PS
: All images credit and content copyright : SBS
Berita di
TV “Pukul 17.00
kemarin, di parkiran kantor Hangang, Lee Yoo Bum,. yang sedang disidang untuk
kasus di Mogok-dong membunuh pria bernama Choi Dam Dong yang menjadi saksi di
persidangan.”
Nyonya
Yoon sibuk menyiapkan sarapan untuk anaknya, Hong Joo terbangun dari tidurnya
dan masih bermimpi menuliskan dalam selembar note.
“Lee Yoo Bum yang menyangkal semua
tuntutan telah mengakui kejahatannya setelah ditangkap. Dia dituntut atas
manipulasi kasus pembunuhan berantai cairan infus, membunuh Ha Joo Won, pelaku
asli kasus pembunuhan cairan infus, dan percobaan pembunuhan Reporter Nam Hong
Joo.”
Nyonya
Yoon kembali menyiapkan menu makanan, kali ini dengan bahan mie. Hong Joo
terbangun dengan wajah bahagia dan menuliskan kembali dalam notenya.
“Penyelidikan jaksa akan segera
mendapat kemajuan Kejaksaan menambahkan tuntutan pembunuhan untuk tabrak lari.
Dalam kasus manipulasi pembunuhan cairan infus, dia akan menerima hukuman tambahan
atas pemalsuan bukti, percobaan pembunuhan, serta pembunuhan tidak berencana.”
Nyonya
Yoon menyiapkan sendok dan juga sumpit untuk makan, Hong Joo turun dari tempat
tidurnya menempelkan lembaran note ketiga.
Jae Chan
dan adiknya sarapan bersama. Nyonya Yoon yang kesal bertanya kalau Si brengsek
Yoo Bum akan diperiksa hari ini. Jae Chan menjawab Penyelidikan telah selesai, tapi Yoo Bm
bilang ada yang ingin dikatakan. Nyonya Yoon pikir Yoo Bum seharusnya diam
karena Tidak ada yang perlu dikatakan.
“Bagaimana
dengan Woo Tak? Apa Dia tidak sarapan sekarang?” tanya Seung Won seperti
kehilangan.
“Sepertinya
begitu, Dia tidak menjawab teleponku. Haruskah kita membawakan makanan
untuknya?” pikir Hong Joo lalu melihat Jae Chan seperti tak nyaman dengan
tanganya yang terus bergetar.
Note
pertama di kamar Hong Joo "Jangan takut. Aku akan bersamamu setiap hari
sampai akhir" Hong Joo berjalan bersama ke halte bertanya pada Jae Chan
Apa tangannya masih gemetar, Jae Chan membenarka kalau dokter bilang tak ada
masalah jadi tak tahu kenapa bisa seperti ini.
“Aku tahu.
Dulu tanganku sering gemetar.” Ucap Hong Joo. Jae Cahn pun bertanya harus
melakukan apa pada tanganya.
“Itu
butuh sedikit waktu... Tapi kau bisa melaluinya. Aku akan membantumu.” Ucap
Hong Joo sengaja memasukan jarinya pada sela jari tangan Jae Chan. Jae Chan
seperti tak percaya kalau Hong Joo yang melakukanya.
“Jadi,
jangan takut. Aku akan selalu ada untukmu. Setiap hari, sampai akhir.” Kata
Hong Joo
“Seharusnya
aku yang mengucapkan kata-kata itu. Kau...” keluh Jae Chan.
“Itulah
yang kau ucapkan.” Ucap Hong Joo. Jae Chan makin binggung bertanya kapan
mengatakan.
“Aku
tidak tahu kapan... Kurasa satu tahun lagi.” Kata Hong Joo. Jae Chan bertanya
apakah mendengarnya di mimpinya. Hong Joo membenarkan.
“Kau bilang
juga, ingin mengucapkan sesuatu kepada dirimu sendiri.” Ucap Hong Joo. Jae Chan
ingin tahu apa yang diucapkan.
Di ruang
interogasi
Yoo Bum
melihat Jae Chan merasa kalaau Ini
mengembalikan kenangan. Karena sekarang Jae Chan jaksa yang menyelidikinya dan ia sebagai
terdakwa. Jae Chan pikir membenarkan. Yoo Bum meminta agar Jangan ketik apapun
karena sudah mengakui semua kejahatannya. Jae Chan pun meminta rekan kerjanya
tak mengetik.
“Aku tahu
yang kau pikirkan... Aku tahu yang semua orang pikirkan, bahwa Lee Yoo Bum
akhirnya menerima akibat dari perbuatannya. Kini keadilan mengalir dengan benar
seperti sungai.” Ucap Yoo Bum bisa mengetahui semua jaksa ada di ruang kontrol.
“Dia
menyerahkan segalanya dan menjadi jahat.” Keluh Jaksa Son. Jaksa Park juga
heran karena Yoo Bum seharusnya memohon ampun.
“Jangan bodoh...
Kelak kau bisa berada di posisiku saat ini.” Kata Yoo Bum. Jae Chan binggung
apa maksud ucapanya.
“Puncak
masalahnya adalah kasus pembunuhan berantai cairan infus. Aku, seorang jaksa,
membiarkan Ha Joo Won lolos, dan keliru menyimpulkan bahwa Myung Yi Suk yang
bersalah.” Ucap Yoo Bum. Jae Chan membenarkan begitu jaksa yang lainya.
“Kalian
semua mengurus sekitar 200 kasus per bulan dan beberapa ribu kasus per tahun.
Pa Kau pikir kalian mengurus setiap kasus dengan cara yang benar? Sulit
mendapatkan nilai sempurna bahkan pada tes diktemu. Di antara semua kasus yang
bisa menghancurkan hidup seseorang, di antara ribuan kasus itu, Apa kau yakin
tidak pernah membuat kesalahan satu pun?” ucap Yoo Bum.
“Ayolah. Jujurlah
kepada dirimu sendiri... Beberapa kasusmu pasti bermasalah... Hei, Jaksa Lee...
Kau tidak melakukan autopsi dan membuat pernyataan palsu... Lalu kau, Jaksa
Shin... Kau salah mendakwa dan membuat Kang Dae Hee lolos.” Ucap Yoo Bum. Jaksa
Lee dan Hee Mi pun hanya bisa diam saja.
“Ada cukup
banyak kasus yang aku tahu. Jadi Sampai kapan kalian akan bertahan? Kalian
berdiri disana hanya karena beruntung kesalahan kalian tidak diketahui.
Alasanku disini karena sialnya, kesalahan penilaianku diketahui. Kurasa aku
tidak beruntung.” Ungkap Yoo Bum.
“Tidak....
Tapi itu karena Kau jahat. Saat menyelidiki kasus cairan infus, maka kau
menargetkan Myung Yi Suk dan menyesuaikan teka-tekinya. Kau bahkan memalsukan
bukti untuk menyelesaikan teka-tekinya, tapi kau tahu selama ini bahwa kau
salah. Karena itu, kau begitu marah kepada kami.” Ucap Jae Chan.
Ia
mengingat saat Yoo Bum memarahinya sambil berteriak “Lalu kenapa kau
menyelidiki setelah memutuskan hasilnya? Kau seharusnya menyelidiki untuk
mencari tahu hasilnya!”
“Mungkin
saat melakukannya kepada kami, kau teringat perbuatanmu. Karena itu, kau
marah... Kau tidak marah kepada kami. Tapi kau marah kepada dirimu sendiri... Benarkan?”
ucap Jae Chan bisa mengetahui Yoo Bum yang selalu mencuci tangan setelah
bersidang.
“Tidak.”
Kata Yoo Bum menyangkal. Tapi Jae Chan yakin kalau Yoo Bum membenci dirinya
sendiri. Yoo Bum tetap menyangkalnya.
“Kau
mengira kesalahanmu akan hilang jika menyalahkan orang lain. Kau ketakutan. Kau
terus bersembunyi dan menutupi fakta lalu merasa makin bersalah setiap harinya.
Kau berada disini bukan karena jawabanmu salah, tapi karena kau memaksakan jawaban
salah itu menjadi benar.” Tegas Jae Chan terus berbicara walaupun Yoo Bum
menyuruhnya diam.
“Kau bahkan
harus membunuh Ha Joo Won dan Penyidik Choi untuk mendukungnya. Kau terus memaksakan
jawaban salah menjadi benar. Karena itu, kau berada disini. Kau bukan tidak
beruntung tapi Kau jahat.” Kata Jae Chan. Yoo Bum hanya tertawa dengan senyuman
dendamnya.
Ruang
sidang
“Terdakwa,
Lee Yoo Bum, seharusnya mencari kebenaran sebagai jaksa, bukan ketenaran dan
uang Hasilnya, pelakunya lolos dan banyak kematian terjadi. Terdakwa pernah
menjadi jaksa yang mendakwa orang dan menghukum mereka yang melakukan
kejahatan. Tapi terdakwa meneruskan jalannya meski mengetahui bahwa
perbuatannya salah.” Ucap Jae Chan
“Saat
itulah, dia membunuh dan melukai banyak orang. Saya berharap di negara ini,
para pelindung hukum akan bertanggung jawab saat menegakkan hukum. Kepada
banyak orang tidak bersalah yang tewas karena terdakwa, dengan ini saya meminta
maaf sebagai seorang jaksa.” Ucap Jae Chan menatap Dae Goo yang duduk dibangku
penonton.
“Saya
menuntut pendakwaannya.. Tolong jatuhi terdakwa dengan hukuman seumur hidup.”
Kata Jae Chan.
Jaksa Lee
melihat bangku kosong disamping Hong Joo merasa kalau Penyidik Choi harus melihat ini.
Jae Chan
terbangun dengan bertelanjang dada dan mendengar suara Hong yang bertanya
apakah masih membaca buku-buku ini. Lalu tersadar kalau Hong Joo menyuruhnya
bangun karena sudah pukul 11.00. Hong Joo sudah duduk didepan rak buku.
“Ini
Berdebu sekali!.. Kau tidak membacanya selama bertahun-tahun dan juga takkan
membacanya dalam tiga tahun ke depan.” Ucap Hong Joo
“Ada apa
dengan buku-buku itu dan tiga tahun ke depan?” tanya Jae Chan yang membalut
tubuhnya dengan selimut.
“Aku
ingin memberikan semua ini kepada Woo Tak, karena dia mendaftar sekolah hukum.”
Kata Hong Joo.
“Benarkah?
Dia tidak pernah bilang. Kapan dia bilang begitu?” tanya Jae Chan. Hong Joo
mengatakan kalau Woo Tak mengatakan itu di mimpiknya.
“Dia harus
belajar bertahun-tahun tanpa pemasukan. Jadi, bantulah dia menghemat uang buku.”
Kata Hong Joo. Jae Chan menganguk setuju. Hong Joo meminta agar Jae Chan
mengeluarkan kopernya. Jae Chan sambil melompat dengan selimut yang menutupi
tubuhnya.
Woo Tak
duduk diatas tempat tidurnya, sengaja membiarkan rambutnya memanjang dan tidak
mencukur. Terdengar bunyi suara bel rumahnya, lalu bertanya siapa yang datang.
Hong Joo memberitahu kalau ia yang datang, Woo Tak panik melihat Hong Joo dan
Jae Chan datang ke rumahnya.
“Ada apa
kau kemari?” tanya Woo Tak. Hong Joo mengatakan
membawakan hadiah.
“Tunggu
sebentar... Aku akan keluar sebentar lagi.” Ucap Woo Tak panik karena rumahnya
yang berantakan.
Hong Joo
membuka tirai sambil mengeluh kalau Woo Tak sama seperti Jae Chan saat tidak
bekerja. Woo Tak dengan bangga kalau menganggapnya itu pujian. Jae Chan
terlihat sinis mendengarnya. Woo Tak bertanya apa yang dibawa Hong Joo.
“Aku bermimpi
tentang setahun kemudian. Kau akan kuliah hukum.” Kata Hong Joo. Woo Tak kaget
kalau diusia sekarang seperti tak percaya.
“Ya, di
usiamu ini, kau mengikuti kuliah bersama para gadis muda.” Kata Hong Joo. Jae
Chan mengaku kalau sangat iri. Hong Joo pun langsung memberikan ciuman keras
pada pacarnya.
“Ini
Tidak mungkin. Kau bilang Aku? Kuliah hukum?” ucap Woo Tak. Jae Chan pikir itu masuk
akal.
“Saat
kulihat kau membela Do Hak Young waktu itu, kau lebih mengetahui hukum daripada
aku. Kau unggul dalam bidang hukum di akademi kepolisian.” Kata Jae Chan
“Bukan
hanya hebat, tapi aku yang terbaik.” Kata Woo Tak bangga. Jae Chan seperti
kesal karena Woo Tak tak bisa dipuji.
“Ibuku
membuatkan makanan ini untukmu dan akan mengurus makananmu selama kau kuliah
hukum.” Kata Hong Joo. Woo Tak pikir mereka
tidak perlu melakukan ini.
“Semua
orang melakukan ini untukmu. Jadi, bersihkan kamar dan bercukur! Apa Kau
memberi makan Robin? Dia pasti lapar!” ucap Jae Chan dan langsung bersikap imut
menyapa Robin untuk mengaja berjalan-jalan.
“Bawaan
kalian sungguh banyak. Bagaimana membawanya tanpa mobil?” ucap Woo Tak. Hong
Joo mengaku kalau mereka punya mobil.
Woo Tak kaget mereka yang punya mobil.
Jaksa Lee
menelp pacarnya di dalam bus dengan seseorang yang tertidur bersandar
disampingnya. Ia memberitahu dalam
perjalanan dengan bus, karena Jae Chan ingin meminjam mobilnya. Pacarnya
seperti bertanya kenapa Jae Chan meminjamnya, Jaksa Lee mengatakan tak tahu
tapi Jae Chan ingin membawa sesuatu.
“Bus ini
lebih baik daripada mobil itu. Sampai nanti.” Ungkap Jaksa Lee berusaha
tersenyum tapi setelah menutup telp kesal dengan rekannya yang terus tidur di
pindahnya.
Dalam
note yang ditulisan Hong Joo, lembaran pertama "Jangan takut. Aku akan
bersamamu setiap hari sampai akhir" dan lembaran kedua "Itu Woo
Tak". Hong Joo meminta kunci karena akan menyetirnya. Jae Chan pun
memberikan kunci mobil ditanganya.
“Tanganku
tidak gemetar lagi... Itu Woo Tak.” Ucap Hong Joo melihatnya. Jae Chan binggung
“Sudah
kubilang aku bisa membantu tanganmu, jadi Kau saja yang mengemudi.” Ucap Hong
Joo berjalan masuk ke mobil di bangku penumpang.
“Apa Kau
membantuku? Kapan?” tanya Jae Chan bingung Hong Joo menjawab kalau itu
Sekarang. Jae Chan dibuat binggung.
Rumah Woo
Tak terlihat sangat bersih, setelah membersihakn badanya ia mengambil buku
"Pengantar Hukum Pidana" seperti sudah mulai belajar tentang hukum
dengan nyaman.
Note
lembaran ketiga "Ucapkan terima kasih kepada kakakku" Seung Won masuk
ke dalam minimarket memnceritakan pada Dae Goo kalau Kakak baru saja
memberitahunya bahwak Lee Yoo Bum dihukum seperti permintaan kakaknya yaitu
Penjara seumur hidup. Dae Goo langsung lemas dan menangis haru.
“Apa yang
harus kukatakan? Itu bukanlah hal baik.” Ucap
Seung Won.
“Sampaikan
terima kasihku pada kakakmu.” Kata Dae Goo. Seung Won menganguk mengerti lalu
ponselnya berdering.
Ia
berbicara pada So Yoon dan meminta maaf karena akan menelepon. Dae Goo heran
kenapa So Yoon meneleponnya. Seung Won memberitahu kalau mereka berpacaran. Dae Goo tak percaya. Seung
Won memperlihatkan foto mereka berdua di ponselnya.
“Kau
mengeditnya... Kenapa So Yoon mau denganmu?” ucap Dae Goo. Seung Won menegaskan
kalau tak mengeditnya.
“Apa Kau
pikir aku pria mesum, Mengedit wajahnya?” keluh Seung Won.
“Baiklah.
Anggap saja kalian berdua berpacaran jadi keluarlah, Aku harus mengatur barang.”
Kata Dae Goo masih tetap tak percaya. Seung Won kesal karena Dae Goo masih
tetap tak percaya.
Di kamar
Hong Joo, masih ada 3 lembar note "Jangan takut. Aku akan bersamamu setiap
hari sampai akhir" dan 1 tahun berlalu lembaran pun sudah menghilang,
seperti Hong Joo tak pernah bermimpi lagi. Jae Chan sudah ada diruang makan.
“Jika
kedua pengantin adalah rekan kerja,... bagaimana memberikan uang dalam
amplopnya?” tanya Jae Chan. Nyonya bertanya apakah ini pernikahan teman Jae
Chan hari ini.
“Aku
bingung. Aku tidak tahu bagaimana memberikannya.” Ucap Jae Cahn.
“Apa Kau
harus memberikan dobel Atau kau harus memisahkannya menjadi dua?” kata Seung
Won.
“Bukankah
harus secara terpisah? Kau harus memberikan dobel.” Kata Nyonya Yoon.
“Berikan
saja kepada yang paling dekat denganmu. Kau pembawa acara disana. Tapi apa Kau
harus menyumbang juga?” kata Hong Joo.
Jae Chan
mulai memikirkanya apakah tidak perlu menyumbang. Hong Joo pikir tempat laundry
sudah buka karena pakaian untuk pernikahan ada disana. Jae Chan sibuk mencari
sesuatu di laci. Nyonya Yoon memberitahu Hong Joo kalau akan mengambil pakaian
anaknya setelah mengantar makanan pada Woo Tak.
“Ibu,
sebentar... Apa ini? Tertulis Jaksanya aku dan polisinya Woo Tak?” ucap Woo Tak
menemukan sebuah buku. Nyonya Yoon terlihat binggng menjelaskanya.
“Apa yang
Ibu andalkan dari kami?” kata Jae Chan. Seung Won melihat kalau ini Tampak seperti nilai dan nilai kakaknya lebih
rendah.
“Benarkah?
Tampaknya dia menilai kami.” Kata Jae Chan. Hong Joo hanya bisa tersenyum
“Dulu aku
membuat skor itu jadi Buang saja. Sekarang Ibu terlambat. Ibu harus pergi jadi Makanlah
tanpa ibu.” Ucap Nyonya Yoon bergegas pergi.
Jae Chan memperlihatkan gaya imut mengejar Nyonya Yoon agar menjawab
pertanyaan dulu.
Woo Tak
membuat japchae lalu menyuapi Nyonya Yoon agar mencicipinya. Nyonya Yoon memuji
kalau Rasanya lezat sekali, sambil memasukan kotak makan memberitahu Jika
menguasai japchae, itu artinya Woo Tak sudah menguasai masakan Korea. Woo Tak
pikir Membuat japchae itu mudah./
“Tidak...
Japchae takkan dimakan di acara spesial jika mudah dibuat. Jadi Letnan Han, kau
tidak perlu belajar memasak lagi.” Ucap Nyonya Yoon lalu berpikir kalau harus berhenti memanggilnya Letnan Han karena
bukan seorang polisi lagi.
“Apa Kau
sudah memutuskan jalan kariermu? Lalu Aku sebaiknya memanggilmu apa? Hakim Han?
Jaksa Han? Pengacara Han?” ucap Nyonya Yoon.
“Pengacara
Han. Aku lebih cocok membela orang daripada menghakimi orang.” Kata Woo Tak
tersenyum bahagia. Nyonya Yoon pun bahagia karena panggilan Pengacara Han
Sangat melekat.
Nyonya
Yoon keluar dari laundry dan hampir tertabrak motor, Dae Goo menyelamatkanya
dan di dalam taksi bapakn yang ditolong oleh Jae Chan melihatnya, seperti
mengetahui sesuatu. Nyonya Han pun mengucapkan Terima kasih banyak.
Jaksa
Park panik karena akan terlambat di pernikahan, lalu bertanyta-tanya Dimana
sopirnya. Si Bapak bertanya apa yang dilakukan Jaksa Park didepan mobilnya.
Jaksa Park mengaku tidak sengaja menabrak mobil nya. Si Bapak meminta Jaksa
Park Pergi saja karena Bumpernya mengalangi jalan.
“Jika
Anda merasa bersalah, maka lakukanlah hal yang sama jika seseorang menabrak
mobil Anda.” Kata Si ayah yang pernah ditolong oleh Jae Chan. Tuan Park pun
mengucapkan terimakasih. Si adik yang pernah di tolong Hong Joo pun melihat
dari kejauhan.
Hyang Mi
keluar dari toko bunga, sambil menelp memberitahu sudah mendapatkan buketnya
dan ingin tahu Siapa yang mengumpulkan uangnya. Tiba-tiba Buket bungnya, hampir
hancur terjepit pintu, tapi si wanita bisa menahan pintunya. Hyang Mi langsung
mengucap Terima kasih kaena nyaris terkena masalah.
So Yoon
melihat dari kejauhan dengan senyuman, seperti merasakan yang akan terjadi. Jae
Chan dan Hong Joo pun datang ke tempat pernikahan yang sudah disiapkan.
Dae Goo
mengeluh kalau harus datang ke acara penikahan sambil melepaskan dasinya. Seung
Won mengatakan kalau Dae Goo harus datang sebagai rekan terdekat kakaknya dan
ada seseorang yang ingin ditunjukkan. Dae Goo ingin tahu siapa tanpa sengaja
dasinya jatuh.
“Apa Ini
dasimu?” ucap So Yoon dengan gaya cantiknya mengambil dasi Dae Goo yang
terjatuh. Dae Goo kaget kalau di depanya ada Park So Yoon
“Apa Kau
sangat merindukanku?” ucap So Yoon merangkul lengan Seung Won. Seung Won
mengaku sangat merindukannya.
“Apa Kalian
benar-benar berpacaran?” kata Dae Goo masih tak percaya
“Apa Kau
pikir kami membohongimu? Apa Kau masih mengira foto ini di edit?” kata So Yoon
memperlihatkan ponselnya. Dae Goo mengaku sudah bisa percaya.
Hong Joo
melihat So Yoon,benar-benar datang untuk bermain piano di pernikahan ini. So
Yoon mengaku ada yang memintanya dan punya alasan lain. Hong Joo bertanya
tentang flush yang ada di kamar mandi
asrama karena membutuhkan tekanan air yang lebih kuat.
“Ahh..
Kotoran itu. Bukankah jelas bahwa itu bukan kotoranku?” keluh Soo Yoon.
“Entahlah.
Itu masih tampak seperti kotoranmu.” Kata Hong Joo. Soo Yoon menegaskan kalau
Itu bukan kotoranna.
“Itu
kotoranmu! Ibumu mencoba melindungimu.” Ejek Hong Joo. Jae Chan dan adiknya
memilih untuk pergi saja membiarkan keduanya adu mulut.
Seung Won
ingin tah Bagaimana kedua pengantin merahasiakan hubungan di kantor. Jae Chan
pikir tak perlu diceritakan karena keduanya kepergok secara menggelikan.
Flash Back
Jaksa Lee
menginterogasi tersangka yang
melebih-lebihkan biaya pembelian dan konstruksi sampai 1,1 miliar dolar,
bahakn ada pengelapan dan penyimpangan. Si pria meminta agar tidak
melebih-lebihkannya dan biaya aslinya.
Saat itu
jaksa Lee keluar dari meja berjalan sambil memakai lipgloss, lalu kembali
bicara. Semua yang ada dalam ruangan
kaget karena bibir Jaksa Lee yang merah merona. Jaksa Son dalam ruang kontrol
kaget lalu mengaku kalau itu lipstik miliknya yang tertukar. Jae Chan dan Hee
Mi pun kaget ternyata keduanya punya hubungan.
Jae Chan
sebagai pembawa acara memanggil Pengantin Perempuan untuk masuk, So Yoon pun
mengiringi dengan permainan pianonya. Jaksa Lee sudah menunggu di altar, Jaksa
Son pun masuk dengan gaun bersama dengan ayah dan anaknya yang melempar bunga.
Jae Chan dan Hong Joo kaget karena ternyata Chan Ho adalah anak dari Jaksa Son.
“Apa Anak
itu putramu Jaksa Son? Kini dia tampak lebih sehat. Syukurlah.” Kata Hong Joo
bahagia. Semua tamu memuji Jaksa Son yang terlihat cantik.
“Kedua
pengantin, silakan berciuman.” Kata Jae Chan. Jaksa Lee hanya mengecup Jaksa Son
dengan cepat.
Semua
mengeluh melihatnya, Jaksa Park berkomentar kalau ciumannya begitu kaku meminta
agar menciumnya seperti pasangan di pernikahan! Jaksa Son pikir kalau Anaknya
melihat. Chan Woo langsung menutup matanya. Jaksa Lee mengucapkan terimakasih
dengan memutar tubuh Jaksa Son memberikan ciumanya. Semua pun terlihat bahagia
melihatnya.
Fotographer
meminta agar Pengantin Perempuan melempar buketnya dan Siapapun yang
menerimanya maka tolong berdiri di belakangnya. Jaksa Son pun memberikan kode
agar Hee Mi yang menangkap lemparan bunganya. Hee Mi sudah siap menangkapnya.
Tapi
bunga terlempar ke arah Jae Chan dan langsung tertangkap oleh Ja Chan. Semua
berkomentar kalau Jaksa Jung harus menikah. Hee Mi terlihat kesal karena
berpikir kalau Jae Chan itu sengaja, Jae Chan mengaku tidak dan meminta agar
mengulang lagi.
Jaksa Son
pun mengulangnya dengan memastikan kalau Hee Mi siap menangkapnya. Tapi
lemparan bunga malah jatuh tepat ditangan Hong Joo, Hee Mi tak bisa berbuat
apa-apa. Akhirnya Jae Chan dan Hong Joo foto dengan buket bunga.
Foto
keduanya terlihat dalam bingkai foto, Hong Joo tertidur dan langsung bangun
dengan mata melotot. Jae Chan muncul dari sampingnya bertanya apakah Hong Joo
bermimpi buruk lagi. Hong Joo membenarkan.
Jae Chan menenangkan kalau Tidak apa-apa dan Semua sudah berakhir.
“Jangan
takut. Aku disini bersamamu. Setiap hari sampai akhir. Aku akan disini.” Ucap
Jae Chan lalu teringat kembali kalau itu ucapan yang sama dengan yang dikatakan
Hong Joo.
Flash Back
“Jadi, jangan
takut. Aku akan berada di sisimu.</i> Setiap hari sampai akhir.” Kata
Hong Joo
Jae Chan
pikir benar ucapan Hong Joo setahun yang lalu. Hong Joo mengaku kalau
memimpikan kejadian ini setahun yang lalu. Jae Chan mengaku Dulu dalam kondisi
buruk dengan Menyalahkan diriku atas masalah Woo Tak dan Penyidik Choi.
“Apa Ada
yang harus kau katakan kepada dirimu?” ucap Hong Joo
“Kau
bilang Kepada diriku?!! Entahlah. Ah..
Tapi Kukatakan kepada diriku...” kata Jae Chan mengingat kejadian
sebelumnya.
Saat itu
Jae Chan menarik adiknya ke taman, Seung Won berkata “Akan kuselidiki dengan benar. Percayalah
kepadaku. Kau Tenang saja. Ini yang seharusnya diucapkan jaksa. Ini yang
seharusnya diucapkan oleh kakakku.” Seung Won sebelumnya sangat
marah pada kakaknya bisa tersenyum bahagia di penikahan Jaksa Son.
“Masalah akan berlalu.” Hee Mi yang melakukan kesalahan hanya bisa
menangis sendirian, tapi dengan bantuan Jae Chan bisa menangkap si pelaku dan
bisa tersenyum karena kerja kerasnya di kejaksaan.
“Ini mungkin tampak seperti hal
besar” Soo Hyun menolak pemintaa Yoo Bum
karena apabila Ayahnya keluar dari
penjara maka Waktu terburuknya akan dimulai lagi. Soo Hyun pun bisa bahagia
dengan mimpinya.
“Saat
masalah berlalu, semua bukan apa-apa” Jaksa Son memutusan untuk melakukan autopsi dan alasannya itu karena
Sebagai orang tua. Nyonya Son pun bisa bahagia dengan melihat anaknya yang
sudah sembuh dan bisa menikah dengan Jaksa Lee.
“Kau
takkan mempercayainya, tapi kau akan membicarakannya seperti lelucon. Jadi,
suruh aku agar tidak terlalu mengkhawatirkan semuanya. Aku akan membuat
keputusan sulit dan itu akan sulit bagiku.
Setelah setahun, pagi seperti ini juga akan datang.” Ucap Jae Chan.
Flash
Back
“Pagi
seperti hari ini akan datang. Percayalah pada hari-hari itu dan bertahanlah. Kau
memintaku meyakinkanmu bahwa semua keputusanmu benar. Bagaimana? Apa Itu
membuatmu nyaman?” tanya Hong Joo. Jae Chan langsung menjawab dengan ciuman.
Keduanya
pun berciuman di kamar seperti yang dilakukan setahun lalu, foto kebersaman
keduanya dengan Seung Won ada diatas lemari. Dan tergantung foto keduanya saat
penikahan.
“Katakan.
Apa semua keputusanmu benar?” ucap Hong Joo. Jae Chan menganguk.
“Keputusan
apa yang sama sekali tidak kau sesali?” kata Hong Joo. Jae Chan
memikirkanya lal berpikir kalau Halte
bus. Hong Joo bingung apa maksudnya.
Flash Back
Saat
pertama pindah, Jae Chan sudah
menghentikan taksi melihat Hong Joo duduk di halte bus, seperti menduga kalau
ia adalah orang yang menolongnya 13 tahun lalu, tapi ia berpikir kalau
Seharusnya laki-laki akhirnya meminta maaf pada sopir taksi kalau harus naik
bus. Ia pun dengan sengaja duduk mendekati Hong Joo, walaupun Hong Joo berusaha
menghindar.
THE
END
akhir cerita ngg ngerti sama sekali...
BalasHapusDi akhir cerita tentang flash back jae adalah dapat difahami seperti ini.Jae chan yang baru pindah menghentikan taksi dan kemudian jae chan terlihat hong joo duduk hatle bus.Dan jae dapat merasakan yang budak perempuan yang pernah menolongnya adalah hong joo.Tapi... jae chan masih ngak dapat pasti kan dengan tepat apakah yang orang yang menolongnya 13 tahun lalu benar2x hong joo,kerana jae chan masih lagi menyangka orang yang menolongnya 13 tahun lalu adalah anak laki2x.Dan kerana itu jae chan ngak jadi naik taksi yang dia tahan dan terus duduk disamping hoon joo untuk mencari kepastian.Dan jae chan ngak pernah rasa menyesal melepaskan pergi taksi yang ditahannya dan kemudian jae chan membuat keputusan untuk duduk di halte bas dan duduk disamping hoon joo dan menunggu bas.Keputusan jae chan yang melepaskan taksi yang dia tahan dan kemudian mengambil keputusan untuk duduk di hutle bas dan menaiki bas adalah keputusan yang ngak pernah disesalinya.Dan itu lah jawapan jae chan kepada pertayaan hoon joo.
BalasHapus