PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 11 November 2017

Sinopsis The Package Episode 8 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Hyun mengambil gambar Yeon Sung seperti ingin membuat video, tapi dibuat kesal karena Yeon Sung yang melihat kamera jadi ingin seperti candid dan menyuruh agar mengulanginya.  Tapi Yeon Sung tetap saja tak bisa menatap kamera.
“Cobalah untuk lebih keren.” Kata Hyun. Yeon Sung tetap saja tak terlihat bagus, akhirnya Hyun menyerah dan berjalan pergi.
“Sepertinya salah satu dari kita tidak memiliki bakat. Aku tidak bisa menciptakan  sebuah mahakarya.” Ucap Hyun Kesal
“Lupakan saja. Sangat mudah untuk menjadi sutradara film.” Kata Yeon Sung
“Aku bilang aku ingin melakukannya, tapi tidak mengatakan akan melakukannya.” Kata Hyun lal melihat sesuatu yang bagus didepanya.
Ia melihat sebuah background penting dalam videonya, lalu meminta Yeon Sung berdiri dan mengucapkan "Aku mencintaimu." Yeon Sung heran berpikir kalau Hyun akan mau melawannya dengan mengatakan "Jika kau mencintaiku, berikan aku uang." Hyun meminta Yeon Sung mulai mengatakan.
Yeon Sung menolak, Hyun tetap mengatakan “Action”. Yeon Sung mengucapkanya tapi terlihat tak serius. Hyun meminta agar Yeon Sung bisa menatap ke arah kamera. Yeon Sung kesal karena sebelumnya Hyun meminta agar tidak melihat. Hyun menegaskan kalau sekarang ini harus melakukanya.
“Aku mencintaimu.” Ucap Yeon Sung terlihat tak ada perasaaan apaun. Hyun meminta agar mengulanginya. Yeon Sung melakukan hal yang sama.
“Kau tidak bisa melakukan sama sekali Tapi setidaknya kita punya judul, yaitu "Pria yang Tidak Bisa apa-apa."” Ejek Hyun
“Aku bisa akting dan ingin menjadi aktor saat mahasiswa jadi Coba lagi” kata Yeon Sung. Hyun menolak
Saat itu Yeon Sung menarik Hyun agar bisa mengulanginya dengan tatapanya mengatakan “Aku mencintaimu.” Dengan percaya diri berpikir kalau itu sangat menyentuh. Hyun hanya bisa mengeluh melihatnya. 


So Ran kembali berbelanja dengan selalu bertanya dengan bahasa inggris “ Apa Kau pikir... yang ini atau ini?” dengan menunjuk tempelan kulkas yang bagus. Penjual pun memilih salah satu dan So Ran langsung membelinya. Hampir semua toko dimasukin So Ran dengan pertanyaan yang sama, Kyung Jae yang menemani seperti berusaha menahan rasa amarahnya. 

Kyung Jae melihat So Ran membeli begitu banyak dan berpikir kalau sudah selesai. So Ran pikir Mereka mengatakan tidak ada  akhirnya saat belanja. Kyung Jae ingin tahu siapa yang mengatakan hal seperti itu. So Ran dengan santai menjawab kalau itu dirinya.
So Ran memilih sebuah pakaian dengan bertanya pada penjua yang mana yang lebih bagus. Kyung Jae mengejek kalau bahasa Inggris So Ran adalah bahasa Inggris paling efektif yang pernah didengar.

Saat itu Ma Roo masuk ke dalam sebuah toko karena melihat So So yang masuk lebih dulu, tapi tak melihat keberadan pacarnya. So So keluar dari lantai bawah dengan merangkul tangan seorang pria bule. So So tak percaya ternyata Ma Roo juga datang.
“Katakan halo... Ini temanku, Didier. Dia sangat membantu saat pertama kali  aku mulai bekerja sebagai pemandu.” Ucap So So, Ma Roo pun menyapa dengan tatapan tak suka melihat So So yang merangkul tangan Didier.
“Dia bilang senang bertemu denganmu, dan menyambutmu di Honfleur ini.” Ucap So So menerjemahkan yang dikatakan Didier.
“Senang bertemu denganmu juga.” Ungkap So So. Didier memuji Ma Roo yang terlihat tampan.
Saat itu Ma Roo hanya bisa melonggo keduanya berbicara dengan bahasa Prancis yang tak dimengerti, bahkan sampai membuka sedikit jaket So So. Keduanya terlihat sangat akrab dengan tawa bahagia membuat Ma Roo cemburu. 
Ma Roo dengan wajah cemberut pun bertanya alasan So So tertawa.  So So menceritakan kalau Didier akan mengunjungi  hotelnya malam ini. Ma Roo sempat terkejut tapi membuat dirinya tetap tenang. So So menceritak Didier cenderung agak cabul saat sedang mabuk.
“Itulah yang ditertawakannya.” Ucap So So. Ma Roo bisa mengerti walaupun terlihat menahan wajah kesal.
“Yah.. Kau pikir dia baik-baik saja, tapi dia berubah dalam sekejap. Dia adalah tipe orang yang bisa mabuk tiba-tiba. Kau tidak pernah tahu  apa yang akan terjadi.” Cerita So So. 

Ma Roo teringat di malam sebelumnya bertanya apa yang So So cari,  So So mengatakan kalau ia mencari Kondom. Ma Roo kaget karena So So yang membawanya. So So mengatakan itu sudah pasti,  Ma Roo ingin tahu alasan So So membawanya.
“Kau tidak punya alasan  untuk membawanya kan dan tidak pernah tahu  apa yang akan terjadi.” Ucap So So
Ma Roo berpikir kalau So So mungkin bisa terjadi dengan Didier, lalu bertanya kemana So So akan pergi. So So  menjawabakan bertemu dengan seorang teman. Ma Roo ingin tahu  Laki-laki atau perempuan.
Saat itu seorang pria keluar, So So langsung memanggil Allan dan keduanya saling berpelukan. Ma Roo makin shock melihat pria dan wanita saling berpelukan. So So pun meminta Ma Roo menyapa Allan, kalau sangat membantu saat pertama kali memulai sebagai pemandu.
“Bagaimana dan kenapa dia membantumu?” tanya Ma Roo
“Dia adalah teman yang baik  yang selalu ada saat aku kesepian.” Ucap So So. Ma Roo pikir sudah mengerti memilih untuk pergi saja dan akan menemuinya jam 12.


Ma Roo yang kesal berjalan dan menendang sebuah kaleng yang ada dijalan. Seorang wanita berteriak marah dengan bahasa prancis. So So mendenagr suara teriakan pun mulai panik. Seorang wanita mengomel kalau karya seni di negara asalnya. So So datang bertanya pada Ma Roo Apa yang terjadi
“Aku tidak tahu, tadi aku  menendang  beberapa kaleng kosong. Tapi dia keluar dan marah padaku.” Ucap Ma Roo. So So kaget Ma Roo menendang kaleng yang sudah diwarnai
“Aku minta maaf. Dia sebenarnya tidak tahu...” ucap  So So lalu menanyakan alasan Ma Roo menendangnya
“Itu ada di sana, jadi aku penasaran Apa aku bisa menendangnya.” Ucap Ma Roo
“Aku sudah bilang jangan melakukan apapun yang membuatmu penasaran. Ini adalah kerajinan tangannya.” Ucap So So kesal
Si wanita mengaku kalau sengaja  memajangnya karena mempunyai banyak makna yaitu "Otak Politisi, Etika Keuangan, Jiwa Religius" Dan "Dompetmu." Dan adalah senilai 320 euro. So So pun menjelaskan yang dikatakan oleh wanita itu pada Ma Roo dengan harga setara 507.000 won
“Tunggu, kau bilang keempat kaleng ini berharga 500.000 won?” ucap Ma Roo shock
“Tidak peduli seberapa remeh sesuatu, artinya memberi nilai.” Kau membuatku gila. Kenapa... Orang-orang di negara ini sangat serius dengan nilai seni mereka.” Ucap So So kebingungan.
Saat itu Allan datang menyapa si wanita ingin tahu yang terjadi. Si wanita mengadu kalau Ma Roo yang menghancurkan keseniannya. Allan pun melihat bentuk kaleng lalu mengatakan kalau memang sudah rusak dan tak ada yang bisa dilakukan, tapi akan berbicara dengan wanita itu.
So So terlihat bahagia dan memberitahu Ma Roo kalau Allan yang akan berbicara dengannya. Ma Roo dengan rasa cemburu, merasa tak perlu karena kesalahanya maka akan bertanggung jawab. So So mengatakan kalau Allan akan membantunya.
Ma Roo dengan angkuh mengaku  tidak membutuhkannya dengan memberikan kartu kreditnya, kalau  akan melakukan  pembayaran sekaligus.


Ma Roo duduk di cafe dengan kaleng yang dibelinya dengan menghela nafas beberapa kali. Byung Jae menelp bertanya apakah Ma Roo tidak senang berbicara dengannya. Ma Roo mengaku tidak senang. Byung Jae ingin tahu kapan Ma Roo akan kembali. Ma Roo mengatakan Setelah liburannya selesai.
“Pegawai termuda menggabungkan semua liburannya untuk menempuh perjalanan jauh. Aku cemburu padamu. Aku terjebak disini” kata Byung Jae.
“Apa kau tahu bagaimana pelukis impresionis muncul? Mereka pergi keluar dengan kuas cat. Kau harus pergi tanpa mengkhawatirkannya.” Kata Ma Roo. Byung Jae menyuruh Ma Roo diam dengan bertanya  Romansa apa itu, Ma Roo pikir akan menutup telpnya saja.
“Woody Allen mengatakan Paris adalah salah satu dari tiga tempat teratas untuk menemukan cinta. Tapi sekali lagi, dia menemukan cinta kemanapun dia pergi.” Ucap Byung Jae.
“Aku membeli karya seni yang sangat terkenal. Ini memiliki makna yang dalam, seharga 507.000 won.” Ucap Ma Roo
“Aku tutup. Segeralah kembali. Aku punya banyak pertanyaan.”kata Byung Jae. 

Byung Jae melihat Nona Oh datang bertanya “Apa kau pergi dengan aman?” Nona Oh tertawa mendenagrnya merasa menyegarkan untuk menerima ucapan setelah pergi ke kamar mandi. Byung Jae pikir Setengah dari umur kerja perusahaan adalah tentang salam.
“Ya, aku benci itu, tapi itu benar.Lalu Apa kau menandatangani  formulir konfirmasi?” tanya Nona Oh
“Bisakah aku mengajukan pertanyaan  terlebih dahulu?” tanya Byung Jae. Nona Oh langsung menjawab tidak.
“Kenapa kau tiba-tiba ingin kita  menandatangani formulir untuk memecat Ma Roo?” kata Byung Jae. Nona Oh meminta agar Byung Jae Jangan mengajukan pertanyaan.
“Ma Roo sangat baik dengan kerjaannya, dia juga bekerja lembur Dan dia bahkan tidak mencuri kertas A4. Setidaknya dia pantas mendapat penghargaan, kan?”pikir Byung Jae yang percaya dengan temanya.
“Aku disuruh melakukannya.” Akui Nona Oh. Byung Jae bertanya apakah Nona Oh menandatanganinya juga.
Nona Oh tak menjawab memilih untuk meminum bir sambil mengeluh kalau  rasanya hambar. Byung Jae memutuskan kalau tidak bisa menandatanganinya. Nona Oh menjelaskan kalau Byung Jae akan berada dalam posisi yang kurang menguntungkan selama evaluasi personil.
“Aku memberi tahu Ma Ru bahwa akan mengajukan pertanyaan saat dia kembali. "Apa kau mengabaikan tugasmu? Apa kau merusak barang? " "Apa kau melanggar peraturan? Apa kau membongkar rahasia? " Jika dia bilang iya,  maka Aku akan menandatanganinya saat itu.” Ucap Byung Jae.
“Byung Jae, menurutmu bagaimana kehidupan perusahaan?!! Ini semua tentang rangking. Meskipun, beberapa orang bilang  tidak semua perusahaan yang sama. Tapi orang-orang itu tidak pernah bisa bekerja di perusahaan besar.” Ungkap Nona Oh ingin tetap berada di perusahan mengikuti arus yang mengalir.
“Mereka tidak pernah punya kekuatan yang diberikan kartu bisnis ini kepada kita. Tapi kita tetap saja bukan karyawan. Jadilah lebih jujur dengan  dirimu sendiri, Byung Jae. Bagi orang awam seperti kita, perusahaan besar lebih dari sekadar tempat kerja. Antara manusia Oh Ye Bi, dan  "Farmasi Dunia" Oh ye Bi.. Menurutmu, apa yang layak?” kata Nona Oh
“Manusia Oh ye Bi.” Jawab Byung Jae. Nona Oh pikir Byung Jae itu masih muda lalu berteriak untuk meminta bir. 



Ma Roo melihat So So yang datang dengan Allan lalu bergegas masuk restoran karena keduanya duduk diluar. So So memuji SO So yang cantik dengan mengibaratkna bersinar lebih terang di bawah  sinar matahari ini, lalu bertanya apakah ia tidur dengan  pria oriental itu. So So menganguk dengan malu-malu.
“Apa yang ditertawakannya?” ucap Ma Roo penasaran karena keduanya terlihat sangat akrab dan dekat.
Allan bertanya apakah So So tidak hanya main-main, So So mengaku kalau  kali ini lebih dari itu karena Ada kemungkinan 51 persen bahwa M Roo adalah cinta sejatinya. Allan terlihat senang karena So So Kakhirnya menemukan pria itu dibawah Kaki malaikat itu.
Didier datang, wajah Allan terlihat marah. So So pun mengajak Didier untuk duduk. Ma Roo terus melihat dari dalam restoran ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya.
“Aku sangat tidak nyaman karena kau bertingkah seperti ini. Kau harus menyelesaikan kesalahpahaman dan menjadi dirimu yang lama.” Ucap So So dengan bahasa Prancis.
“Aku tidak salah mengerti apapun. Aku tidak tahu kau akan memanggilku untuk melihat orang ini. Aku kecewa.” Ucap Didier.
“Kau pura-pura tidak tahu bahwa aku ada di sini. Kemunafikanmu lebih menjijikkan.” Ungkap Allan.  Tiba-tiba Didier langsung menampar Allan.
“Aku akan membiarkanmu memukulku sekali!” teriak Didier. So So meminta agar keduanya berhenti tapi malah terdorong karena itu maslaha mereka berdua. Ma Roo melihat keduanya seperti bertengkar hebat memperebutkan sesuatu,  So So berkata pada dua pria dengan bahasa Prancis dan mengartikan sendiri hanya dari gerak-gerik.
“Aku mencintai kalian berdua! Aku tidak bisa kehilangan kalian berdua! Aku membenci diriku sendiri, tapi tidak punya pilihan lain. Tidak bisakah kita saling  mencintai, seperti ini? Aku tidak tahan melihatmu  memperjuangkan diriku.” Ucap So So akhirnya ketiganya pun berpelukan.
“Itu satu segitiga cinta  yang mengejutkan.” Gumam Ma Roo akhirnya keluar dari restoran.
“Yoon So So... Aku tidak berpikir ini benar.” Ucap Ma Roo marah dan beranjak pergi. Dua pria bingung ada apa  dengan Ma Roo. So So juga binggung dengan sikap Ma Roo seperti marah padanya.  Allan pikir karena karena kaleng itu, karen ia juga seorang seniman, tapi menurutnya kaleng itu terlalu mahal.



Tuan Oh berjalan terburu-buru, menyuruh Nyonya Han segera mengikutinya. Nyonya Han mengajak suaminya untuk  dudukdan minum kopi. Tuan Oh pikir kalau itu cuma buang-buang uang menurutnya lebih baik Beli beberapa tonik saja dengan  uang yang ingin dihabiskan untuk kopi.

Saat itu Kyung Jae dan So Ran baru saja keluar dari toko. Nyonya Han melihat So Ran yang membeli begitu banyak. So Ran piki tidak membeli banyak, karena hanya pakaian, sepatu, dan souvenir. Nyonya Han mengaku iri karena mereka  tidak pernah menghabiskan uang, jadi tidak dapat membeli apapun sengaja menyindir suaminya.
“Kau harus hidup hemat! Anak-anak sekarang terlalu boros akhir-akhir ini.” Ucap Tuan Oh sinis
“Kami tidak mengeluarkan terlalu banyak uang. Tidak ada yang mahal.” Balas So Ran.  Tuan Oh mengaku tidak berbicara dengan So Ran. Nyonya Han meminta suaminya untuk berhenti bicara.
“Lakukan apa yang membuatmu bahagia.” Ucap So Ran. Nyonya Han menganguk kalau sudah melakukannya. Kyung Jae mengeluh kalau sudah belanja banyak.
“Haruskah kita minum kopi untuk para wanita saja?” kata Nyonya Han.
So Ran terlihat bahagia, saat itu Yeon Sung dan Hyun datang menyapa dua pasangan lainya dengan bertanya apakah Kyung Jae sudah beli souvenir. So Ran mengataka sudah membeli banyak, lalu bertanya pada Hyun apakah ingin minum kopi bersama.
Hyun dengan senang hati menerima ajakan So Ran, Para wanita pun pergi minum kopi meninggalkan para wanita. Tuan Oh pun mengajak para pria untuk bersenang-senang juga. Ketiga duduk didepan rumah, dengan menghadap kesinar matahari. Tuah Oh pikir tempat itu sangat bagus dan hangat. 


Hyun menikmati jus jeruk,  tak percaya kalau So Ran yang merancang desain kotoran untuk The Magic Door. So Ran  mengatakan kalau hanya menggambar hal-hal itu sepanjang hari.  Hyun pikir kalau ini bukan lelucon tapi sangat berpengaruh. Nyonya Han tak mengerti apa yang sedang dibahas Hyun.
“Itu adalah sebuah game... So Ran menarik semua botol kotorannya.” Jelas Hyun. Nyonya Oh binggun apa maksudnya Botol kotoran.
“Aku akan memberimu dua botol air saat kembali bekerja.”ucap So Ran. Hyun terlihat bahagia dan meminta nomor telp So Ran.
“Panggil aku saat kau tiba di Seoul atau Kirimkan sms jika aku tidak menjawab.” Ucap So Ran memberikan kartu namanya. Hyun melihat aklau Kartu bisnis So Ran juga keren.
“Omong-omong, siapa itu pria yang bersamamu kesini?” tanya So Ran penasaran
“Dia adalah Pria yang memberiku uang.” Kata Hyun santai lalu mengajak So Ran agar bisa selfie bersama.  So Ran dan Nyonya Han hanya bisa saling berpandangan. 

Semua sudah berkumpul, Yeon Sung melihat San Ma Roo terlambat lagi berpikir kalau mungkin tersesat. Tuan Oh pikir mana mungkin orang itu bisa tersesat menurutnya seseorang bisa terlambat juga jadi tak perlu resah. Semua terlihat binggung dengan sikap Tuan Oh yang tak marah. So So pikir akan mencoba menelponnya.
Ma Roo duduk di tepi pelabuhan melihat So So yang menelpnya, dan memilih untuk tak mengangkatnya karena tahu untuk datang tepat waktu, lalu mengirimkan pesan “Aku akan melewatkan makan siang dan langsung menuju bus.”
So So pun memberitahu semua tim kalau  San Ma Ro tidak enak badan,  jadi akan beristirahat di bus,lalu mengajak semua pergi. Setelah itu mengirimkan pesan pada Ma Roo “Dimana kau? Aku akan menemuimu di sana.” 


Ma Roo mengingat saat memberikan hadiah sepatu pada So So, lalu esoknya So So sudah merangkul Didier bahkan seperti mengoda dengan membuka sedikit jaketnya.  Lalu teringat dengan sepatunya.
So So sedang berjalan menerima telp dari hotel, bertanya apakah So So bertanggung jawab atas San Ma Roo dari Kamar 305. So So membenarkan kalau Ma Roo sebagai turisnya. Pegawai hotel memberitahu kalau Ma Roo  meninggalkan sesuatu di kamarnya. So So pun mengatakan akan mengambilnya  sekarang juga.

Saat sampai dihotel, pegawai meminta So So memeriksa isinya dan tanda tangani tanda terimanya. So So melihat isi kotak adalah sepatu yang sama dengan yang dipakai olehnya.
Ma Roo datang dan keduanya bertemu di Lobby,  So So pun bertanya-tanya Sepatu siapa ini. Ia pun teringat ketika bertanya  Bagaimana dengan pacar Ma Roo dan Ma Roo menjawab kalau tidak memiliki sesuatu untuk dikatakan.
“Bukankah ini untukku?”gumam So So dengan mengingat saat bertanya apakah mereka sudah putus, Ma Ro menjawab untuk membicara tentang mereka saja.
“Apa aku menipu diriku dengan berpikir bahwa itu adalah hadiah untukku?”gumam So So mengingat saat Ma Roo memberikan hadiah sepatu untuknya.
“Seorang pria yang memberikan hadiah yang sama kepada dua wanita berbeda.” Gumam So So terlihat Ma Roo
Akhirnya So So mendekati Ma Roo, dan berkata  ia tidak berpikir ini benar, lalu berjalan keluar dari hotel. Ia mengingat saat memperkenalkan Ma Roo pada Didier. 


“Ini adalah turisku, San Ma Roo.. Dia bisa menjadi pacarku.” Ucap So So dengan bahasa Prancis begitu juga pada Allan.
“Ada kemungkinan 51 persen bahwa dia adalah cinta sejatiku.” Ucap So So yakin pada Ma Roo.
So So merasa kecewa memilih untuk membuang sepatu pemberian Ma Roo ke tempat sampah dan berjalan tanpa alas kaki.  Ma Roo hanya bisa menatap So So yang berjalan hanya dengan kaos kaki dan mengambil sepatu yang dibuang So So.
Akhirnya So So berjalan tanpa alas kaki sambil bergumam “Aku bertanya-tanya siapa dia.” Teringat kembali saat Ma Roo melihat dirinya menangis dalam gereja. Lalu So So bergumam  “Dia Pria brengsek” Teringat saat Ma Ro ketempat komidi putar dan So So bertanya kenapa sudah kembali. Ma Roo mengaku kalau sangat merindukanya.
“Bajingan itu.” Gumam So So dan Ma Roo meminta agar  Tidur dengannya malam ini.
“Bajingan yang mengerikan... Bajingan yang mengerikan itu.”gumam So So mengumpat dalam hati. Ma Roo akhirnya melihat So So yang berjalan tanpa alas kaki. 


[Epilog]
So So kaget melihat Ma Roo yang datang lalu memperkenalkan temanya yang bernama Didier  ang sangat membantu saat pertama kali memulai sebagai pemandu. Ma Roo hanya menatapnya. So So dengan bahasa Prancisnya terlihat sangat percaya diri.
“Ini adalah turisku, San Ma Roo.. Dia bisa menjadi pacarku.” Ucap So So bangga.
“Senang bertemu denganmu. So So adalah gadis yang menyedihkan, jadi  bersikap baiklah padanya agar dia tidak menangis. Jika kau menjadi pacarnya.” Ucap Didier.
“Dia bilang senang bertemu denganmu, dan menyambutmu di Honfleur ini.” Kata So So sengaja tak menerjemahkanya. Ma Roo pun menyapa Didier dengan memujinya terlihat tampan.
“Dia bilang kau tampan.” Ucap So So. Didier pun memuji Ma Roo yang sangat imut bahkan  memiliki pesona pria oriental.
“Tunggu, Apa kau jatuh cinta padanya?” ucap So So cemburu. Didier mengaku iyu Mungkin lalu bertanya apa yang lakukan malam ini
“Aku menuju Deauville.” Kata So So. Didier pikir mereka sudah lama tak bertemu lalu  bertannya apakah tidak punya waktu untuk segelas anggur.
“Aku di sini selama sehari,  jadi  tidak punya pilihan.” Ucap So So
“Lalu aku akan pergi ke Deauville, Beritahu aku alamat hotelmu.” Kata Didier.
“Apa aku harus melihatmu telanjang lagi? Jangan datang ke Deauville.” Keluh So So mengodanya
“Ini hanya cangkangnya saja, Seperti bajumu.” Kata Didier mengoda membuka kerah jaket So So
“Aku akan tinggal lebih lama lain kali supaya kita bisa minum. Ayo kita minum kopi hari ini. Temui aku di kafe favorit kita dalam 30 menit.”ucap So So
Setelah itu ia menemui Allan, dengan bangga mengatakan kalau Ma Roo adalah pria  bisa menjadi pacarnya. Allan tak percaya bertanya apakah Ma Roo akhirnya membuka diri. So So membenarkan dan saat itu Ma Roo pergi meninggalkanya. 

So So meminta agar mereka keduanya berhenti, sampai akhirnya terjatuh karena Allan tak ingin ada yang ikut campur. So So tahu kalau ini maslaha mereka berdua, lalu menegaskan kalau keduany adalah satu-satunya teman di Perancis.
“Aku tidak ingin ikut campur,  tapi tidak bisa. Memang salah bagi Allan untuk pergi clubbing tanpa memberitahumu. Tapi dia merasa sedih, dan lalu menangis setelah itu. Dia berjanji untuk tidak melihat pria lain lagi Dan Didier, Kau menangis karena tidak bisa melupakan Allan.” Ucap So So ingin mendamaikan pasangan sesama jenis.
“Orang kadang bisa putus hubungan, Tapi kalian kan saling mencintai. Kalian masih tidak bisa melupakan satu sama lain. Memang Butuh beberapa saat untuk  mencintai seseorang. Tapi butuh seumur hidup untuk melupakannya. Aku tidak ingin kalian mengalaminya Ini sangat menyakitkan dan Itulah yang ingin aku katakan hari ini.” Kata SoSo. Akhirnya keduanya memeluk So So. 
Bersambung ke episode 9

 FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

1 komentar: