Jaksa
Park pikir tidak penting merekam
bagaimana kegiatan tugas malam, karena Hong Joo akan menghabiskan dua hari lagi
disini. Hong Joo mengaku ingin pulang hari ini, Tapi bosnya ingin ia merekam
apapun yang terjadi di kejaksaan jadi terpaksa harus mengikuti perintahnya. Aku
terpaksa.
“Jaksa
Son... Siapa yang tugas malam hari ini?” tanya Jaksa Park melihat Jaksa Son
“Seharusnya
Jaksa Lee, tapi dia bertukar dengan Jaksa Jung.” Kata Jaksa Son. Jaksa Park
terlihat panik.
“Dari
sekian orang, kenapa dia bertukar... dengan anak baru itu? Apa Kau bisa
menggantikannya?” bisik Jaksa Park
“Aku ada
rencana.” Ucap Jaksa Son. Jaksa Park pun bertanya bagaimana dengan Hee Mi
“Katanya
dia juga ada rencana malam ini. Percayalah kepadanya dan biarkan dia yang
melakukannya. Jaksa Jung sudah banyak berusaha.” Ucap Jaksa Park
“Aku tahu
dia sudah berusaha, tapi tidak menghasilkan apapun setelah berusaha siang dan
malam.” Pikir Jaksa Park, Hong Joo seperti bisa tersenyum karena akhirnya
bertemu dengan Jae Chan.
Di ruangan
Jae Chan
kaget mengetahui Hong Joo yang akan
merekamnya saat tugas malam hari ini, lalu ingin menolaknya tapi akhirnya
memilih untuk menyetujuinya. Setelah
menutup telp wajahnya mulai panik membereskan semua berkas dibelakang mejanya.
Tuan Choi bertanya apakah ada yang akan datang karena mereka sudah selesai
dengan penyidikan hari ini.
“Dia akan
kemari untuk merekamku tugas malam hari ini! Asisiten Moon, tolong sembunyikan dokumen
ini di ruangan Jaksa Lee.” Kata Jae Chan mengambil trolly. Hyang Mi binggung
kenapa ia harus melakukanya.
“Aku akan
terlihat memiliki banyak kasus tidak selesai, itu akan membuatku tampak payah.”
Kata Jae Chan.
“Jangan
berlebihan. Bersikaplah seperti biasa.” Pikir Tuan Choi
“Maka aku
akan mempermalukan seluruh kejaksaan.” Kata Jae Chan. Hyang Mi pikir paling
tidak Hong Joo pasti tahu.
Jae Chan
lalu melihat jubah jaksanya dan mencium bau karena tidak pernah dicuci, lalu
bertanya pada Tuan Choi kalau bau dari bajunya itu takkan terekam kamera. Saat
itu Hong Joo sudah ada didepan pintu mengucapkan terimakasiah sudah
mengizinkanya merekam hari dinas malam Jae Chan di kantor.
Jaksa
Park seperti telat memberikan kode kalau sedari tadi Hong Joo sudah merekamnya.
Jae Chan benar-benar kaget karena Hong Joo sudah merekam segela kepanikanya. Hyang
Mi dan Tuan Choi terlihat senang karena akan masuk TV juga.
Di kantor
polisi
Woo Tak
dan Petugas Oh melihat si pria yang sedang di interogasi. Detektif Ko
menanyakan alasan menemui Kepala Park Dae Young. Pria itu merasa sudah mengatakan
dari awal, kalau Orang yang kehilangan ponsel itu memintanya mencarikan ponsel
itu jadi ia mewakilinya untuk menemui orang itu.
“Disini Justru,
aku korbannya.” Ucap si korban menyakinkan. Detektif Ko ingin tahuapa 10.000
dolar itu.
“Kurasa
ponselnya seharga itu. Mungkin ponsel itu menyimpan kenangan berharga.” Ucap si
pria. Detektif Ko tertawa mendengar
ucapan si pria
“Lalu
kenapa kau membuang ponsel semahal itu ke sungai? Itu bahkan bukan ponselmu.”
Kata Detektif Ko curiga
“Aku
tidak membuangnya dan Sudah kubilang, ponselnya jatuh dari tanganku.” Kata si
pria
Woo Tak
merasa yakin kalau Pasti ada sesuatu di dalam ponsel itu, Petugas Oh tidak
percaya dengannya dan Ada yang tidak beres. Woo Tak pun ingin penasaran karena
merekabahkan tak bisa menemukan ponsel itu karena dibuang ke sungai. Saat itu
si pria yang mencuri ponsel diam-diam menyembunyikan sesuatu di dalam kaos
kakinya.
Polisi
bertanya apakah Tuan Park tidak keberatan dengan obrolan video dengan Jaksa,
Tuan Park mengatakan ingin bicara langsung dengannya dan ingin bertemu
dengannya langsung. Polisi terlihat binggung karena Tuan Park ingin bertemu
langsung dengan jaksa.
Hong Joo
seperti agak canggung karena sedari tadi Jaksa Park berdiri disampingnya. Jae
Chan pun bertanya apakah Jaksa Park tidak pulang. Jaksa Park pikir Jangan
pedulikan padanya dan Anggap saja tidak disini lalu Jae Chan lakukan
pekerjaannya.
“Kau bisa
Santai saja. Jangan pedulikan aku.” Ucap Jaksa Park. Tapi Jae Chan seperti juga
merasa tak enak kalau direkam dengan Jaksa Park melihatnya. Akhirnya Jaksa Park
pun keluar dari ruangan, tapi berdiri di pintu karena sangat khawatir dengan
juniornya.
“Apa
tugas utama yang harus ditangani saat Anda tugas malam?” tanya Hong Joo
“Kami
biasanya menangani tugas yang terkait penangkapan tersangka, seperti meninjau
pengajuan surat penangkapan dari polisi.” Ucap Jae Chan dengan gaya dibuat
keren.
Saat itu
ponsel berdering, Jae Chan dengan bangga mengangkat dengan mengatakan “ Ini Jung Jae Chan dari Divisi Tiga Tindak Pidana.”
Lalu mencoba memutar bangku seperti gaya bos mengangkat telp tapi malah
membuatnya terjatuh.
Kamera
Hong Joo masih merekam, Jaksa Park yang melihatnya hanya bisa menghela nafas
karena nasib divisinya bisa hancur. Setelah Jae Chan berdiri, Hong Joo kembali
merekam bertanya Apa ada yang akan
datang. Jae Chan dengan menahan rasa sakit, berbicara ditelp menyuruh agar
datang saja.
Tuan Park
berjalan masuk dengan bertanya pada Tuan Choi Siapa nama jaksanya, karena
berharap baik dan pengertian. Sebelum masuk ruangan, dengan sengaja menempelkan
berkas permen karet didepan pintu. Jaksa Park melihat Tuan Park masuk ruangan
seperti mengingat-ngingat sesuatu.
“Dia
dicurigai sebagai residivis pencurian ponsel. Polisi telah mengeluarkan surat penangkapan
karena dia bisa saja kabur atau merusak barang bukti.” Ucap Jae Chan berbicara
dengan gagah didepan kamera. Hong Joo bertanya siapa pria itu.
“Kami
biasanya mewawancara tersangka lewat telepon atau panggilan video, tapi dia
ingin bicara langsung, jadi, kini dia sedang menuju kemari.” Ucap Jae Chan.
“Anda
akan mewawancarainya disini sebelum memutuskan akan meminta surat penangkapan
atau tidak, 'kan?” kata Hong Joo . Jae Chan membenarkan.
Tuan Choi
memberitahu kalau Tuan Park sudah datang. Jae Chan pun menyuruh Tuan Park duduk
karena mendengar sangat ingin menemuinya
secara langsung. Tuan Park membenarkan dan Jae Chan melihat berkas "Surat Penangkapan atas Kasus Pencurian
Park Dae Young"
“Anda dan
asisten kepala jaksa kami memiliki nama yang sama.” Kata Jae Chan. Jaksa Park
pun akhirnya mengingat pria itu bernama Park
Dae Young.
“Yah.... Benar.
Dia mempermalukan namaku.” Keluh Jaksa Park karena residivis memiliki nama yang
sama denganya.
“Anda
mungkin tidak memercayaiku, tapi dulu aku pegawai sipil sepertimu. Lalu suatu hari,
adikku terkena masalah, dan aku kehilangan semua uangku saat berusaha
membebaskannya. Setelah itu Istriku juga meninggalkanku. Aku memiliki seorang
putri, tapi dia kecelakaan mobil saat usia 9 tahun, dan mengalami cedera
punggung. Dia bahkan tak bisa minum tanpa bantuanku.” Cerita Tuan Park
“Lalu,
saat ini apa dia di rumah sendirian?” tanya Jae Chan. Jaksa Park yang melihatnya
tak percaya kalau Jae Chan sudah tertipu.
“Tak ada
pekerjaan di negara ini yang bisa kujalani, sambil merawat putriku yang sakit. Karena
itu aku mencuri ponsel. Aku tahu bahwa tidak pantas dimaafkan. Aku akan bekerja
sama dalam penyidikan dan persidangan dengan baik, jadi, tolong... Tolong
jangan... menangkapku, Pak.” Ucap Tuan Park sambil menangis.
“
Putriku, Joo Kyung... Dia bisa mati jika aku tak ada. Dia pasti sedang melipat kertas,
menungguku pulang membawa panekuk manis. Dia berpikir jika dia membuat 10.000
buah, Dia percaya akan bisa berjalan jika membuat 10.000 buah.” Cerita Tuan
Park yang terus menangis.
“Hei.. Ini
sudah satu dekade, tapi ceritamu belum berubah. Dia berbohong, jangan tertipu. Sekarang
Minta surat penangkapan.” Ucap Jaksa Park tiba-tiba masuk
“Pak
Kepala, Apa Anda mengenal pria ini?” tanya Jae Chan binggung. Tuan Park mengaku
sangat mengenalnya.
“Si
berengsek ini, bahkan satu dekade lalu...” ucap Jaksa Park tak bisa menahan
emosi. Tuan Choi mengingatkan Jaksa Park bahwa Kamera masih menyala.
“Reporter
Nam, tolong sunting itu. Pria ini melakukan pencurian yang sama 10 tahun lalu, dan
aku meminta surat penangkapan untuknya. Seakrang Teruskan dan minta surat
penangkapannya.” Ucap Jaksa Park
Jae Chan
ingin tahu apakah putri Tuan Park benar-benar sendirian saat ini. Tuan Park
membenarkan. Jaksa Park terlihat kesal dengan sikap juniornya.
Akhirnya
keduanya bertemu di ruang kontrol. Jaksa Park terlihat kesal, meminta Jae Chan Jangan seperti jaksa amatir, kalau sudah
terlihat dengan jelas bahwa Tuan Park yang berbohong. Ia sudah tahu kalau 10 tahun lalu, berkata putrinya berusia
sembilan tahun.
“Apa dia
tidak menua? Memangnya dia melawan waktu?” ucap Jaksa Park keasl
“Aku
tidak berkata akan melepaskannya. Aku hanya ingin ke rumahnya dan memastikan.” Ucap
Jae Chan.
“Kau
hanya butuh lima menit untuk melakukan hal seperti ini. Kenapa kau membuatnya
menjadi dua jam? Yang kau lakukan saat ini seperti yang dilakukan dukun. Kau
seperti dokter bodoh yang menghabiskan berjam-jam memasang perban pada pasien
yang hanya luka di lututnya saat korban kecelakaan sedang sekarat di ruang UGD.
Kau selalu terjebak dengan tipuan tersangka, dan membuang waktu. Maka Tidak
heran kasusmu banyak yang tidak selesai. Sekarang Tak ada lagi alasan. Cepat
minta surat penangkapan!” ucap Jaksa Park marah.
Jae Chan
tak melawan memilih untuk membungkuk lalu keluar dari ruangan, Hong Joo sudah
menunggu di depan ruangan dengan tatap sedih. Jae Chan terlihat merasa sedih karena Hong Joo
menndengar ia terkena omelan atasnya. Hong Joo pun menanyakan keadaan Jae Chan.
Jae Chan mengaku baik-baik saja lalu bergegas pergi dengan wajah kecewa.
“Jaksa
Jung jarang dimarahi seperti ini... Bagaimana, aku menjelasknya?.. Ini sangat
jarang terjadi, jadi, jangan terlalu kecewa.” Jelas Tuan Choi mencoba agar jangan
salah mengira dengan Jae Chan.
“Penyidik
Choi... Apa menurutmu dia pantas dimarahi seperti itu hanya karena tertipu?
Maksudku, memercayai orang bukanlah hal buruk.” Kata Hong Joo merasa tak ada
yang salah dengan sikap Jae Chan.
Tuan Oh
turun dari mobil merasa kalau Sedikit berlari tadi sudah membuatny lapar dan
mengajak Woo Tak untuk memesan ayam goreng. Woo Tak masih penasaran
memastikankalau Tuan Oh sudah tahu, Tuan Oh bertanya tahu mengenai apa.
“Bahwa
aku...buta warna.” Kata Woo Tak. Tuan Oh membenarkan kalau sudah mengetahuinya.
“Kenapa
kau tidak mengatakan apa-apa? Itu bisa menjadi alasan pemecatan.” Kata Woo Tak heran
“Apa Kau
berbohong saat bergabung dengan kesatuan?” tanya Petugas Oh. Jae Chan
mengatakan tidak tapi ada kesalahan dengan tesnya.
“Kalau
begitu, tidak masalah... Kau sudah bergabung, jadi, jangan khawatirkan itu.
Takkan ada yang terjadi jika aku tetap menutup mulutku.” Kata Tuan Oh. Woo Tak
merasa tak enak hati.
“Aku
tanya, Siapa yang menangkap pria yang berusaha kabur hari ini? Aku atau dirimu?
Memang sulit dipercaya, tapi masalah penglihatanmu itu, tidak sebanding dengan
ini jika menyangkut pantas dipecat. Aku terlalu lamban untuk bekerja sebagai
polisi.” Ucap Petugas Choi yang menunjukan perut tambunnya. Woo Tak bisa
sedikit bernafas lega, Tuan Park pun mengajak Woo Tak masuk dan berpikir untuk
tak jadi makan ayam goreng hari ini.
Di sebuah
rumah bertuliskan spanduk “PANEKUK MADU EUN JI”. Hong Jo datang memesan kue
pada nenek dengan uang 2 ribu won. Sementara Jae Chan pergi dengan membawa
sebuah alamat, lalu didepan rumah Tuan Park mengedor pintu bertanya apakah anak Tuan Park ada didalam.
Seorang
bibi keluar dari sebelah rumah, bertanya siapa yang datang. Jae Chan pun
menyapa tetangga Tuan Park, bertanya apakah tahu pria yang tinggal disini. Si
bibi mengaku tahua karena sering memberinya kimchi. Jae Chan pun berpikir kalau
si bibi juga kenal putrinya.
“Kau
bilang Putrinya? Kau pasti salah alamat... Dia tinggal sendiri.” Ucap Si bibi.
Jae Chan kaget ternyata Tuan Park berbohong padanya.
Jae Chan
duduk lemas di tangga, merasa sangat aneh dengan Tuan Park yang terdengar tulus
dan ingin tahu alasanya berbohong. Ia pun hanya bisa mengumpat kesal karena
harus bicara pada Jaksa Park setelah datang ker rumah Tuan Park. Hong Joo
tiba-tiba sudah duduk disamping Jae Cahn.
“ Bagaimana
kau tahu aku disini? Ah... Kau pasti memimpikan aku lagi.” Pikir Jae Chan.
“Tidak,
aku bahkan tidak perlu bermimpi lagi. Kini aku bisa membacamu dengan mudah. Firasatku
mengatakan kau disini.” Kata Hong Joo menawarkan kue yang baru dibelinya.
“Tidak,
aku tidak berselera.” Kata Jae Chan yang masih kesal. Hong Joo tahu kalau Tuan
Park itu pasti tidak punya putri dan sudah membohonginya. Jae Chan membenarkan.
“Aku
pasti tampak sangat menyedihkan hari ini. Aku tertipu oleh tersangka dan
dimarahi oleh Kepala Park. Tapi Sunting bagianku hari ini. Aku tidak ingin mempermalukan
seluruh divisi.” Ucap Jae Chan malu.
“Aku
bertanya kepada nenek penjual panekuk ini disana. Pria itu memiliki putri 10 tahun
lalu. Gadis 9 tahun yang cedera punggung karena kecelakaan mobil. Dia tak bisa
merawat putrinya dengan bekerja sebagai tukang pos.” Cerita Hong Joo yang
membuat Jae Chan terdiam.
“Kurasa karena itu dia berhenti dan
mulai mencuri ponsel. Lalu dia tertangkap. Putrinya di rumah sendirian dan
akhirnya diselamatkan, tapi dia meninggal saat ayahnya di penjara. Sejak saat
itu, dia sendirian.”
Di rumah
Tuan Park, terlihat foto dengan anak dan istrinya lalu masih tersimpan origami
yang dibuat anaknya. Hong Joo pikir jika
Tuan Park bertemu jaksa seperti Jae Chan
bukan Kepala Park 10 tahun lalu, maka putrinya mungkin masih hidup. Jae Chan
hanya bisa terdiam seperti tak percaya.
“Jangan
khawatirkan ini. Aku akan menyunting bagianmu dan tidak membiarkan orang
melihat. Jika ini disiarkan, semua wanita di dunia akan jatuh cinta kepadamu.
Aku tak bisa membiarkan itu.” Ucap Hong Joo dan Jae Chan tiba-tiba memberikan
ciuman pada Hong Joo
“Wah, ini
sangat manis... Sekarang Berikan aku satu.” Kata Jae Chan seperti memiliki
nafsu makan kembali. Hong Joo pun memberikan pada Jae Chan.
Jae Chan
makan kue sambil mengengam tangan Hong Joo, lalu tersadar kalau dijarinya sudah
memakai cincin. Hong Joo berpura-pura kalau Jae Chan yang baru melihatnya
dengan mengejek kalau ada yang salah dengan matanya. Jae Chan mengucapkan Terima
kasih. Keduanya bisa menikmati malam berdua saja.
Tuan Park
berbicara dengan teman-temanya di sel tahanan, Jae Chan datang memanggil Park
Dae Young. Tuan Park mendekati ingin tahu dengan nasibnya sekarang Apa bisa
bebas dan bersama putrinya. Jae Chan mengatakan sudah meminta surat penangkapan
dan Interogasi pra-penahananmu akan dilakukan hari ini.
“Yah..
Matilah ku... Padahal, aku berharap kau membantuku. Apa yang aku pikirkan?”
keluh Tuan Park dengan wajah kecewa kembali duduk.
“Aku ke
rumahmu semalam... Putrimu tak ada disana.” Ucap Jae Chan.
“Apa Karena
itukah kau meminta surat penangkapan? Karena kau tersinggung aku berbohong
kepadamu?” kata Tuan Park terlihat kesal.
“Aku
sudah mendengar soal putrimu 10 tahun yang lalu. Mereka seharusnya menolongmu saat
kau ditangkap waktu itu, tapi mereka tidak menolongmu. Aku tahu percuma
saja meminta maaf mewakili mereka, tapi
aku tetap ingin meminta maaf kepadamu.” Ucap Jae Chan membungkuk meminta maaf.
Tuan Park
memanggil Jae Chan sebelum pergi mengaku kalau menggunakan putriku sebagai
alasan dan menangis enam kali hanya untuk menghindari penangkapan, tapi hanya
Jae Chan sebagai jaksa yang datang ke rumahnya. Ia lalu mengeluarkan USB dari
kaos kakinya.
“Aku
ingin memberimu sesuatu untuk menunjukkan rasa terima kasihku.” Ucap Tuan Park.
Jae Chan binggung apa yang diberikanya.
“Aku
tidak tahu itu apa, tapi pasti ada sesuatu yang sangat penting di dalamnya.” Kata
Tuan Park. Jae Chan ingin tahu Seperti apa.
“Mana
kutahu? Dan Tugasmu adalah mencaritahunya.” Kata Tuan Park.
Jae Chan
melihat isi USB yang diberikan Tuan Park dengan banyak foto. Tuan Choi bertanya
apakah ini file dari ponsel senilai
10.000 dolar itu Jae Chan membenarkan kalau pemiliknya rela mengeluarkan 10.000
dolar demi ponsel itu pasti berisi informasi yang nilainya lebih dari itu. Hyang
Mi merasa kalau Jae Chan tertipu lagi.
“Setiap
hari. Seolah-oleh setiap hari adalah April Mop.” Keluh Hyang Mi
“Kita
tidak pernah tahu. Jika ada sesuatu, aku bisasegera menyelidikinya, 'kan?” kata
Jae Chan terus melihat isi file
“Menyadari
kasus bukan berarti kau bisa mulai menyelidikinya. Prosedurnya sangat rumit. Jangan
membuat pekerjaan sendiri dan Kerjakan saja kasus yang sudah ada.” keluh Tuan
Choi
“Lalu Apa
ini? Yang kulihat hanya foto anjng dan makanan. Informasi apa ini ?” pikir Jae
Chan heran
“Mungkinkah
ini informasi rahasia sebuah perusahaan? Dari mata-mata perusahaan.”kata Hong
Joo datang dengan kameranya.
Jae Chan
panik menghalangi Hong Joo agar tak merekam, Hong Joo pikir kalau Jae cahn bahkan
tidak sedang menyelidikinya. Jae Chan tetap melarang Hong Joo kalau tidak boleh
merekamnya dan menyuruh agar merekam Hyang Mi saja karena tampak menawan hari
ini.
“Hei..
Bukankah kau kemari untuk mewawancarai Jaksa Shin? Sedang apa kau di ruangan
kami?” kata Hyang Mi sementara Tuan Choi sibuk melihat kembali isi file ponsel
10ribu dollar.
Tuan Choi
tiba-tiba terdiam melihat isi file dengan wajah-wajah orang-orang mengunakan
pakaian rumah sakit. Jae Chan pun bertanya ada apa dengan Tuan Choi karena
terlihat terkejut. Tuan Choi tahu aklau Ini foto-foto pasien dan berpikir kalau
Pemilik ponsel itu seorang dokter.
“Kenapa?
Ada yang kau kenal?” tanya Jae Chan. Tuan Choi memberitahu kalau Mereka adalah korban.
Jae Chan ingin tahu korban apa maksudnya. “Kasus pembunuhan berantai cairan
infus.” Ucap Tuan Choi. Semua terlihat kaget.
Si pria
yang mengambil ponsel berbicara di telp kalau tak perlu khawatir karena sudah membuang ponsel itu ke
sungai jadi tak mungkin polisi akan menemukannya dan tidak perlu mencemaskan
polisi karena sudah mengatakan kalau tidak mengenalnya.
“Ya,
semua akan baik-baik saja.” Ucap Si pria lalu masuk rumah kontainernya
“Kenapa
ada foto-foto korban disini?” tanya Jae Chan binggung. Hyang Mi pikiritu dari
ponsel Myung Yi Suk. Hong Joo yakin Tidak mungkin. Karena Tuan Myung dipenjara
setahun lalu.
“Totalnya
ada berapa pasien?” tanya Tuan Choi. Jae Chan. menjawab Ada 19 pasien dari file dalam ponsel.
“Apa 19
pasien itu korban kasus pembunuhan berantai?” tanya Jae Chan. Tuan Choi dengan wajah gugup mengatakan hanya
11.
Hong Joo
pun bertanya siapa delapan sisanya, Hyang Mi merasakan tubuhnya langsung merinding
karena takut berpikir Delapan sisanya pasti masih hidup. Hong Joo penasaran
dengan artinya berpikir kalau Myung Yi Suk memiliki kaki tangan Atau pembunuh
sebenarnya adalah orang lain. Jae Chan pikir harus bertemu pemilik ponsel ini
lebih dulu.
“Jangan
khawatir. Kenapa mereka berusaha mencariku? Aku memberitahu Mereka tidak beralasan untuk melakukan itu. Aku
tidak berbuat salah. Kenapa mereka...” ucap si pria masuk rumah kaget melihat
seseorang sudah ada di dalam kontainer karena tidak tahu kau disini.
Jaksa Park
melihat isi file yang diberikan Jae Chan dan kembali marah karena membuka isi ponsel curian itu, menurutnya
lebih bak Kerjakan kasus yang belum selesai jika punya waktu luang. Jae Chan
mengatakan kalau ini sangat penting.
“Pria itu
menawarkan 10.000 dolar demi mendapatkan ponsel itu kembali. Ponsel itu berisi
foto korban pembunuhan berantai. Tampaknya seseorang mengambil foto-foto itu
sebelum korban meninggal. Orang itu mungkin saja kaki tangan atau pembunuh
sebenarnya.” Jelas Jae Chan.
“Residivis
itu yang memberikannya kepadamu, 'kan? Sudah kubilang, dia sering berbohong.
Bahkan 10 tahun yang lalu...” ucap Tuan Park dan langsung disela oleh Jae Chan.
“Putrinya
benar meninggal 10 tahun yang lalu. Aku sudah memastikannya. Dia bilang
putrinya sakit, tapi seorang jaksa menganggap itu bohong, bahkan tidak
mengeceknya. Lalu Dia memohon, tapi mereka tidak mengizinkannya. Itu yang
terjadi. Aku tidak ingin menjadi jaksa seperti itu.” Tegas Jae Chan. Tuan Park
sempat terdiam. Hong Joo berusaha mengetahui
yang terjadi didalam ruangan, Sek Tuan Park berusaha menghalanginya.
Tuan Choi
berjalan dengan wajah gugup dan panik mengingat ucapan Yoo Bum saat di
interogasi “Itu bisa saja dimanipulasi. Jika jaksa itu dan pihak forensik
bersekongkol dan mengarang, sejumlah dokumen yang menyatakan darah Yoo Soo
Kyung tidak ditemukan, membebaskannya akan mudah.”
“Apa
pemalsuan itu mungkin?” tanya Woo Tak saat di interogasi
“Jaksa
memiliki kuasa dan cara untuk melakukan itu.” Kata Yoo Bum dengan yakin.
Tuan Choi
sudah masuk lobby, Yoo Bum baru saja keluar lift melihat Tuan Choi bertanya Ada
apa kau kemari karena tak menyangka akan datang ke kantornya. Tuan Choi
berusaha menahan amarah membahas kasus Myung Yi Suk.
“Apa Kau
memanipulasi barang buktinya? Jawab aku!” ucap Tuan Choi marah. Yoo Bum
mengerutkan dahi karena hari itu selalu bersama dengan Tuan Choi.
Hong Joo
datang ke kantor polisi mencoba menahan tawa melihat Doo Hyun yang berkerja
dengan baju hamil. Doo Hyun terlihat sangat marah karean memanggilnya. Hong Joo
merasa kalau Doo Hyun sangat cocok dengannya.
“Bukankah
kau dekat dengan Detektif Ko di Polsek Hangang?” ucap Hong Joo. Doo Hyun
mengangguk dan ingin tahu kenapa menanyakan hal itu.
“Kau
ingat pria yang tertangkap bersama pencuri ponsel itu, 'kan? Polisi mengira dia
penadah ponsel curian.” Kata Hong Joo. Doo Hyun menjatuhkan berkas tapi tak
bisa membungkuk mengambilnya.
“Sayang,
aku akan baik kepadamu mulai sekarang.” Ucap Doo Hyun mencoba meminta tolong
pada Hong Joo.
“Bisakah
kau mencarikan alamatnya untukku?” kata Hong Joo.Doo Hyun mengatakan kalau tidak
sulit, tapi...
“Sayang,
aku mencintaimu.” Kata Doo Hyun tak bisa mengambilnya. Hong Joo dengan mudah
mengambilnya.
Hong Joo
mengatakan ingin mengecek sesuatu. Doo Hyun ingin tahu mengecek sesuatu. Doo
Hyun ingin tahu mengecek masalah apa.
Hong Joo mengatakan ingin menunjukkan kepadanya bahwa Jae Chan tidak
ditipu.
Jae Chan
melihat berkas dan akan keluar ruangan. Hyang Mi bertanya mau kemana Jae Chan
karena mereka ada makan malam tim hari ini. Jae Chan merasa tak bisa ikut,
karena harus melakukan riset. Hyang Mi bertanya Kenapa melakukan riset setelah
jam kerja.
“Karena
Kepala Park tidak mengizinkanku menyelidiki itu sebagai kasus. Aku hanya bisa
menyelidikinya setelah jam kerja. Jadi Aku akan ke luar untuk melakukan
penyelidikan.” Kata Jae Chan. Hyang Mi hanya bisa melonggo.
Hong Joo
berjalan mendekati ruang kontainter bertanya-tanya Apa ini tempatnya, lalu memberanikan diri
masuk. Tapi saat itu kaget melihat Jae Chan sudah ada didalam, Jae Chan pun kaget
melihat Hong Joo yang datang ingin tahu kenapa ia datang
“Aku
kemari untuk menemui pemilik ponsel itu. Apa
Kau juga?” tanya Hong Joo
“Ya... Kurasa
dia akan sulit ditemukan... Orang yang tahu keberadaannya sudah meninggal.” Kata
Jae Chan melihat pria yang sudah terbaring di atas tempat tidurnya. Hong Joo
melonggo kaget
Tiba-tiba
seorang mengunci dari luar, keduanya pun
panik mencoba membuka pintu. Jae Chan mencoba mendobraknya, saat itu cairan
masuk ke dalam ruangan, Jae Chan menciumnya ternyata itu cairan bensin. Api pun
menjalar masuk, Jae Chan berusaha keluar dengan memecahkan bagian jendela. Mereka
mulai kehabisan nafas dan terus berbatuk, seseorang berlari di jalan ke tempat
kontainer.
“Apa hal
seperti itu pernah terjadi kepadamu? Seolah-olah kau kembali hidup setelah
nyaris mati.” Tanya Woo Tak
“Aku juga
pernah merasakannya. Saat aku masih sangat muda. Aku tenggelam.” Ucap Jae Chan.
Lalu Hong
Joo mengatakakan pada si paman tidak membencinya
tapi bersyukur karena masih hidup. Hong Joo dan Jae Chan tak berdaya dengan
saling berpelukan dalam kobaran api. Seorang terus memcoba membuka pintu
mengunakan batu.
“Aku
sangat bersyukur kepadamu karena perasaan itu. Aku berpikir, "Aku bisa
saja mati. Jadi Aku ingin bisa membalas budi kepadanya." Pikiran itu pasti
yang memulai mimpi-mimpi itu. Mimpi-mimpi yang menunjukkan masa depan orang
yang menolong kita.” Jelas Woo Tak.
Saat
pintu terbuka, Jae Chan kaget melihat wajah samar-samar Tuan Choi yang masuk.
Akhirnya Tuan Choi menyelamatkan keduanya keluar dari kontainer dan juga si
pria yang ada didalam ruangan. Ia berjalan kearah Jae Chan dan Hong Joo untuk
mengetahui keadaanya.
“Jaksa
Jung.... Reporter Nam... Apa Kalian bisa mendengarku?.. Apa Kalian bisa
mengenaliku?” ucap Tuan Choi menahan tangis. Jae Chan bisa mengenalinya
“Syukurlah...
Aku sangat lega.... Syukurlah, kalian masih hidup.” Ucap Tuan Choi sambil
menangis memeluk keduanya. Jae Chan dan Hong Joo sama-sama menepuk punggung
Tuan Choi agar tenang.
Flash Back
Polisi
melihat Jae Chan berpikir akan menginterogasinya. Tapi Tuan Jung ingin Jae Chan
menjawab pertanyaanya. Jae Chan mengaku sudah
memanipulasi buku rapor itu, karena Yoo Bum bilang bisa menaikkan
bayarannya jika melakukan itu dan membagi hasilnya menjadi dua.
“Dasar Anak
Nakal. Kenapa berbohong soal nilaimu? Ayahmu membanggakanmu karena nilaimu
naik.”ucap si petugas polisi memaahi Ja Chan. Terlihat nama dibajunya adalah
"Choi Dam Dong" yaitu Tuan Choi sebagai penyidik dalam kejaksaan.
Bersambung ke episode 27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar