Shi Young
tampil lebih dulu dengan Neneknya yang bergaya hip hip, dulu lagunya [Nenek
Tidak Tahu], Shi Kyung membuat lagu seperti pengalamanya dengan Neneknya yang
tak tahu tentang kebiasaan cucunya di umur 17 tahun dan Neneknya yang berumur
70 tahun.
Nenek Kim
juga bisa membuat lyrics untuk cucunya yang tak bisa tidur bahkan tidak
belajar, mengeluh dengan dengkuranya. Shi Kyung mengatakan kalau neneknya itu
tak tahu apa-apa. Nyonya Oh melihat anak dan ibu mertuanya tampil terlihat
malu, tapi Bibi Oh dan yang lainya terlihat terhibur.
Pernampilan
Shi Kyung dkk naik keatas panggung, dengan pakaian seragam. Mereka menari
dengan sangat lincah dan banyak orang yang suka karena tarian mereka tempo
dulu. Nenek Kim melihat kalau Shi Yoon, anaknya yang selalu suka menari. Nenek
Oh seperti merasakan mulai lemah tapi berusaha untuk bertahan melihat Shi Kyung
adalah yang terbaik. Semua terlihat bahagia melihat penampilan Shi Kyung.
“Itulah
hari pertama aku menyadari betapa menyenangkannya memiliki hubungan dengan orang
lain.” Gumam Shi Kyung turun dari panggung bersama dengan teman-temanya.
Ga Ram
melihat sepeda yang dibawa Shi Young, memuji kalau itu keren dan tahu kalau Itu
hadiah dari talent show. Shi Young mengatakan kalau itu milik Ga Ram. Ga Ran
melonggo kaget, Shi Kyung menyuruh Ga Ram untuk mencobanya.
“Apa Kau
ingin aku menerimanya?” kata Ga Ram tak percaya. Shi Kyung pikir Ga Ram bisa
melakukan tarian itu sebelum menerima hadiah sepeda itu.
“Aku
tidak berpikir begitu... Aku merasa seperti harus melakukan sesuatu untukmu.”
Kata Ga Ram
“Tentu
saja, seharusnya begitu, Antarkan aku pulang.” Ucap Shi Young. Ga Ram pun
setuju dan Shi Young duduk di belakang memeluk pinggang Ga Ram tanpa rasa
canggung.
Shi Kyung
keluar dari ruangan, Anak Menantu Nenek Oh menariknya saat baru keluar. Shi
Kyung dengan suara nyaring bertanya Apa lagi yang di ingikanya sekarang. Si
Anak Menantu memperingatkan kalau sudah menyuruh untuk memelankan suaranya.
“Aku
memikirkannya berhari-hari, dan merasa tidak mengerti. Kenapa anak yang kasar
sepertimu terus ada di dekat ibu mertuaku? Ada beberapa alasan kau mencoba
terlihat dengan bagus.” Kata Anak menantu sinis
“Bagaimana
Anda tahu sebanyak itu? Tap Itu benar. Aku menginginkan sesuatu darinya, dan karena
itulah aku berteman dengannya.” Ucap Shi Kyung berani melawan
“Akhirnya,
kau mengakuinya. Kau menyembunyikan cincin itu, kan?” ucap Anak menantu.
“Apa
maksud Anda aku menyembunyikannya? Cincinya ada disini.” Kata Shi Kyung
memperlihatkan ditanganya.
Anak
Menantu melotot melihatnya dan meminta agar Shi Kyung memberikan padanya. Shi
Kyung bisa menjauhkan dengan mengangkat tanganya. Si anak Menantu berusaha
mengambilnya. Shi Kyung mengatakan kalau Nenek memberikan cincin itu padanya.
Anak Menantu seperti tak percaya.
“Dia
memberikan cincin ini padaku. Ini milikku sekarang.” Tegas Shi Kyung. Anak
menantu pikir Shi Kyung sudah gila dan meminta agar diberikan padanya.
“Haruskah
aku memberi tahu Anda sesuatu yang lebih mengejutkan lagi? ... Cincin ini...
Anda harus tahu kalau cincin ini.....palsu.”
kata Shi Kyung dan si Anak menantu terlihat kaget, tapi menurutnya Shi Kyung
bisa Akting yang bagus.
“Aku akan
segera tahu begitu menjualnya. Beraninya kau berbohong.” Ucap Anak menantu
sambil melotot.
“Apa Anda
tahu mengapa dia mengatakan kalau cincin ini benar-benar palsu? Anda tidak akan
datang berkunjung jika dia tidak memiliki cincin ini. Anda pasti akan
mengabaikannya jika cincin ini tidak ada. Benar, 'kan? “ kata Shi Kyung dengan
mata berkaca-kaca dan terlihat marah
“Ibu mertua
Anda mengatakan kepadaku kalau dia merindukan orang lain. Ketika dia menyadari
kalau masih bernafas, maka ia merindukan orang-orang itu terlebih dahulu.
Pernahkah Anda memikirkan bagaimana perasaannya?” ucap Shi Kyung. Anak menantunya
seperti tak percaya.
“Dia
bilang cincin ini palsu. Dia juga menyuruhku untuk tidak mengatakan pada siapapun
kalau aku memilikinya. Aku tidak bisa menepati janji itu. Anda bisa menghubungi
polisi atau melakukan apapun yang Anda suka. Tapi, aku tidak bisa memberikan
cincin ini padanya. Bagiku, cincin
ini... melambangkan perasaan Nenek.” Tegas Shi Kyung lalu bergegas pergi. Anak
menantu berteriak menyuruh Shi Kyung kembali.
Malam
Hari, Yong Gi berjalan melewati semak tiba-tiba ada kucing berlari didepanya
dan membuatnya terjatuh. Lalu dibagian tanganya merasa ada sesuatu dan
menemukan cincin yang dicari-cari oleh Shi Kyung.
Shi Kyung
berjalan pulang seperti baru saja dari warnet mencoba menelp seseorag tapi
tidak mengangkatnya. Bom menaiki sebuah mobil dengan seorang pria disampingnya,
penampilanya terlihat sangat dewasa. Di pinggir jalan, Bom turun dari mobil dan
sempat berpapasan dengan Shi Kyung.
“Hei.. Min
Ji, aku akan segera meneleponmu, jadi angkatlah” kata si pria seperti mengoda
Bom. Shi Kyung akan menengok tapi deringan ponsel lebih dulu terdengar.
Pesan
dari Ga Ram masuk “Nenek Oh Bong Sook ada di ranjang kematiannya. Dia
mencarimu.” Shi Kyung pun langsung bergegas untuk menemui Nenek Oh terakhir
kalinya.
Ga Ram
melihat Shi Kyung baru datang mengeluh karena datang terlalu lama. Shi Kyung
ingin tahu keadaan Nenek Oh Bong Sook dalam hatinya bergumam kalau hanya sedikit terlambat. Ga Ram pikir
seharusnya Shi Kyung datang lebih awal.
“Dia
memanggil namamu dua kali di ranjang kematiannya.” Kata Ga Ram
“Aku
tidak bisa lagi melihat Nenek Bong Sook. Ini tempat seperti itu.” Gumam Shi
Kyung
“Dia
mengatakan "Tepati janjimu." Itu adalah hal terakhir yang dia
katakan.” Ucap Ga Ram.
Shi Kyung
binggung janji apa, lalu mengingat saat terakhir kali bertemu. “Masukkan ini ke
dalam peti matiku... Pastikan tidak ada yang tahu.” Ia pun mengingat kalau itu
maksudnya cincin milik Nenek dan akan bergegas pergi. Ga Ram bertanya Shi Kyung
akan pergi kemana. Shi Kyung mengatakan akan pergi ke Kamar mayat.
“Dia
tidak ada di sana... Keluarganya memanggil ambulans dan berangkat ke Seoul.”
Ucap Ga Ram. Shi Kyung kaget Nenek Oh sudah pergi ke Seoul dan ingin tahu
kenapa harus pergi kesana.
“Mereka
akan mengadakan pemakamannya di Seoul.” Kata Ga Ram.
“Pada
akhirnya... Aku tidak bisa menepati janjiku padanya. Nenek Bong Sook, aku minta
maaf.” Gumam Shi Kyung sedih.
Shi Kyung
menelp Bom sambil memegang cincin milik Nenek Oh, Bom bertanya apa yang
dilakukan Shi Kyung dengan cincin itu. Shi Kyung juga tak tahu apa yang harus
dilakukanya, karena tidak bisa memasukkan
cincinnya ke peti matinya.
“Haruskah
aku mengatakan kalau aku kehilangan cincinya atau membuangnya?” kata Shi Kyung.
Bom langsung melarangnya, karena itu hasil darinya berkerja.
“Jangan
membuangnya.,, Aku sangat kesulitan untuk menemukannya. Jadi, jangan pernah
membuangnya.” Tegas Bom. Shi Kyung pun mengerti.
Semua
makanan diatas meja terlihat sangat enak, Shi Young sudah ingin mencicip kuah
sup. Nenek Kim menyuruh agar menunggu karena kakaknya belum datang, lalu
mengingat kalau ulang tahun Shi Kyung akan segera datang,
Nyonya Oh pikir sekarang hari ulang tahun anaknya.
“Ulang
tahun Shi Kyung adalah akhir pekan ini.” Bisik Bibi Oh. Ibu Shi Kyung seperti
kurang perhatian pun baru menyadarinya.
“Dia
bilang ualng tahunnya akhir pekan ini, Ibu.” Kata Nyonya Oh. Nenek Kim dengan
bangga kalau Ingatannya itu kuat dibanding anak menantunya.
“Sebaiknya
rendam beras sebelum terlambat.” Kata Nenek Kim. Nyonya Oh binggung apa yang
akan dilakukan ibu mertunya dengan nasi yang basah.
“Aku
harus membuat kue beras, kue ulang tahun Shi Kyung” kata Nenek Kim. Ibu Shi
Kyung seperti tak percaya ibu mertuanya akan membuat Kue ulang tahun.
Shi Kyung
seperti mendengar langsung masuk berlari masuk ruang makan bertanya apakah ia
bisa mengundang temannya ke ulang tahun. Nenek Oh heran karena cucunya
bertanyasesuatu yang begitu jelas, karena pasti harus mengundang semua anak
yang tampil menari dengan Shi Kyung.
“Nenekmu
akan memberi mereka makanan yang banyak sampai perut mereka meledak.” Kata
Nenek Oh.
“Daebak.
Kau dapat hadiah, Lee Shi Kyung.” Kata
Shi Young iri tapi terlihat ikut bahagia.
“Ibu,
kenapa menimbulkan keributan seperti itu? Kau bisa membelikan mereka makanan cepat
saji dan memberi mereka makan.” Kata Nyonya Oh yang tak suka dengan urusan
dapur.
“Ibu dan
neneknya masih hidup dan sehat. Kau seharusnya tidak membelikan mereka makanan.
Saat ulang tahun Shi Yoon, Hampir tidak ada ruangan untuk semua temannya di
rumah ini.” Kata Nenek Kim
“Ibu,
jangan khawatir... Aku tidak punya banyak teman.” Kata Shi Kyung pada ibunya.
“Kalau
begitu, pastikan untuk membawa Bom.”
Kata Nyonya Oh. Shi Kyung kaget sambil bergumam “Bagaimana Ibu tahu tentang
Bom?”
Shi Kyung
dan Ga Ram berjalan untuk sampai kesekolah. Ga Ram menceritakan Kemarin,
pemilik tempat ayam goreng datang ke Hospice, kalau ia membuat penjualan besar
berkat Shi Kyung dan Bom.Jadi memberikan
salam penghormatan kepada ibu dan nenek Shi Kyung. Shi Kyung pikir Tidak perlu seperti itu.
“Ah, ada
yang kau inginkan untuk ulang tahunmu?” tanya Ga Ram. Shi Kyung menunjuk sepeda
yang dituntun oleh Ga Ram
“Hei, aku
tidak bisa memberimu ini.” Kata Ga Ram. Shi Kyung tertawa kalau ia hanya bercanda.
“Hei, Apa
kau tahu sepeda itu? Itu adalah model yang sama dengan yang Lee Shi Young
dapatkan dari talent show.” Kata Shi Kyung. Ga Ram berpura-pura kaget lalu
membenarkan.
“Park Ga
Ram, apa kau tahu yang Shi Young lakukan dengan sepeda itu? Aku ingin mengendarainya,
dan dia sudah menjualnya di suatu tempat.” Kata Shi Kyung. Ga Ram kaget kedua
kalinya kalau Shi Young mengatakan kalau menjualnya padahal memberikan padanya.
“Itu
sudah pasti, bahkan jika dia tidak mengatakannya. Dia menjualnya untuk membeli pakaian
sampah itu. Kau bilang ingin membagi Lee Shi Young. Jika kau ingin membawanya, bawa
dia pergi dengan cepat.” Kata Shi Kyung kesal. Ga Ram seperti makin tak enak
hati.
Bom
membaringkan kepalanya di meja, seperti memilih untuk tertidur. Teman-teman Shi
Kyung membahas akan datang ke pesta ulang tahun Shi Kyung, Ji Hye binggung apa
yang akan dibeli untuk ulang tahun Shi Kyung karena Hal yang paling suli adalah
memilih hadiah.
“Aku juga
bertanya-tanya. Kenapa kita tidak mengumpulkan uang dan membelikannya sesuatu?”
usul Joo Yeon. Semua pun setuju dengan usul ketua kelas.
“Bom...
Ajak saja, dia untuk ikut.” Kata Ji Hye. Ki Hoon pikir mana mungkin Bom
bergabung dengan mereka
“Dia
pacarnya Shi Kyung, jadi pasti punya kado spesial untuknya.” Kata Ki Hoon.
Mereka berpikir Bom akan memberikan ciuman, Bom terlihat kesal berdiri dari
bangkunya, lalu bertemu dengan Shi Kyung baru masuk kelas dengan Ga Ram.
“Kau...
temui aku sekarang” ucap Bom terlihat sinis. Shi Kyung binggung tiba-tiba Bom menatap sinis, begitu
juga Ga Ram.
Bom
terlihat marah bertanya apakah ia benar-benar pacarnya. Shi Kyung binggung
kenapa Bom menanyakan sesuatu yang sudah diketahui. Bom ingin tahu alasan Shi
Kyung yangtidak mengundang ke pesta ulang tahunnya. Shi Kyung terlihat binggung
tak percay kalau hanya karena itu marah denganya.
“Kau
bilang "Hanya karena itu"?!! Hei, Seorang waniat tidak diundang ke pesta
ulang tahun pacarnya. Jika ini tidak membuatku kesal, lalu aku harus bagaimana?”
kata Bom sangat marah
“Pada
saat seperti ini...Bom seperti wanita di rumahku.” Gumam Shi Kyung melihat Bom
sama seperti adik, ibu dan Neneknya kalau marah sangat menakutkan.
“Kenapa
kau tidak mengatakan apa-apa?” ucap Bom makin marah melihat Shi Kyung hanya
diam. Shi Kyung tiba-tiba berlutut didepan Bom.
“Maafkan
aku... Aku ingin memberitahumu, tapi aku sangat malu.” Ungkap Shi Kyung. Bom
terkejut melihat Shi Kyung berlutut ingin tahu alasanya malu.
“Ibuku
menyuruhku membawamu, Sepertinya salam formal jika pacarku akan bertemu ibuku.”
Kata Shi Kyung
“Kau
bilang Salam formal? Apa kau berencana untuk menikah denganku?” tanya Bom
menahan tawanya. Shi Kyung kebingungan.
“Salam
formal terjadi sebelum menikah. Jadi, kau bahkan pernah berpikir untuk
menikahiku.” Kata Bom tertawa. Shi Kyung bergumam seperi tak yakin kalau itu
artinya.
“Ah, kenapa
aku selalu menimbulkan konflik batin yang tidak berguna pada diriku sendiri?”
gumam Shi Kyung.
Bom
menyuruh Shi Kyung untuk berdiri, dan
memperingatakn Jangan berlutut di depan orang lain selain dirinya. Shi Kyung
menganguk mengerti, seperti ia memiliki sifat penakut pada wanita.
“Apa yang
kau inginkan di hari ulang tahunmu?” tanya Bom. Shi Kyung menjawab belum
memikirkannya.
“Kau
Pikirkan saja dan beritahu aku.” Ucap Bom. Shi Kyung menganguk mengerti lalu
memberikan cincin Nenek Oh pada Bom.
“Kenapa
kau memberikan ini padaku?” tanya Bom karena ia yang membelinya.
“Bom, kau
yang menemukannya, jadi lebih baik kau yang menyimpannya.” Kata Shi Kyung.
Shi Young
berjalan pulang bersama Ga Ram memastikan kalau tidak memberitahu kakaknya
kalau ia memberi sepeda ini. Ga Ram ingin tah alasan Shi Young yang tidak memberitahu
kakaknya. Shi Young pikir tak ada alasan dan hanya ingin saja.
“Shi
Kyung dan aku bukan tipe orang yang saling bercerita tentang setiap hal kecil.”
Kata Shi Young
“Kupikir
kau punya alasan lain, jadi aku tidak mengatakan apapun. Aku sudah menjadi
pembohong.” Kata Ga Ram merasa tak enak
“Oh,
tidak apa-apa... Dibanding Lee Shi Kyung, kebohongan semacam ini bukanlah
masalah. Kau tidak perlu merasa bersalah sama sekali.” Kata Shi Kyung
“Aku
tidak merasa bersalah, tapi hanya merasa sedikit buruk.” Ungkap Ga Ram.
“Aigoo,
kalian berdua sama saja. Kau tidak pernah berbohong kepada orang tuamu dan
memberontak, kan?” keluh Shi Young
“Apa aku
seperti itu? Aku juga punya banyak rahasia.” Ungkap Ga Ram.
Nenek Kim
memberikan pijatan pada pasien baru, Pasien yang terlihat masih muda memuji
pijatan nenek Kim terasa enak, menurutnya Tangan Nenek Kim memang hebat. Nenek
Kim pikir Pasien itu tidak perlu berbicara dan hanya menutup mata, lal tertidur dan
bangun maka tubuhnya akan terasa lebih ringan.
Tiba-tiba
si ibu melihat ponselnya, dan langsung bergegas mengeluarkan pakaian dari
lemari. Nenek Kim binggung karena belum selesai. Si Ibu merasa tak masalah
meminta Nenek Kim untuk pergi. Nenek Kim dengan wajah binggung keluar dari
ruangan.
Si Ibu
bergegas memakaikan handuk dari di kepalanya dan jubah mandi, setelah itu ada video call masuk ke
ponselnya. Wajah anaknya terlihat bahagia, lalu bertanya ada apa dengan handuk
di kepala ibunya, apakah sedang ada disauna.
“Tidak,
aku di klinik pijat, Aku mendapatkan pijatan.” Ungkap Ibu berbohong
“Ibu, aku
sangat merindukanmu.” Ungkap anaknya. Ibunya mengaku juga sangat merindukan
anaknya.
Nenek Kim
dibertahu oleh kepala perawat kalau Anak dari pasien itu berada dibangku SMA.
Kepala perawat mengatakan Yang perlu perawat lakukan adalah bersikap baik
sebagai perawat semestinya, jadi kenapa harus peduli jika anaknya di SMP atau
SMA.
“Pasien,
Putri Song Kyung Ae adalah siswa junior di sebuah SMA internasional. Dia
memiliki banyak hal yang perlu disiapkan untuknya. Karena dia sakit, jadi dia
butuh seseorang untuk membantunya.” Jelas kepala perawat
“Dia bisa
mati hari ini atau besok. Menurutku Dia benar-benar bertindak berlebihan.”
Keluh Nenek Kim
“Anak
perempuannya bersekolah di SMA International karena ibunya. Apa kau mengenal
seseorang yang punya anak yang sekolah di
SMA? Dan juga, seseorang yang bisa menjadi perawat untuk Song Kyung Ae.” Ucap
Kepala perawat.
“Entahlah,
ada banyak perawat.”kata Nenek Kim lalu melihat Nyonya Oh sedang sibuk
membersihkan jendela.
Shi Kyung
mondar mandir, karena bingung memikirkan apa yang dinginkan dari Bom untuk hadiah
ulang tahunnya. Ga Ram bertanya apa yang sangat di ingikan Shi Khung sekarang.
Shi Kyung langsung menjawab Smart Phone dan Uang.
“Bukan
barang yang kau inginkan dari ibumu. Apa yang kau inginkan dari Bom?” jelas Ga
Ram.
“Entahlah,
dan itu sebabnya aku bertanya kepadamu.” Kata Shi Kyung bing
“Bagaimana
aku tahu jika kau sendiri saja tidak tahu, Dasar Bodoh?” keluh Ga Ram.
“Sejujurnya,
aku tahu.... Aku tahu apa yang kuinginkan untuk ulang tahunku dari Bom.” Gumam
Shi Kyung tersipu malu.
Ia berdiri
didepan pohon besar memberikan cincin milik Nenek Oh, lalu mendekat ingin
memberikan ciuman. Bibir Shi Kyung, terlihat seperti berciuman dalam mimpi. Shi
Young melihat kakaknya langsung berteriak apa sedang dilaukanya. Shi Young
langsung membuka mata dan terbangun.
“Aigoo,
apa kau sedang berciuman dalam mimpimu? Dengan siapa? Apa Bom?” ejek Shi Young.
Shi Kyung langsung menyuruhnya adiknya keluar kamar saja.
“Ibu! Shi
Kyung dan Bom... sedang berciuman...” teriak Shi Young dan langsung ditutup
mulutnya oleh Kakaknya dan menutupnya dengan selimut. Ibunya bertanya apa yang
dikatakan Shi Young sambil berteriak.
“Bukan
apa-apa.. Kami hanya bermain-main.. Kami hanya bercanda.” Ucap Shi Kyung lalu
memperingatkan adiknya untuk diam saja.
Kepala
perawat masuk ruangan Nyonya Song dengan Nyonya Oh, Nyonya Song dengan
berbicara di telp meminta agar menunggu, lalu berkata Jika siswa yang
diajarinya tahun lalu masuk perguruan tinggi, maka kedengarannya bagus jadi
meminta agar memberiathu nomor guru itu pada ibu Yae In dan menutup telpnya.
“Ini
perawat yang Anda minta terakhir kali.”ucap kepala perawat. Nyonya Oh pun
menyapa lebih dulu.
“Dia
belum menerima sertifikasi keperawatannya. Tapi Dia saat ini sedang mengambil
kelas untuk perawatan medis dan perawatan. Kami berhubungan dengan sekolah
itu...” ucap Kepala perawat disela oleh Nyonya Song.
“Bagaimana
dengan anak-anakmu?” tanya Nyonya Song.
“Aku
punya putra dan putri junior di SMA. Jika mereka junior di SMA, kita bisa
berkomunikasi dengan mudah.” Kata Nyonya Oh. Nyonya Song bertanya nama. Nyonya
Oh menjawab namanya Oh Jung Won.
“Aku
tidak tanya namamu, tapi Nama anakmu.” Kata Nyonya Song
“Nama
anakku Shi Kyung, Kau bisa memanggilku Ibu Shi Kyung.” Ucap Nyonya Oh.
“Aku
menantikan saat bersama, ibu Shi Kyung.” Ungkap Nyonya Song yang terlihat
ramah.
Shi Kyung
terlihat bahagia duduk dibelakang sambil menatap Bom, lalu mengambar
bibir. Di depan kelas, Bibi Oh sedang
mengajar penuh semangat. Shi Kyung senang melihat gambar bibir ingin
menciumnya, tapi terdengar suara teriakan Yong Gi merasa Bibi Oh yang berisik
“Berisik
sekali sampai aku tidak bisa tidur!” keluh Yong Gi akan keluar dari kamar. Bibi
Oh terlihat ketakutan, Shi Young memberikan kode agar bibi Oh bisa melawan Yong
Gi.
“Hei..
Permisi, kau yang disana... Ke Kantor konsultasi... Pergilah ke kantor
konsultasi setelah kelas selesai.” Ucap
Bibi Oh berani melawan Yong Gi.
Bibi Oh
duduk dengan wajah gugup. Yong Gi dengan tatapan sinisnya meminta Bibi Oh
mengatakan sesuatu karena sudah memanggilnya. Bibi Oh berusaha untuk tega
sebagai guru maka ingin bertanya.
“Yong Gi,
kau... Apa kau mau datang ke rumah kami?” ucap Bibi Oh. Yong Gi terlihat
binggung.
“Yah,
bukan rumahku... Tapi Rumah Shi Kyung... Datanglah ke acara ulang tahun Shi
Kyung.” Kata Bibi Oh. Yong Gi seperti tak memberikan jawaban.
Bibi Oh
kembali ke ruang guru, Guru Kim ingin tahu pendapat juniornya dengan kelas pertama hari ini. Bibi Oh mengaku kalau tu
menyenangkan karena Anak-anak mengikuti dengan baik dan mencatat juga, bahkan menjawab
pertanyaan saat bertanya kepada mereka. Guri Kim seperti tak percaya
mendengarnya.
“Mereka
benar-benar pengkhianat, tapi Mereka membeda-bedakan seperti ini. Mereka
benar-benar mengerikan selama kelas pertamaku.
Setengah dari mereka tidur, dan setengahnya melakukan hal lain Aku mulai
bertanya-tanya kenapa ingin menjadi seorang guru.” Ungkap Guru Kim
“Sejujurnya...”
kata Bibi Oh dan saat itu kepala sekolah datang memanggilnya.
“Bagaimana
kelasmu hari ini? Apa ada yang merusak kelasmu hari ini seperti yang dilakukan
Lee Shi Kyung terakhir kali?” kata Kepsek sinis. Bibi Oh mengaku kalau itu
tidak terjadi.
“Ternyata,
kelasnya menjadi hebat, Tidak biasanya
kelas yang diajarkan seperti itu.”
Ungkap Guru Kim bangga. Kepsek seperti tak percaya mendengarnya.
“Yahh.. Kecuali
kau ingin didorong masuk, kau harus melakukannya dengan baik sejak awal. Hubungan
antara guru dan siswa seperti pasangan suami istri. Kau harus mengambil kendali
sejak awal! Mengerti?” kata Kepsek. Bibi Oh hanya bisa menganguk mengerti.
Nyonya Oh
seperti sibuk mencatat dalam notenya, Nyonya Song memperlihatakn berkas daftar
hal-hal yang dibutuhkan Bin Soo untuk file personalianya, lalu berkas tentang
hal-hal yang dibutuhkan untuk riwayat pribadinya dan berkas laporan kegiatan
bacaannya. Nyonya Oh yang tak terbiasa memberikan perhatian pada anaknya
terlihat binggung
“Ini
adalah laporan dari subyek yang telah dia pelajari dan kemajuannya. Dan juga,
sebuah laporan tentang seni kreatifnya.” Ucap Nyonya Song. Nyonya Oh binggung
apa maksud berkas yang terakhir.
“Itu
tentang Keikutsertaannya dalam seni kreatif. Tidakkah kau tahu tentang klub
atau badan amal?” kata Nyonya Song. Nyonya Oh menganguk mengerti.
“Kau bisa
memperoleh dua poin selama evaluasi untuk penerimaan, jadi itu penting.” Kata
Nyonya Song
“Ini sangat
banyak dan sangat rumit.Apa Kau bisa mengurus semua ini?” kata Nyonya Oh
seperti tak percaya Nyonya Song yang sakit masih memikirkan tentang sekolah
anaknya.
“Aku
tidak bisa menyerahkan ini pada anak yang sudah belajar keras. Ini Sangat sulit
untuk menempati peringkat kedua di sebuah SMA internasional. Dia bahkan hanya
tidur tiga sampai empat jam sehari dan kemudian belajar. Aku merasa sangat
kasihan padanya. Apa Kau juga merasa seperti itu?.” Ungkap Nyonya Song. Nyonya
Oh hanya bisa mengangguk setuju.
“Aku
merasa seperti berada di kafe dan mengobrol di sini bersamamu.” Ungkap Nyonya
Song. Nyonya Oh binggung karena seperti tak pernah datang ke cafe.
“Apa Kau
tahu setelah mengirim anak-anak ke akademi les maka Ibu-ibu berkumpul untuk
mengobrol dan berbagi informasi. Berpikir tentang saat-saat itu membuatku mendambakan
kopi... Ibu Shi Kyung, aku ingin minum kopi tetes yang enak.” Ungkap Nyonya
Song.
Shi Kyung
dan Bom sedang menonton film dari laptop direstoran, pesan dari ibunya masuk
ponsel Shi Kyung... “Shi Kyung, lakukan
tugas untuk Ibu.” Lalu Shi Kyung menjawab “Ibu, anakmu sedang
mengerjakan penilaian kinerja yang akan datang.” Dan kembali menonton video.
Nyonya Oh
berjalan sambil membawa kantung, lalu melihat Shi Young sedang membuang sampah
dan bertanya apa yang dilakukanya, bahkan dengan kaos warna kuning. Shi Young
memberitahu kalau itu seragam restoran.
“Tapi,
kenapa kau memakai seragam ini? Apa kau bekerja disini?” ucap Nyonya Oh
kaget. Shi Young membenarkan.
“Lalu Sudah
berapa lama?” tanya Nyonya Oh. Shi Young pikir belum sebulan.
“Kau
seharusnya memberi tahuku saat kau ingin bekerja disini, Bagaimana kau bisa
melakukan ini tanpa memberitahu Ibu?” keluh Nyonya Oh.
“Aku
hanya akan melakukannya selama sebulan.” Ucap Shi Young. Nyonya Oh
memperingatkan anaknya kalau memang hanya sebulan saja.
“Tapi
Kenapa Ibu di sini dan bukan di Hospice?” tanya Shi Young. Nyonya Oh mengaku kalau ingin meminum kopi jadi
membelinya.
Shi Young
memuji ibunya keren karena membeli kopi, tak seperti biasanya. Nyonya Oh
membahas tentang Shi Kyung mengatakan kalau sedang belajar untuk penilaian
kinerja dengan teman-temannya dan bertanya Apa itu tidak penting. Shi Young
binggung karena kakaknya sedang menonton film bersama pacarnya. Ibu Shi Kyung
terlihat marah melihat anaknya sedang duduk direstoran dengan seorang wanita.
Bersambung
ke episode 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar