PS
: All images credit and content copyright : JBTC
So So
berjalan keluar dari hotel dengan pakaian dan make up yang berbeda, saat itu Ma
Roo baru selesai minum bir melihat So So memilih untuk mengikutinya. Ia melihat
So So menyapa seorang pria di jalan dengan memeluknya, lalu masuk ke dalam
sebuah tempat.
Ma Roo
sempat terdiam, sampai akhirnya masuk melihat So So yang duduk sendiri
menikmati nyanyian klasik Prancis. Tuan Oh dan Nyonya Han asik bermain games di
kasino, Kyung Jae dan So Ran mengumpulkan kepingan di meja kasino, sementara
Yeon Sung dan Hyun sibuk dengan ponsel masing-masing.
Doo Ri
menunggu seseorang, Su Su keluar dari pintu kedatangan. Doo Ri langsung
melompat ke dalam pelukan calon suaminya. Su Su mengejek akalu Doo Ri berat.
Doo Ri menyuruh Su Su agar lebih rajin berolah raga. Su Su ingin tahu Bagaimana dengan sekolah.
“Aku
bermain hooky.” Ucap Doo Ri. Su Su mengeluh agar Doo Ri menjadi guru yang baik.
“Terima
kasih atas pujian, lalu Bagaimana perjalanannya?” tanya Doo Ri turun dari
pelukan Su Su
“Aku
menemukannya, Dia membelikanku pakaian ini.” Cerita Su Su. Doo Ri heran karena
Su Su yang kembali sendiri saja
“Dia
membelikanku sepatu ini juga.” Kata Su Su seperti tak ingin menjawab. Doo Ri
ingin tahu apakah kakak iparnya baik-baik saja
“Dan dia
juga membelikanku dasi ini” jawab SuSu. Doo Ri mengerti dengan memuji Su Su
sebagai calon Pengantin laki-lakinya terlihat sangat tampan.
Ia
seperti mengerti Su Su tak ingin membahasnya lebih dulu, lalu bertanya apakah
ada yang ingin dimakan olehnya. Su Su mengatakan ingin Makanan dengan banyak
bumbu. Doo Ri dengan bangga kalau itu adalah keahilanya jadi akan membuatkannya
dengan merangkuk tangan Su Su. Tapi Su Su melepaskanya memilih untuk memeluk
bahu calon istrinya.
“Wow,
bahumu lebih lebar sekarang.” Komentar Su Su. Doo Ri pikir Su Su akan merasa
aman. Su Su mengangguk setuju.
“Apa So
So masih cantik seperti biasa? Apa dia makan dengan baik? Bagaimana dengannya?”
tanya Doo Ri masih penasaran.
“Noona...
berubah menjadi wanita Perancis.” Ucap Su Su
So
So keluar dari cafe, melihat Ma Roo
sudah menunggunya. Ma Roo memuji So So yang cantik dan mengajaknya bicara. So
So terlihat masih kesal memilih untuk pergi karena tidak mau dengar., Ma Roo
pun mengejarnya dengan minta maaf
menurutnya So So seharusnya tidak marah tentang itu.
“Aku
memakai baju dan sepatu yang tidak pernah kupakai. Untuk menonton
pertunjukan yang terlalu mahal. Aku ingin
memperlakukan diriku dengan baik hari ini. Jadi jangan merusaknya.” Ucap So So
berjalan pergi. Ma Roo bisa menghadangnya.
“Aku tidak
menikmati diriku di tempat ini dan tidak hanya main-main denganmu Setelah putus
dengan pacarku selama liburan ini.” Jelas Ma Roo
“Itu
lucu. Bagaimana kau bisa mengatakan itu dalam situasi ini?” ucap So So sinis
“Dengarkan
saja. Aku akan mengatakannya Meski aku tampak seperti pecundang. Bagiku, Kau
bukan hanya seseorang yang bisa ku lewati. Aku berharap kau merasakan hal yang
sama sepertiku.” Ungkap Ma Roo. So so So seperti salah mendengarnya
“Aku
bilang tidak mau kalau... Kau menemui banyak pria di luar sana.” Kata So So
“Bagaimana
kau bisa jadi tak tahu malu?” keluh So So, Ma Roo pikir apakah ia tak boleh
mengatakan seperti itu.
“Aku
sungguh menyukaimu. Tak bisakah aku mengungkapkan kemarahanku setelah melihatmu
dalam pertengkaran cinta dengan pria lain?” ucap Ma Roo. So So melongo mendengarnya.
So So
pikir harus menjelaskan lebih dulu agar Ma Roo bisa mengerti, dan ingin tahu pertengkaran cinta dan dan
laki-laki mana. Ma Roo mengatakan kalau itu Orang-orang yang So So temui di
Honfleur. So So tak habis pikir kalau Ma Roo cemburu dengan Didier dan Allan.
“Teman-teman
itu adalah sepasang kekasih.” Ucap So So menjelaskan. Ma Roo tahu kalau kalau mereka kekasih dari
So So.
“Tidak...
Didier dan Allan adalah sepasang
kekasih.” Ucap So So. Ma Roo melongggo kaget mendengarnya.
“Tapi
mereka berdua laki-laki.”pikir Ma Roo terlihat sangat shock. So So membenar
kan.
“Mereka bertunangan,
tapi mereka hendak membatalkannya, jadi aku mencoba...Tunggu, apa yang kau
pikirkan tentangku... Apa aku tampak seperti seseorang yang akan melakukan itu
dengan dua laki-laki...” ucap So So marah
“Coba
Lihatlah, San Ma Roo! Apa itu yang kau
pikirkan tentangku? Jika mereka kekasih, lalu apa yang akan mereka lakukan
padamu? Apa kau tidak ingat? Bagaimana aku mengenalkannya kepadamu?” tanya So
So
“Sebagai
pacarmu.” Ucap Ma Roo polos. So So pikir tak pernah melakukan itu.
Selama
bertemu dengan Didier dan Allan selalu mengatakan mereka teman, So So pikir
kalau dengan jelas mengatakan mereka
berteman, Ia pikir kalau Ma Roo tak mengerti
artinya menjadi teman dan berpikir semua teman laki-laki itu berarti pacar
“Lalu...
apa kalian hanya berteman?” tanya Ma Roo menahan senyuman bahagia.
“Bukan hanya
teman, tapi yang terbaik...Jadi Kita hentikan.” Ucap So So berjalan pergi
“Aku
minta maaf.” Kata Ma Roo. So So pikir Ktidak perlu minta maaf.
“Aku
sungguh minta maaf. Aku tidak tahu itu, dan mengira diriku bukan siapa-siapa
untukmu.” Ucap Ma Roo merasa bersalah.
“San Ma
Roo, kau memiliki sesuatu yang paling aku benci. Kau salah paham, terluka, dan
berpikir semaumu. Lalu Kau mengharapkan
orang lain bisa melihatnya. Tapi Kau hanya membuat kesimpulanmu sendiri dan
setelah mengetahui itu adalah kesalahpahaman. Lalu Kau masih ingin orang lain
memahamimu dan menghiburmu. Dan kedua...” ucap So So kesal merasa tak bisa
berkata-kata dan berjalan pergi.
“Apa Itu sebabnya
kau membuang sepatu itu? Aku membeli sepasang lain dengan ukuran yang lebih
besar kalau mungkin nanti tidak muat. Aku membeli dua, untuk berjaga-jaga.”
Ucap Ma Roo. So So berhenti berjalan.
Flash Back
Ma Roo
sengaja mengukur kaki So So lalu memutuskan akan membeli dua pasang
sepatu. Sebelumnya Ma Roo yang kesal
sudah mebuang ke tempat sampah tapi akhirnya mengambilnya kembali karena tak
bisa melakukanya.
So So tak
percaya kalau Ma Roo ternyata melakukan itu untuknya. Ma Roo meminta maaf
karena membuat So Sp memakai sepatu yang tidak pas, padahal tahu kakinya
cantik, tapi tidak tahu ukurannya. So So hanya terdiam menatap Ma Roo.
Flash
Back
Didier
melihat Ma Roo yang pergi menyuruh So So harus mengikutinya. So So pikir tak
perlu . Didier tetap menyuruh So So ikutnya karena melihat Ma Roo sangat
menyukainya. So So seperti tak yakin karena mereka baru bertemu beberapa hari.
“Percayalah
kepadaku. Aku tahu apa yang dipikirkan oleh pria di mata mereka.” Kata Didier
menyakinkan.
So So
langsung berjongkok menutupi wajahnya, Ma Roo panik berpikir So So menangis dan
bertanya apa ada yang salah. So So mengaku kalau sangat malu. Ma Roo bertanya
mengenai apa. So So mengatakan sudah salah paham, membayangkan skenario yang
salah Dan membuat kesimpulan tanpa mengetahui faktanya.
“Aku
tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan jadi Bangunlah.” Ucap Ma Roo menarik
So So. Tapi So So tetap malu menutup wajahnya.
“Kenapa
kau seperti ini? Coba... Lihat aku....Biarkan aku melihat wajahmu.” Kata Ma Roo
mencoba menarik tangan So So, tapi satu tangan So So tetap bisa menutup wajahnya.
Tuan Oh
masuk kamar terlihat sangat marah langsung membuka kulkas mengambil minum,lalu
mengungkaplan betapa mengesankannya. Nyonya Han masuk kamar dengan wajah lesu.
Tuan Oh mulai mengeluh istrinya bisa kehilangan 100.000 won dalam sekejap
“Kita
hampir tidak menghasilkan keuntungan setelah menjual ayam. Tapi ini 100.000
won?!!” ucap Tuan Oh kesal
“Aku bukan
satu-satunya yang kalah.” Pikir Nyonya Han. Tuan Oh merasa kalau Setidaknya ia
sudah dekat.
“Aku
hampir menang juga.. Hanya saja hal itu tidak berhasil pada akhirnya.” Kata
Nyonya Han duduk diatas tempat tidurnya.
“Jika
berhasil pada akhirnya, apa itu judi?
Tidak pernah berhasil.” Ucap Tuan Oh marah. Nyonya Han meminta agar
menghentikanya.
“Setidaknya
kita bersenang-senang.” Pikir Nyonya Han dengan berbaring ditempat tidur.
Tuan Oh
pikir apa yang menyenangkan saat kehilangan uang. Nyonya Han pikir ini adalah
pertama kalinya mereka melakukannya, dengan Semua yang berkilau dengan lampu
berkedip-kedip di mana-mana. Ia dengan senyuman lebar merasa kalau sangat
menyenangkan.
“Bagaimana
aku hidup tanpa mengetahui betapa asyiknya itu?” ungkap Nyonya Han. Tuan Oh
melihat Nyonya Han bahagia mengajak pergi. Nyonya Han binggung kemana lagi
mereka.
“Kau
bilang itu menyenangkan... Mainkan putaran lain... Ikut aku.” Ucap Tuan Oh.
Nyonya Han pikir tak perlu tapi akhirnya merasa harus bermain game senilai
30.000 won, lalu berteriak melihat suaminya yang tak berganti pakaian.
Kyung Jae
dan So Ran keluar dari Kasino seperti maling yang kabur bergegas masuk kamar.
So So memastikan kalau pintunya sudah terkunci dan tak ada yang mengikuti.
“Di film,
orang biasanya mengejar dan membunuh orang yang memenangkan uang.” Ucap So Ran
takut. Kyung Jae memastikan kalau pintu kamarnya sudah terkunci.
Setelah
itu menaruh semua kepingan koin diatas kasur dan keduanya melompat bahagia
karena bisa memenangkan jakcpot dari Kasino yaitu 18 juta won, Mereka pun
kembali mengumpulkan koin yan berhamburan lalu bertanya apakah Kyung Jae akan
melakukan trading besok.
Kyung Jae pikir
Lebih aman di siang hari. So Ran
pun mengajak untuk hitung dan lihat berapa banyak yang mereka punya.
Keduanya
duduk di meja dengan menumpukan koin sesuatu warna, So Ran bertanya Berapa 1,420 euro. Kyung Jae
berpikir kalau hampir 19 juta won lalu menghitung dengan kalkulator dan merasa
kalau ada yang aneh, lalu mulai menghitung bilangan angka.
So Ran pun
ingin melihat jumlah uang didapat, seperti tak percaya kalau jumlahnya hanya
1,8 juta won, dengan mengulang menghitungnya.
Kyung Jae terlihat sedih dan So Ran pun merasa kecew memilih untuk
mengambl bir dan berbagi minum dengan pacarnya.
“Hei,
kita masih menang hampir 2 juta won.
Cukup bagus juga kan?” ucap Kyung Jae.
“Kau
benar. Aku sangat senang.” Ungkap So Ran dengan tawa terpaksa. Kyung Jae
kembali ingin memastikan jumlah di ponselnya.
So Ran menyuruh Kyung Jae agar menghentikan.
“Hei, beli
tas yang kau inginkan besok, yaitu Tas 2 juta won itu.” Ucap Kyung Jae. So Ran
pikir tak perlu karena tidak memenangkan ini sendiri.
“Kenapa tidak?
Kau menang dengan uangmu. Jika 2 juta won di sini, bukankah lebih dari 2,5 juta
won di Korea?” ucap Kyung jae.
“Mungkin
lebih dari 2,67 juta won.” Kata So Ran
“Lalu itu
berarti aku menghasilkan 670.000 won tanpa melakukan apapun. Ini adalah
kemenangan total. Dan kita harus segera menghabiskan uang perjudian.” Ucap
Kyung Jae bangga. So Ran pun berpikir akan membeli apa dengan 2 juta won dan
mengajak segera menukar karena Tidak ada yang akan mencoba membunuh mereka.
Nyonya
Han kembali kamar langsung mengambil bir. Tuan Oh mengeluh Nyonya Han yang
pasti punya banyak keberanian, karena apabila terlahir sebagai laki-laki, pasti
sudah berakhir.
“Bisakah
kau minum bir setelah kehilangan banyak uang?” keluh Tuan Oh kesal
“Kenapa
kau meyakinkanku untuk pergi kesana? Jika kau memintaku untuk pergi ke sana
lagi, maka Aku akan kembali ke Seoul!” ucap Nyonya Han karena kembali kalah.
So So dan
Ma Roo duduk di cafe, tatapan So So terus mengarah ke luar jendela. Ma Roo
tersenyum mengaku kalau tak tahu dengan berpikir So So marah karena sepatunya
kecil. Ia berpikir tentang So So "Wow, dia memiliki sifat buruk."
“Aku tidak
akan berbicara denganmu lagi” ucap So So tak mau menatap Ma Roo.
“Tapi
setelah melihat perban di pergelangan kakimu, Aku merasa kasihan.” Ucap Ma Roo
memanggil So So. So So meminta Ma Roo tak memanggilnya. Ma Roo tetap meminta
agar So So bisa menatapnya. So So mengaku malu.
“Aku
tidak siap saat kau muncul di depanku Apalagi tiba-tiba. Aku pasti sudah
mencoba melarikan diri begitu menemukan
sesuatu yang salah. Dengan begitu, aku tidak akan terluka. Aku sangat senang
saat kau memberiku sepatu itu. Kau tidak tahu ukuranku, jadi pasti sudah
merenungkannya. Tentang ukuran mana yang sesuai.” Ucap So So
So So
bisa membayangkan Ma Roo yang memilih sepatu dengan mencoba ukuran sepatunya
yang lebih keci.
“Aku
bersyukur dan mengagumi waktu yang kau habiskan untukku. Tapi aku tahu ada dua pasang
sepatu yang sama. Aku berpikir "Itu pasti untuk pacarnya."” Ucap So
So
“Kami
saling meninggalkan... Teman itu meninggalkanku, dan aku meninggalkannya. Aku
akan menemuinya saat kembali bekerja. Tapi tidak akan ada waktu untuk sedih atau
terluka dalam perpisahan kita. Karena dia harus menggangguku atas nama perusahaan.” Cerita Ma Roo
menganggap Nona Oh sebagai temanya.
“Apa dia
atasanmu di tempat kerja?” tanya So So kaget. Ma Roo mengangguk.
Semua
berkumpul diruangan Ketua Departemen, Nona Oh dan Byung Jae hanya bisa
tertunduk dengan semua karyawan. Ketau sangat menyangkan hal ini terjadi di
departemen mereka dan menyuruh Tuan Yoon unntuk bisa mengurus sisanya. Tuan
Yoon mengerti.
“Seperti
yang kalian semua tahu, San Ma Roo sedang dalam keadaan standby. Dengan Absen
tanpa cuti, pelanggaran peraturan, dan pengabaian tugas, Dan tentang hal-hal
yang melibatkan Ma Roo.. Deputi Oh... Kau Periksa baik-baik Dan bersihkan meja
dan komputernya.” Ucap Ketua Yoon. Nona Oh mengerti.
“Pada saat
seperti ini, bekerja samalah. Dan lakukan pekerjaan dengan baik sehingga CEO
bisa merasa nyaman Jadi Kembali bekerja.” Ucap Ketua Yoon. Semua pun bergegas
keluar.
Tuan Yoon
berbicara denga atasan, Ketua memperingatkan Tuan Yoon Jangan biarkan anak
buahnya turun tangan karena menemukan berkasnya, karena Yang penting perhatikan
detailnya. Tuan Yoon pikir tak perlu khawatir karena akan mengurusnya.
“Apa kau
mengurus formulir pengiriman ke Afrika?” tanya Ketua
“CEO
mereka sedang cuti saat ini, jadi kita
harus menunggu.” Ucap Tuan Yoon
“Hei,
bertindaklah seperti atasan. Bisakah kau benar-benar memanggilnya CEO jika dia berasal dari perusahaan mungil? Katakan
pada mereka kalau aku ingin berbicara
dengan atasan mereka.” Kata Si ketua. Tuan Yoon pun tak berani melawan.
Byung Jae
seperti berat hati karena melihat barang-barang di Meja Ma Roo dibereskan. Nona
Oh seperti tak peduli membereskan semuanya, sampai akhirnya melihat tanaman
kaktus diatas meja, teringat saat membeli dengan Ma Roo kalau itu Kaktus
pasangan dan Letakkan di depan komputernya.
“Kau
seharusnya tidak membuangnya, Ma Roo sangat menghargainya.” Kata Byung Jae
mendekat.
“Bisakah
kau membersihkannya untukku?” ucap Nona Oh bergegas kembali ke tempat duduknya
dan masih terlihat tanaman kaktus yang sama.
So So
mengaku merasa sedih saat mendengar
cerita seperti itu, karena Hubungan kusut selalu penuh dengan luka yang
menyakitkan. Ma Roo pikir manusia tetap ingin hidup bersama karena tahu kesepian adalah yang paling menakutkan.
“Bukankah
pantai ini indah?” ucap So So melihat ke
arah depan mereka yang gelap.
“Memang
indah, meski aku tidak bisa
melihatnya.”kata Ma Roo
“Film "Seorang
Pria dan Wanita" dibuat di pantai ini. Seorang wanita kehilangan
suaminya karena kecelakaan. Dan seorang
pria kehilangan istrinya karena bunuh
diri. Pria yang terluka dan wanita yang
terluka itu bertemu. Mencintai, putus, lalu mencintai lagi.” Cerita So So
dengan gambar file sebuah mobil dan sepasang yang berpelukan.
“Ini
happy ending kan.” Kata Ma Roo. So So menganguk, lalu bertanya apakah menurut
Ma Roo ada namanya happy ending dalam cinta
“Ada.
Jika kau benar-benar saling mencintai, saat itu pasti ada. Tidak peduli apa
yang terjadi.” Kata So So
“
Bukankah sudah normal jika masa-masa itu pasti ada?” pikir SoSo
“Jika
saat-saat itu tidak pasti, itu adalah rasa sakit yang nyata.” Kata Ma Roo. So
So pun mengajak pergi jalan-jalan. Ma Roo pun mengikuti untuk berjalan-jalan di
pantai.
Yeon Sung
dan Hyun berjalan bersama, Hyun ingin tahu kenapa tidak menjawabnya karena
mengajukan pertanyaan saat permainn
berlangsung, alasan ingin mau datang dengan ayahnya. Yeon Sung pikir itu karena
Hyun sangat mencintainya.
“Kau
sangat murahan.” Keluh Hyun. Yeon Sung pikir mereka saling mencintai
“Jika punya
sesuatu untuk dikatakan, katakan sekarang. Jika bukan tentang sekolah, aku akan
mendengarkan. Kau juga tidak bisa membicarakan wanita itu.” Ucap Hyun berjalan
mundur.
“Lalu aku
tidak punya apa-apa untuk dikatakan.” Kata Yeon Sung lalu menarik pasmina Hyun
karena udara makin dingin sambil mencubit pipinya. Hyun mengeluh ayahnya kalau
tak ingin melakukanya.
Flash back
“Aku
punya banyak hal yang ingin dikatakan... Tapi aku harus berhenti sekarang. Aku
akan menikah, dan dia akan menjadi Ibu yang baik. Aku akan membuat lingkungan
keluarga yang baik sehingga Na Hyun akan
tumbuh dengan baik.” Ucap Yeon Sung sudah menghabiskan minum dalam gelas.
“Itu...
tidak ada hubungannya dengan kejadian ini.” Kata si wanita tua dengan ketus.
“Aku
tidak bisa berbicara kepadanya tentang topik ini karena aku adalah Ayahnya.
Tapi Hal-hal bisa berubah jika seorang Ibu bisa mengurusnya.” Kata Yeon Jung
“Masalah
tetaplah masalah, bahkan jika mereka punya ibu.” Kata si wanita
“Aku akan
lebih memperhatikan Na Hyun. Jadi dia bisa melakukannya dengan baik di sekolah...” kata Yeon Sung
langsung disela oleh si wanita itu
“Ayah Na
Hyun..Bukannya kau bilang melihat apa
yang Na Hyun lakukan? Apa menurutmu itu sesuatu... Yang harus dilakukan seorang
siswa perempuan?” ucap si pria.
Yeon Sung
akhirnya meminta maaf, Si wanita bertanya menurut pikiran Yeon Sung Apa ini sesuatu yang harus dilakukan atau
tidak. Saat itu Hyun berdiri depan ruangan dengan seragamnya, dengan selembar
kertas tertempel di di depan pintu [Rapat Komite Disiplin]
“Seharusnya...
Tidak dia lakukan.” Jawab Yeon Sung.
“Apa ini
sesuatu yang harus terjadi atau tidak?” tanya si wanita. Yeon Sung menjawab Seharusnya
tidak... terjadi.
“Apa kau
meminta maaf setelah mengetahui itu?” kata si wanita sinis.
“Na Hyun
masih anak kecil Dan kita orang dewasa. emaafkan bisa menjadi pelajaran.” Kata
Yeon Sung
“Sebagai...Presiden
asosiasi orang tua. Aku tidak berpikir anak-anak kita harus belajar di sekolah
yang sama.Seseorang yang merekam film seperti
rekaman kotor Aku merasa sangat tersinggung tentang ini. “ kata si wanita. Yeon
Sung terlihat kebinggungan. Hyun pun akhirnya berjongkok didepan pintu dengan
wajah sedih.
“Na Hyun
membuat film berdurasi tiga menit. Aku tahu itu salah sehingga mempengaruhi
lingkungan sekolah. Putriku dan aku merenungkan kesalahan kami. Aku mohon
padamu. Tolong jangan keluarkan putriku. Aku memohon padamu.” Kata Yeon Sung
akhirnya berlutut didepan semua guru dan
juga komite sekolah.
“Aku bisa
menjadi lebih pengecut dari ini. Meski, kau mungkin tidak tahu.” Gumam Yeon
Sung.
Hyun
melihat ayahnya keluar ingin tahu apa yang dikatakan oleh gurunya. Yeon Sung
hanya mengulurkan tangan pada anaknya, untuk pulang. Sementara di dalam ruangan,
Kepsek pikir mereka sudah mendengar perspektif wali murid jadi bisa memulai
rapat untuk bisa memilih.
“Ini
adalah pilihan terbuka. Kenapa kita tidak hanya
memberikan suara, Kepala Sekolah?” ucap Ketua Komite. Kepsek pun setuju
“Lalu,
siapa yang berpikir kita harus mengusir Jung Na Hyun?” tanya Kepsek
Hyun
berjalan dengan ayahnya merasa tidak melakukan kesalahan dan Yeon Sung juga
pasti tahu. Yeon Sung tak ingin membahasnya mengajak makan sundae sebelum
pulang. Hyun mengeluh kalau tak suka. Yeon Sung pun mengusulkan tonkatsu saja.
Hyun langsung menyetujuinya.
Yeon Sung
mengenganggam tangan anaknya mengaku Senang bisa bercakap-cakap dengan anak
perempuannya dan mengajak besok bicara banyak besok juga. Hyun pikir mereka
tidak pernah berhenti bicara.
“Aku
sangat senang bisa memegang tangan putriku.” Ungkap Yeon Sung mengoyangkan
tanganya seperti baru memiliki kekasih baru.
“Saat aku
memegang tangan seseorang yang kucintai.
Aku ingin terus berjalan sampai akhir zaman.”
“Bahkan
jika tanahnya berakhir, dan lautan dimulai. Aku tidak ingin melepaskannya. Itulah
sebabnya orang yang berpegangan tangan di pantai. Karena mereka saling
mencintai.”
Ma Roo
dan So So sudah berpegangan di pantai dengan menatap lurus. Ma Roo bertanya
judul film apa itu, So So menjawab "Seorang Pria dan Wanita." Dengan Judul
aslinya adalah "Un Homme et Une Femme."
So So ingin tahu artinya. So So menjawab artinya Seorang pria dan wanita.
“Seorang
pria dan wanita... Sekarang ada di sini.” Ucap Ma Roo melihat mereka berdua
yang ada di pantai dengan saling bergandengan tangan.
Bersambung ke episode 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar