Flash Back
Yeon Sung
tak tahu harus mulai dari mana dan harus berkata apa, merasa gugup memilih
untuk meminum air diatas meja. Lalu ia berpikir kalau akan memberitahunya
dengan singkat saja.
“Aku bertemu
istriku 20 tahun yang lalu. Setelah aku dipecat dari militer, seorang seniorku
menjebakku dengan seorang wanita. Aku berumur 25 tahun saat itu. Kami menikah
setelah setahun berkencan. Dan kami punya bayi, dua bulan setelah menikah.”
Ungkap Yeon Sung
“Anak itu
adalah seorang malaikat. Aku merasa dia akan terbang dengan sayapnya jika aku
melepaskan mataku darinya. Aku paling bahagia saat itu.”
Yeon Sung
menatap anaknya mulai dari bayi sampai berumur beberapa bulan dan nama anaknya
adalah Na Hyun, yang dianggap sebagai bulan purnamanya seperti tak percaya dan
selalu berkata "Bagaimana aku memiliki bayi yang cantik?"
“Tapi
selama beberapa hari, aku tidak bisa
melihat wajahnya. Istriku... Mengalami kecelakaan mobil.” Cerita Yeon Sung ada
di ruangan duka dengan Hyun yang tertidur didekatnya.
Yeon Sung
ingin minum segelas air lagi, karena terlalu gugup dengan suara hujan yang
turun dengan deras. Ia bercerita Na Hyun
tidak tidur jika tidak menemaninya.
“Ayah.
Jangan pergi kemana-mana sampai aku tertidur, oke?” ucap Hyun kecil pada sang
ayah. Yeon Sung pun menatap anaknya dengan penuh kasih sayang.
Yeon Sung
ditanya tentang Pernikahan kedua, menurutnya Tidak ada, karena Yang dibutuhkan
hanyalah Na Hyun dan tidak punya niat untuk mencintai orang lain.
Hyun
tertidur pulas di kursi, saat membuka mata dikagetkan dengan ayahnya yang sudah
menatap didepanya. Ia yang sudah dewasa memarahinya ayahnya karena terus
menatapnya seperti hantu. Yeon Sung meminta maaf. Hyun yang kesal memilih untuk
pergi dan tak mau bicara lagi dengan ayahnya.
“Na Hyun,
ada sesuatu yang mau Ayah katakan.” Ucap Yeon Sung. Hyun menjawab kalau bisa
mengatakan besok
“Aku
berkencan dengan seseorang. Apa pendapatmu tentang memiliki seorang ibu?” Yeon Sung. Hyun terdiam
mendengar ayahnya yang ingin menikah.
Yeon Sung
mengaku kalau tidak bertanya pada anaknya bukan penasaran karena sudah tahu jawabannya. Akhirnya mereka
pun bertemu dengan seorang wanita yang akan menikah dengan ayah Hyun. Hyun
terlihat tak peduli hanya sibuk dengan ponselnya.
“Kau
pasti Na Hyun, kan? Senang bertemu denganmu.” Ucap si wanita dengan mengulurkan
tangan, tapi Hyun tak menanggapinya. Yeon Sung pun tak bisa berkata apa-apa
melihat sikap anaknya.
[Episode 9 - Pria dan wanita]
Ma Roo
mengikuti So So sampai ke dalam bus dengan berjalan tanpa alas kaki. So So
langsung melepaskan kaos kaki dan menganti sandal. Ma Roo hanya menatapnya,
lalu So So berpura-pura baru bertemu lalu menyuruhnya duduk. Ma Roo pun tak
bisa berkata apa-apa karena semua sudah berkumpul didalam bus. Kau disini?
Silakan duduk.
“Apa
kalian menikmati Honfleur nya?” tanya So So menyapa semua turisnya. Semua
menjawab “ya” dengan penuh semangat hanya Ma Roo memilih untuk mengacuhkan
dengan menatap keluar jendela.
“Berkat
bonus dari kalian, aku makan makanan lezat dan melakukan perjalanan santai. Terima
kasih banyak.” Ucap So So sambil membungkuk.
“Kalau
gitu nyanyikan sebuah lagu.” Kata Tuan Oh. Nyonya Han mengeluh suaminya agar jangan
memintanya melakukan itu.
“Haruskah?
Haruskah aku bernyanyi?” kata So So. Tuan Oh dengan penuh semangat mengajak
semua untuk Tepuk tangan!
“Tapi,
aku tuli nada, jadi suaraku akan merusak liburanmu. Aku akan bernyanyi untukmu
lain kali” ucap So So. Tuan Oh ingin tahu kapan. So SO memilih untuk
mengalihkan pembicaraan.
“Baik,
Deauville berjarak 30 menit dari sini.
Deauville adalah kota tepi pantai yang
indah. Tapi itu adalah pantai yang berbeda. Jika Honfleur adalah pantai yang
mengilhami kontemplasi (penghayatan dengan sepenuh hati) Deauville adalah
pantai yang akan membuatmu jatuh cinta... Cinta itu bagus.” Jelas So So
Ma Roo
yang mendengarnya terlihat kesal karena hatinya terasa masih marah. Tuan Oh
bertanya apakah So So punya pacar. So So pun menjawab meminta Tuan Oh
menebaknya. So Ran dan Kyung Jae menahan senyum melirik ke arah Ma Roo yang tak
menatap So So.
“Jika kau
tidak punya, Aku akan mengenalkanmu kepada seseorang.” Ucap Tuan Oh. So So pun
dengan senang hati menerimanya.
“Apa pendapatmu
tentang tuan elit kita? Dia datang dalam perjalanan ini sendirian.” Kata Tuan
Oh menujuk ke arah Ma Roo. So So memilih
untuk tak mengubrisnya dengan kembali membahas tempat di Prancis.
“Deauville
dulunya adalah desa pantai kecil. Tapi pada tahun 1861, Morny, saudara tirinya dari
Napoleon III, mengembangkan desa tersebut. Dia punya satu tujuan, yaitu bertujuan
untuk membangun tempat liburan teratas bagi kaum borjuis di Perancis.” Ucap So
So
“Kenapa
kau tidak menjawabku?” kata Tuan Oh ingin tahu jawabanya. Nyonya Oh meinta
suaminya agar tak membahasnya lagi.
“Dia
tidak menjawabku” kata Tuan Oh. Nyonya Oh pikir suaminya tidak harus melakukannya.
“Dia
harus menjawab pertanyaan seorang tertua
disini”kata TUan Oh. Nyonya Oh pikir suaminya tak harus menanyakan pertanyaan
itu padanya.
“Dia
bilang tidak punya pacar.” Kata Tuan Oh. Nyonya Oh membenarkan kalau So So
mengatakan untuk menyuruh menebak.
“Jadi aku
menduga dia tidak punya pacar. Setiap orang punya pasangan, tapi tuan elit kita
sendiri. Apa kesalahan yang ku perbuat? Semua orang juga dengar!” ucap Tuan Oh
adu mulut dengan istirinya
“Mereka
memiliki preferensi masing-masing Kau
seharusnya tidak melakukannya di depan semua orang...” ucap Nyonya Oh langsung
disela oleh Tuan Oh.
Tuan Oh
menyuruh istrinya berhenti dengan memalingkan wajahnya, Nyonya Oh pikir
suaminya yang lebih dulu memulainya lalu akhirnya meminta maaf pada semuanya
karena adu mulut. So So pun hanya
tersenyum kembali menjelaskan pada semua klienya.
“Deauville
adalah tempat liburan kelas atas. Yang
menawarkan menunggang kuda, polo, kasino,
kapal pesiar, dan sebagainya. Kau bisa menikmati tempat istirahat sekaligus
hiburan. Itulah sebabnya kenapa banyak orang Eropa senang datang ke sini. Tradisi
mereka masih hidup, dengan begitu banyak klub yang telah dibangun.” Kata So So.
Yeon Sung terus tersenyum melihat So So mengingat kenangan masa lalunya.
Flash Back
“Aku
minta maaf dan bersyukur padanya, karena dia masih tersenyum. Itu bukan situasi
di mana kau bisa tersenyum.” Gumam Yeon Sung melihat calon istrinya masih
tersenyum sambil mengulurkan tangannya, tapi Hyun tak mengubrisnya dan menarik
tanganya kembali.
Tiba-tiba
wanita itu berbisik di telinga Hyun, lalu Hyun berteriak tak percaya. Si wanita
mengatakan kalau Orang sering tidak tahu ukuran pakaian dalam yang dipakai
sendiri jadi harus mengukurnya dengan tepat. Jika tidak, itu nanti membuatnya
tidak nyaman.
“Jika kau
tidak nyaman memberi tahu Ayahmu. Kau boleh saja berbicara denganku, oke?” ucap
si wanita berusaha untuk dekat dengan Hyun.
“Tapi aku
lebih tidak nyaman denganmu.” Ucap Hyun lalu melihat hadiah pemberian si wanita
sebuah pakaian dalam berwarna hitam
“Kau
seharusnya memberiku uang belanja saja.” Keluh Hyun sinis. Si wanita mengatakan kalau juga meletakkan
uang di dalamnya. Hyun pun mengucapkan berterima kasih.
“Mungkin
aku jatuh cinta padanya saat itu. “ gumam Hyun melihat calon istrinya.
“Tidak
ada yang memperkenalkan kita. Kami bertemu karena pekerjaan. Aku bekerja di
perusahaan forwarding. Dan dia bekerja di bidang impor dan ekspor pakaian. Aku
membuat banyak kesalahan sejak pertama kali kami bertemu.” Cerita Yeon Sung.
Yeon Sung
duduk di bus berbicara ditelp kalau sebelumnya di minta untuk turun
di dekat stasiun Seodaejeon dan itu berada di dekat Stasiun Seodaejeon
Negeori. Sepertinya Yeon Sung salah turun karena berpikir tempat yang sama.
“Aku
minta maaf, karena memiliki pemahaman tempat yang sulit. Tadi kau bilang Terminal
Bus Seodaejeon Negeori? Tapi itu bukan persimpangan. Apa Terminal Bus
Seodaejeon Negeori bukan tempat Seodaejeon Negeori?” ucap Yeon Sung sibuk
berbicara ditelp.
Akhirnya
Yeon Sung turun di halte [Seodaejeon Negeori] dan berbicara di telp kalau baru
saja turun sambil mencari-cari seseorang, Seorang meminta agar berbelok Ke
kanan dan ada dibelakangnya. Yeon Sung seperti tak bisa mengetahui arah sampai
akhirnya seorang wanita memanggilnya “Kepala Jung” Yeon Sung pun
menghampirinya.
“Halo...
Maaf aku tersesat... Mobilku mogok di jalan, jadi aku harus memarkirnya. Tapi
aku lupa dompetku di sana sehingga tidak bisa naik taksi. Aku hanya bisa naik
bus karena uang di kantongku. Jika kau meminjamkan uang untuk perjalananku kembali, maka Aku akan membayarmu nanti.” Ucap Yeon
Sung terus berbicara.
Si wanita
hanya menjawab “Ya” dengan menahan senyum. Yeon Sung pun mengucapkan Terima
kasih.
“Aku
pinjam 30.000 won. Itu dinegosiasikan, jadi kami tidak membuat kesepakatan. Tapi aku kembali
ke sana untuk membayarnya kembali. Bukan
di Stasiun Seodaejeon Negeori. Tapi di persimpangan Stasiun Seodaejeon. Aku
bisa saja memberinya uang... Tapi aku ingin membelikannya makanan sebagai
ucapan terima kasihku. Ahh.. Tidak, aku kembali kesana seminggu setelah itu.”
Cerita Yeon Sung
Flash Back
Yeon Sung
kembali datang menemui si wanita di tempat yang berbeda. Si wanita ingin tahu
kenapa Yeon Sung datang lagi. Yeon Sung mengatakan alasan uang yang di pinjam
sebelumnya. Si wanita pikir Yeon Sung sudah mengembalikanya. Yeon Sung
mengatakan kalau belum membayar bunganya.
“Aku membayar bunga beberapa kali,
tapi tidak peduli berapa kali aku membayarnya. Aku merasa seperti masih
berhutang.”
Keduanya
makan bersama
Si wanita
merasa seperti rentenir, karena Yeon Son yang berutang tanpa henti. Yeon Sung
seperti tak menyadarinya sambila bergumam dalam hati "Aku harus berhenti. Aku
harus berhenti menemuinya sebelum aku terlalu menyukainya." Tapi sangat sulit
dilakukan.
“Awal dan akhir hubungan kita...
Tidak ada hubungannya dengan kehendak
kita.”
So So dan
Ma Roo terlihat sangat berbeda dengan sehari sebelumnya yang penuh cinta kali
ini mereka terlihat sangat membenci satu sama lain.
So So
menjelaskan tentang kaum aristokrat Eropa berkumpul dan Pada awal
perkembangannya. Ma Roo berjalan dibelakang dengan wajah cemberut. So Ran
melihat langsung berbisik pada Kyung Jae kalau Ada sesuatu di antara mereka.
“Aku
tahu, kau bilang mereka berkencan.” Ucap Kyung Jae polos. So Ran mengatakan
bukan seperti itu maksudnya.
“Coba Lihat..
Dia tidak akan melakukan kontak mata
dengannya. Mereka berbisik satu sama lain belum lama ini.” Ucap So Ran
“Bagaimana
kau memperhatikan semua itu?” ucap Kyung Jae tak percaya melihat keduanya
terlihat sangat acuh.
So So
menjelaskan ada banyak tanaman pot dan itu adalah pantai "bordir dengan
bunga." Lalu berjalan seperti didepan area pertokoan. Ia mennceritakan
apabil mereka ingin belajar karya desainer tidak bisa ditinggalkan saat di
tempat liburan mewah dan Villa kayu yang diceritakan tadi Telah diubah menjadi
toko desainer.
“Sebuah
film berjudul "Coco Before Chanel" keluar pada tahun 2009. Film itu
juga direkam di sini. Itu memberitahu kalian bahwa tempat ini merupakan simbol
barang-barang mewah. Ayo pergi ke tujuan kita selanjutnya.” Ucap So So. So Ran
pikir mereka akan melihat-lihat
“Kau akan
memiliki waktu luang hari ini dan besok, jadi kau bisa leluasa melihatnya.”
Ucap So So lalu berjalan pergi.
Yeon Sung
melihat sebuah sepatu warna hitam lalu tak melihat ada banyak orang mencoba
untuk melakukan video call, tapi wanita itu tak mengangkatnya. Akhirnya ia
menelp pacarnya ingin tahu alasan tak mengangkat telpnya.
“Ya, aku
masih bekerja dan belum pulang.” Ucap si wanita dengan pakaian dalam warna
hitam. Yeon Sung pikir pacarnya itu
terlalu banyak bekerja
“Aku
harus menyelesaikan semuanya sekarang agar kita bisa saling bertemu saat
kembali.” Kata si wanita. Yeon Sung meminta agar menungg tiga hari karena akan
segera kembali.
“Tapi aku
agak sibuk sekarang.” Kata Si wanita melihat pria bertelanjang dada sudah
datang dengan wina ingin menyudahi telpnya.
“Aku
minta maaf. Aku hanya punya 1 pertanyaan. Apa kau suka hitam atau coklat?”
tanya Yeon Sung
“Jangan
berpikir untuk membeli sesuatu, lebih baik tutup teleponnya. Aku suka yang
merah.” Ucap si wanita lalu menutup telpnya.
Yeon Sung
binggung karena pacarnya ingin warna Merah. Si pria muda pun bertanya kapan
Yeon Sung akan kembali. Si wanita mengataakn kalau itu 3 hari lagi. Si pria
terlihat sedih karena Cepat berlalu. Si wanita pikir itu akan terasa seperti seumur hidup. Yeon Sung melihat ke
dalam toko seperti ingin mencarikan hadiah.
“Aku masih belum memberinya hadiah yang pantas. Semua pria... ingin
membeli hadiah karya desainer. Untuk
wanita mereka.”
Yeon Sung
duduk di sebuah ruangan merasa kalau
terlalu banyak menghabiskan
waktu, beberapa orang duduk didepanya. Seorang wanita muda merasa tak seperti
itu meminta Yeon Sung agar meneruskan saja. Sementara ada wanita sedikit tua,
menyindir Yeon Sung yang baru menyadarinya.
“Sepertinya
kita berkumpul, hanya untuk mendengar kisah cintamu.” Sindir si wanita tua.
“Sebagai
guru wali kelas Na Hyun, penting untuk mengetahui kehidupan keluarganya. Sebelum
mengambil tindakan disipliner.” Kata Si guru meminta Kepala Sekolah bicara.
“Apa kau
sering berbicara dengan Na Hyun?” tanya kepsek
“Aku
mencoba yang terbaik, tapi dia tidak mau
berbicara denganku.” Cerita Yeon Sung saat ada dirumah.
Yeon Sung
pulang ke rumah dengan Hyun sedang mengunakan masker lalu bergega masuk kamar
mandi untuk buang air kecil. Hyun kesal karena ayahnya tak pernah menutup pintu
kamar mandi lalu masuk ke dalam kamar.
“Apa
calon istrimu sudah mencoba berkomunikasi dengan Na Hyun?” tanya kepala
Sekolah.
“Aku
pikir dia lebih baik dariku.” Pikir Yeon Sung.
Yeon Sung
mengendarai mobil dengan calon istrinya. Si wanita pikir walaupun Hyun itu
anakanya dia tetap seorang gadis, jadi tak ada alasan mendengar ayahnya buang
air kecil. Yeon Sung mengaku kalau melakukan kebiasaan ini saat Na Hyun masih
bayi.
“Aku
khawatir kalau tidak akan bisa mendengarnya menangis jika menutup pintu. Itulah
sebabnya aku selalu membiarkan pintu terbuka saat pergi ke kamar mandi.” Cerita
Yeon Jung
“Sulit untuk
memperbaiki kebiasaan lama.” Kata Si wanita. Yeon Jung mengatakan kalau ia
takut Hyun akan menangis lagi.
“Apa kau
memberitahu Na Hyun?” tanya si wanita. Yeon Sung pikir tak ada gunanya karena
Na Hyun hanya akan mengerti saat menjadi ibu.
“Aku akan
berbicara dengannya untukmu.” Ucap si wanita. Yeon Sung pikir tidak perlu
mencobanya.
“Aku akan
segera menjadi Ibu dari Na Hyun. Ibu dan anak perempuan adalah teman terdekat
di seluruh dunia. Ceritakan semuanya tentang Na Hyun yang belum aku ketahui.” Ucap Si wanita.
“Aku
mencoba memberitahunya... Tapi aku tidak tahu banyak. Dia putriku, tapi
akubenar-benar tidak tahu apapun. Kami belum pernah menonton film sejak dia
lulus sekolah dasar.” Ucap Yeon Sung seperti merasa menyesal
So So
bertanya apakah mereka pernah menonton "Casino Royale", kalau
ditempat itu mereka merekam film dan juga mungkin memikirkan Cannes saat memikirkan
festival film Perancis.
“Tapi
Deauville bisa menjadi kota yang lebih dekat kaitannya dengan film Perancis. Festival
film Amerika telah diadakan di sini selama 40 tahun terakhir Dan mereka telah
menyelenggarakan Deauville Asian Film Festival sejak tahun 1999. Ini adalah
satu-satunya festival yang menampilkan film-film Asia di seluruh Eropa.” Jelas
So So
Tuan Oh
mengangkat tangan ingin tahu apakah diperbolehkan pergi ke kasino. So So mengatakan
kalau itu pasti bisa tahu harus membuat penjanjian, hanya bisa menghabiskan 100.000
untuk bersenang-senang dan tidak boleh menghabiskan lebih dari itu. Semua
menganguk mengerti.
“Kau
harus berjanji, Bawa uang yang ingin kalian belanjakan Dan tinggalkan kartu
kredit di kamar kalian. Mengerti?” ucap So So. Semuan menjawab mengerti.
“Dan
untuk Tuan Oh.. Kau tidak bisa memakai peralatan hiking ke kasino, mengerti?”kata
So So. Tuan Oh seperti tak mau melepaskan karena harganya mahal.
“Aku
hanya ingin kau berpakaian seperti pria tampan saat di kasino.” Ucap So So.
Tuan Oh pikir terlihat seperti gentleman saat berdandan. So So pun mengajak mereka untuk pergi ke
tujuan selanjutnya.
So So
akhirnya mengantar mereka naik kereta wisata dengan melambaikan tangan bahagia.
Sementara Ma Roo tak peduli hanya duduk di bangku paling depat. Setelah semua
pergi, So So memijat kakinya yang terasa sakit.
Ma Roo
duduk diatas kereta mengingat saat memberikan sepatu seperti menyesal karena
akhirnya malah membuat So So pergi. Sementara So So menempelkan plester di
kakinya yang lecet.
Semua
sampai di hotel, So So memberitahu kalau mereka akan bertemu di lagi jam 8 pagi, Setelah sarapan, lalu akan
kembali ke Paris di malam hari, jadi bisa membawa barang bawaan mereka.
“Aku ingin
mengatakan dua hal terakhir. Pertama, hati-hati dengan kasino. Jangan melakukan
apapun yang akan kalian sesali. Dan
kedua, jangan memakai peralatan hiking,
mengerti?” So So pada semua tim dan khususnya Tuan Oh.
“Aku
tahu. Aku akan berpakaian seperti
seorang gentleman.” Kata Tuan Oh. So So pun mengucapkan Terima kasih atas
kerjasamanya hari ini dan bisa menghubungi jika terjadi sesuatu.
“Aku berada
di hotel yang sama, sehingga kalian bisa menggunakan interphone dan Liftnya di
sebelah situ.” Kata So So
Mereka
pun mengikuti So So yang berjalan ke arah lift, Ma Roo menarik kopernya melihat
So So yang membantu mengangkat koper Tuan Oh dan Nyonya Han, lalu tersadar
kalau kaki So So yang memakai plester karena lecet.
Ma Roo
berada dikamar seperti merasa bersalah, lalu melihat sepatu yang dibawanya.
Akhirnya Ia menelp So So dari kamarnya,
So So seperti seorang pemandu bertanya apakah ada masalah. Ma Roo
mengajak unuk bicara.
“Tentang
apa?” tanya So So. Ma Roo pun bertanya apakah So So ingin minum bir
“Aku
minta maaf, karena Aku punya rencana lain. Istirahatlah sekarang, aku akan menemuimu besok.” Ucap So So lalu
menutup telpnya.
Ma Roo
yang kesal memilih untuk membuang sepatu So So ke tempat sampah. Sementara So So mengeluarkan sesuatu
dari kantung bajunya.
So Ran
mengeluh karena Kyung Jae yang ingin pergi
ke kasino, karena lebih baik pergi belanja. Kyung Jae pikir mereka lebih
baik pergi ke kasino dulu. So Ran pikir kalau Kasino buka sepanjang malam, tapi
Toko-toko desainer tutupnya jam 9.
“Kau bisa
berbelanja besok.” Ucap Kyung Jae. So Ran mengatakan akan berbelanja besok
juga.
“Apa Kau
sanggup membeli barang-barang desainer?” tanya Kyung Jae. So Ran mengatakan sudah
mengincar sesuatu.
“Sebuah
dompet yang harganya 1,2 juta won di Seoul, tapi di sini hanya 700.000 won “
ucap So Ran
“Kau
bilang Sebuah dompet? Kupikir kau menginginkan tas bahu.” Ucap Kyung Jae.
“Bagaimana
aku bisa membelinya? Itu menghabiskan biaya lebih dari dua juta won.” Kata So
Ran.
Kyung Jae
pikir So Ran bisa melihat kalauUang itu masalahnya dan meminta agar
memikirknya. So Ran berjalan didepan toko sepert melihat isi dompetnya dan
seperti tak cukup
“Barang yang
ingin kau beli itu terlalu mahal. Tapi itu tidak cukup memuaskan dengan hanya
membeli apa yang kau mampu. Jika kau hanya browsing, hatimu sakit.” Cerita
Kyung Jae.
“Bagaimana
itu tidak berarti? Tapi bayangkan jika kita pergi ke kasino Dan menekan jackpot
Orang-orang memukul jackpot setidaknya sekali dalam hidup mereka. Lalu, apa
yang menurutmu yang akan terjadi?.” Ucap
Kyung Jae.
So Ran
pun membayangkan dengan bisa berbelanja dengan banyak kantung belanja di
tanganya, dan memutuksan untuk pergi ke kasino dulu dan menyuruh Kyung Jae
untuk membawa uang. Kyung Jae mengakusudah memiliki dalam saku jaketnya.
Nyonya
Han seperti lelah menolak pergi. Tuan Oh pikir kalau Nyonya Han harus
mengunjungi kasino jika berada di Perancis. Nyonya Han pikir kalau suaminnya tidak
pernah ingin pergi ke mana pun sebelumnya. Tuan Oh pikir merkea hanya akan
pergi sekali dalam hidup jadi mengajak untuk segera pergi.
“Ketika
pelanggan datang dan bermain Go-stop. Orang-orang di sebelah melaporkannya,
jadi kita kehilangan izin usaha. Apa kau
lupa? Aku merinding saat memikirkan Go-stop!” cerita Nyonya Han yang memiliki
pengalaman buruk.
“Orang
tidak bermain Go-stop di kasino Perancis. Jadi cepat Bangun dan Keluar.” Ucap
Tuan Oh tak peduli. Nyonya Han heran
melihta suaminya yang tak berganti pakaian akhirnya bergegas mengkutinya.
Sementara
Yeon Sung dan anaknya makan malam direstoran. Hyun mengeluh melihat ayahnya
yang menghabiskan langsung satu gelas penuh.
Yeon Sung melihat anaknya yang tak minum. Hyun mengatakan tidak suka
bir. Yeon Sung seperti baru
mengetahuinya.
“Ayah yang
mengajariku caranya minum.” Ucap Hyun merasa ayahnya sudah lupa.
“Kau bisa
minum bir bersama Ayah, tapi jangan minum di tempat lain. Kau masih dibawah
umur.” Kata Yeon Sung. Hyun menjawab mengerti layaknya seperti pada pimpinan
perusahaan.
“Lalu Dengan
siapa kau menonton film itu?” tanya Yeon Sung. Hyun bertanya film apa yang
dimaksud.
So So
menceritakan Ada sebuah film yang menjadi hit di Korea yaitu "Mad
Max" Hyun mengatakan kalau sudah pernah menontonya. Yeon Sung ingin tahu
dengan siapa anaknya menonton, Hyun menyuruh ayahnya agar memikirkan urusannya
sendiri.
“Bagaimana
aku bisa memikirkan urusanku sendiri?
Film itu dinilai R.” Ucap Yeon Sung . Hyun memberitahu kalau itu adalah PG-15.
“Ya
benar. Bagaimana film yang kasar seperti itu bisa PG-15?” kata Yeon Sung. Hyun
pun mengajak mereka taruhan 10.000 won saja.
Yeon Sung
menaikan taruhan “100 euro, yaitu 140.000 won. Hyun pun dengan senang hati
menyetujuinya. Yeon Sung pikir Internet
sangat berkembang jadi tidak bisa berbohong lagi. PG-15, lalu terdiam ketika
melihat dari ponselnya.
Hyun bisa
tersenyum melihat ayahnya mengeluarkan uang dan memberikanya, dengan bahagia
mengungkapkan kalau sangat mencintai ayahnya.
“Tapi
dengan siapa Ayah menonton? Kau Nonton dengan wanita itu, kan? Kau berkencan
dengan baik tanpa aku tahu itu.” Sindir Hyun. Yeon Sung pun hanya bisa terdiam.
Flash Back
“Kami
selalu menonton film bersama saat Na Hyun masih kecil. Aku melihat rating
begitu film keluar. Aku akan melihat "Ini PG-12, jadi Aku bisa menonton
bersamanya." Saat dia dewasa, kami bisa menonton lebih banyak film bersama
Tapi dia tidak mau lagi Tahukah kalian? Orang tidak menonton film bersama saat
mereka tidak bisa berkomunikasi.” cerita Yeon Sung
“Kau bisa
berhenti membicarakannya.” Keluh si wanita tua. Yeon Sung pikir ini penting.
“Impian
Na Hyun adalah menjadi sutradara film. Itulah sebabnya dia ingin membuat film
yang akan beresonansi dengan anak seusianya.” Cerita Yeon Sung
“Kau
bilang "Film."??? Sebuah film? Apa kau bahkan melihat yang dibuat
olehnya? Itu bahkan Terlalu kotor untuk dibicarakan.” Kata si wanita.
Yeon Sung
p yakin Na Hyun ingin mengatakan sesuatu yang lain. Si wanita Pikir Film erotis
kurang kotor dibanding yang dibuat, oleh Na Hyun. Yeon Sung akhirnya hanya
bisa minta maaf atas nama anaknya.
“Itu bisa
dimaafkan.Tapi aku tidak bisa menerimanya
dari sudut pandangku.” Ucap si wanita tua sinis.
“Aku... Semua
kesalahan putriku... dan Juga salahku. Karena Na Hyun tumbuh dengan pengawasanku.” Ucap Yeon Sung.
Yeon Sung
terus menatap anaknya. Hyun bertanya pada ayahnya apa yang dilihat. Yeon Sung
mengajak mereka memainkan game
kejujuran. Hyun menolak karena membosankan. Yeon Sung ingin tahu pendapat
anaknya kalau akan menikah. Hyun menjawab kalau tidak peduli.
“Apa kau
membencinya?” tanya Yeon Sung. Hyun menjawab tidak peduli.
“Bagaimana
kau tidak peduli dengan keluargamu?” keluh Yeon Sung
“Jika aku
membencinya, akankah kau membatalkan pernikahannya?” kata Hyun. Yeon Sung pikir
itu mungkin saa.
“Itulah
yang aku benci. Aku ingin menjadi diriku sendiri, dan Ayah menjadi diri Ayah
sendiri Alih-alih mencoba untuk tidak melakukan apa yang orang lain benci. Aku
lebih suka jika kita berdua melakukan apa yang kita inginkan.” jelas Hyun
“Bagaimana
dengan sekolah? Kau tahu kan...” ucap Yeon Sung langsun disela oleh Hyun
“Jangan
jadi pengecut karena aku. Aku juga tidak ingin dikekang karena itu.” Ucap Hyun
“Aku
bukan pengecut.” Tegas Yeon Sung. Hyun melihat ayahnya pengecut.
“Aku orang
yang berani, Kau tahu aku berada di pasukan khusus, kan? Aku berada di DMZ
untuk misi rahasia.” Kata Yeon Sung bangg. Hyun mengeluh ayahnya agar Jangan
bicara tentang militer karena muak dengan itu.
“Hei.. Dengarkan
aku... DMZ berada di atas MDL. Pada malam hari, ada getaran yang menakutkan.
Dan tiba-tiba, sesuatu muncul di hadapanku. Jadi aku megarahkan pistol
kepadanya. Tapi tetap saja... Sesuatu merayap ke arahku. Aku melihatnya... Dan
itu adalah harimau.” Cerita Yeon Sung penuh semangat.
“Astaga,
Kau pembohong.” Keluh Hyun terpaksa mendengar cerita ayahnya
“Itu
cerita sebenarnya, Harimau itu sama besarnya
dengan... Meja ini. Tapi kunyuk itu malah meringkuk. Dan kemudian terbang ke udara
dan melompatiku.” Cerita Yeon Sung.
Hyun
terlihat mulai percaya dengan cerita ayahnya, lalu ebrtanya Bagaimana dengan
pistol milik ayahnya. Yeon Sung mengatakan tidak punya waktu untuk menembak
karena sudah melompat ke arahnya. Hyun ingin tahu kelanjutanya.
“Jadi,
aku meraih leher harimau itu sekuat tenaga dan meneriakinya... "Dasar Kau
bangsat." Lalu... Dia bilang, "Aku bukan seekor anjing."... Ini
adalah cerita lama.” Kata Yeon Sung seperti ingin melucu.
Hyun
kesal pada ayahnya karena sudah serius mendengarnya. Yeon Sung mengajak anaknya
bersulang, Hyun menolak karena tidak
suka bir. Yeon Sung memanggil pelayan seperti ingin memesan minuman untuk
anaknya.
Bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar