PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 23 Agustus 2017

Sinopsis School 2017 Episode 12 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Tae Woon seperti merasakan perasaan sedih yang mendalam dengan berbaring di kamar menatap foto dirinya bersama Eun Ho. Lalu teringat kembali ucapan Eun Ho sebelumnya
“Apa semuanya mudah bagimu? Siapa kau yang dengan mudahnya menganggap mudah harga diri dan impianku?” Tae Woon langsung duduk mengingat semuanya.
Eun Ho duduk diam dalam kamarnya, seperti benar-benar merasakan perasaan binggung. Ia mengingat kembali ucapan Tae Woon “Kau bilang komputermu rusak, makanya kau tidak bisa menggambar. Kalau begitu gambarlah webtoon-mu dengan ini. Kalau begitu, kau tidak perlu kerja sambilan lagi 'kan?”
Ia seperti merasa bersalah dengan Tae Woon yang ingin membantu malah ditolak, lalu berharap supaya Tae Woon bisa langsung menelpnya. Tapi pesan yang masuk malah dari Pinjaman Cepat dan Mudah. 

[Episode 12- Kau, Melambunglah yang Tinggi]
Pagi Hari, di parkiran
Tae Woon mengatakan sudah memikirkannya sepanjang malam. Jadi mengerti bagaimana perasaan Eun Ho tapi menurutnya Eun Ho itu berlebihan bahkan tidak bisa menerima kebaikannya dan menurutnya mengapa semua menjadi lebih membuatnya pusing dengan semua ini.
“Kenapa dengan harga dirimu sintingmu itu?” ucap Tae Woon kesal. Eun Ho tak percaya Tae Woon menganggap Harga dirinya yang sinting?
“Kau 'kan tinggal mengucapkan terima kasih dan lanjutkan mimpimu.” Kata Tae Woon.
“Maaf.. karena aku tidak bisa menerima semuanya dengan mudah.” Ucap Eun Ho berjalan pergi. Tae Woon pun mengejarnya memberikan tas pada tangan Eun Ho

“Kalau begitu, terima sajalah semua dengan mudah.” Kata Tae Woon. En Ho  pun balik bertanya apa lagi sekarang.
“Apa lagi yang akan kau berikan padaku nanti? Apa Satu set komputer lengkap? Apa kau akan membelikan aku mobil karena aku tidak bisa naik bus?” ucap Eun Ho marah
Tae Woon merasa bukan seperti itu. Eun Ho tak bisa menganggap kalau Tae Woon melakuan Kebaikannya, tapi menurutnya Tae Woon hanya peduli tentang perasaannya dan Makanya segalanya jadi tampak mudah, selain itu Perasaan Tae Woon yang membuatnya berpikir keras seperti orang gila itu..
“Ungkapan perasaanmu padaku itu, tidak ada artinya buatmu 'kan?” kata Eun Ho seperti tak yakin. Tae Woon pun mengerti yang ada dipikiran Eun Ho.
“Apa kelihatannya aku tidak sungguh-sungguh? Kau mungkin mengira semua itu bagian dari spontanitas dan sifatku yang kekanakan. Tapi aku ribuan kali mengalami keraguan sebelum mengatakannya. "Bagaimana kalau aku membuatnya merasa tidak nyaman? Bagaimana kalau aku ditolak?" Pikiran yang tidak ada habisnya itu membuatku cemas. Apa Kau kira itu mudah? Bagaimana bisa itu terlihat mudah?” ucap Tae Woon ikut marah
“Bukan itu maksudku. Perasaanmu yang terlalu mendadak dan ungkapan perasaanmu, bisa saja membuatku kebingungan.” Kata Eun Ho
“Itu adalah usaha kerasku. Setidaknya, aku sudah mencoba. Aku mencoba berpikir keras tentang perasaan apa yang kumiliki padamu. Aku mencoba mengerti apa yang sedang kau cemaskan dan kenapa kau semenderita ini. Lalu apa yang kau lakukan?” kata Tae Woon. Eun Ho hanya diam saja.
“Apa kau bahkan mencoba untuk memahamiku? Yang aku kesalkan adalah rasanya sulit sekali bagiku menunjukkan perasaanku padamu. Dan semua itu bagimu hanya hal sederhana, kau membuatnya terdengar mudah.” Kata Tae Woon marah lalu bergegas pergi. Dae Hwi melihat Tae Woon yang berjalan dengan penuh amarah meninggalkan Eun Ho.
Tae Woon berbaring dibangku taman terlihat seperti hilang gairah hidupnya sementara Eun Ho masih terus melakukan pekerjaan paruh waktu walaupun terlihat sangat lelah dan harus menunda mengejar mimpinya. 

Eun Ho dan Tae Woon saling bertemu di taman sekolah, Keduanya sempat terdiam, Eun Ho ingin memanggil tapi Tae Woon seperti masih kesal memilih untuk pergi menghindar. Eun Ho masuk kelas melihat ada tas yang diberikan Tae Woon dalam loker akhirnya pergi menemui Tae Woon di tempat rahasia.
“Aku ke sini untuk mengembalikan ini. Aku merasa tidak ada alasan yang membuatku harus menerimanya.” Ucap Eun Ho, Tae Woon langsung membuang ke tempat sampah. Eun Ho heran yang dilakukan Tae Woon dengan membuang begitu saja.
“Kau bilang  tidak akan mengambilnya. Aku juga tidak membutuhkannya. Jadi Ambillah kalau kau perlu.” Ucap Tae Woon marah. Eun Ho akan pergi dan Tae Woon kembali bicara.
“Kenapa kau harus serumit ini? Minta maaflah.. atau biarkan aku yang minta maaf. Setidaknya sekali saja. Haruskah kau seperti ini sampai akhir? Haruskah kau menghancurkan harga diriku dengan datang ke sini dan mengembalikan hadiahku? Apa itu membuatmu senang?” ucap Tae Woon. Eun Ho tak menanggapinya memilih untuk berjalan pergi.
Tae Woon terlihat kesal sendiri, lalu melihat pesan di ponselnya kalau harus bersih-bersih.

Di ruangan aula
Tae Woon yang kesal dengan sengaja membuat air pel berantakan di lantai,  Dae Hwi menegur Tae Woon kalau lebih hati-hati. Tae Woon mengaku kalau sedang berusaha hati-hati sekarang. Dae Hwi langsung mengatakan kalau Tae Woon itu baru saja dicampakkan Eun Ho. Tae Woon terlihat marah mendengarnya.
“Aku pasti benar... Maksudku, kau ini 'kan sangat egois. Pasti sulit bagi Eun Ho menghadapimu selama ini.” Ucap Dae Hwi sambil menyindir. Tae Woon merasa Dae Hwi tak tahu apapun dengan nada ketus
“Kau bukan anak-anak.. Jangan lampiaskan kemarahanmu padaku. Kau dan emosimu itu.” Kata Dae Hwi
“Apa kau sudah gila? Kenapa kau mengajakku berkelahi?” kata Tae Woon mulai marah ingin memukul Dae Hwi
“Mau sampai kapan kau akan hidup sesukamu? Kau tak sanggup menghadapi penolakan, dan kau menggila saat semua tak berjalan sesuai rencanamu. Makanya Ra Eun Ho sudah tidak sanggup lagi denganmu. Senang mendengarnya kalau dia sudah memutuskan untuk tidak berhubungan denganmu lagi.” Ucap Dae Hwi
“Apa kau sedang bercanda? Aku masih jauh lebih baik daripada pengecut sepertimu. Kenapa?? Apa kau sudah menemukan cewek yang lebih kaya daripada Nam Joo Makanya kau mencampakkan dia?” ucap Tae Woon.
Keduanya akhirnya mulai berkelahi dengan saling memukul dan bergulingan dilantai seperti meluapkan amarah mereka yang tertahan. 


Guru Goo berdiri didepan aula seperti bisa mendengar keduanya yang saling memukul satu sama lain. Saat itu petugas Han lewata menyapa Guru Goo, lalu panik mendengar suara orang berkelahi dan ingin masuk. Guru Goo langsung melarang agar membiarkan saja. Petugas Han binggung.
“Mereka tidak akan mendengarkan apa yang kita katakan. Terkadang, bertengkar adalah solusi yang terbaik.” Ucap Guru Goo. Petugas Han pun hanya diam saja. 

Keduanya akhirnya berbaring di lantai setelah lelah berkelahi, Tae Woon pikir karena Dae Hwi yang kerjaannya hanya belajar saja Makanya pukulannya lemah sekali. Dae Hwi membalas kalau Tae Woon yang tidak pernah belajar dan mengejek pukulanya.
“Apa kau sudah gila?” ejek Tae Woon menyetuh wajah Dae Hwi dengan tanganya. Dae Hwi mendorong tangan Tae Woon untuk menjauh.
“Kapan kau mau memperbaiki emosimu yang meledak-ledak itu? Itulah masalahmu selama ini.” Ucap Dae Hwi 
“Kenapa? Apa kau merasa kesal karena aku pernah memukulimu dulu?” ejek Tae Woon.
“Aku bahkan tidak punya waktu untuk merasa kesal. “ kata Dae Hwi. Tae Woon pun ingin tahu alasan Dae Hwi melakukan hal itu. 

Flash Back
Ibu Joong Gi memohon izin untuk bisa masuk ke ruang kelas, tapi di tolak oleh petugas keamanan. Tae Woon melihat ibu Joong Gi, yang harus memohon lalu datang ke ruang kelas langsung memberikan pukulan keras pada Dae Hwi yang memilih untuk ikut ujian.
“Hari itu, kenapa kau harus ikut ujian? Kenapa harus hari itu, Padahal hari itu adalah hari pemakamannya Joong Gi.” Ucap Tae Woon
“Lalu apa?  Apa yang harus kulakukan memangnya? Haruskah aku menangis seperti orang gila dan membuat keributan di acara pemakamannya Atau haruskah aku meninju ayahmu untuk mengubah pikirannya?” kata Dae Hwi
“Tapi Tetap saja.. Kau tidak seharusnya ikut ujian hari itu.” Ucap Tae Woon menganggap Dae Hwi tak setia kawan sambil menangis.
“Sejak saat itulah aku memantapkan hati. Aku akan belajar keras dan menjadi seseorang yang berpengaruh. Agar tidak kehilangan milikku yang berharga. hanya karena uang lagi. Itu adalah janji yang bisa kubuat untuk Joong Gi.” Akui Dae Hwi ikut menangis juga.
“Kau seorang pengecut yang berusaha mencari pembenaran. Sama seperti aku. Aku merasa putus asa karena tidak memiliki kekuatan apapun Dan tidak ada yang bisa kulakukan. Jadi aku mencari pembenaran. Aku menyalahkanmu padahal harusnya aku menyalahkan diriku sendiri. Kukira kau lebih buruk dariku.” Ungkap Tae Woon
Dae Hwi pikir Tae Woon benar soal itu, karena Setelah semua ini.. pada akhirnya itu hanyalah pembenaran saja. Tae Woon merasakan dirinya si berengsek yang membuat temannya terlihat sebagai anak nakal dan membiarkannya pergi seorang diri Tapi tidak ingin Dae Hwi jadi begini. Ia mengaku sangat cemas, Dae Hwi mungkin akan jadi berengsek.. dan pengecut seperti dirinya. Keduanya akhirnya kembali berbaring.
“Kalau Joong Gi melihat kita, dia mungkin akan menghajar kita berdua” ucap Dae Hwi tertawa.
“Kau tahu dia seperti apa. Satu pukulan tidak akan menghentikannya.” Kata Tae Woon. Keduanya terlihat bahagai mengingat kenangan dengan Joong Gi.
“Hei.. Apa kau tidak mencemaskan Eun Ho?” kata Dae Hwi
“Hei.. Lihat siapa yang bicara. Apa yang akan kau lakukan pada Nam Joo?” kata Tae Woon. 

Dae Hwi terlihat gugup saat masuk ke dalam kelas melihat Nam Joo, lalu mencoba mendekat untuk berbicara pada mantan pacarnya. Tapi Nam Joo malah mengacuhkannya dengan memasang earphone. Dae Hwi pun tak bisa berbuat apa-apa memilih untuk kembali duduk.
Di malam hari, Eun Ho baru pulang melihat kakaknya yang duduk sendirian dengan setelah jasnya, lalu mengejek kakaknya yang mambuta malu, bahkan dengan baju yang kotor, lalu brpikir pasti kerja di lokasi konstruksi lagi.
“Aku harus pergi wawancara kerja tadi pagi. Sepertinya lebih baik Kakak jadi buruh konstruksi saja. Jadi buruh 'kan tidak perlu kualifikasi apa-apa.” Kata Tae Sik. Eun Ho pikir itu ide yang bagus.
“Orang tua kita pasti akan senang kalau mereka dengar apa yang Kakak katakan.” Ungkap Eun Ho duduk dibersama kakaknya menatap ke arah langit.
“Tidak ada keberuntungan di pihak kakak. Maksudku, aku tidak minta sejuta dolar atau apa.” Kata Tae Sik.
Eun Ho pikir Keberuntungan biasanya. ada pada orang yang memiliki kekuatan. Tae Sik pikir bahkan bukan sebuah impian yang besar padalah hanya ingin jadi pekerja kantoran seperti orang lain da nhanya ingin.. memberikan hadiah dari kantornya, serta mengunjungi orangtua mereka saat liburan tiba menurutnya itu Bukan sesuatu yang besar.
“Hei.. Kenapa sepatu Kakak kotor sekali? Berantakan sekali, Tegapkan bahumu. Dunia 'kan tidak akan berakhir besok.” Ucap Eun Ho memberikan semangat pada kakaknya, lalu pulang lebih dulu.
 “Melihat bagaimana sikap kerasmu itu, kau pasti sudah mengalami banyak hal berat, Eun Ho.” Ungkap Tae Sik melihat adiknya yang pulang lebih dulu. 


Keluarga Ra makan bersama dengan lauk seadanya,  Tuan Ra melihat semuanya tertunduk sedih langsung mengeluh kalau tahu kondisi mereka  buruk, tapi melihat makanan di meja kalau Setidaknya buatkan daging asap untuk  anak-anak mereka.
“Kau tahu 'kan Eun Ho sudah mau naik kelas 3.” Ucap Tuan Ra. Nyonya Kim menyindir kalau disini memang ia yang salah.
“Apa Kau mau daging asap?” tanya Nyonya Kim. Eun Ho menolak karena suka makan dengan nori dan sayur, lalu Tae Sik menegur ayahnya yang berbicara seperti itu pada ibu.
“Semua ini karena kau... Kalau saja kau punya pekerjaan..” kata Nyonya Kim ahar.
“Ini semua 'kan bukan kemauannya.” Ucap Tuan Ra membel. Nyonya Kim mulai mengeluh kalau keduanya yang harus kena tipu.
“Apa kau kira aku ingin kena tipu? Apa kau kira aku tahu.. teman masa kecilku akan mengkhianatiku seperti ini?” kata Tuan Ra marah
Tae Sik seperti sudah tak nafsu makan memilih untuk selesai makan dan masuk kamar, begitu juga Tuan Ra. Eun Ho binggung dengan situasi keluarganya, Ibu Eun Ho memilih untuk tetap makan merasa sudah tidak sanggup lagi menghadapi mereka. Eun Ho tidur dalam kamarnya dengan wajah gelisah. 

Pelajaran selesai, Hee Chan menepuk pundak Dae Hwi dengan menyuruhnya agar ikut keluar bersamanya. Keduanya bertemu dibelakang sekolah. Dae Hwi langsung memperingatkan Hee Chan agar berhenti untuk memanggilnya seperti ini.
“Aku tahu kau sudah berubah, tapi kau jadi menakutkan sekarang, Dae Hwi.” Ejek Hee Chan
“Aku tidak ingin membicarakan apa-apa denganmu. Jangan memerintahku sesukamu.” Kata Dae Hwi
“Kita masih punya banyak perjanjian untuk dinegosiasikan.” Kata Hee Chan. Dae Hwi pikir itu hanya Hee Chan saja.
“Sudah kubilang padamu sebelumnya. Aku harus meraih juara satu di ujian akhir ini.” Kata Hee Chan. Dae Hwi hanya bisa mengumpat lalu berjalan pergi.
“Aku sudah menemukannya. Bukti yang kuat kalau Hyun Tae Woon adalah X.” Kata Hee Chan
Dae Hwi ingin tahu apa yang ditemukan dan memberitahukanya dan  Jangan mengujinya. Hee Chan pikir Dae Hwi menganggap dirinya bodoh, dengan  Memberikan sesuatu tanpa mendapat balasan apapun. Ia pikir dengan menemukan kelemahannya, maka tentu harus memanfaatkannya.
“Kau tidak percaya padaku, 'kan? Kalau begitu tidak usah percaya Tapi pada akhirnya X memang Hyun Tae Woon.” Ucap Hee Chan.
“Lakukan apapun yang kau mau... Habisi dia atau hancurkan dia! Aku tidak peduli.” Kata  Dae Hwi lalu berjalan pergi. Hee Chan pikir seharusnya Dae Hwi bisa percaya padanya. 


Sa Rang melihat ibunya yang sedang membereskan sampah botol dan berusaha membantu. Tapi ibunya malah melarang karena tangan anaknya bisa kotor. Sa Rang lalu memberitahu ibunya kalau Ujian PNSnya gagal dan meminta Maaf.
“Tidak masalah. Apa kau mau mundur dan mulai belajar untuk masuk kuliah?” kata Ibu Sa Rang
“Apa Ibu takut aku akan gagal lagi?” tanya Sa Rang. Ibunya mengatakan tidak seperti itu
“Ibu berharap kau bisa masuk kuliah dan belajar bersama teman-temanmu lalu bertemu banyak orang baru. Ibu ingin kau melakukan apa yang dilakukan orang lain.” Kata Ibu Sa Rang
“Tidak masalah... Lagian aku tidak akan bisa masuk kuliah. Aku akan cari uang banyak dan memberikan hidup yang nyaman untuk Ibu.” Kata Sa Rang merangkul tangan ibunya.
“Kenapa kau malah membicarakan uang? Kau masih 18 tahun.” Keluh ibu Sa Rang
“Tapi, tetap saja aku harus begitu karena keadaan keluarga kita.” Ucap Sa Rang ingin membantu ibunya.
Ibunya langsung mengelap tangan Sa Rang agar tak kotor, meminta agar jangan melakukanya dan mencemaskan pekerjaanya ini serta lakukan saja yang ingin di lakukan. Ia mengeluh pada anaknya yang terus mencemaskan hal-hal semacam itu.
“Bagaimana aku tidak mencemaskannya? Dengan keadaan kita yang seperti ini. bagaimana bisa aku berani bermimpi tentang masa depan? Aku tahu itu adalah sebuah kemewahan yang tidak akan sanggup kubeli. Itu sama saja dengan harapan palsu.” Ucap Sa Rang marah. Ibu Sa Rang tak percaya anaknya bisa berbicara seperti itu. Sa Rang akhirnya meminta maaf lalu beranjak pergi. 


Sa Rang menangis di kantin sendirian,  Kyung Woo datang memberikan sapu tangan dengan mengejek Hidung Sa Rang yang berair. Sa Rang mengelak tapi mengelap hidungnya yang berair karena habis menangis.  Kyung Woo bertanya Apa ada sesuatu yang menyedihkan terjadi.
“Aku bersikap kurang ajar pada ibuku.” Kata Sa Rang. Kyung Woo bisa mengerti kalau Sa Rang melakukan karena kesal
“Orang yang menyebabkan masalah, biasanya adalah orang yang paling banyak terluka dalam sebuah keluarga.” Kata Kyung Woo.
“Aku kesal sekali, tapi aku terus-terusan merasa marah. Rasanya sakit melihat ibuku berharap aku bisa melakukan yang tak kubisa.. dan aku merasa jadi orang yang menyedihkan karena berpikir begitu”cerita Sa Rang
“Kalau begitu katakan semua pada ibumu. Bukankah itu juga yang kau lakukan untuk berbaikan dengan Eun Ho waktu itu?” kata Kyung Woo. Sa Rang mengangguk mengerti. Dan Kyung Woo pun mengelus rambut Sa Rang seperti adiknya sendiri. 

Tae Woon duduk diam mengingat kembali ucapan Dae Hwi “Mau berapa lama kau terus-terusan mengamuk? Kau tidak sanggup menghadapi penolakan, dan kau menggila karena semua tidak berjalan sesuai rencanamu. Makanya Eun Ho tidak bisa menghadapimu lagi.”  Tae Woon terlihat frustasi dengan keadaanya sekarang.
Eun Ho kaget melihat Tae Woon datang mengambil brosur yang harus dibagikan,  Tae Woon langsung berbicara sendiri "Apa dia bodoh? Apa dia tidak punya harga diri? Setelah aku memakinya seperti itu.." Ia tahu kalau itu pasti yang ada dipikiran Eun H sekarang.
“Aku punya harga diri. Tapi daripada harus melindungi harga diriku, maka aku lebih ingin melindungi impianmu. Makanya aku ada di sini. Baiklah, aku tidak tahu harus bagaimana,  tapi lakukan sajalah. Ayo lindungi impianmu bersama-sama.” Kata Tae Woon lalu membagi selembaran Tempat les. Eun Ho tersenyum mendengarnya.
Di minimarket, Eun Ho menyuruh Tae Woon membereskan minuman di rak. Tae Woon menaruh tapi salah karena seharunya  ada sebelah kimbap. Eun Ho mengeluh dengan Tae Woon yang tak bisa berkerja, dan akan segera dipecat kalau bodoh. Tae Woon menahan amarah dengan terus membantu, Eun Ho tersenyum bahagia bisa mengejari Tae Woon dengan terus menyuruhnya. 


Tae Woon yang kelelahan langsung menghabiskan minuman, Eun Ho mengejek dengan bertanya apakah minuman itu sebegitu enaknya dan minuman itu adalah penghargaan dari kerja keras. Tae Woon hanya menganguk setuju kalau Eun Ho memang harus mengakuinya kalau  bekerja keras untuk melindungi mimpinya.
“Apa masalah keluargamu sudah teratasi?” tanya Tae Woon. Eun Ho mengaku Belum.
“Sepertinya ini bukan karena masalah keluargaku saja. Tapi Sepertinya, aku hanya sedang mencari-cari alasan.” Kata Eun Ho. Tae Woon binggung apa maksudnya.
“Seperti yang kau tahu, webtoonku hanya punya 13 pembaca.Seseorang di situs tempatku mengunggah cerita, punya 4.700 pembaca padahal dia masih kelas 6 SD. Tapi aku bahkan tidak tahu, apa yang membuatnya sehebat itu, dan aku tidak sehebat dia.” Ungkap Eun Ho
“Hei... Webtoon-mu seru... Itu karena belum banyak  orang yang tahu saja.” Kata Tae Woon memberikan semangat.
“Apa kau Tahu yang lebih menyedihkan lagi? Kenyataan bahwa aku merasa lebih masuk akal, kalau aku mengakui diriku ini tidak berbakat. Dan itulah alasan yang kugunakan untuk menyerah. Seperti seorang pegecut.” Kata Eun Ho 


Malam harinya, Tae Woon melihat webtoon yang ditinggalkan Eun Ho seperti menata sedih. Esok paginya, menunggu Eun Ho di parkiran dengan membantu memarikan sepeda sambil bertanya apakah benar tidak akan melanjutkan webtoonnya. Eun Ho pikir tak masalah karena pembacanya juga tidak banyak.
“Kalau kau tidak melanjutkannya minggu ini, maka semuanya akan berakhir.” Ucap Tae Woon. Eun Ho sudah tahu.
“Tapi aku tidak punya kepercayaan diri.” Kata Eun Ho merasa sudah tak peduli dan memilih pergi. 

Berita di internet “Issue dikonfirmasi akan meninggalkan Geumsang Chumhwa” Beberapa anak seperti tak percaya berita yang dituliskan oleh wartawan. Beberapa anak langsung membahas Issue yang tidak pernah punya ciri khas dan sekarang menghilang. 
Sa Rang yang sedih hanya membaringkan kepalanya diatas meja, teman yang lainya merasa kasihan pada Issue yang dikeluarkan oleh grup, temanya bertanya apakah Sa Rang sudah melihatnya. Sa Rang mengaku sudah melihatnya, tapi seperti lebih memikirkan masalahnya.
“Mereka kejam sekali, mencampakkan anggota mereka seperti itu. Tapi dia memang biasa saja. Wajahnya biasa saja, menarinya biasa saja, dan suaranya juga biasa saja. Issue harusnya menjadi issue (topik hangat), tapi dia tidak. Dia bukan topik hangat.” Ucap salah satu teman dengan nada mengejek
Saat itu Issue masuk ke kantin bisa mendengar omongan teman sekolahnya, mereka langsung membahas Issue yang baik-baik. Sa Rang pun terkejut melihat Issue. Issue seperti bersikap tak peduli membeli minuman lalu berjalan ke lapangan basket. 


Guru Jung mendekat dengan memegang sarung dan bola baseball,  membahas Issue yang dikeluarkan dari grupnya, dan yakin pasti Issue  merasa dunia ini akan runtuh. Issue dengan santai merasa kalau baik-baik saja. Guru Jung tahu Issue tidak baik-baik saja.
“Bapak yakin impianmu adalah ingin menjadi penyanyi.” Kata Guru Jung. Issue dengan nada tinggi mengaku dirinya baik-baik saja.
“Kau kelihatan seperti akan menangis!” ejek Guru Jung. Issue makin kesal kalau dirinya baik-baik saja.
“Kau mendadak merasa hancur, tapi tidak tahu harus melakukan apa.. sambil bertanya-tanya apakah hidupmu sudah berakhir. Dan apakah kau harus mati saja, itu Pikiranmu berkecamuk, 'kan?” kata Guru Jung. Issue terdiam mendengarnya.
“Saat Bapak harus berhenti main baseball karena cidera, Bapak juga sama sepertimu. Tapi lihat kau lihat aku sekarang. Apa hidup Bapak berakhir? Seperti yang kau lihat, Bapak baik-baik saja. Seiring waktu, Bapak sadar kalau setiap orang.. punya impian yang tidak terbatas. Dan tidak akan ada yang bisa menghentikanmu, mengganti impianmu sepanjang waktu.” Ucap Guru Jung menasehati
Issue masih saja diam, Guru Jang tahu Mungkin saja secara mendadak Issue bisa dapat impian baru dan meminta agar Jangan bersikap seakan-akan mau mati, karena itu akan membuat semua impian enggan mendekat. Ia memberikan bola baseballnya berharap Issue bisa beruntung.
Bersambung ke part 2

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


1 komentar:

  1. 5Kch sinopsis x dee,,,dlanjut trus z, tolong buatkan preview eps 13 donk.

    BalasHapus