PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Ma Roo
mengandeng tangan So So sambil bergumam dalam hati “Aku bertanya-tanya... Kapan aku mulai
menyukai orang ini. Apa tadi malam?” lalu mengingat saat mereka bertatapa dan
berciuman.
“Apa itu
sebelum kemarin?” gumam Ma Roo saat melihat So So di tangga malaikat
“Apa ...
hari itu?” gumam Ma Roo mengingat saat mengajak So So menaiki tangga dengan
menariknya mengunakan botol wine.
“Jika
tidak, apa hari sebelumnya?”gumam Ma Roo yang pertama kali melihat So So menangis dalam
gereja dan membantu So So bersembunyi dari adiknya dan melihat tangan So So
yang memeluknya dengan gemetar ketakutan.
“Mungkin
saja sudah dimulai sejak lama.” Gumam Ma Roo teringat pertama kali di toko
pernak pernik. Keduanya berjalan meninggalkan pulang, Ma Roo masih tetap
bertanya-tanya kapan mulai menyukai wanita yang ada disampingnya.
[Episode
7 - Waktu yang dibutuhkan untuk mencintai.]
Ma Roo
masih mengenggam tangan So So bertanya Kapan bus antar-jemput mulai beroperasi,
menurutnya Jika kembali sekarang, bisa tidur sebentar dihotel. So So bertanya
apakah Ma Roo merasa lelah, Ma Roo mengaku Tidak juga.
“Kalau
gitu, kita harus melihat sunrise bersama.” Kata So So
“Apa
begini rasanya mendengar kata "bersama?"” gumam Ma Roo merasa seperti
jantungnya bergedup kencang, lalu menyetujui untuk pergi melihat sunrise.
So Ran
berdiri sendirian menungg Sunrise, Nyonya Han melihat So Ran memastikan kalau
wanita itu adalah yang satu grup perjalananya,
So Ran pun menyapa Nyonya Han dengan ramah.
“Apa kau
datang untuk melihat sunrise?” tanya Nyonya Han.
“Aku
tidak sengaja, tapi kupikir sebaiknya aku menunggu saja.” Jawab So Ran.
“Aku
minta maaf, tapi bisakah kau memotretku saat mataharinya terbit?” kata Nyonya
Han. So Ran menganguk bisa melakukanya.
Ma Roo
dan So So menikmati sunrise dengan tatap bergandengan tangan melalui celah
jendela. So Ran sibuk dengan ponselnya, lalu memminta Nyonya Han memberikan
ponselnya untuk mengambil foto. Nyonya Han memberikan ponselnya, kembali
meminta kalau hanya perlu mengambilnya dari pinggang ke atas.
“Aku
tidak tahu apa itu akan terlihat bagus.”
Ucap So Ran mengambil gambar Nyonya Han. Nyonya Han pikir tak masalah hanya
ingin terlihat cantik saja.
“Apa Anda
tidak menyukainya?” tanya So Ran memperlihatkan hasil fotonya, wajah Nyonya Han
terlihat sedih.
“Bukan
begitu. Bagaimana bisa gambarnya terlihat cantik meski orangnya tidak?” kata
Nyonya Han merasa kecewa meilhat fotonya.
“Aku akan
memotret Anda lagi.” Ucap So Ran bisa melihat wajah Nyonya Han yang kecewa.
Nyonya Han berusaha menolak karena tak enak hati.
“Coba
tersenyum sedikit lagi... dan turunkan dagumu, berdirilah tegak. Jangan gugup, coba bersandar sedikit saja, Usahakan tampil
lebih seksi.” Ucap So Ran mencoba mengarahkan gaya. Nyonya Han pikir kalau gaya
seksi tidak cocok dengan usianya.
“Kau
harus mengambil setiap fotonya seolah-olah itu adalah foto terakhirmu. Itulah
satu-satunya cara untuk menangkap wajah sejatimu.” Kata So Ran merapihkan syal
di leher Nyonya Han.
Nyonya
Han pun mulai tersenyum, raut wajah bahagia terlihat dengan jelas. So Ran memperlihatkan hasil fotonya, Nyonya
Han sangat kagum karena fotonya terlihat cantik bahkan meminta lagi agar So Ran
bisa mengambil dengan gaya yang lainya.
Kyung Jae
duduk dibalkon sendirian seperti kesepian, begitu juga Tuan Oh sendirian
dikamar tanpa ditemani istrinya. Nyonya Han tak percaya kalau So Ran berkencan untuk waktu yang lama dan yakin
orang akan bertanya Kapan akan menikah. So Ran mengatakan kalau itu sudah
pasti. Nyonya Han yakin pasti So Ran sangat membencinya.
“Itu
membuatku kesal. Mereka akan berkomentar "Kau akan menjadi tua kalau punya
anak.” Atau “Apa karena kau tidak punya uang?
Berapa banyak pacarmu? Berapa banyak yang telah kalian lakukan? "
Aku tidak tahu kenapa mereka mulai mengkhawatirkan hal itu.” Cerita So Ran.
“Jangan percaya
pada mereka saat mereka mengatakan bahwa kau harus segera menikah. Begitulah perasaanku saat ini. Apa aku lahir
untuk menikah? Apa aku dilahirkan untuk memiliki anak? Jadi Nikmati saja hidup
yang indah ini.” Pesan Nyonya Han.
“Aku
ingin melakukan itu... Tapi aku tidak tahu bagaimana cara hidup seperti itu.” Kata So Ran bingung.
“Ini
adalah hidupmu Apa kau akan menikah atau
tidak. Tapi jangan sampai terpengaruh
orang lain. Jika tubuhmu sendiri bukan milikmu. Orang itu tidak mungkin bisa menjadi
milikmu selamanya.” Pesan Nyonya Han.
Ma Roo
dan So So berjalan di lorong hanya bisa melonggo melihat didepan mereka ada So
Ran dan Nyonya Han. Ma Roo bergumam agar bisa Bertindak wajar dan sealami
mungkin, lalu dengan senyuman bertanya apakah mereka datang untuk melihat sunrise.
“Kami...
maksudku, aku minta tur pribadi untuk melihat sunrise. Dengan biaya Tur
malamnya 30 euro, tapi tur sunrise biayanya 40 euro. Ini agak mahal... Ah aku
lupa untuk membayarmu.” Ucap Ma Roo mengeluarkan uang dari dompetnya. So Ran
hanya melihat gerak gerik keduanya yang berbeda.
“Itu
bagus. Itu sangat alami.” Gumam Ma Roo tapi So So meminta agar menghentikan karena
Ma Roo malah terlihat canggung.
“Yah..
Apa kalian melihat sunrise? Bukankah itu indah? Aku akan menjadi pemandu kalian
juga. Ini adalah koridor lengkung. Dikelilingi oleh pilar-pilar, Karena
dirancang untuk menghalangi sinar matahari. Mereka mengatakan bahwa sinar matahari
meningkat secara bertahap.” Ucap So So menjadi pemandu dadakan dengan gaya
berlebihan.
“Kenapa
orang ini canggung sekali?” gumam Ma Roo binggung, So So pun mengajak mereka
lanjutkan ke lokasi berikutnya.
So Ran
langsung bertanya pada Nyonya Han apakah melihat itu seperti yang ada
dipikiranya. Nyonya Han menganguk. So Ran tahu kalau Pemandu Yoon juga memiliki
sesuatu di punggungnya karena So So tadi kesana kemari untuk menjelaskan pilar.
Nyonya
Han tak percaya karena tidak melihatnya. So Ran mengaku memang melihatnya dan
mengajak Nyonya Han mengikuti mereka untuk melihat dengan jelas.
Keduanya
berjalan di belakang Ma Roo dan So So, lalu melihat ada berkas daun dikepala Ma
Roo dan baju So So. So Ran yakin klalu Itu berarti keduanya berbaring bersama dan Ada sesuatu di antara
mereka. Nyonya Han merasa cemburu karena keduanya berada pada saat paling membahagiakan
dalam hidup mereka.
Ma Roo
yakin Tidak ada yang tahu bahwa mereka menghabiskan malam bersama. So So
seperti tak yakin. Ma Ro merasa yakin karean dirinya sempurna. So So pikir Ma Roo yang paling
canggung karena mengatakan tur sunrise pribadi?
“Kau yang
jadinya lebih canggung dengan menjadi pemandu mereka.” Keluh Ma Roo. So So
menyuruh agar mereka berjaga jarak. Ma Roo pun langsung menjauh dari So So
“Cara
mereka berjalan juga canggung. Haruskah kita memberi tahu mereka?” pikir So
Ran. Nyonya Han pikir lebih baik mengurus masalah masing-masing
“Bagaimana
jika orang lain melihat? Mereka beruntung kita pandai menyimpan rahasia.” Kata
So Ran mengajak Nyonya Han untuk pergi lebih dulu dan sambil berjalan
memberitahu keduanya.
“Pemandu
Yoon, kau punya sesuatu di punggungmu dan Ahjushi, kau juga punya hal yang sama di punggungmu.” Ucap So Ran dan
bergegas pergi.
Keduanya
terlihat panik dan langsung saling membersihkan punggung dan kepala mereka
karena ada daun kering yang menempel.
So So
pikir akan mati karena hal ini melihat So Ran dan Nyonya Han menahan tawa dan
terlihat berjalan didepan mereka. Ma Roo pikir tak perlu khawatir, karena tak
ada yang peduli dan mereka tidak melakukan kesalahan. So So memberitahu kalau Ada
aturan di industri ini.
“Selama
tur, pemandu dan turis tidak lebih dari seorang pemandu dan turisnya.” Ucap So
So
“Kau
bilang selalu berteman setelah berpergian dengan turis.” Kata Ma Roo
“Apa itu
yang dilakukan teman?” keluh So So mengingat mereka berciuman sangat dalam di
pulau seberang. Ma Roo tak bisa menahan senyuman bahagia dengan kejadian
semalam.
“Aku
berpikir, kita tidak bisa terlihat bersama untuk saat ini. Jangan mendekatiku
mulai sekarang.” Perintah So So. Ma Roo pun menganguk setuju dan So So tak
perlu khawatir.
“Kita
harus jaga jarak sejauh mungkin, mengerti?” kata So So berjalan pergi
“Kata "Kita"...
Aku selalu senang mendengarnya.” Gumam Ma Roo merasa seperti ada yang memilki
sekarang.
Ma Roo
mengambil sarapan dan segelas kopi, Hyun tiba-tiba melonggo dan juga tim pria
karena melihat Ma Roo yang duduk disamping So So bergabung dengan tim wanita.
Ma Roo dengan santai menyapa So Soa gar menikmati sarapanya. So So gugup
menyuruh Ma Roo segera pergi. Ma Roo seperti baru tersadar dan bergegas pindah
tempat duduk.
“Kau bisa
saja makan di sana.” Komentar Yeon Jung. Ma Roo pun duduk bersama dengan Tuan
Oh dan juga Kyung Jae.
So Ran
bertanya pada So So apakah bisa beralih dari double-bed ke twin di hotel berikutnya. Nyonya Han yang
tak mengerti maksudnya pun bertanya. So Ran menjelaskan kalau meminta 2 tempat
tidur dan bukan 1. Nyonya Han pikir ia juga menyukainya. So So terlihat bisa
bernafas lega karena So Ran tak membahas kejadian tadi pagi.
“Ya, akan
ku lakukan.” Ucap So So. So Ran kembali ingin bicara. So So panik takut kali
ini So So membahas kedekatanya dengan Ma Roo.
“Kapan
kita akan belanja?” tanya So Ran seperti sudah tak tahan menunggu.
“Kita
berencana berbelanja sore ini dan besok siang. Dan Kita tidak akan pergi
sebagai 1 kelompok, jadi kalian bisa berbelanja dengan bebas. Sebaiknya Aku
akan pergi dulu agar bisa bersiap-siap
untuk berangkat.” Ucap So So merasa tak nafsu makan karena terlalu tegang.
“Kau
harus makan lebih banyak, karena makan terlalu sedikit.” Ucap Nyonya Han
khawatir.
“Kau
harus meluangkan waktu dan makan lebih
banyak.” Saran So Ran tapi So So seperti sangat gugup memillih untuk pergi
meninggalkan restoran. Ma Roo melonggo binggung melihat So So buru-buru
pergi meninggalkan restoran.
So So
menerima telp adiknya, Su Su terlihat sangat marah ingin tahu keberadaan
Kakaknya sekarang.
“Dimana
kau sepanjang malam? Kau kabur, kan? Aku rasa kau tidak berpikir kalau aku bisa
menemukanmu. Tapi tunggu saja.” Ucap Su Su takm mendengar suara kakaknya lebih
dulu, langsung menutup telp dan berlari untuk mencari kakaknya.
Mereka
pun mengambil gambar diatas jembatan, Dengan So So yang mengambil gambar. Ma
Roo mengajak So So untuk foto bersama mereka juga, So So menolak tapi yang
lainya juga ingin mereka bisa foto bersama, Hyun pun meminjam tongsis milik Ma
Roo agar mereka bisa foto bersama.
Saat akan
naik bus, Su Su datang berteriak marah dan siap memberikan tendangan dan
berlari pada Ma Roo tapi Ma Roo bisa menghindar membuta Su Su terjatuh. Semua
orang yang ada didalam bus pun melihatnya. Su Su langsung mengumpat pada Ma Roo
dengan mencengkram bajunya. So So melihat adiknya menyuruh untuk minum lebih dulu.
“Aku juga
banyak berolah raga.” Gumam Ma Roo ingin melepaskan cengkraman adik So So saat sedang minum.
“Tapi
kurasa dia yang paling olahraga.” Keluh Ma Roo yang tak bisa melepaskan
cengkraman tangan Su Su.
“Lepaskan
dia sekarang juga.” Kata So So. Su Su ingin bicara kalau keduanya semalam.....
So So langsung berteriak marah pada adiknya. Semua pun memandang pertengkaran
yang tak diketakutan dan kejadian tadi malam.
“Aku
minta maaf... Sekarang silakan naik bus dulu.” Ucap So So pada semua anggota
tim.
Ma Roo
terlihat marah dengan sikap adik So So yang terlalu kasar. So So kali ini
memperingatkan Ma Roo agar tak berkelahi danm menyuruh untuk naik bus. Ma Roo
pun menurut. So So juga menyuruh adiknya untuk naik bus. Su Su bertanya mau
kemana mereka sekarang. So So menjawab
kalau mereka akan pergi Rumah.
Ma Roo
duduk dibagian belakang dengan Su Su yang menatap sinis padanya. So So berdiri
di depan bus mengatakan perlu memperkenalkan tamu yang tidak disukai, lalu menyuruh adiknya
berdiri dan menyapa semuanya. Hyun mengingat kalau melihat Su Su di Montmartre.
“Dia
adalah adik laki-lakiku, Yoon Su Su. Dia
bepergian ke Perancis, dan kami bertemu lagi kemarin. Tapi dia tidak bisa
kembali, jadi akan ikut kita sementara.
Apa itu tidak masalah ?” ucap So So. Semua
menjawab dengan kalau itu tak maslah.
“Biarkan
dia menyanyikan sebuah lagu.” Kata Tuan Oh. So So mengaku adiknya tuli nada. Su
Su mengelak kalau tak seperti itu. So So pun menyuruh adiknya untuk duduk saja.
“Apa
kalian bersenang-senang di Mont Saint-Michel?” tanya So So. Ma Roo dengan
lantang menjawab “Iya”
“Apa
kalian membuat kenangan indah?” tanya So So. Ma Roo dengan wajah bahagia menjawab “Ya”
“Kita
dalam perjalanan ke Saint-Malo. Setelah jalan-jalan, kita akan menuju tujuan
selanjutnya di malam hari.” Ucap So So
“Tapi
Eonnie, pulau apa itu disana?” tanya Hyun menunjuk pulau yang ada diseberang
jalan.
“Itu
adalah Pulau Tombelaine, yang sudah aku
ceritakan kemarin. Selama Perang Seratus Tahun, mereka membunuh tentara Inggris
di sana. Itu menjadi habitat burung migran sekarang, jadi itu bukan tujuan
wisata. Pulai itu akan terkena Pasang dimalam hari dan surut airnya di pagi dan sore hari. “ jelas
So So.
“Tapi
jika kau pergi pada waktu yang salah, maka Kau bisa terjebak di sana sepanjang
malam. Akibatnya, roman yang tak terhitung jumlahnya terlahir di sana. Ini juga
disebut "Pulau Kekasih."” Kata So So
“Aku tidak tahu itu "Pulau
Kekasih".” Gumam Ma Roo tersenyum karena punya kenangan di pulau itu.
Flash Back
So So
berbaring di pasir dengan tas miliknya, wajahnya terlihat sedih dan kesal. Ma
Roo berjalan berjongkok dibelakangnya dengan tulus meminta maaf dan mengaku
kesalahanya.
“Bangsa
Celtic tinggal di Saint-Malo sejak tahun 1700-an. Mereka juga dikenal sebagai
Galia. Mereka adalah bajak laut yang hebat. Jika Mont Saint-Michel seperti dewi
yang anggun... St. Vincent...” Jelas So So sebagai pemandu dan Ma Roo mulai
bergumam mendengarnya.
“Apa
suaranya selalu bagus? Jika tidak, apa itu cuma perasanku? Aku bertanya-tanya
kapan itu dimulai.” Gumam Ma Roo seperti sangat jatuh cinta pada So So.
“André
Malraux, seorang menteri kebudayaan yang menulis "La Condition
Humaine" Melihat Saint-Malo dan mengatakan bahwa jika dia tinggal 1 minggu lagi disini. Dia
akan menghabiskan waktu di Saint-Malo. Ini memang tidak spesial. Tapi semakin
lama kau tinggal disini, semakin kau tidak ingin pergi.” Jelas So So
memperlihatkan tempat yang dikunjungi terihat sangat etnik.
“Dulu ini
kota bajak laut. Tapi Bukankah itu agak ironis? Di belakangku ini adalah Katedral St. Vincent. Setelah berkeliling di
sekitar katedral. Lalu Silahkan belanja dan melihat-lihat. Mari bertemu di bus
pukul 12 siang.” Ucap So So. Semua pun menganguk mengerti.
So So
seperti membeli beberapa tiket, Su Su bertanya kapan mereka akan pulang. So So
menjawab kalau it setelah tur-nya selesai. Adiknya memastikan kalau kakaknya
tidak berbohong lagi. So So memberikan tiket agar Su Su Naik wahana yang karena
sangat menyenangkan. Su Su bertanya bagaimana dengan kakaknya.
“Aku
pemandunya.” Ucap So So. Su Su pikir kakaknya mencoba melarikan diri lagi.
“Aku akan
meninggalkanmu, tapi aku tidak akan meninggalkan para turis.”kata So So
“Baiklah,
maka berjanjilah, kalau Kau tidak akan lari.” Ucap Su Su. So So menyakinkan
kalau dirinya sudah berjanji.
Su Su
memberikan jari kelingking unjuk berjanji dengan menyatuhkan jempol mereka. So
So mengeluh kalau itu sangat kekanak-kanakan tapi melakukan demi adiknya.
Akhirnya semua naik kereta wisata untuk berjalan-jalan. Ma Roo duduk dibelakang
melambaikan tangan pada So So, dan So So pun membalasnya dengan senyuman.
So Ran
melihat semua tempat belanja kalau Wow sangat bagus karena jadi style
liburanya. Ia melihat kue, baju yang
cantik, bahkan punya toko sepatu. Diam-diam Kyung Jae yang duduk didepanya
menatap So Ran yang terus terpana melihat semua tempat belanja yang ia suka.
“Apa Kau
pernah ke Hwasan, Suwon?” tanya Tuan Oh. Kyung Jae mengatakan tidak pernah
“Pergi ke
sana saja nanti. Mereka memiliki bus
antar-jemput yang sama.” Kata
Tuan Oh. Kyung Jae menganguk mengerti.
“Ngomong-ngomong,
kemarin... Aku sungguh minta maaf.” Kata Kyung Jae meminta maaf pada Tuan Oh
yang sebelumnya mengomel.
“Jangan
khawatir. Datanglah ke restoran kami. Aku akan memberimu banyak minuman...
Kalian semua diundang.” Ucap Tuan Oh terlihat tak memiliki dendam.
So So
kembali menaiki komidi putar dengan wajah sendu, seperti punya kenangan pahit.
Lalu teringat dengan kata-kata Ma Roo sebelumnya.
Flash
Back
“Tidak
peduli berapa lama kau mengendarainya, Kau akan kembali ke tempat yang sama. Untuk
waktu dan tempat yang sama seperti kau selalu ingin kembali. Bukankah itu
sebabnya kau naik itu?” ucap Ma Roo
“Aku
mengendarainya untuk menghabiskan waktu.”
Kata So So karena harus menunggu para turis kembali.
“Kalau begitu,
jangan menangis. Kau tidak bisa memulainya
jika kau terus menangis.” Kata Ma Roo
So So
yang mengingat ucapan Ma Roo pun, akhirnya tersenyum diatas kuda-kudaan yang
terus berputar dan kembali ke tempat yang sama.
Saat itu
tiba-tiba kereta pun berhenti karena ada mobil yang lewat didepan mereka. Ma
Roo mencari kesempatan untuk turun dari kereta dan memisahkan diri dari grup.
Kereat kembali terus berjalan melalui tempat belanja, Tuan Oh pikir kalau
tempatnya ini sama seperti yang ada di Itaewon. Su Su duduk dibagian depan
menoleh ke belakang dan wajahnya langsung marah karena tak menemukan Ma Roo di
bangku belakang.
“Kenapa
kau sudah kembali?” tanya So So kaget melihat Ma Roo sudah berdiri di depan
komidiputar.
“Karena
aku merindukanmu!” teriak Ma Roo. So So pikir Ma Roo tak perlu berlebihan.
“Aku
ingin tur malam hari ini.” Ucap Ma Roo. So So menolak kalau tidak mengadakan
tur malam ini.
“Lalu
pergilah kencan denganku.” Kata Ma Roo dengan penuh keyakinan. So So berputar
berada jauh dari sisi Ma Roo.
“Aku
bertanya-tanya... kapan aku mulai
menunggu...Untuk mendengar suaranya.” Gumam Ma Roo
“Aku
tidak mau.” Teriak So So yang sudah ada didepan Ma Roo dan akhirnya permainan
pun berhenti.
Ma Roo
membantu So So untuk turun dan kembali mengajaknya untuk berkencan. So So
mengaku kalau hanya akan memberikan tur malam. Ma Roo mengodanya kalau membayar
30 euro. Su Su melihat Ma Roo mendekati kakakknya sudah tahu kalau ini akan
terjadi.
“Apa Kau
tidur dengannya? Apa yang Kau lakukan?” teriak Su Su marah. Ma Roo mengaku
kalau tak seperti it.
“Jika
kami melakukannya, itu bukan urusanmu.” Balas So So tak peduli karena tak ada
anggota lainya.
“Apa Itu
sebabnya kau tidak mau pulang?” kata Su Su. Ma Roo ingin menjelaskan tapi Su Su
yang lebih galak menyuruh untuk diam.
“Kita
harus bicara dan Aku akan berbicara dengan kau nanti.” Kata Su Su menarik
kakaknya dan menunjuk wajah Ma Roo. Ma Roo hanya bisa mentap So So yang ditarik
pergi oleh adiknya.
“Baiklah, aku tidak bisa benar-benar menjelaskan
apa yang terjadi semalam.” Gumam So So melihat keduanya pergi.
Flash Back
Di pulau,
Ma Roo terus mencium So So dan hampir mendorongnya untuk berbaring. So So
tiba-tiba berhenti dan bertanya apakah Ma Roo punya kondom. Ma Roo terlihat
bingung. So So kembali mengulang pertanyaanya.
So So mengaku kalau Tidak punya.
“Kenapa
kau tidak bawa?” keluh So So. Ma Roo malah balik bertanya kenapa ia harus membawanya
dengan wajah binggung. So So akhirnya
sibuk mencari di dalam tasnya. Ma Roo binggung apa yang dicari So So.
“Kondom.”
Ucap So So. Ma Roo kaget tak percaya kalau So So membawanya. So So pikir itu
sudah pasti akan membawanya.
“Kenapa
kau membawanya?” tanya Ma Roo heran mendengar wanita yang membawa kondom.
“Kau
tidak punya alasan untuk membawanya. Karena Kau tidak pernah tahu apa yang akan terjadi.” Ucap So So
“Memang
apa yang akan terjadi?” tanya Ma Roo binggung. So So pikir kalau sudah terjadi
sekarang ini.
Ma Roo
terlihat binggung, So So tahu kalau Ma Roo berpikir dirinya itu gampangan. Ma
Roo mengaku bukan seperti itu. So So merasa kalau Ma Roo berpikir dirinya yang
selalu siap tidur dengan pria. Ma Roo terdiam.
“Di
Perancis, anak-anak belajar menggunakan kondom di sekolah menengah. Jadi Jangan
berpikir aneh karena seorang wanita
membawa kondom. Itu adalah pola pikir kuno, bukankah begitu?” tegas So So
“Apa aku
menyesuaikan cara berpikir kalau aku juga benci tanpa menyadarinya?” gumam Ma
Roo. So So pikir kalau mereka harus berhenti sekarang.
“Aku
tidak tahu kata "kita" bisa terasa sangat dingin.” Gumam Ma Roo
kembali So So mengatakan “Kita”
Ma Roo
langsung meminta maaf. So So pun bertanya meminta maaf karena apa. Ma Roo
mengatakan kalau itu karena tidak membawa kondom. So So tak masalah dan
menyuruh Ma Roo untuk tidur saja yang nyenyak dan memilih untuk berbaring
dengan alas tasnya
“Aku
minta maaf... Aku sungguh minta maaf. .. Itu salahku.” Ungkap Ma Roo berjongkok
dibelakang So So
“Aku
berusaha sebaik mungkin untuk tidak
mencuci otakku. Tapi mereka selalu memberi tahu kalau pria harus melakukan ini dan
wanita harus melakukan itu. Itulah dunia tempat aku tinggal selama ini” ungkap
Ma Roo.
“Tidak
apa-apa dan Ini tidak layak diperjuangkan.” Balas So So dan kembali duduk. Ma
Roo pun duduk disampingnya.
“Tapi...
apa yang akan kita lakukan? Sepertinya sudah terlambat dan aku juga sudah tidak
mood.” Ungkap So So
“Aku
pikir... kita akan punya banyak waktu.”
Kata Ma Roo menatap So So seperti mengodanya.
“Aku
tidak membuat kesalahan meski menciummu hari ini. Mungkin saja... kemarin juga
bukan kesalahan. Tapi... Aku merasa seperti akan memikirkan hal lain yang kita lakukan sebagai sebuah kesalahan.”
Ungkap So So Ma Roo pikir So So kedinginan, memintanya agar mendekat den
memakai jaket kembali. So So pun bisa sudah berada dalam dekapan Ma Roo agar
tak kedinginan.
Su Su
ingin tahu Siapa brengsek itu dn apa hubungan mereka. So So mengaku kaalu Ma Roo adalah seorang
pelanggan dari tempat kerjanya. Su Su pikir Kenapa pelanggan melompat dari
kereta wisata dan lari kepada kakaknya.
“Apa dia
lari dari kereta?” ucap So So kaget. Su Su mengejek kalau Ma Roo mungkin saja
terbang. So So panik melihat Ma Roo karena takut terluka.
“Hei...
Lihatlah dirimu... Jangan membuka perasaanmu untuk siapapun. Dia datang ke sini
hanya untuk bersenang-senang.” Ucap Su Su marah. So So meminta adiknya tak
mengatakan hal iytu.
“Apa kau
tahu yang membuatku marah? Bukan karena kau mengikuti bajingan itu kesini Atau
karena kau tidak mau kembali ke rumah.
Dan bukan karena bajingan itu, tapi karena aku! Kenapa aku bergabung dengan
militer saat itu, dan berakhir di penjara...” ucap Su Su terdiam karena ia kecepolasan
berbicara.
“Kau
Bilang Penjara? Apa yang kau bicarakan? Kenapa kau dipenjara? Apa kau mendapat
masalah lagi? Heei... Kenapa kau tidak bicara?” kata So So melihat adiknya
hanya diam saja.
“Kau
menyuruhku untuk tidak melakukannya!” kata Su Su akhirnya ikut berteriak. So So
meminta adiknya memberitahu apa yang terjadi sebenarnya.
“Aku
bertunangan untuk menikah.” Ucap Su Su. So So heran adiknya malah mengatakan
kalau akan menikah.
“Aku akan
menikah dengan Doo Ri.” Ucap Su Su. So So tak percaya kalau yang dimaksud Han Doo Ri. Su Su membenarkan
dan mengaku kalau Orang tuanya juga kaget.
Flash Back
Su Su dan
Do Ri menemui ayah dan ibu Doo Ri di sebuah restoran. Ibu Do Ri tak percaya
kalau keduanya akan menikah. Su Su dan Doo Ri terlihat sangat yakin kalau
mereka sudah memutuksan untuk menikah.
“Kalian
memang sudah lama sejak SMA. Jangan terlalu lama berkomitmen pada seorang wanita.
Ini akan sangat membosankan.” Kata Tuan Han seperti menyuruhnya tak perlu
menikah.
“Anda
mengatakan bahwa kalian berdua saling mencintai saat menikah.” Pikir So So.
Tuan Ha pikir karena itu memberitahu lebih dulu.
“Apa kau
hamil?” tanya Ibu Doo Ri, Doo Ri
mengelengkan kepala.
“Kalau begitu
kencan dengan pria lain. Aku hanya memiliki ayahmu saja selama seumur hidupku. Tapi
aku merasa sangat bersalah karena itu.
Kalian harus berkencan dulu sebelum menikah.” Ucap Ibu Doo Ri
“Aku akan
menjadi satu-satunya.” Ucap Su Su tak ingin ada pria lain yang mendekati Doo
Ri.
Tuan Han
tahu Su Su adalah guru olahraga dan anaknya adalah guru musik, lalu ingin tahu
Apa yang akan mereka lakukan selama liburan, karena Pasangan seharusnya tidak menghabiskan
banyak waktu bersama. Su Su menjawab
kalau akan menganggapnya sebagai... Tiba-tiba Tuan Ha mengumpat marah.
“Hei..
Anda seharusnya tidak memanggil menantu laki-lakimu 'kunyuk'. Inilah kenapa
Anda tidak punya teman.” Kata Su Su. Tuan Han pikir benar juga.
“Dan,
Ibu... Kau seharusnya tidak pergi hiking dengan mantan rekanmu terlalu sering.
Anda bisa berakhir dengan
perselingkuhan.” Ucap Su Su yang sudah mengenal dekat dengan ibu mertuanya.
“Kunyuk
itu tahu terlalu banyak kelemahan kita.” Bisik Tuan Han pada istrinya.
“Seorang
menantu laki-laki harus lebih mudah diurus.” Balas Nyonya Han.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar