Yoo Bum
mengemudikan mobilnya dengan hujan yang cukup deras, seorang menelpnya dengan
memastikan lebih dulu kalau yang ditelpnya memang benar Pengacara Lee Yoo-Bum, yang
membebaskan Kang Dae-Hee. Yoo Bum
membenakran dan ingin tahu siapa yang menelpnya.
“Apa Kau
merekam panggilan ini?” tanya suara pria dengan nada berat. Yoo Bum menjawab
tidak dan ingin tahu kenapa.
“Aku
ingin berkonsultasi mengenai masalah penting.” Ucap Si Pria. Yoo Bum pun
mengajak untuk membuat janji bertemu untuk besok.
“Besok
sudah terlambat, Jadi Sempatkanlah waktu untukku sekarang.” Kata si pria
seperti mendesak Yoo Bum.
“Dengar,
kau pikir dirimu siapa?!” ucap Yoo Bum marah. Pria itu mengaku kalau ia adalah
penulis Moon Tae-Min. Yoo Bum terdiam mendengarnya.
Yoo Bum
sudah ada diruangan bertemu dengan Tuan Moon mengaku sudah memiliki empat novel, berpikir akan
membawanya jika tahu akan bertemu dengannya hari ini, karena ingin meminta
tanda tangan. Tuan Moon hanya terdiam. Yoo Bum ingin memulai dengan melepaskan
jam tanganya.
“Aku mulai
mengerjakan novel baru, dan butuh konsultasi pengacara.” Ucap Tuan Moon. Yoo
Bum pikir itu suatu kehormatan.
“Apakah
tokoh protagonisnya seorang pengacara?” tanya Yoo Bum. Tuan Moon mengatakan
bukan.
“Seorang
pembunuh.” Ucap Tuan Moon. Yoo Bum kaget dan ingin tahu pekerjaan dari si
Pembunuh.
“Dia
penulis dan profesor.” Kata Tuan Moon. Yoo Bum berpikir kalau itu seperti Tuan
Moon.
“Kenapa
kau berkata begitu?” keluh Tuan Moon. Yoo Bum pun meminta maaf dan meminta maaf
agar bisa menjelaskan alur ceritanya secara detil.
Flash Back
“Ceritanya
dimulai di pesta peluncuran buku sang penulis.”
Sebuah
layar besar bertuliskan judul buku Tuan Moon yang baru diliris berjudul "'Pemuda, Bersorak untuk Musim
Semi'". Hong Joo mewawancari Tuan Moon sebagai reporter, mengetahui Esai
ini tentang masa muda. Topik itu belum pernah tulis sebelum oleh Tuan Moon.
“Apa Ada
hal khusus yang membuat Anda tertarik dengan topik itu?”tanya Hong Joo.
“Seperti
kau tahu, aku penulis, serta pengajar. Aku tak bisa berhenti memikirkan mereka,
yang belajar dalam situasi sulit. Jadi, aku memutuskan mendonasikan, 100 persen
hasil penjualan bukuku untuk beasiswa.” Ucap Tuan Moon seperti terlihat sangat
dermawan.
Seorang
pria naik keatas panggung dengan memperlihatkan tulisan dilayar "Kebenaran tentang Profesor Moon
Tae-Min". Hong Joo pikir kalau salah satu muridnya memiliki hadiah kejutan
untuk Tuan Moon. Semua pun mengarahkan pandangan pada pria muda dengan tangan
di gips diatas panggung.
“Halo,
aku berdiri di hadapan kalian hari ini, untuk mengungkapkan kebenaran tentang tamu
istimewa kita hari ini, Profesor Moon Tae-Min. Belum lama, foto ini dijadikan sampul
majalan sekolah kami. Profesor Moon berkata ingin melompat bersama kami sampai
lututnya putus.” Ucap Si pria dengan melihat mereka foto melompat bersama dan
terlihat akrab.
“Siang
itu, kami harus membantunya pindah rumah hingga lutut kami lemas. Selain itu
Ada lagi. Kami bahkan harus antar jemput putranya ke sekolah, dan menjadi
petugas parkir di pernikahan putrinya. Menggunakan tesis sebagai...” ucap si
pria yang langsung ditarik petugas keamanan untuk keluar dari gedung.
Si pria
berteriak kalau ingin membeberkan semua perbuatan bejat Tuan Moon. Tuan Moon
menyangkal kalau semua tak benar, mengaku kalau mengkritik tesis mahasiswa itu
dengan cukup kasar jadi merasa dendam padanya. Hong Joo terdiam melihat si pria
yang ditarik keluar dari ruangan.
Si pria
langsung di dorong didepan pintu lift oleh Tuan Moon, dan dicengkram lehernya
dengan wajah penuh amarah kalau pasti sedang mabuk. Ia pikir kalau Tindakannya
tadi itu tak bisa dimaafkan meskipun sedang mabuk. Si pria mengaku kalau saat
ini sangat sadar.
“Kurasa kau
tidak ingin dipublikasikan. Sepertinya kau ingin meninggalkan bidang ini untuk
selamanya.” Ucap Tuan Moon mengancam.
“Benar. Aku
tidak butuh dipublikasikan. Aku hanya belajar cara memoles sepatu dan mencuci
mobilmu Apa gunanya menjadi penulis? Aku asisten dosen disini, Bukan budakmu.”
Ucap si pria marah
Tuan Moon
terlihat marah, Si pria memperlihatkan ponselnya kalau merekam percakapan, jadi
tak peduli mengancamnya seperti yang
selalu dilakukan. Tuan Moon langsung mencekik leher si pria, kalau akan mati
dengan mendorong ke depan pintu lift.
Tiba-tiba
seorang pria yang ada didalam lift panik merasakan sesuatu yang jatuh. Si pria
terlihat jatuh tak sadarkan diri atas lift.
“Jadi,
karena marah, dia mencekik asistennya, yang akhirnya jatuh ke poros lift karena
terpental. Apa ada saksi mata?” ucap Yoo Bum
“Entahlah...
Dia berpikir tak ada yang melihat, tapi ada satu hal yang mengusiknya. Dia
menemukan topi anak di lantai, tapi dia tidak tahu apakah sudah ada disana,
atau ada yang menjatuhkannya saat insiden itu terjadi.” Cerita Tuan Moon
melihat sesuatu yang berbunyi dari tangga darurat lalu menemukan sebuah topi.
“Apa yang
terjadi kepada asisten dosen itu?” tanya Yoo Bum. Tuan Moon mengatakan Kepalanya
terluka, sehingga sedang dalam keadaan Koma.
“Dia
berada di ICU, dan hanya bisa bernapas. Kita tak bisa menyebut dia masih
hidup.” Cerita Tuan Moon
“Maksudmu,
apa dia mati otak?” kata Yoo Bum. Tuan Moon membenarkan. Yoo Bum mengajak Tuan Moon agar meluruskan terminologinya
dulu.
“Protagonis
dari cerita ini, .bukanlah seorang pembunuh. KUHP tidak mengkategorikan mati
otak sebagai kematian. Hanya kasus henti jantung yang dianggap kematian” ucap
Yoo Bum. Tuan Moon tak percaya mendengarnya.
“Itu bisa
dianggap cedera akibat kelalaian, tapi itu pun kurang tepat. Dia bisa dianggap
tidak bersalah.” Kata Yoo Bum. Tuan Moon makin kaget kalau si toko menjadi Tidak
bersalah.
“Ya.. Jika
protagonis dan pengacaranya menyusun rencana bagus bersama, maka dia bisa
dianggap tidak bersalah.” Kata Yoo Bum bangga.
Tuan Moon
langsung berkomentar kalau itu bagus dan merasa kalau mendatangi orang yang
tepat, lalu dengan seperti layaknya bos meminta Yoo Bum membawakan kopi dan
tertawa bahagia. Ia merasa kalau dirinya sangat lega jadi Tiba-tiba
menginginkan kafein.
“Semua
staf-ku sudah pulang. Kita bisa pergi membeli kopi.” Ucap Yoo Bum karena hanya
ruanganya yang menyala.
“Kita
harus membangunkan otak demi menyusun rencana. Kau perlu meningkatkan layanan
konsumen firmamu.” Ucap Tuan Moon dengan nada mengejek.
“Ya ampun,
bagaimana aku bisa memberi layanan lebih baik dari ini? Jujur saja, kau
menyelewengkan kekuasaan dan membunuh murid itu. Dan Kini, kau memintaku untuk
membuatmu bebas. Coba Sadari posisimu karena kini kau seorang kriminal. Beraninya
kau memintaku membawakan kopi?” ucap Yoo Bum dengan mata sinisnya. Tuan Moo tak
percaya Yoo Bum bisa menatap sinis.
“Hidupmu
kini ada di tanganku... Dengan kata lain, aku lebih berkuasa darimu. Jadi
Perbaiki sikapmu. Jika aku bicara dengan sopan, maka kau juga harus begitu.
Jangan lupa bahwa kau kriminal dan jaga sikapmu!” tegas Yoo Bum agar bisa
mengikuti perintahnya.
Ia
meminta Tuan Moon agar mengatakan "Kumohon tolong aku, Pengacara
Lee." Tuan Moon langsung tertunduk menuruti perintah Yoo Bum dengan wajah
ketakutan memohon bantuanya. Yoo Bum pun memuji sikap Tuan Tuan karena ia jadi
bersemangat menyusun rencana bersamamu.
Rapat
Redaksi
Hong Joo
menceritakan penulis itu, Moon Tae-Min, adalah orang yang sangat seram, karena
Salah satu asistennya membuat onar di peluncuran buku terbaru, dengan berkata
ingin membeberkan perbuatan bejat Penulis Moon dan ia tahu persis apa yang
telah terjadi.
“Dia
mungkin sewenang-wenang, terhadap asistennya menggunakan nilai sebagai alasan.”
Ungkap Hong Joo. Doo Hyun mengaku tadinya sebagai penggemar jadi sangat kecewa.
“Baiklah,
bagus. Kau sudah mewawancarai asistennya, 'kan?” ucap ketua Tim. Hong Joo
mengaku akan mewawancarinya tapi ada insiden. Mereka ingin tahu insiden apa
yang dimaksud.
“Kudengar
dia mabuk dan jatuh ke poros lift. Kini dia koma.” Kata Hong Joo. Doo Hyun
yakin kalau itu Pasti karena alkohol.
Ia lalu
memanggil pegawai baru, karena Semua lapar, jadi menyuruh untuk pergi ke
minimarket membeli snack yang mereka suka dan ia meminta odeng dengan
memberikan kartu kreditnya. Hong Joo tiba-tiba membuka suaranya.
“Kuberi
tahu, budaya hirarkis ini harus dihapuskan. Yang Lebih tua bukan berarti lebih
berkuasa. Kenapa kau memperlakukan rekan kerjamu seperti budak?” ucap Hong Joo.
“Kau bicara
kepadaku, 'kan?” pikir Doo Hyun merasa tersindir.
“Tidak, aku
bicara dengan Penulis Moon. Kenapa? Apa aku terdengar seperti bicara denganmu?
Apa Kau merasa bersalah?” kata Hong Joo menyindir.
“Tidak,
untuk apa... Ah... Kenapa kau memegang kartu kreditku?” kata Doo Hyun lalu
mengambil kartu dan juga mengajak untuk melanjutkan rapat.
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SEOGU
Jae Chan
sudah menganti bajunya, Hong Joo datang dengan Woo Tak bertanya apakah sudah
siap untuk pulang. Jae Chan mengangguk lalu terlihat cemburu karena mereka
datang bersama, lalu melihat Hong Joo yang
belum mengunakan cincin dijarinya
Ia
mengingat sebelumnya bertanya apakah Hong Joo mendapatkan cincin itu, Hong Joo
mengangguk tapi ia tak melihat Hong Joo memakainya. Hong Joo menjawab kalau
tadi berpapasan dengan Woo Tak di depan
rumah sakit.
“Apa?!!
Kalian sudah saling berbicara santai?” ucap Seung Won mendengar keduanya. Jae
Hyun mengaku kalau itu sekarang seperti itu
“Apa
artinya kita juga boleh?” ucap Woo Tak. Jae Chan langsung menolaknya.
“Ini
berdasarkan apa? Kalian berdua bicara seperti teman, dan kenapa kalian juga. Tapi kalian berdua tak
bisa?” ucap Seung Won heran melihat kakaknya menolak bicara banmal pada Woo Tak
“Sudahlah.
Kau membawakan kartu ID kantorku, 'kan?” ucap Jae Chan. Seung Won memberikan
pada kakaknya.
Jae Chan
memperlihatkan kartu ID Cardnya pada Chan Soo "Jung Jae-Chan, Kantor
Kejaksaan Agung" denganm menegasakan kalau ia memang seorang jaksa. Chan
Soo pun bisa mengerti tanpa banyak berkata-kata lagi.
“Apa? Kau
hanya mengatakan Itu saja? Apa Tak ada yang mau kau katakan kepadaku? Bukankah
seharusnya mengatakan "Maaf atas kesalahpahamannya. Maaf aku sudah
meragukanmu." Padaku” kata Jae Chan kesal
“Kenapa
kau seperti ini? Jangan kekanak-kanakan.” Keluh Woo Tak. Hong Joo juga tak
ingin Jae Chan melakukan itu karena membuatnya malu
“Maaf,
aku sudah meragukanmu. Tapi karena kau seorang jaksa, seharusnya kau tidak
keliru, mengenai ketetapan KUHP, atau memaksa orang agar percaya bahwa dirimu
jaksa,. saat kau tidak membawa kartu ID-mu.” Ucap Chan Soo lalu berjalan pergi.
“Kau
bilang Memaksa... Beraninya kau!” ucap Jae Chan marah. Adiknya menarik sang
kakak untuk tak memperpanjang lagi.
“Semua
yang dia katakan benar.” Ucap Seung Won pada sang kakakn.
“Benar.
Dia mengingatkanku kepadamu. Dari tidak sopannya sampai wajahnya, dia seperti
kau waktu kecil. Berhentilah bicara sembarangan!” kata Jae Chan marah
Tiba-tiba
saat itu juga Chan Soo tak sadarkan diri, semua langsung berlari mendekati Chan
Soo dengan berteriak panik. Di depan ruang IGD, semua menunggu dengan wajah
panik. Dokter akhirnya keluar memberitahu Chan Soo sedang cuci darah darurat,
jadi akan baik-baik saja. Jae Chan kaget mendengarnya.
“Ya, dia
menderita gagal ginjal akut. Dia telah menjalani cuci darah selama lima tahun.
Kurasa tubuhnya mengandung banyak racun. Dia juga agak bengkak.” Jelas Dokter
“Kau bilang
Lima tahun? Tapi dia masih sangat kecil.” Kata Seung Won merasa kasihan.
“Kami
kehabisan pembuluh darah untuk ditusuk. Transplantasi adalah satu-satunya cara,
tapi kami tidak menemukan donor. Ini sangat memusingkan.” Jelas Dokter
Saat itu
Tuan Moon datang melihat keadaan Assitennya, dengan sang ayah yang menjaga
anaknya. Ia meminta maaf karena seharusnya tidak membiarkan anaknya minum.
“Dia
tidak pernah membuat masalah saat mabuk dulu. Entah bagaimana dia bisa mengalami
insiden seperti ini.” Ungkap Sang Ayah merasa bersalah.
“Ya ampun,
tidak perlu meminta maaf.” Kata Tuan Moon bersikap ramah.
“Kau
sudah menyempatkan diri di jadwal sibukmu untuk kemari. Aku sungguh menghargai
itu.” kata Sang ayah. Tuan Moon pikir sudah seharusnya membesuk murid favoritnya.
Dokter datang berkunjung.
“Dokter,
operasi Hwan berjalan lancar, 'kan?” tanya Tuan Moon.
“Otaknya
sudah rusak parah saat dia tiba disini. Dia bahkan tak bisa bernapas sendiri.
Kau harus menyiapkan mental untuk situasi terburuk.” Kata Dokter. Ayah Hwan
langsung jatuh lemas mendengarnya, Tuan Moon sedih tapi ada wajah tersenyum
bahagia mengetahui keadaan mahasiwanya.
Sementara
Jaksa Son masuk ke dalam ruangan dengan wajah panik, lalu memegang tangan
Chan-Ho kalau sudah datang. Chan Ho seperti hanya mengerakan pelupuk mata tanpa
membukanya. Jaksa Son hanya bisa menangis melihat keadaan anaknya.
[BAGIAN 11: MATI ATAU MENJADI JAHAT]
Woo Tak
mengantar mereka pulang, lalu bertanya dimana Jae Chan akan tinggal selama masa
pemulihan, dirumahnya Atau di rumah Hong-Joo seperti dirinya. Seung Won
menjawab tentu saja harus dirumahnya,
“Kenapa
merepotkan orang lain? Dia punya rumah dan Kau juga sudah sembuh. Kau merasa
baikan, 'kan?” ucap Seung Won melihat kakaknya
“Tidak,
aku tidak merasa baikan. Aku belum sembuh sepenuhnya, Bagian peruktku masih
sakit.” Kata Jae Chan
“Kalau
begitu, kau harus di rumahku beberapa hari seperti Woo-Tak. Aku akan
merawat...” kata Hong Joo dan langsung disela oleh Seung Won.
“Eh,
tidak perlu. Itu akan sangat memalukan... Woo-Tak pantas dirawat olehmu. Tapi
kau tidak.” Ucap Seung Won. Jae Chan binggung kenapa adiknya berpikiran seperti
itu.
“Memang
kau cedera saat berusaha menyelamatkan Hong-Joo seperti dia?” Apa kau tinggal
sendiri seperti Woo-Tak?” kata Seung Won. Woo Tak kaget seperti ingin
memberikan kode agar membiarkan saja.
“Tidak,
aku tinggal bersamamu, tapi kau tidak berguna.Karena itu...” kata Jae Chan
kembali disela oleh adiknya.
“Aku akan
berusaha berguna. Jadi Biarkan aku merawatmu, ya? Terima kasih untuk semuanya
hari ini. Ayo pergi, jangan merepotkan mereka lagi.” Ucap Seung Won menarik
kakaknya untuk pergi. Hong Joo memanggil Seung Won.
“Jae Chan..
Ayo ke rumahku. Aku pernah mengalami ini, jadi, pasti lebih baik darimu. Kau
tidak apa-apa menginap di rumahku, 'kan?” ucap Hong Joo. Jae Chan seolah-olah
berpikir. Tapi Hong Joo sudah mengandeng tanganya untuk masuk rumah.
Seung Won
memanggil kakaknya karena harus sendirian dirumah, mengeluh kalau kakaknya yang
tidak mengerti juga. Woo Tak membalas kalau Seung Won yang tak mengerti. Seung
Won binggung apa maksudnya itu.
“Mereka
baru sadar bahwa sebenarny pernah bertemu 13 tahun lalu. Jangan ganggu mereka
agar bisa berbincang.” Kata Woo Tak.
Ibu Hong
Joo membuatkan semangkuk bubur, Jae Chan pun mengucapkan Terima kasih. Ibu Hong
Joo meminta maaf karenaa Jae Chan yang harus mengalami itu dan akan merawat
Jaksa Jung, jadi menyuruh Hong Joo merapikan kamarnya.
“Dia
harus minum obat dan...” kata Hong Joo khawatir tapi Ibunya menyela.
“Ibu akan
memastikan dia minum obat. Cepat rapikan kamarmu. Jika dia melihat kamarmu,
maka akan merasakan jijik dan pingsan.” Kata Nyonya Yoon. Hong Joo mengeluh
kalau Kamarnya tidak berantakan dan berjalan pergi.
“Bubur
abalon ini sangat enak.”ungkap Jae Chan berusaha untuk ramah
“Berapa
lama kau berencana menginap disini? Dua hari cukup, 'kan?”kata Nyonya Yoon
seperti bersikap dingin. Jae Chan pikir cukup dan merasa heran dengan sikap
Nyonya Yoon yang berbeda.
Hong Joo
mencari-cari sesuatu di dalam laci dan seluruh kamarnya, merasa kalau
meletakkannya di dalam kamar. Ia pikir kalau Jae Chan pasti akan sangat kecewa jika tahu
menghilangkannya. Saat itu terdengar ketukan pintu, Jae Chan meminta izin untuk
masuk. Hong Joo pun mempersilahkanya.
“Wah, ini
lebih berantakan daripada yang aku bayangkan.” Komentar Jae Chan saat masuk.
Hong Joo mengaku kalau biasanya tidak sekacau ini karena hanya mencari sesuatu.
Jae Chan ingin tahu apa yang dicarinya.
“Ada
pokoknya yang aku cari” kata Hong Joo alu menyuruh Jae Chan agar duduk karena
akan mengukur suhu tubuhnya. Jae Chan pun duduk diatas tempat tidur Hong Joo.
“Hong-Joo,
Apa kau tidak suka cincin yang aku berikan?” tanya Jae Chan. Hong Joo sempat
terdiam lalu mengaku kalau sangat suka.
“Lalu
kenapa tidak dipakai?” tanya Jae Chan seperti kecewa.
“Aku
mencemaskan anggapan rekan kerjaku, dan ibuku juga akan salah paham jika
melihatnya. Aku akan memakainya jika hanya bersamamu.” Kata Hong Joo
“Berjanjilah
kepadaku.” Kata Jae Chan menagihnya. Hong Joo menganguk dengan melihat
termometer kalau Demamnya sudah hampir turun.
“Aku akan
mengganti perbanmu besok pagi.” Kata Hong Joo. Jae Chan pikir Hong Joo terdengar
seperti dokter.
“Kau
tahu, aku sempat latihan dengan Woo-Tak.” Kata Hong Joo
Jae Chan
kaget bertanya apakah Hong Joo memeriksa
suhu tubuhnya dan mengganti perbannya juga. Hong Joo menganguk, lalu bertanya
apakah Jae Chan merasa terganggu dan cemburu. Jae Chan menyangkalnya dengan
nada sinis. Hong Joo pikir kalau tidak perlu mengelaknya begitu.
Tiba-tiba
terdengar suara ibunya, menyuruhnya agar segala keluar. Hong Joo pun keluar
dari kamarnya dengan berpesan pada Jae Chan kalau memberitahu apabila
membutuhkan sesuatu. Jae Chan menganguk dengan mengucapkan terimakasih.
Jae Chan
mulai mengkhayal saat Hong Joo memeriksa suhu tubuh Woo Tak di tempat tidur dan
terlihat sangat mesra, dengan tangan Woo Tak mengelus kepala Hong Joo. Jae Chan
melempar sandar dan berbaring di tempat tidur, dan bayangnnya hilang.
Tapi Ia
melihat saat Hong Joo berusaha mengoda Woo Tak untuk menganti perbanya, seperti
gaya Hong Joo yang selalu membuat pria jatuh cinta padanya. Jae Chan terlihat
kesal melempar bantal dan bayangan pun hilang.
“Ah,
seharusnya aku tidak kemari... Seharusnya aku di rumah saja.” Keluh Jae Chan
menutupi wajahnya dengan selimut.
Hong Joo
memakai cream malam dengan ibunya bertanya apakah melihat cincinnya Yang
diberikan Jae-Chan sebagai hadiah. Nyonya Yoon mengak tidak dan bertanya apakah
Hong Joo menghilangkannya. Hong Joo merasa yakin meletakkannya di laci, tapi
tak ada didalam kamarnya.
“Kenapa
mengolesnya dengan hati-hati? Kau hanya akan tidur.Lebih baik Oleskan saja dan
tidurlah.” Kata Nyonya Yoon.
“Tidak.
Belakangan ini, kulitku sangat kering. Bagaimana jika rusak? Bahkan Jae-Chan
tinggal bersama kita. Ibu dengar kau dan Jaksa Jung sebenarnya bertemu 13 tahun
lalu.” Ucap Hong Joo genit.
“Apa Kau
merasa lebih dekat dengannya karena tahu soal itu?” kata Nyonya Yoon sinis
“Kenapa? Apa
Ibu ingin aku merasa lebih dekat dengannya?” goda Hong Joo. Nyonya Yoon
langsung menolak kalau tidak mau itu terjadi.”
“Kami
mungkin saja makin dekat dan Kita tidak pernah tahu. Seiring waktu, kami
mungkin...” Ucap Hong Joo.
“Tidak.
Ibu tidak mau itu.... Ibu tidak mau nanti kalian makin dekat.” Kata Ibunya
langsung berbaring ditempat tidur. Hong Joo kaget melihat sikap ibunya seperti
tak biasa pada Jae Chan.
Dokter
memberitahu Tuan Lee kalau sudah memeriksakan yang diminta, bahwa anaknya
memang mendaftarkan diri untuk menjadi donor organ. Tuan Lee pun sudah
menduganya Dokter pikir Tuan Lee seharusnya bangga dengan putranya
“Hwan, Apa
kau dengar itu? Doktermu memujimu.” Ucap Tuan Lee mengajak anaknya bicara.
“Kabari
kami jika Anda sudah memutuskan tanggalnya.” Kata Dokter.
“Besok
lusa... Karena hari Itu,....hari,... ulang tahunnya.” Ucap Tuan Lee menahan
tangisnya. Dokter pun menganguk mengerti.
Jaksa Son
menerima kabar akan ada Donor ginjal, perawat mengatakan Itu memang belum
dipastikan, tapi ada seorang pasien mati otak yang bisa menjadi donor, jadi
harus melakukan tes antibodi lebih dulu dan Jika cocok, Chan-Ho akan bisa mendapatkan
transplantasi ginjal. Jaksa Son terlihat bahagia dan mengucapkan Terima kasih.
Yoo Bum
dan Tuan Moon seperti memenangkan sidang. Tuan Lee terlihat marah ingin tahu
Siapa yang membunuh putranya, lalu berteriak pada Jae Chan sebagai jaksa karena
ingin tahu pelakunya.
“Apa Kita
tak bisa menangkapnya karena tak ada autopsi? Kenapa hukum sangat tidak adil?”
ucap Tuan Lee menangis didepan Jae Chan. Jae Chan terlihat sangat tertekan.
Woo Tak
terbangun dari tidurnya, lalu kebingungan mengajak bicara pada anjingnya, cara
mengatakan itu kepada Jae Chan tentang mimpinya.
Jaksa Lee
terlihat sangat marah karena Hanya demi
menangkap satu orang itu, maka Jae Chan membunuh tujuh orang dan itukah
keadilan yang dimaksud Jae Chan. Lalu Jae Chan membawa semua barang dalam
ruangan seperti akan mengundurkan diri jadi jaksa dengan wajah frustasi. Hong Joo membuka mataya terlihat panik karena
bermimpi buruk.
Woo Tak
sudah ada didepan rumah Hong Joo bertanya pada bonekanya apa yang harus
dikatakan, seperti sangat binggung. Saat itu Hong Joo keluar rumah dengan
membawa kantung sampah, wajahnya terlihat lesu berjongkok dengan helaan nafas
lalu kembali berjalan.
“Berhenti
menghela napas. Apa Kau benci daur ulang ? Apa terjadi sesuatu?” ucap Woo Tak
datang membantu.
“Aku
bermimpi buruk. Aku sedang memikirkan bagaimana cara mengatakannya.” Kata Hong
Joo. Woo Tak kaget karena ia juga merasakan itu.
“Apa ini
soal Jae-Chan?” tanya Hong Joo. Woo Tak membenarkan dan bertanya apakah Hong
Joo juga seperti itu.
“Ya, Apa
kau juga melihat dia mengundurkan diri?” tanya Hong Joo. Jae Chan menganguk
kalau melihatnya juga.
Saat itu
di atap rumah, Jae Chan melihat Hong Joo dan Woo Tak didepan rumah, dengan
wajah cemburu heran karena merkea tak malah berbicar didepan rumah. Akhirnya
Jae Chan berjalan mendekat didepan pagar ingin tahu yang dibicarakan keduanya.
“Kita
harus memberi tahu Jae-Chan. Itu akan menimpanya.” Ucap Woo Tak
“Apa yang
berubah jika kita memberi tahu dia? Tak ada yang bisa dia ubah meski dia
mengetahuinya lebih awal.” Kata Hong Joo
“Setidaknya
dia bisa menghindarinya.” Kata Woo Tak.
“Lalu apa
akhirnya? Orang lain harus menerimanya jika dia melarikan diri. Apa Kau akan
lari jika mengetahui itu? Apa Kau sanggup?” ucap Hong Joo. Woo Tak mengaku
tidak.
“Jae-Chan
sepertimu. Dia takkan lari jika mengetahuinya. Jadi, sebaiknya kau tidak
memberi tahunya. Aku akan membuat dia lari ini.” Kata Hong Joo.Woo Tak bertanya bagaimana caranya.
Jae Chan
hanya diam saja saat menunggu dihalte bus, lalu melihat bus yang datang dan
mengajak Hong Joo naik. Tapi Hong Joo hanya diam saja, Jae chan binggung apakah
mereka tak harus naik. Hong Joo mengatakan kalau tidak ke kantor dan sudah izin hari ini. Jae
Chan binggung menanyakan alasannya.
“Karena
ini hari yang sangat indah... Tak ada debu, dan kau juga cuti. Aku tidak ingin
bekerja di hari seperti ini.” Ungkap Hong Joo
“Lalu?
Kau mau kemana?” tanya Jae Chan.
Di kantor
Doo Hyun
menerima pesan Hong Joo “Senior, maafkan aku. Aku izin hari ini karena cuacanya
sangat bagus.” Lalu mengeluh kalau Cuaca yang bagus pasti telah membuat Hong
Joo gila.
Sementara
di kejaksaan, Jaksa Lee memberikan kopi pada Hee Mi yang terlihat kekelahan
karena lembur. Hee Mi bertanya Apa tak
ada yang lembur di divisi Jaksa Lee Untuk menggantikan seseorang.
“Hei,
Jaksa Jung bukan ingin cuti. Aku yakin dia tahu betapa banyak pekerjaan dia
yang kita kerjakan.” Kata Jaksa Lee membela.
“Kalau
begitu, dia harus segera kembali.” Keluh Hee Mi merasa lelah menyelesaikan
semua kasus.
“Aku
yakin dia juga merasa tidak enak karena mengambil cuti. Aku.. Kasihan dengan
dia” ungkap Jaksa Lee.
Tapi saat
itu Hong Joo dan Jae Chan sedang asik berkencan ke bukti dengan melihat
domba-domba yang berkeliaran. Mereka lalu foto ditengah-tengah ilalang,
sepasang pria dan wanita lain juga foto, keduanya seperti saling menyanyangi
dan memuji.
Hong Joo
dan Jae Chan hanya menatap binggung karena keduanya terlihat foto sangat mesra.
Tiba-tiba si pria memberikan surpise kalau membelikan sebuket bunga. Si wanita
terkejut. Jae Chan melihat pasangan lain, akhirnya memberikan bunga ilalan
karena Hong Jo suka bir dan dibuat dari tanaman itu.
Hong Joo
berjalan di belakang Jae Chan, tanganya terlihat ragu untuk merangkul lengan
Jae Chan dari belakang. Jae Chan melihat Hong Joo menarik tangan Hong Joo untuk
memegang lenganya, bertanya mau keman lagi. Hong Joo pikir akan ke pantai
besok.
“Setidaknya
sudah lima tahun kita terakhir melihat laut.” Kata Hong Joo bersemangat.
“Tapi aku
kembali bekerja besok.” Kata Jae Chan. Hong Joo menyuruh jae Chan izin saja
seperti dirinya.
“Apa sesuatu
terjadi kepadaku besok?” ucap Jae Chan. Hong Joo terlihat kaget dan binggung.
“Aku
mendengar percakapanmu dengan Woo-Tak pagi ini. Katamu kau melihat sesuatu di
mimpimu. Jadi Katakan saja. Kenapa kau ingin aku lari?” ucap Jae Chan
penasaran.
“Kau
harus membuat pilihan dan itu Pilihan yang sangat sulit. Jika yang kulihat di mimpiku
yang akan benar terjadi, maka kau akan langsung melakukan inspeksi saat kembali
bekerja besok.” Cerita Hong Joo
“Pasien
mati otak yang seharusnya cedera kepala di sebuah kecelakaan. Tapi di tengah
inspeksimu, kau mendapati bahwa cedera itu bukan diakibatkan oleh kecelakaan.”
Jelas Hong Joo dengan Hwan yang masih terbaring di ruanganya.
Jae Chan
bingung apa maksud Hong Joo mengatakan
Bukan kecelakaan, lalu bertanya apakah Artinya ada yang sengaja melukainya.
Hong Joo membenarkan kalau Jae Chan memutuskan melakukan autopsi,. dan akhirnya
menangkap pelaku. Jae Chan pikir apa masalahnya sekarang.
“Korban
mati otak itu, mengajukan diri menjadi donor organ. Karena kau memutuskan
melakukan autopsi,. Maka dia tak bisa lagi mendonorkan organnya. Jadi, tujuh
pasien yang menunggu transplantasi...” kata Hong Joo. Jae Chan menebak kalau
mereka Meninggal
“Ya...
Karena terguncang,...kau berhenti sebagai jaksa.” Kata Hong Joo
“Bagaimana
jika aku tidak melakukan autopsi? Apa Aku tak bisa menangkap pelaku tanpa itu?”
tanya Jae Chan mulai serius
“Woo-Tak
juga bermimpi dan Itu yang kau lakukan di mimpimu. Kau memilih tidak melakukan
autopsi, agar bisa menyelamatkan ketujuh orang itu, tapi...” kata Hong Joo.
Tuan Moon
mencari si pemilik topi menemukan seorang anak dengan topi yang sama dengan tas
bertuliskan TK HAKDONG
“Pelaku
dibebaskan dengan putusan tidak bersalah, karena penyebab kematian, tak bisa dipastikan
tanpa autopsi.< Lalu Ayah korban menyalahkanmu atas segalanya. Jadi, setelah
menyalahkan dirimu...” kata Hong Joo dan disela oleh Jae Chan.
“Aku
mundur sebagai jaksa.” Kata Jae Chan. Hong Joo membenarkan.
“Apa Ada
informasi dari korban? Apa Kau tidak tahu siapa dia?” tanya Jae Chan. Hong Joo
mengatakan tidak melihat di mimpinya.
“Jika aku
melakukan autopsi, tujuh orang akan meninggal. Jika tidak, aku menyelamatkan ketujuh
orang itu. Pelaku bebas. Jika aku melakukan autopsi atau tidak, maka aku tetap
meninggalkan posisi jaksa. Kurasa kau ingin aku lari, karena apapun itu, aku
akan menyesalinya... Hah, itu sangat buruk.” Kata Jae Chan.
Hong Joo
pikir memang sangat buruk. Jae Chan menatap ke depan ilalang, lalu mengajak
Hong Joo untuk pergi ke pantai besok. Hong Joo kaget. Jae Chan pikir ingin
melarikan diri. Hong Joo dengan senang hati karena mereka akan pergi.
“Aku
tahu.. aku seperti pengecut,tapi aku masih ingin melarikan diri. Aku tidak
ingin meninggalkan kejaksaan selamanya.” Kata Jae Chan berjalan pergi.
“Ya, aku
yakin kau tidak ingin berhenti.” Kata Hong Joo. Jae Chan teringat Hong Joo
berkata “Lalu? Orang lain harus menerima jika dia melarikan diri. Apa Kau akan
lari jika mengetahui itu? Apa Kau sanggup?”
“Tentu
saja. Aku sangat sanggup.” Ucap Jae Chan menjawab pertanyan Hong Joo, lalu
mengingat saat Hong Joo mengatakan “Jae-Chan sepertimu. Dia takkan lari jika
mengetahuinya.”
“Salah.
Aku akan melarikan diri. Menyusahkan orang atau tidak, maka aku tidak peduli. Aku
dan Woo-Tak padadasarnya berbeda. Hati nuraniku punya standar yang tergolong
rendah.” Ucap Jae chan membela diri
“Itu
bagus... Kita harus sadar diri.” Kata Hong Joo terlihat sedikit binggung dengan
kata-kata Hong Joo tapi ditanggapinya.
Sepasang
pria dan wanita memanggil Jae Chan dengan panggilan Ahjussi, untuk bisa
mengambil foto mereka. Jae Chan langsung menolak dengan ketus kerena tak ada
alasan memotret orang yang tidak dikenal, lalu memastikan pada Hong Joo kalau
akan bertindak dan berkata semaunya.
“Dasar..
Menyebalkan sekali. Ayo, Sayang. Akan kutraktir barbeku. Jangan dipikirkan!”
ucap si wanita mengajak pergi pacarnya. Hong Joo memberikan pujian pada
pacarnya.
Seung Won
duduk bersama dengan temanya yang dikucilkan. Temanya pikir kalau kakak Jae
Chan adalah jaksa yang baik. Jae Chan heran temanya berkomentar aneh seperti
itu, Temanya mengetahui Jae Chan yang membuktikan Do Hak-Young tidak bersalah
dan membebaskannya.
“Hei, dia
hanya menjalankan tugasnya. Seperti Guru mengajari murid. Presiden melindungi
rakyat,. dan jaksa hanya menuntut pelaku kejahatan. Melakukan tugasnya bukan berarti
dia jaksa yang baik.” Pikir Seung Won tak ingin memuji kakaknya.
“Tapi
melakukan itu tidak selalu mudah. Aku belajar itu dari ayahku. Ayahku seorang
dokter, tapi bertemu dengan jaksa licik, lalu membuatnya menjadi pembunuh
berantai.”cerita temanya.
“Siapa
jaksa itu?” tanya Seung Won kaget. Temanya pikir Seung Won takkan mengenalnya.
“Dia
mengubah pernyataan saksi dan memalsukan bukti. Begitulah cara dia mengubah
orang tidak bersalah menjadi penjahat.” Ungkap Teman Jae Chan terlihat sangat
marah.
Yoo Bum
keluar dari rumah bersama Tuan Moon, sebagai mantan jaksa. Ia merasa kalau Tuan
Moon beruntung, karena Staf rumah sakit itu memberitahu bahwa Lee Hwan Akan
segera mendonasikan organnya. Tuan Moon terlihat senang karena itu artinya takkan ada autopsi.
“Ini akan
berakhir jika mereka tak bisa menjalankan autopsi. Ini akan dianggap sebagai kematian
akibat kecelakaan. Jangan terlalu cemas meski kasusnya diteruskan ke
pengadilan. Ini Akan mudah membebaskanmu karena banyak yang buram.” Ucap Yoo
Bum yakin
“Aku
sangat mempercayaimu.” Kata Tuan Moon. Yoo Bum pun meminta Tuan Moon harus
mencari pemilik topi itu karena Itu yang paling membuatku khawatir. Tuan Moon menganguk
mengerti, Saat itu di dalam mobil. Woo Tak seperti sedang membuntuti Yoo Bum
dengan kamera mencari sebuah petunjuk.
Bersambung
ke episode 22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar