“Dalam novel "To Room
19"...,kamar tersembunyi milik karakter utama akhirnya ketahuan oleh
suaminya. Dan wanita itu berbohong pada suaminyaa kalau dia berselingkuh.”
Ji Ho
duduk di halte bus melihat buku ditanganya sambil bergumam.
“Aku saat
itu berumur 20 tahun dan tidak bisa memahami karakter si istri. Apakah
keberadaan kamar itu lebih penting daripada berbohong tentang perselingkuhan?”
Flash Back
Soo Ji
mengaku mengerti Karena jika orang tahu tentang kamar itu, maka orang pasti
akan menganggap kamar itu tak penting. Ji Ho masih tak mengerti kenapa wanita
itu harus berbohong kalau dia selingkuh. Soo Ji mengambil buku Ji Ho dan
membacanya.
"Selama
bertahun-tahun, aku telah menghabiskan waktuku di kamar hotel yang kotor. Tempat
itu membuatku bahagia. Sebenarnya, aku tidak ada apa-apanya tanpa kamar
itu.”Dia menyadari bahwa saat mengucapkan hal seperti itu, suaminya pasti
akan takut." Apa Kau tidak mengerti?” ucap Soo Ji. Ji Ho menganguk.
“Jadi
artinya lebih mudah menjadi gila daripada menjelaskan hal yang tidak bisa dipahami
orang. Sebenarnya, lebih mudah seperti itu. Lebih baik menggila daripada
menyedihkan.” Ucap Soo Ji
“Kenapa
aku menjawab seperti itu pada wanita CEO tadi itu? Saat dia bertanya padaku apa
aku masih menulis...kenapa...aku menjawab sudah menikah?” gumam Soo Ji lalu bus
berhenti dan melihat Se hee sudah ada didalamnya.
Ho Rang
duduk ditaman sendirian sambil menangis, Won Seok datang melihat Ho Rang
menangis, berpikir kalau lebih baik bicara lain kali saja. Ho Rang buru-buru
menghapus air matanya mengaku tidak menangis dan tidak akan menangis.
“Apa Kau
sudah memikirkannya?” tanya Won Seok. Ho Rang mengaku kalau dirinya salah.
“Apa
salahmu?” tanya Won Seok. Ho Rang menjawab kalau sebelumnya Berteriak dan Marah pada pada Won Seok.
“Aku
menyusahkanmu saat kau membelikanku sofa. Dan... Aku terus memohon padamu untuk
menikahiku. Dan juga...”ucap Ho Rang langsung disela oleh Won Seok.
“Lalu apa
bedanya? Kalau kita bertemu lagi, Apa kau yakin takkan memohon ingin menikah
lagi?” ucap Won Seok terlihat benar-benar marah .
“Jika kau
tidak suka itu..., maka aku tidak akan memohon lagi.” Ucap Ho Rang
“Bukan
itu masalahnya! Tapi Kau itu hanya ingin menikah. Kenapa kau menyembunyikan
keinginanmu hanya karena aku?” kata Won Seok.
“Aku
tidak menyembunyikannya. Aku ingin menikah denganmu, makanya...” ucap Ho Rang
kembali disela oleh Won Seok.
“Apa Kau
ingin menikah denganku? Apa kau yakin bisa bilang begitu?” kata Won Seok. Ho
Rang binggung tiba-tiba Won Seok mengatakan hal seperti itu.
“Kau
pernah bicara dengan pria lain. Aku membacanya, obrolanmu dengan pria lain di
aplikasi kencan kami.” Ucap Won Seok.
Ho Rang
mengatakan kalau itu hanya main-main saja dan cuma mengunduh aplikasi karena Won
Seok kerja di perusahaan itu lalu ada
orang yang ajak kenalan. Won Seok marah karena Ho Rang berbicara dengan Pria
itu. Ho Rang menyakinkan kalau cuma main-main saja dan tidak ada artinya.
“Tentu
itu ada artinya. Kau ingin menikah. Kau berbicara dengan pria yang tengah
mencari wanita untuk dinikahi. Dan Apa kau bilang itu juga masih tidak ada artinya?”
ucap Won Seok. Ho Rang menyakinkan kalau bukan seperti itu.”
“Tapi itu
memang berarti sesuatu. Bagaimana hubungan kita beberapa bulan terakhir ini?
Kau terus memohon ingin menikah Dan aku selalu menghindarinya. Kau selalu
memaksaku. Aku tidak bisa memuaskanmu. Jadi Begitulah adanya. Lalu jawabanmu ke pria itujuga bagian dari
perasaanmu. Kuharap kau bisa jujur dengan apa isi hatimu.” Ungkap Won Seok
mengeluarkan semua amarahnya.
“Cukup sampai di sini
saja... Aku juga capek Kalau kau tidak di rumah, akan kuangkut barang-barangku.”
Kata Won seo lalu berjalan pergi. Ho Rang tiba-tiba berlari dan langsung meluk
Won Seok dari belakang
“Jangan,
Won Seok... Jangan pergi... Tolong jangan pergi. Aku Mana bisa aku hidup
tanpamu? Bagaimana aku bisa hidup sendiri? Aku tidak bisa... Mana bisa aku
masuk ke rumah tanpamu? Tolong jangan pergi. Kalau tak ada kau, maka aku akan
mati.” Ungkap Ho Rang. Won Seok melepaskan tangan Ho Rang.
“Kalau
aku tak ada pun, kau juga takkan mati. Kau pasti akan segera melupakanku dan akan
baik-baik saja.” Ungkap Won Seok lalu berjalan pergi tanpa memperdulikan Ho
Rang. Ho Rang terdiam melihat Won Seok yang benar-benar sangat dingin.
Ji Ho dan
Se Hee duduk ditempat yang sama. Se Hee pun menanyakan keseharian Ji Ho di
cafe. Ji Ho pikir harinya seperti hari-hari lain biasanya dan bertanya balik
pada Se Hee. Se Hee mengaku Harinya juga
biasa saja.
“Sebenarnya,
ada yang terjadi padaku. Ada seorang CEO perusahaan produksi datang menemuiku.
Sebuah perusahaan produksi drama. Dia datang ingin memintaku bekerjasama
dengannya.” Cerita Ji Ho mengeluarkan kartu namanya dan memberikan pada Se Hee.
“Jadi apa
kau ingin bekerja lagi?” tanya Se Hee. Ji Ho mengatakan bukan seperti itu.
“Aku
hanya tidak tahu apa yang kuinginkan.” Kata Ji Ho melihat tatapan Se Hee pasti
berpikir kalau namanya itu nama pria.
“Apa dia
ini wanita?” tanya Se Hee. Ji Ho membenarkan, menurutnya Jung Min wanita yang
kuat.
“Dia kuat
seakan dia tidak akan menyakiti orang lain tapi orang yang bisa melindungi. CEO
itu bukan seperti kebanyakan orang. Walau namanya, nama orang kebanyakan.”
Jelas Ji Ho. Se Hee pikir itu benar klalu Ini nama yang biasa. Ponsel Ji Ho
berdering dan wajahnya langsung terlihat kaget.
Ji Ho
sampai di atap melihat Ho Rang hanya duduk diluar dengan selimutnya. Soo Ji
memberitahu Ho Rang duduk seperti ini di taman dan membawanya ke sini, bahkan
tidak bisa jalan kaki karena kakinya tak kuat jalan. Ji Ho memanggil Ho Rang
mengajak untuk masuk istirahat. Soo Ji juga khawatir kalau Ho Rang bisa sakit.
“Aku
tidak bisa masuk ke kamar itu. Aku tidak bisa.” Ucap Ho Rang.
Se Hee masuk
ke dalam cafe melihat Won Seok sudah mabuk dan Sang Goo menemaninya. Won Seok
melihat Se Hee datang dengan bangga kalau memang yakin, apabila menelp maka Se
Hee akan datang. Se Hee bertanya Apa dia
banyak minum. Won Seok membenarkan.
“Ayo kita
minum, mentorku.” Ucap Won Seok. Sang Goo binggung kenapa Won Seok menganggap
Se Hee mentonya.
“Kau
bukan mentorku lagi... Tapi Se Hee Hyung.” Kata Won Seok.
“Memang
dia bilang apa?... Hei.. Nam Se Hee.. Kau bilang apa ke dia?” kata Sang Goo
heran.
“Se Hee
Hyung bilang aku harus jujur.” Kata Won Seok. Se Hee seperti ingat yang
dikatakan ketika ada diatap “Semua subjek dalam kalimatmu semua itu kau, Won
Seok. Tak ada orang lain sebagai subjek dalam kalimatmu.
“Jadi aku
mengubah subjek pembicaraan dalam kalimatku.” Kata Won Seok.
“Ho Rang
tersenyum karena aku. Mungkin dia dan aku. seperti garis sejajar yang takkan
pernah bertemu. Ho Rang... bahagia karena aku.” Kata Won Seok.
Flash Back
Saat itu
di cafe Ho Rang berkomentar kalau
menunggu 5 tahun lagi, maka ia pasti sudah 35 tahun dan mereka harus berkencan
selama 12 tahun.
“Ho Rang
tidak bisa hidup tanpaku.”
Won Seok
melihat pesan yang dikirimkan oleh si pria [Bagaimana akhir pekanmu?]
“Jadi
saat aku mengganti topik pembicaraan..., jawabannya cukup sederhana. Rumus awal
mendapatkan jawabannya memang sudah salah dari awal. Selama tujuh tahun..., aku
telah memilih jalan yang hanya membuatku bahagia.” Cerita Won Seok terus mabuk
dan dua pria yang ada didepanya hanya menatap diam.
Ho Rang
akhirnya tertidur. Soo Ji berdiri sambil memandang pemandangan dari atap gudu
merasa Hidup ini terlalu panjang dan Ada terlalu banyak hal yang tidak
diinginkan. Ji Ho membenarkan , karena semuanya akan lebih parah. Soo Ji
melihat Ji Ho juga sepertinya ada masalah hari ini.
“Ada CEO
perusahaan produksi datang menemuiku. Dia ingin aku bekerja dengannya. Tapi
saat dia bertanya apa aku masih menulis..., maka aku menjawab aku sudah
menikah. Kenapa aku begitu?” pikir Ji Ho
“Mungkin
kau malas menjelaskannya. Terkadang, pernikahan bisa jadi perisai yang bagus di
masyarakat. Perisai kuat yang tidak bisa ditembus.” Kata Soo Ji
“Tapi
kurasa aku pengecut saat ini.” Kata Ji Ho. Soo Ji seperti tak setuju.
“ Ada
kalanya kau hanya ingin menjadi seperti orang lain. Hidup itu terkadang butuh
bahu sandaran.” Pikir Soo Ji
“Soo Ji,
apa kau juga mengandalkan seseorang? Siapa? Apalah CEO Ma?” tanya Ji Ho
“Aku
tidak perlu mengandalkan siapa saja. Karena ada ibuku yang mendukungku.
Sekarang Aku mau telepon ibuku dulu.” Kata Soo Ji penuh semangat.
Won Seok
sudah tertidur pulas setelah minum. Sang Goo mengeluh apda Won Seok yang harus
bilang begitu ke bocah seperti Won Seok. Se Hee membela diri kalau Sebenarnya bukan
itu yang dikatakan padanya tapi Itulah yang dikatakan Sang Goo padanya 12 tahun
silam. Sang Goo telihat kaget.
Flash Back
Keduanya
duduk di kursi depan, Se Hee terlihat sangat mabuk. Sang Goo menasehati kalau
Semua manusia itu egois dan Itulah keserakahan untuk tidak bisa merelakan
seseorang.
“Kau suka
saat bersamanya... Kau ingin membuatnya bahagia. Kau merasa tidak bisa hidup
tanpanya,kan? Tapi... Jung Min tidak merasakan hal yang sama. Dia tidak bahagia
denganmu lagi.Walau kau tak ada, maka dia masih bisa menjalani hidup. Maka dari
itu dia meninggalkanmu.” Ucap Sang Goo.
Sang Goo
tak percaya kalau membahas hal itu di cafe yang sama, dan menurutnya waktu
berlalu cepat sekali. Lalu ia pun ingin tahu Apa ada hal yang tidak diketahui
dari mereka berdua saat itu, karena keduanya tiba-tiba ambil cuti semester dari
kampus.
“Jung Min
pun tidak kuliah lagi dan menghilang. Kalau kupikir-pikir sekarang, itu agak
aneh.” Kata Sang Goo
“Apa
kau...sejak saat itu, pernah dapat kabar tentang dia?” tanya Se Hee. Sang Goo
menjawab Tidak pernah.
“Dia
memutuskan hubungan dengan semua teman kampusnya. Kurasa dengar, dia pindah ke
AS.” Kata Sang Goo lalu melihat Won Seok bangun dan ingin muntah, lalu
mengajaknya untuk pergi ke toilet. Se
Hee melihat kartu nama [Ko Jung Min]
Soo Ji
mengajak Ho Rang pulang kerumahnya dan berpikir kalau temanya harus makan. Ho
Rang menolaknya. Sang Goo tiba-tiba sudah menunggu di pintu masuk. Ho Rang
pikir akan masuk lebih dulu. Soo Ji menyuruh Ho Rang tidur di ranjangnya bukan
di lantai. Ho Rang menganguk mengerti dan masuk ke dalam apartement.
Keduanya
berhenti di atas jembatan, Soo Ji menanyakan keadaan Won Seok Sang Goo
memberitahu kalau sudah mengurusnya. Lalu menceritaan kalau sebelumnya
mengikuti ke rumahnya diam-diam, saat melihat pesan dari ibunya, karena khawatir kalau bertemu pria lain.
“Jadi aku
berlari menaiki tangga seperti orang gila, Aku seperti pecundang, kan? Seperti
katamu, mungkin aku tidak tahu banyak tentang hidupmu. Aku besar dalam keluarga
biasa tanpa banyak masalah. Jadi jujur saja, aku merasa kau sulit dihadapi.”
Ungkap Sang Goo.
“Terkadang,
kata-kata pedasmu terlalu sulit kuhadapi. Tapi kau tahu... Mungkin itu karena
aku sangat menyukaimu. Kata-kata pedasmu menyakitiku di sana-sini..., dan
sangat menyakitkan tapi jika kau bisa merasa nyaman menyakitiku..., aku malah
senang. Itulah yang kurasakan.” Kata Sang Goo.
“Aku tidak
akan mengganggu privasimu, tiba-tiba seperti hari ini mulai sekarang. Dan aku
tidak akan bertindak sok tahu tentang duniamu. Tapi... kuharap kau bisa menghadapi
dunia dengan semestinya. Dari yang kulihat, kau tidak pernah menghadapi dunia
dengan semestinya.” Ucap Sang Goo
“Kau selalu
melarikan diri atau melawan. Menggunakan perusahaan dan ibumu sebagai alasan...,
lalu kau selalu menyalahkan dunia. Aku yakin kau perlu menghadapi dunia... dan
mengatakan apa yang ingin kau katakan, setidaknya sekali dalam hidupmu. Dan
begitu kau memulainya, maka aku siap mendukungmu. Apa Kau mengerti?” ungkap
Sang Goo dengan wajah serius.
Soo Ji
hanya terdiam, Sang Goo tiba-tiba memuji dirinya yang sangat karismatik sekali bahkan sampai takut
dimarahi untuk kedua kali sehari jadi memilih untuk menyelesaikan sampai disini
dan pamit pergi bergegas untuk pindah ke
dalam mobilnya.
“Astaga,
Soo Ji memang yang paling menakutkan sedunia.” Ungkap Sang Goo lalu bergegas
pergi.
“Dia
sungguh tipe orang tak terduga.” Komentar Soo Ji melihat Sang Goo dari kaca
spion dengan tangan diangkat ke atas, lalu melihat boneka dibelakangnya sudah
diselipkan buah apel sebagai tanpa permintaan maaf. Soo Ji pin bis tersenyum.
“Setiap
orang punya Room 19 (Kamar 19) mereka sendiri. Entah sedekat apa mereka dengan
orang lain, mereka tidak ingin orang lain tahu tentang kamar itu.”
Ji Ho dan
Se Hee menonton bola bersama sambil minum bir. Se Hee bertanya kenapa Ji Ho
terus duduk di lantai. Ji Ho sempat kaget dan memberitahu kalau Sudah biasa
duduk di lantai dan merasa lebih nyaman seperti ini.
“Tapi
kenapa kau duduk di sofa sebelumnya?” ucap Se Hee.
“Karena
kurasa saat itu agak tidak nyaman di rumah ini. Dan tidak nyaman dengan Se Hee
juga.”jelas Ji Ho
“Apa Kau
merasa tidak nyaman di dekatku?” tanya Se Hee. Ji Ho menganguk.
“Entah senyaman apa mereka terhadap
orang lain...,mereka tidak bisa mengajak orang lain itu ke kamar itu.”
Ji Ho akan
masuk kamarnya dengan mengucapkan
Selamat malam. Se hee memberika kartu nama yang lupa mengembalikannya.
Ji Ho pun mengambilnya. Se Hee membahas
tentang tawaran drama itu.
“aku
tidak tahu banyak tentang hal itu tapi kau tidak ragu-ragu karena pernikahan
kita, kan?” kata Se Hee. Ji Ho terkejut.
“Aku
Takutnya, jika pernikahan ini menghalangi masa depanmu.. Kuharap kau tidak ragu
karena itu. Seperti janjiku..., Aku tidak ingin membebanimu.” Kata Se Hee. Ji
Ho mengatakan kalau mengerti maksudnya.
“Mungkin
hari ini, dia dan aku... perlu istirahat di Kamar 19 kami masing-masing.”
Ji Ho
melihat kartu nama Ko Jung Min, lalu membuka kembali laptopnya dan melihat file
[Naskah]
Soo Ji
tidur sambil memeluk boneka pemberian Sang Goo lalu bertany adpa Ho Rang, mau
sarapan apa hari ini. Tapi ternyata Ho Rang sudah tak ada dikamarnya. Won Seok
pulang kaget melihat Ho Rang sedang ada dirumah dan membereskan pakaian dalam
koper.
“Aku
mampir sebentar untuk mengemasi barang-barangku.” Ucap Ho Rang yang sudah memotong
rambut.Won Seok pikir kenapa Ho Rang harus berkemas karena ia saja yang pindah.
“Aku juga
tadinya berpikir begitu. Tapi kurasa aku harus pindah dan Kau saja yang tinggal
disini.” Ucap Ho Rang
“Kenapa
kau yang pindah? Kau 'kan juga bayar disini.” Kata Won Seok. Ho Rang pikir lebih baik Nanti saja membahasnya.
“Kau bisa
mengembalikan kunci rumah ini di akhir kontrak.” Kata Ho Rang lalu keluar dari
rumah.
Won Seok
mengikutinya, lalu menanyakan keadaan Ho Rang sekarang. Ho Rang pikir tak
masalah dan merasa jauh lebih baik. Won Seok bisa mengucap syukur
mendengarnya. Ho Rang pun pamit pergi
tapi kembali bicara pada Won Seok.
“Kau
benar... Aku harus... jujur pada diriku sendiri. Aku akan mencobanya mulai
sekarang.” Kata Ho Rang lalu menuruni tangga. Won Seok melihat dari atas kalau
Ho Rang dijemput oleh seorang pria dan membawanya pergi dengan mobil, hatinya
seperti makin sakit melihatnya.
Ji Ho
akhirnya datang ke gedung MY Entertainment, dalam hatinya bergumam kalau Sudah
waktunya jujur pada diri sendiri. Seorang pria pun mengantarkan Ji Ho ke dalam
ruangan Jung Min. Jung Min sempat kaget
melihat Ji Ho yang datang lalu mereka duduk diruang rapat.
“Aku
ingin menulis... Aku ingin menulis cerita yang bagus. Aku tidak yakin apa
keinginan CEO tapi aku ingin menulis cerita bagus yang bisa kuceritakan. Itulah
keinginanku.” Ungkap Ji Ho
“Kau
hanya perlu menulis naskahmu sendiri dengan ceritamu sendiri.” Kata Jung Min
“Tapi
sebelum itu, ada yang ingin kujelaskan” kata Ji Ho. Jung Min pikir Ji Ho sudah
ada kontrak. Ji Ho mengatakan bukan itu.
“Ada
alasan kenapa aku berhenti dari pekerjaanku. Asisten sutradaraku dulu pernah
hampir memerkosaku. Itulah yang ingin kuhadapi terlebih dulu dan Kukira aku
bisa menulis setelah itu.” Ucap Ji Ho
“Kalau
begitu...,kita harus melakukannya. Bagaimana kau ingin menyelesaikannya?” tanya
Jung Min
“Aku ingin
membicarakannya denganmu. Itulah sebabnya aku datang hari ini. Aku tidak tahu
pilihannya.” Kata Ji Ho
“Mungkin
ada dua cara mengurus hal ini. Ini Agak rumit, tapi kita bisa menuntutnya
Atau... apa kita harus menyingkirkannya?” kata Jung Min. J Ji Ho panik
mendengar kata Menyingkirkannya.
“Aku lebih
suka pilihan yang terakhir. Karyawanku jago sekali dengan masalah seperti itu.”
Kata Jung Min. Ji Ho ingin tahu apa yang bisa
mereka lakukan.
“Mereka
bisa mengagetkan orang sampai mati atau orang akan mati karena situasi yang
lucu. Terkadang, ada yang mati karena sangat frustrasi.” Kata Jung Min
Ji Ho
terlihat sangat panik. Jung Min menahan tawa memberitahu kalau ia hanya
bercanda dan mengajak untuk membahas itu saat makan siang saja. Ji Ho menganguk
setuju lalu berkomentar kalau Jung Min tak pandai bercanda. Jung Min dengan bangga mengatakan
Banyak orang bilang kalau itulah pesonanya.
Jung Min
mengajak Ji Ho pergi ke sebuah restoran memberitahu kaalu Disini tak ada menu
dan ingin tahu apakah Ji Ho mau dikejutkan. Ji Ho mempersilahkanya. Jung Min
langsung memesan pesan pajeon dan golbaengi, serta Tiga botol makgeolli juga.
Ji Ho kaget mendengar 3 botol. Jung Min pikir kurang jadi memesan 4 botol. Mereka pun mulai minum dari gelas berbentuk
mangkuk.
“Penulis
Yoon, kau sepertinya nikmat sekali minumnya.” Komentar Jung Min. Ji Ho
membenarkan karena Sudah lama tak minum.
“Apa kau
tidak minum dengan suamimu?” tanya Jung Min. Ji Ho mengaku mereka hanya minum
bir sambil menonton sepak bola dan mengaku kalau suamiany itu orang aneh.
“Aku saja
belum pernah melihatnya mabuk sekali.” Cerita Ji Ho. Jung Min pikir keduanya saling
berhati-hati.
“Ya,
begitulah.. Kami memang begitu. Kami saling memiliki "Kamar19".” Kata
Ji Ho. Jung Min binggung apa maksudnya "Kamar 19"
“Itu
kamar masing-masing dan Tidak bisa dimasuki sembarangan.” Jelas Ji Ho .
“Sepertinya
hubungan kalian menarik. Meskipun kalian sudah menikah, maka kalian perlu semacam
kamar itu. Jika kalian saling mencintai,maka kalian harus lebih berhati-hati”
jelas Jung Min
“Kenapa
CEO belum menikah? Maksudku, kau sangat cantik dan percaya diri. Jadi aku
penasaran kenapa kau masih melajang. Aku hanya penasaran dan Mungkin karena aku
sudah menikah. Tapi Apa aku menyinggung perasaanmu?” pikir Ji Ho melihat
tatapan Jung Min.
“Tidak...
Waktu muda, aku juga berpikirnya begitu. "Kenapa dia tidak menikah padahal
umurnya sudah matang?" Kupikir aku akan menikah suatu hari nanti. Aku pernah
menikah sekali, jika itu bisa dianggap menikah. Aku tinggal dengan pacarku
semasa kuliah.” Cerita Jung Min.
“Apa Kau
tinggal bersamanya? Wahh.. Keren sekali.” Komentar Ji Ho
“Tidak
sekeren kedengarannya. Kami berkencan, dan aku mengandung bayinya. Jadi kami
berjanji akan menikah dan hidup bersama. Apa kau Mau tahu yang terjadi
selanjutnya? Aku keguguran dan kami
berpisah. Keluarganya juga menentang hubungan kami.” Ucap Jung Min
Ji Ho
kaget mendengarnya, Jung Min melihat Ji Ho Ksangat terus terang sekali jadi ia
ikutan terus terang. Menurutnya Inilah sebabnya seharusnya tidak boleh minum
dengan orang seperti Ji Ho. Ji Ho meminta maaf karean seharusnya tidak bertanya
itu.
Jun Min
pikir tak masalah karena Suatu kehormatan
bisa menua setiap tahun dan Pengalaman menyakitkannya kini tinggal kenangan.
Mereka pun kembali minum.
“Mungkin aku sudah menduganya saat
itu. Kalau orang ini adalah kamar 19-nya. Dan juga...”
Se Hee
berada di rumah terlihat panik karena menelp istrinya tap tak diangkat-angkat.
“Mungkin dia juga menyadari bahwa
suatu hari nanti, dia harus menghadapi kamarnya.”
Keduanya
mabuk dan sudah berada dalam mobil. Ji Ho mengaku sudah menduganya saat pertama melihat Jung
Min Kalau CEO seperti tipenya. Jung Min mengucapkan Terima kasih mengaku juga
senang mendengarnya, lalu menasehati Ji Ho Jangan khawatir soal si bajingan itu
karena akan kasih pelajaran.
“Aku
harusnya mengikat orang-orang seperti dia dan memotong kemaluannya.” Ungkap
Jung Min. Ji Ho mengeluh kalau CEOnya itu sudah gila sambile memukulnya. Jung Min mengeluh sakit
tapi Ji Ho tetap memukul karena gemas.
“CEO,
kita hampir sampai... Penulis Yoon, apa benar ini tempatnya?” ucap Sopir . Ji
Ho melihat dan meminta agar diturunkan saja di pinggir jalan.
“Penulis
Yoon, Apa kau yakin ini tempatnya?” kata Jung Min saat melihat Ji Ho turun dari
mobil.
“CEO
Ko... Sebenarnya..., aku harus ke toilet sekarang. Nanti aku kesini lagi.” Kata
Ji Ho bergegas pergi lalu berkomentar kalau Jung Min D sungguh orang yang baik.
“Dia
sungguh orang yang baik. benar, 'kan?” kata Jung Min. Sopirnya pun membenarkan.
“Kenapa orang-orang baik semuanya datang sekaligus?”
Jung Min
keluar dari mobl melepaskan otot yang tegang dengan mengangkat tanganya, Se Hee
berlari keluar dijalan seperti panik karena menunggu Se Hee. Tapi keduanya
bertemu dan sama-sama kaget. Ji Ho dari kejauhan melihat keduanya seperti
sangat kaget.
“Setiap hubungan sangatlah
menyedihkan karena kita tidak bisa menduganya. Pintu Kamar 19-nya dan pintu
Kamar 19-ku telah terbuka.”
Bersambung
ke episode 14
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Seru banget d tunggu kelanjutan y...😊😊
BalasHapusGa sabar nunggu episode berikutnya ..
BalasHapus