“Aku 'kan
masih anak baru, jadi harus berangkat
pagi-pagi.” Ucap Ji Ho
“Kalau
kau tidak kerja besok, apa yang akan terjadi?” tanya Se Hee dengan wajah
datarnya, tapi hatinya yang khawatir.
“Kalau
aku tak kerja besok, mungkin bakal dipecat. Tapi Kenapa tanya begitu?” ucap Ji
Ho heran.
“Besok,
apa kau mau bawa si Kucing ke dokter hewan?” ucap Se Hee. Ji Ho terlihat
binggung.
“Ya.
Kalau begitu, sorenya kubawa kesana kucingnya.” Kata Ji Ho tak bisa menolak. Se
Hee meminta agar Ji Ho pergi pagi saja.
“Aku akan
berterima kasih kalau kau bawa dia pagi hari.” Ucap Se Hee. Ji Ho pun menganguk
mengerti.
Ji Ho
duduk di toilet heran dengan Se Hee, karean Padahal waktu menawarkan diri bawa si
kucing waktu itu, menolaknya, tapi sekarang malah tiba-tiba menyuruhnya untuk
membawa kitty ke rumah sakit.
“Bagaimana
bisa lulusan seni rupa liberal seperti
aku bisa paham dengan cara kerja otak lulusan
sains?” keluh Ji Ho mengomel sendiri.
Ia lalu
mengirimkan pesan pada Bok Nam “ Besok, aku bisa tukaran jam kerja denganmu?”
lalu kembali melihat buku yang diberikan rekan kerjanya baru tersadar dengan
tulisan dibelakang buku"You only love one.". Ji Ho hanya bisa tertawa
dengan tingkah Bok Nam yang Tak masuk
akal.
“Dia pasti
tak pintar. Apa dia ini menyalin dialog
drama?” komentar Ji Ho melihat tulisan Bok Nam.
Se Hee
menelp Bo Mi dengan meminta maaf menelep larut malam, dengan membahas daftar keluhan yang dikirim, ada Yeon Bok
Nam, dengan Keluhannya tentang penguntitan. Jadi ia ingin tahu Kapan dan dari
mana keluhan itu.
Esok pagi
Se Hee
memberitahu Ji Ho kalau sudah mengirimkan pesan tentang alamat dokter hewannya
dan itu adalaah dokter hewan langgana Kucingnya jadi pasti terbiasa. Ji Ho
mengangguk mengerti.
“Siang
harinya, perawatan dia pasti sudah selesai, 'kan? Nanti kukasih tahu kau apa
saja yang dilakukan kittyr di dokter hewan.” Ucap Ji Ho
“Tidak
juga, Bergantung pada kondisinya,
mungkin ada tes tambahan. Pokoknya, jagalah dia. Lalu Bayar tagihan
dokternya dan transportasinya pakai kartu ini. Kau harus naik taksi.” Ucap Se
Hee.
“Tak
usah. Ada bus juga yang langsung menuju ke sana.” Kata Ji Ho menolak merepotkan
Se Hee.
“Tidak...
Tapi si Kucing tak bisa naik bus. Dia
tidak pernah berada di tempat yang ramai.” Jelas Se Hee. Ji Ho ingin tahu ada
berapa tes yang akan dijalani kitty.
“Katanya
ada beberapa dokter hewan yang memaksamu melakukan lebih banyak hal biar mereka
dapat bayaran lebih.” Kata Ji Ho
“Semua
tes, tak masalah. Apapun yang disuruh dokter hewan, maka Kau bisa membayarnya
sekaligus.” Ucap Se Hee. Ji Ho menganguk mengerti.
Se Hee
mendekati kucingnya dengan mengelus dan membinta agar bisa menjaga diri. Ji Ho
hanya bisa cemberut karena Se Hee lebih perhantian pada kucing dibanding
dirinya. Se Hee pun pamit pergi lebih dulu ke kantor.
Sang Goo
keluar dari cafe dengan wajah bersemangat dan penuh bahagia, teringat kembali
ucapan Soo Ji semalam saat menurunkan di pinggir jalan
“Tidak, tapi
aku tidak ingin melakukan kesalahan
sekarang. Jika kita menghabiskan lebih banyak waktu bersama, bisa-bisa aku
nanti tidur denganmu.” Ucap Soo Ji. Sang Goo melonggo kaget.
“Oh
ya...Nomor kamarnya bukan 303... Tapi 304... Kamar kita.” Kata Soo Ji
Sang Goo
berjalan menyapa semua orang yang didepanya, layaknya sedang melakukan syuting
musical berjalan ditaman menarik bersama, dan diangkat layaknya seorang
pangeran. Ia terlihat bahagia menari sendirian, Bo Mi datang datang memanggil, Sang Goo menyuruh Bo Mi agar menghirup udara pagi yang segar
ini.
“CEO Ma...Bukan waktunya
syuting "500 Days of Summer"
di sini sekarang. Ayo ke kantor.” Ucap Bo Mi bergegas pergi. Sang Goo binggung
ada apa hari ini.
Sang Go
melihat bagian [Daftar keluhan, dengan profil Bok Nam usia 24 tahun. Keluhan: Penguntitan] lalu
bertanya apakah sudah hubungi si
pelapor. Bo Mi mengaku Sudah, kalau Mereka mengobrol melalui ruang obrol aplikasi lalu bertukar nomor dan
setelah itu menjadi dekat.
“Lalu
saat si wanita berhenti menghubungi dia, si pria ini mulai menggila. Saat si
wanita memblokir kontak Bok Nam, maka dia menelepon kantor si wanita.” Jelas Bo
Mi
“Kalau
memang benar begitu, berarti itu masalah
serius. Tapi ada beberapa orang yang suka buat laporan palsu.” Ucap Sang Goo
“Kita
harus memastikan dulu apa ini memang benar adanya. Apa kita bisa dapat daftar hitam dari aplikasi lain?” ucap Se
Hee.
“Kalau
itu, minta tolong Won Seok saja.” Saran Sang Goo. Se Hee pun meminta Bo Mi agar ikut denganya. Bo Mi menganguk mengerti.
Ji Ho
pergi ke dokter hewan, si dokter membahas kalau Dia bisa diandalkan. Ji Ho
terlihat binggung. Dokter menjelaskan kalau yang dimaksud itu Se Hee,
menurutnya Se Hee memang pria yang jantan.
Ji Ho pikir Jika harus menggolongkannya,
merasa Se Hee bukan masuk ke tipe yang jantan.”
“Tak apa
cerita sama kami.Semua staf di rumah sakit ini tahu kalau Se Hee orangnya tangguh.” Kata Dokter
Wanita. Ji Ho binggung menganggap Tangguh.
“Waktu
pertama kali dia bawa Kucing kesini...,dia marah sekali. Perawat yang kasih
julukan seperti itu. Pria Tangguh.” Kata Dokter wanita bangga. Ji Ho seperti
baru tahu kalau Se Hee marah.
“Kau
belum tahu rupanya Waktu itu keadaan si Kucing parah sekali. Dan kubilang pada
Se Hee kalau dia harus mempersiapkan dirinya untuk yang terburuk, lalu dia
membanting meja, dan marah besar. Dan dia bilang, kalau aku tidak bertanggung
jawab. Separah apapun sakitnya si Kucing, dia ingin aku menyelamatkannya.
Padahal waktu itu, pemilik Kucing ini bukan dia.” Cerita Si Dokter.
“Ya. Dulu
si Kucing ini ditelantarkan. Waktu itu
si Kucing seakan mau mati di jalan saat Se Hee berlari kesini, sambil memeluk
si Kucing tengah malam.” Cerita Dokter wanita.
“Kau
menikahi pria yang baik. Mana ada pria jahat yang suka binatang. Ya, 'kan?” ucap Si Dokter
pria.
Dokter
wanita membenarkan, menurutnnya kalau Dokter disampingnya itu Cuma peduli sama hewan dan
seharusnya tidak percaya kata seorang pria
sebelum menikah. Ji Ho baru tahu kalau keduanya ternyata sepasang
suami istri.
Bo Mi
datang ke cafe YOLO, Se Hee sempat melihat motor milik Bok Nam terparkir
didepan cafe. Bok Man menyapa Bo Mi yang datang pagi hari padahal belum jam makan siang. Bo Mi mengataakn mau
pesan makanan ringan. Bok Na mengatakan kalau Ada menu baru hari ini jadi Bo Mi
harus coba.
“Selamat
datang... Ji Ho bilang dia terlambat kerja
hari ini.” Ucap Bok Nam menyapa Se Hee. Se Hee menjawab kalau sudah tahu. Bok Nam berikan kue untuk dicoba oleh Bo Mi
“Heol.
Aku pesan ini 5 bungkus.” Ucap Bo Mi
langsung pesan setelah memakan suapan pertama.
“Kadar
gulamu pasti rendah pagi ini... Apa atasanmu selalu menyuruhmu?” ucap Bok Nam.
Bo mi pikir ia memang selalu disuruh tiap hari.
“Tasmu
pasti berat, Banyak alat-alat disitu.” Ucap Se Hee mencari tahu tentang Bok Nam
dan melihat tas Bok Nam banyak peralatan seperti obeng dan tang.
“Alat-alat
itu penting buat pengendara motor,
Karena sangat dibutuhkan saat bekerja.”
Jelas Bok Nam.
Bo Mi
ingin tahu kerja seperti apa, Bok Nam mengatakan bisa memperbaiki sepeda motor
dan hati perempuan dengan mengoda Bo Mi. Bo Mi seperti tak bisa menahan godaan
Bok Nam. Se Hee memberikan kartu untuk membayar kue. Bok Nae memberitahu
Semuanya 26 ribu won dan meminta tanda tangan Se Hee.
“Tanda
tanganmu sudah ganti.” Ucap Bok Nam melihat Se Hee hanya memberikan garis pada
mesin kartu kredit
“Aku baru
pertama kali tanda tangan disini. Kemarin, aku bayar pakai tunai.” Ucap Se Hee.
Bok Nam terlihat gugup, berpikir pasti salah orang lalu mencoba menawari Bo Mi
mencoba kue yang lainya.
Ji Ho
berjalan memikirkan komentar Dokter kalau Se Hee adalah Pria tangguh, bahkan berlari
sambil memeluk Kucing. Ia tak percaya
pemilik rumahnya, Si neokorteks melakukan itu. Tiba-tiba terdengar suara tawa
bahagia, Ji Ho heran melihat dua temanya berjalan sambil bertawa.
“Apa Kau
tidak kerja?” tanya Ho Rang. Ji Ho mengaku ada
ada urusan. mau berangkat kerja sekarang.
“Lalu Kalian
sendiri? Mau kemana?” tanya Ji Ho. Ho Rang pikir mau kemana lagi kalau bukan ke
cafe tempat Ji Ho berkerja.
“Bok Nam
kasih banyak kupon sama kami. Jadi
Sayang, kalau tak dipakai.” Ucap Ho Rang bangga
“Apa
Kalian tak sibuk? Kerjaan kalian
bagaimana?” tanya Ji Ho
“Aku ada
rapat di luar kantor hari ini. jadi bebas sampai sore ini.” Kata Soo Ji dan Ho
Rang mengatakan kalau hari ini libur mereka pun berjalan bersama menuju cafe.
Bo Mi
keluar dari cafe, berkomentar Mungkin itu laporan palsu, karena Bok Nam
kelihatan baik sekali orangnya. Se Hee mengejak Bo Mi juga kelihatan biasa saja
dari dulu. Bo Mi hanya bisa cemberrut kalu menceritakan sudah cari tahu berapa harga
motor itu.
“
Harganya mahal sekali... Kau penasaran 'kan harganya berapa?” ucap Bo Mi. Se
Hee mengaku tidak juga.
“Kenapa
pula aku penasaran sama harga motor?”
kata Se Hee. Bo Mi pikir benar juga karena Se Hee tak mungkin tertarik dengan
hal seperti ini.
“Tapi kalau
kau sudah mencaritahunya, katakan saja. Memang berapa harganya?” ucap Se Hee.
Bo Mi pun membisikan harganya.
Ho Rang
melihat dari kejauhan Se Hee ada di depan cafe, lalu bertanya-tanya siapa
wanita yang disampingnya sambil berbisik. Soo Ji terpana dengan motor yang ada
didepan cafe karena terlihat keren.
“Aku
sebelumnya cuma lihat motor itu dipajang di toko. Tapi ternyata memang ada
orang yang mengendarai motor itu?” ungkap Soo Ji
“Itu
punyanya si Bok Nam.” Kata Ji Ho. Keduanya tak percaya kalau itu milik Bok Nam.
“Tapi itu
'kan harganya hampir setara dengan satu mobil.” Ungkap Ho Rang.
Se Hee
mengetahui harga motor, mencoba untuk tenang tapi matanya melotot kaget. Bo Mi
juga tak percaya harga motor Bok Nam sangat mahal, Se Hee berkomentar kalau ternyata tidak
semahal perkiraannya, tapi berjalan mundur.
“Apa kita
balik ke kantor sekarang? Kita sudah cukup lama disini.” Ucap Bo Mi. Se Hee
akan melangkah tapi kakinya tersandung kaki Bo Mi.
Tangan Se
Hee sudah siap untuk menyentuh bagian, spion motor dan mematahkanya. Tapi dengan
refleks badanya bisa menghindarinya. Ho Rang dkk terlihat melonggo melihat Se
Hee, Bo Mi pun khawatir meminta Se Hee agar bisa berhati-hati.
“Kaca
spion itu harganya bisa sampai biaya lembur kerja kita seminggu Atau malah
lebih mahal.” Ucap Bo Mi
“BerHati-hatilah,
sampai tahun 2048. Kau mungkin harus ganti rugi kacanya bersamaan dengan
hipotekmu.” Ejek Bok Nam keluar dari cafe.
“Ucapanmu
tadi cukup berlebihan. Bisa-bisanya kau membandingkan rumah dan kaca spion?
Memangnya berapa harga spion kecil?” kata Se Hee sinis
Sebuah
motor lewat dibelakang Se Hee, Bo Mi terlambat memperingatkanya. Se Hee
berusaha menghindar dari motor Bok Nam yang mahal. Semua melonggo melihat Se Hee berputar diatas motor, tanpa mau
menyentuhnya. Sampai akhirnya jatuh tengkurap dan terlihat sangat malu dan
kesakitan. Ho Rang binggung, bertanya pada Ji Ho dengan nasib suaminya.
[Episode 6: Karena ini Suami
Pertamaku]
Sang Goo
membuka pintu ruangan dan mendapatk sambutan bau yang tak sedap berpikir ada
orang yang BAB, lalu melihat dua orang sedang berkerja didepan komputer dan
memilih untuk duduk disofa. Tapi saat itu juga seorang pria bangun dari
tidurnya.
“Apa Kau
tidur di sana? Maaf...” ucap sang Goo akhirnya berdiri. Won Seok melihat Sang
Goo yang datang ke kantornya.
“Ada apa
kemari?.. Tidak ada tempat duduk di sini.” Ucap Won Seok
“Seharusnya
aku sudah berkunjung lebih cepat.
Maaf... Kau harus taruh ini di kantormu. Ini tanaman yang menyejukkan udara. Ini
tanaman terbaik buat ruangan yang tak ada ventilasi udara.” Kata Sang Goo
memberikan pot bunga.
“Terima
kasih. Tapi ini Taruh dimana ya?” ucap Won Seok kebingungan lalu bertanya pada
Byung Tae. Tapi Byung Tae sedang mengunakan earphone tak mendengarnya.
“Sang
Hoon, aku harus taruh ini dimana?” tanya Won Seok. Temanya yang tertidur disofa
menyuruh menaruh diatas meja saja karena tak ada tempat lagi. Won Seok menaruh
diatas meja lalu mengajak Sang Goo untuk berbicara diluar saja. Sang Goo
meminta maaf pada Sang Hoon yang sudah mengganggu.
Won Seok
membelikan segelas kopi untuk Sang Goo didapan kantornya, Sang Goo heran
melihat suasana kantor Wan Seok seperti itu. Wan Seok menceritakn Sang Hoon
dicampakkan sama pacarnya. Sang Goo terlhat binggung. Won Seok memberitahu
kalau pria Yang tadi tidur di sofa itu.
“Pantas
dia tadi cepat marah sekali. Bukankah terlalu kekanakkan bagi anak muda kalau terobsesi sama pacar?
Maksudku, memang sudah biasa orang pacaran dan putus.” Pikir Sang Goo
“Orangtua
pacarnya itu menyuruh pacarnya putus dengannya jika Sang Hoon bersikeras terus mengembangkan aplikasi kami. Orang tua
pacarnya tak mau merestui mereka, kala Sang Hoon tidak dapat pekerjaan tahun
ini.” Cerita Won Seok. Sang Goo pun bisa mengerti.
“Aku juga
tengah berjuang, Semuanya begitu berat. Kerjaanku dan kehidupan cintaku juga.
Aku terpaksa menunda mengakhiri masa
bujangku dan Ho Rang tidak mau melakukannya.” Kata Won Seok. Sang Woo binggung
tidak mau apa maksudnya, tapi akhirnya mengerti dan ingin tahu alasanya.
“Dia
merasa tidak aman, tidur sama pria yang tak punya niat menikah. Jika aku ingin
melakukannya... Ahh.. ini Memalukan
sekali... Dia ingin aku pakai dua kondom.” Cerita Won Seok
“Kondom
'kan bukan kaus kaki. Mana bisa kau pakai 2 kondom... Jadi bagaimana?” kata
Sang Goo. Won Seok pikir jadi serius memikirkan
untuk menikahi Ho Rang.
“Kau
pasti banyak bergumul... Ini bukan hanya krisis sederhana. Tawaran pekerjaan
dariku masih berlaku, jadi teleponlah
aku kalau mau bergabung.” Kata Sang Goo. Won Seok pun mengucpkan terimakasih.
“Oh
Yah... Bisa kau tunjukkan foto pria yang dibicarakan?” ucap Won Seok
“Ini dia.
Kau bisa cari tahu apa dia masuk daftar hitam di aplikasi kencan lainnya?” ucap
Sang Goo
Won Seok
pun akan mencaritahunya, lalu ingin tahu apa rencaana Sang Goo selanjutnya,
karena tahu Bok Nam kerja sama Ji Ho. Sang Goo juga memikirkanya kalau Bok Nam
cuma masuk daftar hitam, maka bisa tinggal menghabisinya Tapi ini juga
menyangkut Ji Ho jadi khawatir.
“Dia bekerja
dengan Ji Ho, jadi aku tidak bisa
bertindak gegabah.” Kata Sang Goo
“Untung
saja suaminya juga ada di perusahaanmu. Dia juga ahli dalam kasus-kasus seperti ini.” Kata Waon Seok
“Benar,
kita punya Se Hee. Dia realistis dan teliti. Aku yakin, walau dia terluka pun,
dia takkan berdarah.” Ungkap Sang Goo yakin pada temanya.
Dokter
memakaikan plester pada dahi Se Hee merasa tak percaya kalau jahitannya jadi
banyak, berpesan agar Jangan sampai air kena balutan lukanya dan datanglah
kemari seminggu lagi. Se Hee menganguk mengerti. Ho Rang dkk, berserta Bo Mi
ikut mengantar.
“Katamu
kau jatuh berguling, 'kan? Bagaimana
kejadiannya? Dan Siapa walinya?” ucap Dokter. Ji Ho pun mengangkat tanganya
“Karena
motor...” ucap Ji Ho. Perawat pikir itu ketikan Se Hee naik motor jadi harus di-scan X-ray.
“Aku baru
tahu kau mengendarai sepeda motor. Pantas matamu tajam.” Kata Dokter memuji. Ji
Ho mengatakan kalau Se Hee tidak naik motor.
“Tapi
waktu menghindari motor...” kata Se Hee. Perawat pikir ada motor yang mengebut dan Seh Hee
menghindar jadi harus di-CT scan juga.
“Begini...
Motornya saat itu tidak melaju.” Kata Ji Ho akhirnya Se Hee yang turun tangan
menjelaskanya.
“Jadi
begini... Kejadiannya waktu aku mencoba menghindari
motor yang mau diparkir.” Ucap Se Hee. Dokter binggung kenapa Se Hee melakukan
itu.
“Apa
mungkin karena motornya sangat mahal? Apa Kau menghindarinya biar agar tidak menggores motornya? Konyol sekali
kau. Bukan seperti itu, 'kan? Orang gila mana coba yang mengorbankan nyawa
mereka agar motor itu tak rusak? Walaupun
harga motor itu mahal sekalipun.” Ucap Dokter.
Ho Rang
dkk tak bisa menahan tawa, Se Hee seperti malu milih untuk pamit pergi dan akan
bertemu seminggu lagi.
Di dalam mobil
Ho Rang
pikir Suaminya si Ji Ho rupanya sangat atletis. Ho Rang membenarkan karena tak
habis pikir Bagaimana bisa tubuhnya
terlempar ke sana, Ho Rang pikir seharusnya jadi penyelam profesional saja. Bo Mi keluar dari bangku
belakang berkomentar kalau Ji Ho pasti
sangat malu sekali.
“Tak
parah juga..” pikir Ho Rang mencoba untuk tak menjelekan suami Ji Ho.
“Dia pasti
malu. Padahal 'kan spion pasti harganya
tak semahal itu. Tapi dia malah jatuh berguling untuk menghindarinya. Lalu ,
teman-teman istrinya juga melihat
semuanya. Kalau itu aku, aku pasti malu sekali.” Ucap Bo Mi. Ho Rang langsung
terlihat sinis
“Tapi
kenapa kau naik mobil ini? Bukannya kau harusnya balik ke kantormu?” ucap Ho
Rang
“Tentu,
aku harus ke kantor. Tapi aku mana bisa masuk ke mobil pasangan suami istri itu. Nanti
suasananya jadi canggung. Kau bisa Bisa belok ke kiri, dan turunkan aku di
persimpangan?” ucap Bo Mi. Soo Ji pikir tak masalah karena mereka memang
searah. Ho Rang mengeluh mendengarnya.
“Tapi,
apa kalian tahu banyak soal pria bernama Bok Nam?” tanya Bo Mi. Soo Ji mengaku cuma
mengenalnya saja.
Ho Ran
mengoda Bo Mi kalau menyukai Bok Nam, tapi menurutnya tak mungkin karena Bo Mi
kerja di aplikasi kencan jadi pasti sadar betul tingkat penampilannya. Bo Mi
membalas sindiran, Ho Rang kalau ia tetap tingkatnya lebih tinggi dari Ho Rang.
“Kau
belum tes evaluasi tingkat aplikasi kami, kan?” ejek Bo Mi
“Aku tidak
perlu tes seperti itu karena aku punya pacar. Dan hanya orang yang kurang
percaya diri saja yang ikut tes dari
aplikasimu itu.” Ejek Ho Rang
“Kau
punya pacar dan harga diri tapi kau kurang sopan santun.” Kata BO Mi. Ho Rang
mengeluh kalau Bo Mi itu orang aneh.
Se Hee
meminum obat dan minuman suplement, Ji Ho menemaninya di apotik bertanya apkah
Tidak sakit. Se Hee mengaku baik-baik saja. Ji Ho heran melihat Se Hee bisa
melakukannya menurutnya kalau Se Hee menyentuh motor itu pun juga takkan terluka.
“Kalau
aku sentuh, motornya pasti rusak atau jatuh.” Kata Se Hee.
“Tetap
saja, lebih baik motor yang rusak daripada orang yang terluka.” Pikir Se Hee.
“Yah, itu
bukan masalah benar atau salah. Pada akhirnya, biaya perawatanku jauh lebih murah daripada biaya perbaikan
motor.” Kata Se Hee.
Ji Ho
teringat ucapan dokter hewan “Se Hee itu pria yang jantan. Dia sangat marah,
dan sampai membanting meja ini. Perawat menjulukinya Pria Tangguh” lalu
berkomentar sendiri “Pria Tangguh darimananya.”. Se Hee sedikit mendengar
bertanya apa yang dikatakan Ji Ho. Ji Ho
mengaku Bukan apa-apa dan tak ingin membahasnya.
“Oh, ya.
Aku disuruh jemput Kucing malam ini.
Kucing masih melakukan tes” ucap Ji Ho. Se Hee menganguk mengerti dan
mengucapkan Terima kasih.
“Apa Kita
pergi sekarang? Kau mau balik ke kantor, kan?”ucap Ji Ho. Se Hee menganguk. Dan
bertanya pada Ji Ho.
“Apa Kau
mau ke kafe itu?” tanya Se Hee. Ji Ho pikir memang harus datang karena bisa
dipecat.
“Ada yang
mau kau katakan padaku?” tanya Ji Ho melihat Se Hee seperti memendam sesuatu.
“Soal
kafe itu... Sampai kapan kau berencana
bekerja di kafe itu?” tanya Se Hee.
“Aku
berencana bekerja di sana selama
sementara waktu kecuali aku dipecat. Kenapa kau tanya itu?” kata Ji Ho.
“Tidak...Aku
cuma tanya saja, apa harus kafe itu. Ada
banyak kafe lain di dekat rumah kami. Jadi... Ada kafe lain yang bisa kau
datangi dengan berjalan kaki. Menurutku
tidak perlu pergi jauh-jauh ke kafemu
yang sekarang.” Kata Se Hee.
“Apa
mungkin, kau merasa tak nyaman karenanya? Apa kau merasa tidak nyaman, karena rekan
kerjamu datang ke tempat kerjaku?” ucap Ji Ho. Se He mengaku tak seperti itu.
“Jangan
khawatir. Seperti permintaanmu, aku juga akan menghindari situasi dimana kita
harus bertindak seperti pasangan yang
sudah menikah. Dan lagipula aku sudah menelusuri semua kafe dekat rumah
kita..., tapi aku gagal dapat kerja disana.” Cerita Ji Ho.
“Tidak
banyak pekerjaan sambilan yang bisa kudapatkan dalam situasiku ini. Aku saja
dapat pekerjaan di kafe itu karena
bantuan si Bok Nam. Jadi butuh banyak waktu dan usaha mendapatkan pekerjaan
sambilan itu. Tolong jangan enteng sekali berkata seperti itu.” Kata Ji Ho lalu
keluar dari cafe.
Ji Ho pun
pamit lebih dulu saat keluar dari apotik, mereka memilih jalan yang berbeda. Se
Hee sempat menoleh terlihat khawatir, tapi Ji Ho tertetap terus berjalan.
Soo Ji
membuka pintu belakang mobilnya, melihat boneka pemberian Sang Goo dan teringat
saat mereka dalam restoran “Kau bilang perasan Pribadi? Maksudmu soal bagaimana
aku menyukaimu?” Lalu di mobil
“Aku
selalu peduli denganmu, selalu penasaran kau lagi apa dan aku selalu
merindukanmu. Aku hanya tidak suka. Aku tak suka saat mereka menggodamu.”
Soo Ji
seperti senang mengingat Sang Goo yang mengaku perasaanya, lalu sedikit
menyentuh bonekanya seperti gemes, setelah itu membawa semua barang termasuk
bra kedalam tasnya.
Manager
Park melihat Soo Ji yang baru datang,
bertanya apakah sudah balik dari Techno Valley. Soo Ji mengaku juga mampir
ke kantor pusat M Company. Manager Park
menganguk mengerti, lalu pandangan menatap dada Soo Ji. Soo Ji tersadar lalu
langsung menutupinya dengan map dan pamit pergi.
“Apa kau
Lihat itu?” ucap Manager Park bisa melihat Soo Ji yang tak mengunkan bra. Dua
teman lainya pikir tak mungkin seperti itu.
“Ini
bukan pertama kalinya aku melihatnya. Apa Kau mau taruhan?” ucap Manager Park.
Soo Ji
akhirnya memakai bra dialam toilet, tiga orang pegawai masuk untuk memperbaiki
make up membahas tentang Soo Ji kalau CEO Golden Venture menggodainya, dua yang lainya ingin tahu apa
yang dilakukan Asisten Woo Mereka mendengar kalau Asisten Woo diam saja.
“Tapi CEO
Ma dari Gyeol Mal Ae malah memarahi si CEO Golden Venture.” Ucap temanya yang
membawa gossip, Mereka ingin tahu alasanya.
“Mungkin
mereka punya hubungan. CEO Ma mana mungkin melakukan itu, kalau tak ada alasan.
Dia 'kan salah satu investor penting. Lalu , orang-orang pada ramai bilang
kalau Asisten Woo tidak pakai bra sewaktu rapat di luar kantor. Mungkin CEO Ma
jatuh cinta padanya karena itu.” Cerita
si biang gosip.
Mereka
pun tak percaya kalau Soo Ji tak pakai bra, berpikir kalau seperti wanita
panggilan. Salah satunya mengaku mengagumi Asisten Woo tapi sekarang
membuangnya kecewa. Temanya mengejek untuk apa kecewa, karena merkea tak dekat
dan mereka pun keluar dari toilet bersamaan.
Soo Ji
mendengar semua pembicaraan keluar dari toilet dan pesan dari Sang Goo masuk ke
dalam ponselnya.
Won Seok
masuk ke dalam lobby dan langsung bertemu Bo Mi dengan kaca mata besar. Ia
mengingat Bo Mi yang memanggilnya dengan sebutan “Sol Tambahan” untuk pindah ke
samping mempelai wanita.
“Apa Kau
sudah bawa dokumen yang diminta CEO Ma?”
tanya Bo Mi dengan sinis. Won Seok menganguk. Bo Mi pun menyuruh Won Seok agar
ikut denganya.
“Sang Goo
Hyung mana?” tanya Won Seok mengikuti Bo Mi didepan lift.
“Dia lagi
rapat mendesak dengan tamu VIP-nya. Kau
bisa bicara dengan aku saja.” Ucap Bo Mi. Won Seok binggung siapa tamu VIP.
Soo Ji
berjalan yang sebelumnya membaca pesan Sang Goo “Setelah bekerja nanti, hubungi
aku. Mari kita makan malam bersama. Aku
ada di kafe di depan kantormu.” Lalu bergegas masuk cafe dan melihat Sang Goo
duduk sendirian, lalu menghampirinya.
“Kau
tidak perlu datang ke sini sekarang. Sudah kubilang aku akan menunggu sampai kau selesai kerja.” Ucap Sang Goo dengan gaya mengoda. Soo Ji ingin
tahu alasanya datang ke cafe dekat kantornya. “Kenapa aku disini? Kau 'kan lihat SMSku... Kau terlalu stres
dengan pekerjaanmu hari ini. Jadi aku datang
ke sini buat mentraktirmu makan malam yang enak, Ass. Woo.” Kata Sang Goo
“Aku
banyak kerjaan hari ini dan pulang larut malam nanti.” Ucap Soo Ji menolak.
“Apa Kau
tahu enaknya jadi CEO? Meskipun banyak kerjaanku, aku tidak harus berada di kantor dan tidak
ada yang bisa mengomentariku soal itu. Aku
sungguh tak masalah, karena Aku bisa mengerjakan kerjaanku di sini sambil menunggu.” Ucap Sang Goo. Soo
Ji hanya menatap sinis seperti tak percaya
“Ini
Serius... Aku bahkan bawa kerjaanku kesini.. Coba Lihatlah. Aku bawa notebook,
earphone, mouse..., dan bunga... Karena
ini hari pertama kita, jadi aku cuma beli 1 bunga. Mulai sekarang,
nantikanlah bunga lainnya lagi.” Ucap
Sang Go memberikan setangkai bunga pada Soo Ji.
Soo Ji
sempat terkesima lalu melihat Manager Park berjalan didepan cafe dengan yang
lainya, seperti membahas tentang kehidupan sosialnya, akhirnya ia meminta Sang
Goo kalau mereka perlu bicara. Sang Goo pikir mereka lagi bicara sekarang dan
meminta Soo Ji menerima bunganya. Soo Ji menyuruh Sang Goo untuk ikut denganya
dan bergegas keluar dari cafe.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar