guru Shim. Tae Woon dan Eun Ho pun
bergegas pergi dari pintu belakang. Guru Shim kembali mencari seseorang didalam
ruangan.
“Menurutmu
kau juga mencurigakan, benarkan? Mengungkapkan cintamu di saat-saat seperti
ini. Haruskah aku melaporkanmu karena semua ini?” ucap Petugas Han seperti tak
bisa digombali oleh Guru Shim. Guru Shim hanya bisa tertawa lalu mengaku kalau
ingin makan ramyun.
Dae Hwi
terus berlari sampai ke taman, lalu
mengingat kembali saat Eun Ho bisa melihat wajahnya dibalik jaket yang
dipakainya. Wajahnya terlihat gelisah dan bersaha pergi.Eun Ho dan Tae Woon
berhasil kabur dan kembali bersembunyi, tiba-tiba keduanya saling menatap
membuat suasana jadi canggung.
“Kenapa
kau selalu melakukan hal-hal semacam ini? Membuat jantung mau copot saja.” Ungkap
Eun Ho
“Kalau semua
orang bisa melakukan itu, maka aku tidak akan kelihatan keren” kata Tae Woon.
“Kau
benar-benar tak pernah mengecewakan aku. Kau tidak pernah lupa pamer di
saat-saat seperti ini.” Ejek Eun Ho
“Tapi.. apa
kau benar tidak lihat wajahnya?” kata Tae Woon tak percaya, Eun Ho mengaku
kalau memang tak melihatnya.
“Aku juga
tidak tahu itu kau waktu pertama melihatmu di ruang guru. Dia pasti mencoba
meniru. Belakangan ini banyak sekali penirunya” kata Eun Ho menyakinkan.
“ Atau
mungkin.. seseorang yang sangat membutuhkan
lembar soal lomba itu.” Kata Tae Woon seperti bisa mencurigai seseorang.
Guru Shim
masuk ruangan guru sendirian, menyalakan lampu dan memeriksa semua laci untuk
kompetisi masih terkunci. Lalu mencoba mengejek semua laci untuk memastikan tak
ada yang hilang dalam ruang guru. Akhirnya ia bisa sedikit bernafas lega duduk
di meja kerjanya.
Ia
mengingat mendengar suara dibalik meja, dua orang yang sedang berbicara
mengetahui kedatanganya. Ia melihat buku anak kelasnya, merasa yakin kalau dua
orang itu adalah anak muridnya, tapi tak bisa menebak siapa orangnya.
Eun Ho
tak bisa tidur padahal sudah jam tiga pagi, teringat kembali saat menatap
langsung kalau Dae Hwi yang mengambil berkas soal dan jawaban untuk kompetisi
matematika. Akhirnya ia duduk di atas tempat tidurnya sambil berbicara sendiri.
“Kenapa
Dae Hwi harus melakukan hal-hal semacam itu? Apa Dae Hwi... mencoba mengambil
lembar ujian kompetisi? Tapi Kenapa?” kata Eun Ho masih tak percaya.
Dae Hwi
duduk di meja belajar kebingungan mencari sesuatu dalam jaket dan juga saku
celana, tapi tak menemukanya. Sementara Tae Woon berbaring di tempat tidurnya
memegang sebuah kunci “SMA Geumdo” yang ditemukanya.
Ia ingat
saat Guru Shim memberikan kunci utamanya. Lalu Eun Ho dengan nada curiga
bertanya kenapa Guru Shim memberikan kunci pada Dae Hwi. Dae Hwi mengaku kalau Ada banyak tempat di
sekolah yang harus dimasuki dan hanya ia dan Wakil Ketua Osis punya masing-masing satu.
Dae Hwi
mencari sesuatu dibalik semak-semak dan saat itu sebuah kunci jatuh di
dekatnya, Tae Woon dengan dengan menada mengejek berkata “apakah itu yang
sedang dicarinya?” lalu mulai mengumpat Dasar kunyuk gila dan bertanya Kenapa temanya
iytu harus hidup seperti ini.
“Akulah
kunyuk gilanya di sini, jadi menyingkir sajalah kau sana. Hidupmu sendiri
sajapun tidak beres.” Balas Dae Hwi
“Nasehatmu
yang lembut itu lagi-lagi membuatku kesal.” Balas Tae Woon.
“Apa itu
menyenangkan? Apa kau bersenang-senang karenanya? Apa menurutmu aku ini menyedihkan karena mencoba melakukan sebuah
tindakan bodoh?” tanya Dae Hwi. Tae Woon membenarkan.
“Kalau
kau mau melaporkanku atau menceritakan ini pada yang lain, maka aku tidak
peduli.” Kata Dae Hwi menantang.
“Apa kau
gila? Aku mana peduli apa yang akan dilakukan oleh orang tak penting macam kau.
Kau sendiri bahkan tak seberani itu, kenapa juga aku harus melakukannya?” ejek
Tae Woon.
“Jangan ikut
campur dengan hidupku lagi. Karena itu menjijikkan.” Tegas Dae Hwi. Tae Woon
pun berbalik dengan wajah dongkol.
Guru Koo
kembali membacakan sebuah puisi "Hidupku harus seperti cahaya itu. Aku
harus memanjat tinggi tanpa henti. Waktu berlalu, masa depan yang gemilang menjauh
dari kita."
Saat itu
Eun Ho dan Dae Hwi terlihat sangat gelisah karena keduanya berpapasan semalam,
dari kejauhan Tae Woon melihat keduanya karena sudah mengetahui menyimpan
sesuatu.
Eun Ho
keluar bersama dengan Sa Rang, Dae Hwi langsung memanggilnya mengajak Eun Ho bicara
sebentar. Sa Rang curiga ingin tahu apa yang ingin dibicarakan keduanya. Eun Ho
sedikit gugup kalau mereka ingin membahas tentang lomba dan Dae Hwi yang ingin sama-sama
mendaftar. Dae Hwi sempat binggung tapi akhirnya membenarkan ucapan Eun Ho.
“Lomba
apa? Apa kau sedang bersiap ikut kompetisi dengan Eun Ho?” kata Nam Joo datang
dengan wajah curiga.
“Ya,
itu.. Begini.. Sebenarnya adalah.. Aku minta bantuan Eun Ho menggambar untuk lombaku.” Akui Dae Hwi. Eun
Ho langsung membenarkanya.
“Dae Hwi,
nanti saja kita bicaranya.” Kata Eun Ho lalu bergegas mengajak Sa Rang untuk
segera pergi.
“Kau mau
bertemu dia di mana?”tanya Nam Joo seperti ingin mengetes kejujuran Dae Hwi.
“Apa
maksudmu di mana? Tentu saja di sekolah. Ayolah.. Kau tidak usah cemas.” Kata Dae
Hwi menyakinan.
“Bagaimana
bisa aku tidak cemas? Pacarku akan menemui gadis lain.” Keluh Nam Joo. Dae Hwi
mengaku kalau hanya sebentar dan Nam Joo tak perlu khawatir dengan hal itu.
Eun Ho
berbicara ditelp kalau akan bertemu di kafe dekat halte bus, lalu berkata kalau
mengetahuinya dan akan segera datang. Tae Woon menunggu di pinggir tangga
langsung bertanya kapan Eun Ho akan datang menemui Dae Hwi.
“Bukan
urusanmu.” Ucap Eun Ho ketus
“Jangan
pergi... Jangan pergi menemui Dae Hwi.” Kata Tae Woon seperti tak ingin Eun Ho
dekat dengan Dae Hwi
“Jangan
ikut campur kau.”balas Eun Ho
“Kaulah
yang jangan ikut campur dengan urusan orang lain.” Ucap Tae Woon kesal
“Aku sedang
bersiap untuk ikut lomba, kenapa kau sebut itu urusan orang lain? Tentu saja
itu urusanku.” Tegas Eun Ho lalu beranjak pergi. Tae Woon pun tak bisa berkata
apa-apa.
Dae Hwi
mengajak Eun Ho pergi ke cafe dengan memesan minum lebih dulu. Eun Ho terlihat
gugup saat Dae Hwi menanyakan apa yang ingin diminumnya, sambil memegang sebuah
botol, lalu berkata apa saja. Dae Hwi pun memesan minuman sementara Eun Ho
duduk di bangku. Eun Ho binggung
tiba-tiba Dae Hwi memberikan botol yang sudah diisi minuman.
“Dari
tadi kau terus melihat botol itu.” Kata Dae Hwi, Eun Ho menegaskan dirinya
bukan cewek matre yang suka diberi hadiah tapi mengucapkan Terima kasih. Keduanya
terlihat masih cangung sampai akhirnya Eun Ho yang lebih dulu bicara.
“Dae
Hwi... Saat aku dijebak.. kaulah satu-satunya yang menulis petisi buatku. Aku
merasa sangat.. berterima kasih karena itu... Karena kau memercayaiku.” Kata Eun
Ho. Dae Hwi mencoba menjelaskan tapi Eun Ho kembali bicara.
“Kukira..
kau punya alasan kenapa kemarin kau melakukan itu. Karena tidak ada hal lebih
baik yang bisa kau lakukan. Setidaknya, begitulah Song Dae Hwi yang kukenal.” Kata
Eun Ho. Dae Hwi pun mengucapkan Terima kasih dengan ungkap perkataan Eun Ho.
“Aku berpikir
keras sepanjang malam.. bagaimana caranya menjelaskan ini..dan dari mana aku
harus memulainya.” Ungkap Dae Hwi
“Kau bisa
menceritakan semuanya kalau kau sudah merasa siap. Aku tahu tidak mudah
menerima kenyataan, tapi aku bisa menjaga rahasia ini” ucap Eun Ho. Dae Hwi pun
mengucapkan terimakasih.
“Oh
Yahh... Soal lombanya.. sudah kukembalikan dengan selamat ke tempatnya, jadi
Tak usah cemas.” Kata Eun Ho. Dae Hwi pun kembali sangat berterimakasih pada Eun
Ho karena membuatnya semua orang tak curiga.
Saat itu
ponsel Eun Ho berdering, Dae Hwi melihat nama “Tae Woon”. Eun Ho buru-buru
membalikan ponsel untuk tak menerimanya. Tae Woon menunggu didepan cafe mencoba
menelp Eun Ho kembali. Keduanya akhirnya
keluar dari cafe dengan Eun Ho meminta Dae Hwi Jangan cemas, karena akan bicara
dengannya. Tae Woon langsung mendekati keduanya, Eun Ho kaget melihat Tae Woon
yang datang.
“Apa kau
barusan minta Eun Ho untuk tutup mulut? Dasar Munafik sekali kau. Apa sebegitu
inginnya kau menutupi itu?” ucap Tae Woon sinis
“Kenapa
kau peduli?” balas Dae Hwi juga dengan nada tinggi. Eun Ho meminta keduanya
agar tak saling adu mulut karena keduanya berteman.
“Aku
penasaran.. siapa orang yang membuat
Hyun Tae Woon ini, ikut campur dengan urusan orang lain.” Ucap Dae Hwi
“Apa kau
Sudah tahu sekarang? Makanya jangan buat aku kesal.” Kata Tae Woon. Eun Ho
meminta keduanya untuk berhenti saja.
“Kalau
kau tidak mau kubuat kesal, maka jangan ikut campur.” Tegas Dae Hwi
“Kau
pasti salah paham sekarang, tapi aku tidak peduli seberapa menyedihkannya
hidupmu. Aku tidak pernah peduli lagi padamu sejak saat itu.” Tegas Tae Woon
menarik tangan Eun Ho untuk pergi. Eun Ho langsung melepaskan tangan Tae Woon,
Tae Woon menegaskan kalau harus berbicara dengan Eun Ho. Eun Ho pamit lebih
dulu pada Dae Hwi lalu mengajak Tae Woon untuk ikut denganya.
Eun Ho
heran dengan Tae Woon yang bisa tahu kalau mereka dan disana, tapi menurutnya
Tae Woon itu sudah tahu sudah tahu sejak awal, tapi malah bersikap seolah-olah tidak
tahu. Tae Woon meminta agar mulai sekarang jangan temui Song Dae Hwi lagi.
“Dia
bilang punya alasan sendiri dan Sepertinya cukup rumit.” Ucap Eun Ho
“Lantas
apa hubungannya denganmu?” kata Tae Woon seperti tak ingin Eun Ho ikut campur.
“Kaulah
yang jangan ikut campur. Kau bilang kau tidak mau jadi X lagi..” Kata Eun Ho
“Kalau
begitu jangan ikut campur lagi dengan urusan orang lain Siapa memangnya yang
selama ini suka ikut campur?” kata Tae Woon dengan nada tinggi.
“Temanmu...
Temanmu juga menyelamatkanku.” Ucap Eun Ho lalu berjalan pergi meninggakan Tae
Woon.
Dae Hwi
membaca lembaran evaluasi tentan dirinya “Dia sangat terus terang, Dia adalah
murid yang loyal” lalu mengubahnya jadi (Dia pengecut dan
licik. Dia melakukan apa saja untuk memenuhi semua yang dia mau)
Issue
sedang berjalan di lorong, dua orang pelajar menggetahui Issue dari grup
Geumsang Chumhwa dan mengaku sebagai pengemar beratnya, lalu memberikan sebuah
hadiah. Issue berusaha menolaknya tapi ternyata meminta agar di berikan pada
dua seniornya dalam grupnya.
“Oppaa... Yang ini untukmu.” Ucap Sa Rang menghampiri
Issue. Isseu melihat ukiran mana di atas bantal (Aku cinta Issue Oppa)
“Maafkan
aku, tapi aku merasa terbebani dengan ini. Kita 'kan sekelas, kau tidak seharusnya
memanggilku Oppa” kata Issue menolak pemberian dari Sa Rang. Sa Rang mencoba menjelaskan tapi
Issue lebih dulu pergi.
“Wahh..
Ini pas sekali buatku. Bagaimana kau bisa tahu seleraku? Terima kasih.” Kata Guru Jang mengambil
bantal ditangan muridnya. Sa Rang menolak karena itu hadiah untuk Issue.
“Ini sama
sekali tidak akan membebani Bapak, Terima kasih” kata Guru Jang. Sa Rang hanya
bisa berteriak sedih hadiahnya diambil begitu saja.
Nam Joo
terlihat panik berjalan ke depan sekolah menghampiri ayahnya dalam mobil
padahal sudah meminta agar jangan datang ke sekolah. Tuan Hong tahu anaknya
yang suka roti lalu memberikan satu kantung roti untuk bisa dimakan dengan
teman anaknya. Nam Joo pun menerimanya dan saat itu Dae Hwi datang.
“Nam
Joo... Apa yang kau lakukan? Kenapa kau memanggil taksi?” ucap Dae Hwi. Nam Joo
langsung melepaskan tangan dan membiarkan roti didalam mobil.
“Aku mau
ke tempat les.” Kata Nam Joo berbohong. Tuan Hong pun hanya diam saja. Dae Hwi
ingat kalau jadwal les Nam Joo bukan sekarang.
“Begini..
Aku mau bertemu dengan konsultanku untuk evaluasi.” Kata Nam Joo. Dae Hwi pun
memutuskan untuk mengantarnya. Nam Joo makin panik merasa Dae Hwi tak perlu
mengantarnya. Dae Hwi menyuruh Nam Joo
masuk lebih dulu.
“Aku ada
urusan mendadak juga di Daechi-dong.” Kata Dae Hwi. Nam Joo pun tak bisa
menolak dengan masuk ke dalam taksi.
Tuan Hong
sempat melirik dalam taksi, Nam Joo makin gugup takut Dae Hwi tahu kalau supir
taksi adalah ayahnya. Dae Hwi melihat tanda pengenal didepan taksi, lalu sadar
kalau taksi ini adalah milik ayah Nam Joo. Nam Joo semakin panik.
“Ada apa?
Apa kau sakit?” ucap Dae Hwi melihat wajah Nam Joo yang panik. Nam Joo mengelak
dan ingin mengatakan sesuatu
“Bukannya
ini perusahaannya ayahmu? Transportasi Shingang.” Kata Dae Hwi. Nam Joo
membenarkan dengan wajah sedikit agak lega kalau memang itu perusahaan taksi
ayahnya.
“Kau juga
akan magang di perusahaan ayahmu 'kan?” kata Dae Hwi. Nam Joo menganguk. Tuan
Hong terus mendengarnya dari belakang kemudi.
“Beruntung
sekali kau, Evaluasimu juga sudah beres.” Kata Dae Hwi merasa iri. Nam Joo
hanya bisa tertunduk diam. Tuan Hong seperti nelangsa melihatnya.
Tuan Ra
datang membawa pesanan ayam pada sebuah apartement. Nam Joo membuka pintu dan
beberapa anak kecil langsung menyerbu seperti sangat bahagia karena ayam goreng
sudah datang. Tuan Ra melihat seragam
yang dipakai Nam Joo kalau itu murid Geumdo. Nam Joo membenarkan dan semakin
gugup saat tuan Ra memberitahu kalau anaknya juga sekolah disana. Nam Joo
memilih untuk segera membayar dan menutup pintu.
“Anak-anaknya
ada banyak. Apa satu ekor ayam cukup untuk mereka?” ucap tuan Ra merasa kasihan
melihat banyak anak dirumah Nam Joo.
Dae Hwi kembali
mengajarkan soal pada He Chan di ruangan kantin. Tae Woon melihat dari
kejauhan. Hee Chan meminta Maaf karena meminta Dae Hwi yang memprediksi soal ujian akhir dan pasti merasa
kesal soal kompetisi itu. Dae Hwi mengatakan akan tetap ikut lombanya. Hee Chan
seperti tak percaya mendengarnya.
“Aku
harus mencoba apapun yang kubisa. Aku bahkan belum memulainya.” Kata Dae Hwi.
Hee Chan seperti kecewa tapi berusaha mendukungnya.
“Tentu
saja kau harus mencoba semua yang kau bisa.” Kata Hee Chan dan Dae Hwi kembali
mengajarkan soal pada Hee Chan.
“Astaga...
ini Menyebalkan sekali.” Ejek Tae Woon menatap Dae Hwi. Byung Joo yang duduk
didepanya binggung.
“Apa
minumannya tidak enak?” kata Byung Joo. Tae Woon memilih untuk pergi dengan
tatapan dingin. Dae Hwi hanya diam saja karena tahu pasti Tae Woon
menyindirnya.
Flash Back
Dae Hwi
dan Tae Woon minum bersama, lalu Dae Hwi mengeluh kalau tak ada orang yang
bersulang dengan soda. Joong Ki datang membawakan sepiring kerang, kalau sudah
minta secara khusus pada kokinya.. untuk ulang tahun siswa teladan. Dae Hwi
bahagia melihat tampilan kalau Ada kacang di mana-mana.
“Lupakan
kacangnya. Apa kau tidak akan kembali ke sekolah?”kata Tae Woon.
“Tidak
sekolah juga tidak akan mati, Ini Hadiahku.” Kata Joong Ki memberikan hadiah
pada Dae Hwi. Tae Woon memberikan sebuah kotak pada Dae Hwi.
Dae Hwi
kaget melihat isinya adalah Tablet dan merasa tak enak hati selalu saja
menerima hadiah. Joong Ki mengejek Dae Hwi agar Jangan sok dewasa begitu, menurutnya
Ada pria yang banyak memberi, dan yang diberi tentu harus menerima.
“Yang
tampan akan dikejar-kejar gadis, dan yang lucu akan membuat suasana jadi ceria.”
Ucap Joong Ki
“Kalau
begitu.. sepertinya akulah yang bertugas untuk dikejar-kejar para gadis.” Kata Dae
Hwi bangga.
Joong Ki
yang mendengarnya mulai mengumpat, Tae Woon mengaku kalau itu alasan ingin
memberikan tonjokan ulang tahun padanya, mereka pun memberikan pukulan dengan
kasih sayang.
Dae Hwi
dikamarnya melihat jam tangan persahabatan mereka, dengan wajah sedih.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar