Se Hee
mengirimkan pesan pada Ji Ho sambil berjalan “Ji Ho , kau dimana? Aku lagi di
luar rumah.” Lalu tiba-tiba matanya terkejut melihat Jung Min yang ada
didepanya. Jung Min juga kaget melihat Se Hee yang sudah 12 tahun tak bertemu. Ji Ho baru keluar dari toilet melihat dari
kejauhan.
“Halo...
Apa Kau tinggal Di komplek ini?” ucap
Jung Min yang masih kaget dengan mengangkat kedua tanganya. Se Hee membenarkan.
“Kau
kenapa di sini?” tanya Se Hee. Jung Min mengaku kalau cuma lewat saja. Se Hee
menganguk mengerti lalu menatap Jung Min yang masih kaku. Jung Min pun
buru-buru menurunkan tanganya.
“Apa kau
mau aku kasih kartu namaku?” ucap Jung Min menghilangkan rasa gugup. Se Hee
binggung, tapi akhirnya memilih untuk mengangukan kepala.
“Kapan-kapan
kita harus minum teh bersama. Aku agak letih sekarang.” Ucap Jung Min setelah
memberikan kartu namanya. Se Hee menganguk lalu mereka pun berpisah. Ji Ho
sengaja bersembunyi dan hanya mengintip dari celah pilar.
Setelah
Se Hee pergi, Ji Ho mendatangi Jung Min yang masih menunggunya. Jung Min
berusaha untuk tak terjadi apa-apa dengan menanyakan keadaan Ji Ho adan apalah
tadi sudah ke kamar kecil. Ji Ho menganguk dan bertanya balik dengan keadaan
Jung Min.
“Aku
sepertinya sudah sadar sekarang Malam ini aku sudah bersenang-senang.”.” Kata
Jung Min. Ji Ho ingin segera pamit pergi.
“Biar
kuantar kau pulang.” Ucap Jung Min. Ji Ho menolak karena rumah sudah dekat jadi
hanya tinggal jalan kaki saja.
“Apa
suamimu datang menjemputmu? Ahh.. Aku memang kurang cepat memikirnya sampai
situ Kalau begitu, hati-hati di jalan.” Ucap Jung Min. Ji Ho pun hanya diam
saja.
Se Hee
duduk ditaman terdiam melihat kartu nama milik Jung Min, lalu bergegas untuk
menelp Ji Ho dengan nama [Istri] di ponselnya, saat Ji Ho mengangkat wajahnya
langsung panik menanyakan keberadaannya. Ji Ho mengatakan kalau ada disini. Se
Hee melihat Ji Ho sudah ada dibelakangnya.
“Kenapa kau
tidak angkat teleponnya?” tanya Se Hee paniik. Ji Ho mengaku kalau tak sempat.
“Maaf.
Padahal tadi aku mau menelepon.” Kata Ji Ho lalu mengajak masuk.
“Entah
kenapa, aku bisa minum banyak hari ini. Mungkin itu karena aku sudah lama tak
minum-minum.” Ungkap Ji Ho. Se Hee mengerti
“Apa Kau
minum bersama dengan perusahaan produksi?” ucap Se Hee. Ji Ho membenarkan.
“CEO-nya
juga jago minum.” Ungkap Ji Ho penuh rasa cemburu. Se Hee pun tak banyak
berkata-kata lagi.
Se Hee
sibuk membuat minuman didapur, Ji Ho keluar dari kamar mandi ingin mengambil
minuman di kulkas. Se Hee menyuruh Ji Ho untuk minum dari air yang sudah
dibuatkana karena nanti bisa sakit.
“Taruh di
samping tempat tidurmu. Kalau-kalau nanti tengah malam kau terbangun.” Ucap Se
Hee.
“Ini masih
hangat... Terima kasih.” Kata Ji Ho dengan wajah dingin.
Keduanya
saling mengucapkan Selamat malam dan akan masuk kamar. Se Hee kembali bertanya
Apakah Malam ini juga mau tidur bersama lagi. Ji Ho langsung menolak kalau
menurutnya malam ini.. Se Hee seperti bisa mengerti dengan penolakan Ji Ho.
“Maaf..
Maksudku Bukan begitu... Aku cuma agak lelah. Belakangan ini, aku suka mendengkur.” Jelas Ji Ho. Se Hee bisa
mengerti.
“Aku juga
akan banyak membuatkan teh jadi minta saja kalau mau.” Kata Se Hee. Ji Ho
menganguk mengerti.
Ji Ho
duduk di kamar sambil mengingat semua pembicaraan Se Hee dan juga Jung Min
sebelumnya. Se Hee mengatakan pernah bertunangan sekali. Lalu Jung Min
mengatakaan sudah hampir menikah sekali. Se Hee memberitahu Rumah, Kucing, dirinya sendiri,, cuma tiga hal ini saja yang
bisa ditangani dalam hidup.
“Kami
berkencan, dan aku mengandung bayinya.” Kata Jung Min
“Pernikahan
bukan hanya tentang pasangan. Dibanding perasaan mereka, pernikahan itu sistem
yang lebih bergantung pada pemahaman orang sekitar.” Ungkap Se Hee.
“Aku
mengalami keguguran dan kami pun
berpisah. Keluarganya juga menentang hubungan kami.” Kata Jung Min
“Kalau
aku, tujuan hidupku takkan terjadi apapun dalam hidupku.” Ucap Se Hee.
Sementara
Se Hee menatap kartu nama Ko Jung Min, teringat saat Ji Ho menceritakan Ada CEO
perusahaan produksi yang datang menemuinya dan terlihat orangnya tidak seperti kebanyakan
orang. Wanita yang kuat bukan dalam arti menyakiti orang lain tapi orang yang
bisa melindungi orang lain, menurutnya Jung Min seperti pohon.
Se Hee
menelp Ji Ho dari kamarnnya meminta maaf menelepon malam-malam, karena Ada yang
harus dikatakan. Ji Ho pun mempersilahkan.
Se Hee mengucapkan Selamat sudah mendapatkan kesempatan menulis lagi.
“Orang
ini pasti terluka...,” gumam Ji Ho mendengar suara Se Hee
“Aku
sangat senang... ...kau bisa mulai dari
awal lagi.” Kata Se Hee.
“ketakutan...,dan
cemas.” Gumam Ji Ho lalu mengucapkan Terima
kasih.
“Selamat
tidur, Ji Ho” kata Se Hee. Ji Ho pun melakukan hal yang sama. Keduanya menutup
telp terlihat wajah lelah.
[Episode 14: Karena ini Pengakuan Pertamaku]
Seorang
wanita bertanya apakah ia akan memotongnya seperti biasa. Ho Rang menjawab
tidak. Sang Goo menungu di cafe dengan meminum kopinya, lalu dikagetkan dengan
Ho Rang yang datang dengan potongan rambut pendek. Keduanya pun duduk bersama.
“Maaf aku
menghubungimu tiba-tiba. Padahal kau sibuk.” Ucap Ho Rang
“CEO
sibuk darimananya, tapi Karyawankulah orang-orang yang sibuk dan Ho Rang. Kau
potong rambut.” Ucap Sang Goo
“Ya. Aku
mau ganti penampilan.” Ungkap Ho Rang. Sang Goo memuji kalau itu potongan
rambut yang cocok dengan wajahnya.
“Won
Seok...sangat sungguh-sungguh, 'kan? Tolong beritahu aku. Aku juga ingin tahu tapi
aku tidak tahu harus tanya ke siapa. Dia sungguh-sungguh, 'kan?” ucap Ho Rang
menyakinkan.
“Untuk
sekarang ini..., Kurasa begitu.” Kata Sang Goo merasa keputusan temanya sangat
yakin.
“Kalau
begitu... Walaupun aku memohon padanya, maka dia tidak akan kembali padaku, 'kan?” kata Ho Rang
“Menurut
Won Seok, dia membuatmu tidak bahagia. Makanya dia memutuskan untuk
membiarkanmu meninggalkan dia.”jelas Sang Goo.
“Jadi Bukan karena dia ingin meninggalkanku?”
ungkap Ho Rang
“Aku tak
tahu itu...,tapi jika seseorang berpikir mereka
menyusahkan orang tersayang mereka, malah akibatnya mereka membenci diri mereka sendiri. Rasanya
juga menyedihkan.” Jelas Sang Goo
“Ya... Berarti
ini akhir hubungan kami” ungkap Ho Rang seperti biasa menerimanya.
Saat itu
di jalan seorang memanggil CEO Ma dan Sang Goo mebmalas membalas memanggil
Asisten Shin menanyakan kabarnya dan bertanya apakah mampir ke kantor. Tuan
Shin membenarkan.
“Aku ada
rapat konsultasi keuangan.” Ucap Tuan Shin lalu melirik pada Ho Rang seperti
sangat tertarik.
“Apa Kau
tak mau memperkenalkanku? Apa mungkin dia...” ucap Tuan Shin.
“Dia
bukan pacarku., tapi sahabatnya pacarku.” Kata Sang Goo lalu memperkenalkan Ho
Rang pada Tuan Shin.
“Namaku
Shin Young Pyo. Aku mengurus keuangan
bisnisnya.” Ucap Tuan Shin memberikan kartu namanya.
“Ya. Tapi
aku tidak punya kartu nama.” Ucap Ho Rang lalu pamit pergi lebih dulu pada Sang
Goo. Sang Goo pun akan menelp nanti dan meminta agar Hati hati di jalan.
Ho Rang
duduk di halte sendirian, sebuah mobil berhenti di depanya. Tuan Shin menurunkan
jendela mobilnya memberitahu CEO Ma bilang Ho Rang mau pergi ke Sillim-dong. Ho
Rang membenarkan. Tuan Shin mengatakan kalau akan mengantar Ho Rang, karena bus
yang lewat cuma sedikit. Ho Rang menolak.
“Aku
bukan orang jahat dan Sudah lama aku kenal CEO Ma.” Ucap Tuan Shin menyakinkan.
Ho Rang pun akhirnya masuk ke dalam mobik.
“Apa Kau
tinggal di sekitar sana?” tanya Tuan Shin mencoba untuk akrab. Ho Rang menjawab
tidak karena hanya ingin ambil barang disana.
“Ohh..
Begitu rupanya... Tapi Ho Rang, Apa kau sungguh tak tahu siapa aku?” ucap Tuan
Shin. Ho Rang binggung
“Aku
ingin menikah. Itu ada di aplikasi "Kencan Daripada Pernikahan". Kita pernah mengobrol sebelumnya, karena kau
menerima permintaan temanku. Aku sebenarnya
agak kaget tadi, tapi langsung mengenalimu.” Ucap Tuan Shin. Ho Rang
menganguk mengerti dan terlihat tak begitu tertarik.
“Kau orang
pertama yang kuajak bicara setelah
mengunduh aplikasi itu. Tapi kau tidak membalas obrolanku lagi setelah itu. Kukira
kau mencampakkanku.” Ungkap Tuan Shin
“Begini...saat
itu, aku baru mengunduh aplikasi itu
jadi aku cuma langsung menjawab tanpa pikir-pikir. Itu 'kan aplikasinya CEO Ma,
jadi...” ucap Ho Rang yang langsung disela oleh Tuan Shin.
“Jadi apakah
sekarang kau mencoba menjauhiku? Apa kau terkejut karena aku ketahuan? Kau
tidak bisa menyangkalnya, 'kan?” ucap Tuan Shin.
“Terima
kasih sudah mengantar dan Hati-hati di jalan.” Kata Ho Rang lalu bergegas
turun. Tuan Shin kaget karena ia bahkan tak bisa mengatakan salam perpisahan
pada Ho Rang.
Ho Rang
naik ke rumah atap, melihat semua tanaman yang ada didepan rumah, lalu melihat
sofa yang dibeli Won Seok, karena tak cukup masuk didalam rumah akhirnya harus
menaruh di luar. Ia berjalan masuk ke kamar melihat papan dengan penuh foto
kebersaman mereka.
Ia
membaca tulisan [Kita harus saling mencintai selamanya!] dan foto perayaan
mereka di [Hari jadi ke-5, Hari jadi
ke-100 hari, lalu caption Rumah bahagia kita dan juga tulisan [Aku mencintaimu,
sayang! Aku mencintaimu, Ho Rang!]
Ho Rang
melepaskan semua foto dengan Won Seok seperti sudah tak ada harapan untuk
kembali. Saat sedang membereskan semua barang-barangnya. Won Seok masuk ke
dalam rumah.
Ho Rang
akan pergi dengan kopernya, lalu berkata pada Won Seok kalau yang dikatakan itu
benar. Ia sekarang, akan menjadi lebih jujur pada perasaannya, lalu menuruni
tangga. Tuan Shin masih menunggunya, Ho Rang kaget karena berpikir Tuan Shin
sudah pergi.
“Kau
bilang tadi mau ambil barang, dan kurasa bawaanmu bakal berat. Tapi kulihat
sepertinya kau lagi agak tak sehat.” Kata Tuan Shin. Ho Rang binggung.
“Masuklah,
biar kuantar kau pulang.” Kata Tuan Shin. Ho Rang menolak karena membuatnya jadi
tidak nyaman.
“Kau
pasti lagi demam hebat. Dari yang kulihat, kau pasti terserang demam.” Kata
Tuan Shin. Ho Rang kembali binggung karena Tuan Shin seperti bisa
mengetahuinya.
“Maksudku,
kau sudah seperti mau pingsan. Jadi mana
bisa aku mengabaikannya? Ayolah, Ho Rang.. “ ucap Tuan Shin. Ho Rang bisa
melihat dari sudut matanya kalau Won Seok melihatnya. Akhirnya Ia memutuskan
untuk naik mobil, Won Seok melihat Ho Rang dengan tatapan kecewa.
Jung Min
memberitahu Ji Ho kalau akan mengajukan tuntutan hukum setelah ini danSaat mereka melakukan
penyelidikan, maka Ji Ho harus
diinterogasi sebagai korban dan bertanya apakah Ji Ho tak keberatan soal itu.
Ji Ho mengerti karena sudah menduganya.
“Untungnya,
kau masih menyimpan SMS dan riwayat panggilan untuk membuktikan gugatanmu
terhadapnya Tapi jika mereka mulai menggunakan
media dan artikel berita mungkin jadinya akan sedikit rumit. Lagipula perkara ini soal
industri penyiaran.” Jelas Jung Min
“Ya, aku
harus mempersiapkan diri.” Kata Ji Ho. Jung Min pikir kalau mereka bisa lanjutkan
proses ini.
“Oh, dan
juga ini kontrak kita.” Ucap Jung Min memperlihatkan lembar berikutnya. Ji Ho
melihat isi kontrak Menulis dan hanya terdiam.
“Kau
tidak perlu menandatanganinya sekarang. Jadi kau bisa Bawa saja dulu, dan baca
di rumah baik-baik. Kalau kau ingin adanya perubahan, bilang saja padaku” ucap
Jung Min. Ji Ho terus melihatnya.
“Tapi...gajinya...”
ucap Ji Ho. Jung Min pikir mereka bisa
membicarakannya lagi
“Sepertinya
gajinya lebih sedikit dari harapanmu,
kan?” pikir Jung Min. Ji Ho mengaku bukan seperti itu.
“Jumlahnya
Malah ini terlalu banyak.” Ungkap Ji Ho polos.
“Penulis
Yoon... Kau seharusnya tidak boleh bersikap seperti itu. Kalaupun kau kaget, maka kau harus
mengekspresikannya diam-diam. Ini kontrak dan Kau mana bisa jujur
mengekspresikan dirimu pada musuhmu.” Jelas Jung Min
“CEO...
Kau bukan musuhku.” Ungkap Ji Ho yang benar-benar polos.
“Ini jumlahnya
tidak banyak dan Ini adalaah jumlah yang biasa kami tawarkan pada penulis baru.
Kami tidak menandatangani kontrak dengan
penulis yang sering bersikap jujur. Tapi begitu kami melakukannya, maka kami melakukannya dengan semestinya. Jika
kita ingin lama bekerja sama dengan
mereka.” Jelas Jung Min.
“CEO
Ko... Hari ini... Apa kita bisa makan bersama?” ucap Ji Ho. Jung Min pun
langsung setuju.
Se Hee
melihat dalam website film apa saja yang sudah dirilis pada perusaan Jung Min,
salah satunya adalah "Memory" lalu melihat bagian profile Jung Min
yang memiliki "Lebih Penting Mengerjakan Hal yang Bagus Daripada Banyak Hal" seperti hasil
wawancara.
[Apa itu
penting bagi citra perusahaanmu?]
[Aku
memulai pekerjaan ini karena sangat
membutuhkan uang. Uang itu sangat berguna.]
Se Hee
melihat kartu nama [Ko Jung Min] dan akhirnya bergegas keluar dari ruangan.
Ji Ho dan
Jung Min sudah ada di restoran, Jung Min terlihat penuh semangat akan menyendok
nasinya bertanya apakah Ji Ho sudah meringankan mabuknya. Ji Ho menceritakan
kalau Kemarin, minum air madu sebelum tidur Jadi paginya, merasa baik-baik
saja.
“Apa
suamimu yang membuatkan minumannya?” tanya Jung Min. Ji Ho membenarkan.
“Suamiku...
yang membuatkannya... CEO.. Sebelum tandatangan kontrak, ada yang ingin kutanyakan.” Ucap Ji Ho. Jung
Min pun mempersilahkan.
“Ini soal
pria yang kaubicarakan sebelumnya. Pria yang hampir pernah menikah denganmu. Kalau kalian bertemu lagi,
bagaimana reaksimu? Kalau kau bertemu dia... apa kau akan mencintainya lagi?”
ucap Ji Ho. Jung Min pun menaruh sendoknya.
“Apa
Ini...ada hubungannya dengan kontrak kita?” tanya Jung Min mulai serius. Ji Ho
membenarkan.
“Ini soal
kontrak kita..., dan sangat penting.” Kata Ji Ho
“Sebenarnya...,aku
pernah bertemu dengannya... Pria itu... Sewaktu aku ke komplek rumahmu. Hari
itu, aku tak sengaja bertemu dengannya.
Jadi pertanyaanmu terasa sedikit...Sedikit aneh.” Ungkap Jung Min.
“Hari itu
juga, suamiku keluar rumah menjemputku. Dia adalah Se Hee-ssi.” Ungkap Ji Ho.
Jung Min terlihat kaget.
Soo Ji
mengemudikan mobilnya, terlihat menahan amarahnya. Ia mengingat yang dikatakan
oleh Sang Goo semalam
“Dari yang kuperhatikan, kau tidak
pernah menghadapi dunia dengan
semestinya Menggunakan nama perusahaan
dan ibumu sebagai alasan..., kau selalu menyalahkan dunia. Aku yakin kau juga
perlu menghadapi dunia dan mengatakan apa yang ingin kau katakan setidaknya sekali dalam
hidupmu.Begitu kau memulainya..., maka aku akan siap mendukungmu.”
Soo Ji
bertemu dengan Tuan Park saat ada di depan lorong. Tuan Park menyapa Soo Ji
bertanya apakah baru saja rapat dengan kliennya. Soo J membenarkan alau ada
banyak yang diskusikan mengenai investasi tambahan. Tuan Park mengerti dan
memberikan semangat.
“Asisten
Park. Bagaimana kalau kita keluar merokok
sebentar?” ucap Soo Ji. Tuan Park bertanya apakah itu sekarang. Soo Ji
menganguk.
Keduanya
pergi keluar gedung dengan Soo Ji yang menawarkan rokok, tapi Tuan Park
menolaknya hanya ingin tahu apa yang akan dikatakan Soo Ji.
“Aku
bergabung dengan tim ini tahun 2015...,jadi
ini sudah tiga tahun sejak aku mulai
bekerja sama denganmu. Artinya 800 hari dan 7.200 jam.” Ucap Soo Ji. Tuan Park
seperti baru mengetahuinya.
“Tapi
sebagian besar waktu itu sangat mengerikan
bagiku, Asisten Park.” Ungkap Soo Ji. Tuan Park bingung apa yang
dimaksud Mengerikan?/
“Ya. Kapan
pun kita makan malam tim..., maka aku bertanya-tanya bagaimana harus bereaksi
terhadap lelucon seksualmu. Pada hari setelah aku cuti.., kukira kau akan
bertanya aku pergi kemana dengan pacarku. Aku bertanya-tanya bagaimana seharusnya bereaksi terhadap hal itu. Pada
dari aku izin sakit...,maka aku berpura-pura tak sakit karena aku khawatir kau
mungkin bertanya apa aku lagi datang bulan.”jelas Soo Ji.
“Memikirkanmu
seperti ini, Asisten Park..., itu sangat mengerikan dan menyakitkan. Tapi kita
ini rekan kerja yang telah bekerja sama
selama 7.2 jam. Bukankah itu menyedihkan?” ungkap Soo Ji
Tuan Park
seperti masih tak mengerti, dan ingin Soo Ji mengatakan yang diingikanya. Soo Ji mengatakan kalau ingin Tuan Park meminta maaf
atas segalanya kalaau sudah menyakitinya. Tuan Park terlihat kaget. Soo
Ji mengatakan hanya butuh permintaan
maaf darinya.
“Minta
maaflah secara resmi di depan semua anggota tim kita. Aku sungguh ingin
mengakhiri hubungan mengerikan ini
denganmu sekarang. Aku tulus dalam memberitahukan hal ini padamu. Jadi tolong tunjukkan
ketulusanmu juga. Sekarang Kalau begitu, aku akan menunggunya.” Tegas Soo Ji
lalu melangkah pergi.
Sang Goo
duduk ditaman sambil menyanyi “Daun-daun berguguran”. Soo Ji datang dengan
wajah tersenyum langsung memeluk Sang Goo, Sang Go binggung bertany ada apa.
Soo Ji mengaku Tidak ada apa-apa tapi hanya senang saja melihatnya. Sang Goo
mengoda Soo Ji yang terlihat manis sekali.
“Yah..
Kau benar. Aku selalu berusaha menghindari dan
menjelekkan dia di belakangnya. Tapi aku belum pernah berbicara dengan Ass. Park secara pribadi. Dia juga
hanyalah seorang anak dan seorang ayah jadi Dia sama saja.” Ucap Soo Ji
akhirnya duduk bersama.
“Soo
Ji-ku memang orang yang luar biasa... Kemarilah” ungkap Sang Goo gemas mencubit
pipi Soo Ji. Soo Ji langsung melirik sinis.
“Apa Ini
tidak boleh?” tanya Sang Goo ketakutan. Soo Ji mengatakan tak boleh. Sang Goo
pun langsung melepaskan tanganya dan kembali bernyanyi bahagia.
Sang Goo
kembali ke kantor, saat baru masuk ruangan melihat Se Hee berdiri sendirian dan
ingin mengagetkanya, tapi malah ia yang dibuat kaget melihat kartu nama yang
dilihat Se Hee tertulis nama Ko Jung Min. Se Hee pun juga kaget karena Sang Goo
sudah ada dibelakangnya dan menyebut nama Jung Min.
Keduanya
duduk di taman, San Goo tak percaya kalau mereka bisa saling bertemu lagi seperti ini, lalu bertanya
apakah Ji Ho tahu tentang itu juga dan bagaimana dia bisa tahu situasi gila ini,lalu apakah mereka akan
bekerja sama. Se Hee pikir itu Mungkin.
“Bukankah
kau perlu membicarakannya lebih dulu?
Lagipula mereka pasti akan sering bertemu.” Kata Sang Goo. Se Hee pikir itu
pasti.
“Mereka
CEO dan penulis naskah dari perusahaan
produksi. Apa yang harus kukatakan padanya? Aku bahkan tidak tahu harus mulai dari mana. Lalu Apa yang harus
kukatakan dan apa yang harus tidak kukatakan?” ucap Se HEe.
“Haruskah
aku memberi tahu Ji Ho kalau dulu aku berkencan dengannya? Haruskah
kuberitahu kalau dulu itu semuanya
berantakan karena aku dulu belum dewasa.
Apapun yang kukatakan, itu tetap akan menyakitinya. Ji Ho itu lugu... Aku tidak
ingin menyakitinya dengan menceritakan masa laluku.” Ungkap Se Hee terlihat
khawatir.
“Yang
kumaksud bukan Ji Ho, tapi Yang kumaksud Jung Min. Aku bertanya-tanya bagaimana
kau akan menjelaskan Jung Min, Ji Ho itu siapamu. Itulah pertanyaanku.” Ungkap
Sang Goo melonggo kaget mendengar jawaban Se Hee.
“Dulu aku
berpikir kau tidak bisa melupakan Jung Min. Makanya kau sekarang menikah di
bawah kontrak. Kukira Ji Ho hanya menjalani hubungan kontrak denganmu. Bukankah
bagimu, dia hanyalah penyewa rumah? Ini Berarti
bukan Jung Min yang kau khawatirkan.” Kata Sang Goo tak percaya lalu pergi
meninggalkan temanya.
Se Hee
menatap kartu nama Jung Min diatas kursi taman, sambil bergumam
“Kupikir aku bisa bertemu dengannya
lagi walau sekali dalam hidupku. Aku bahkan memikirkan apa yang harus kulakukan
saat itu terjadi. Aku akan mengatakan "Apa Kabarmu baik? Lama tak
jumpa."
Se Hee
hanya melonggo diam melihat Jung Min ada didepanya, bahkan Jung Min yang
menyapanya lebih dulu.
“Tapi begitu aku bertemu kau, aku
menyadari aku khawatir dengan orang
lain. Kapan sebenarnya itu bermula?”
Se Hee
khawatir dengan Ji Ho bahkan menelp dan menunggunya karena belum pulang.
“Padahal kukira satu-satunya hal yang
tersisa dalam hidupku...hanyalah daun musim gugur yang kering.Padahal kukira
sisa hidupku, aku akan menghabiskan waktu
sendirian menunggu daun berguguran.”
Se Hee
berjalan melihat sebuah toko buku dan mencari sesuatu.
“Padahal aku tidak ingin melakukan
apapun yang bisa mempengaruhi hidup
orang lain.”
Lalu Ia
menemukan sebuah judul buku ["Walau Tak Ada Apapun yang Akan Berubah Jika
Kau Menangis"]
“Padahal kukira aku tidak akan
pernah membuat seseorang menangis lagi.”
Saat itu
petugas apartement memanggil Se Hee yang ditinggal di kamar 401, ternyata Yong
Seok yang datang ke apartement.
Bo Mi
masuk kantor bertanya dimana Se Hee. Salah satu pegawai menjawab Se Hee pulang cepat hari ini. Bo Mi akan
kembali duduk tapi melihat Won Seok yang sibuk mengetik langsung menarik
tanganya, dan memarahi kalau pegawai baru itu ingin mengacaukan program hanya karena mantannya.
“Padahal
kau baru dua minggu kerja di sini.” Ucap Bo Mi. Won Seok binggung, tapi setelah
melihat yang ada dilayar langsung menghapus semua tulisanya yang ngawur.
“Tapi
kenapa kau bisa tahu?” kata Won Seok. Bo Mi pikir Mana mungkin tidak tahu,
karena Wajah Won Seok yang menyiratkan semuanya. Won Seok seperti tak
menyadarinya.
“Menjalin
hubungan berarti ada saatnya hubungan akan berakhir. Kenapa kau sampai terlihat
sekali? Padahal itu hanya salah satu hubungan
yang kau jalani dalam hidupmu.” Ejek Bo Mi
“Tapi dia
memang satu-satunya hubungan yang
kujalani dalam hidupku.” Ungkap Won Seok. Bo
Mi seperti baru mengetahuinya.
“Berarti
itu, kau pertama kalinya dengan dia?” ucap Bo Mi seperti memberikan koda. Won
Seok berpura-pura tak mengerti maksudnya.
“Ya apa
lagi? Putus, maksudku.” Kata Bo Mi lalu kembali duduk di kursinya.
Ho Rang
keluar dari restoran setelah berkerja, Tuan Shin kembali mengirimkan pesan. “ Sepertinya kau
sangat sibuk hari ini, Ho Rang-ssi. Ho Rang-ssi, hari itu kau sampai rumah
dengan selamat, 'kan? Malam ini, kau mau makan bersamaku?” akhirnya Ho Rang pun membalas pesan dari Tuan Shin.
Ho Rang sudah ada di pinggir jalan sampai akhirnya tuan Shin langsung
menjemputnya.
“Aku
tidak terlambat, bukan Aku langsung pergi setelah kau balas SMS-ku. Kau pasti
lapar. Jadi Kau mau makan apa?” ucap Tuan Shin penuh semangat
“Aku
tidak mau makan... Kita minum bir saja.” Kata Ho Rang. Tuan Shin kaget Ho Rang
yang langsung mengajak minum bir.
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar