Ji Ho
mengucapkan Selamat malam dan akan masuk kamar, saat itu Se Hee menahan pintu
kamar Ji Ho sebelum tertutup. Ji Ho kaget karena Se Hee berani mendekatinya.
“Malam
ini... Apa ...kau mau... ...tidur bersama?” ucap Se Hee. Ji Ho sempat melonggo
akhirnya dijawab dengan anggukan kepala.
Ho Rang
kaget mendengar ucapan Won Seok seperti tak bisa mendengar dengan jelas. Won
Seok mengulang untuk berpisah saja. Ho Rang ingin tahu alasannya. Won Seok hanya diam. Ho Rang menegaskan ingin
tahu alasan Won Seok ingin berpisah.
“Aku tak
percaya diri... Aku tak percaya diri apa aku bisa membuatmu bahagia.” Ucap Won
Seok menahan rasa sedih
“Omong
kosong macam apa itu? Apa ini dialog drama? Jangan pura-pura akting, Shim Won
Seok.” Kata Ho Rang marah
“Ini
bukan omong kosong, dan ini juga bukan akting.
Aku sungguh-sungguh... Aku sungguh ingin berhenti... Jadi kau juga harus
memikirkannya dan beri aku jawaban. Aku sementara ini akan tinggal di rumahnya
Sang Goo Hyung.” Ucap Won Seok berdiri dan berjalan pergi.
“Hei!
Kau!.. Tega sekali kau bicara itu sekarang? Apa!! Kau bilang tidak cukup
percaya diri? Kau saja tadi menyuruhku menunggu 5 tahun lagi bahkan setelah
berkencan selama 7 tahun! Tapi... baru saja
kau bilang tidak percaya diri?” ucap Ho Rang marah sambil menangis.
“Karena
itu jangan menungguku! Memang cuma kau saja yang berkencan selama tujuh tahun?
Aku juga!!!... Aku juga berkencan selama
tujuh tahun! Tapi kau... Kenapa kau selalu bicara seakan yang selalu dirugikan?
Kenapa kau bicara seakan cuma kau saja yang harus menunggu?” ucap Won Seok
meluapkan semua emosi dengan air mata mengali.
“Hei, karena
pernikahan bodoh itu..., aku harus merelakan apa yang kuinginkan. Aku merelakan
impianku. Setiap hari rasanya mau mati! Kemeja dan dasi itu. sungguh tidak nyaman.
Apa Kau tahu?” ungkap Won Seok melepaskan dasinya dan pergi begitu saja. Ho
Rang tak bisa berkata-kata hanya bisa menangis.
Soo Ji
menyapa ibunya yang menunggu didepan lorong, sambil mengeluh kalau harusnya
menunggu di dalam karena udara yang Dingin. Ibunya memberitau kalau baru saja
dari minimarket karena harus ada yang dibeli.
Ho Rang mengajak ibunya masuk ke dalam.
Sang Goo
berdiri hanya melonggo tak percaya ternyata “Sayangku” adalah ibu Soo Ji, lalu
melihat kaki ibu Soo Ji yang juga tak sempurna. Sepertinya ia tahu kalau alasan
Soo Ji tak ingin mengenalkan orang tuanya dan tak ingin menikah.
Se Hee
duduk sendirian dalam kamar, sambil mengajak bermain kitty. Ji Ho datang dengan
membawakan buah jeruk, keduanya duduk bersama sambil makan jeruk. Se Hee pikir Semenjak
pernikahan mereka ini pertama kalinya
ada di kamar Ji Ho. Ji Ho pikir benar juga dengan wajah sedikit gugup.
“Kalau
aku tahu bakal begini, maka aku pasti sudah membersihkannya.” Ucap Ji Ho
“Tidak
perlu, ini sudah nyaman, ini Sangat sepertimu., Baunya juga sepertimu.” Ucap Se
Hee.
“Apa
aku... bau?” pikir Ji Ho. Se Hee menjelaskan bukan seperti itu maksudnya lalu
melihat buku diatas meja berjudul "To Room19" seperti ingin
mengalihkan pembicaraan.
“Itu buku
yang kusukai semasa kuliah. Aku baru-baru ini membacanya lagi.” Jelas Ji Ho. Se
Hee ingin tahu tentang apa buku itu.
“Ada
pasangan suami istri. Mereka pasangan sempurna, bahkan di mata orang lain. Mereka
juga puas dengan kehidupan mereka. Keluarga yang bahagia dan harmonis.” Cerita
Ji Ho
“Tapi... Sang
istri tiba-tiba ingin punya kamar sendiri pada suatu hari. Jadi sang suami
menyediakan ruangan untuknya di lantai dua. Kemudian mereka menamainya, "Kamar
Ibu." Tapi tak lama setelah itu, anak-anak mulai memasuki kamar itu. Karena
keluarga yang keluar masuk kamar itu..., maka kamar itu pun menjadi ruang
keluarga biasa.” Cerita Ji Ho
“Jadi apa
dilakukan sang istri?” tanya Se Hee.
“Jadi
sang istri pun menyewa kamar di hotel yang jauh dari rumah tanpa memberitahu
siapapun. Seiring waktu, selama beberapa jam, maka dia tinggal sendirian
disitu. Dia tidak melakukan apapun dan merasa senang hanya dengan berada di
dalam kamar itu. Karena kamar itu, adalah ruang dimana dia bisa sendirian
dengan nyaman.” Cerita Ji Ho
“Menikah
juga berarti bahwa waktu dan ruangmu untuk sendirian sudah tak ada lagi. Tidak
bersama orang lain... memang bisa membuatmu merasa bahagia. Aku paham itu...
Isi ceritanya bagus.” Komentar Se Hee.
Ji Ho
pikir Menurutnya kisah sedih, karena waktu
membaca buku itu memikirkannya diri sendiri, dan teringat dengan Se Hee yang
pernah bilang hal yang hanya bisa tanggung dalam hidup ini, hanyalah rumah ini,
si Kucing dan dirinya jadi itu sebabnya Se Hee tidak akan menikah.
“Pada
saat itu, kata-katamu berbicara kepadaku. Aku juga hanya bertanggung jawab atas
kamar ini. Tapi jika kau hidup seperti itu..., bukankah kau akan kesepian?
Pernahkah terlintas kau mungkin akan kesepian?” tanya Ji Ho
“Entahlah..
Menurutku aku tak pernah merasa akan kesepian. Daripada menoleransi orang lain...,
menurutku sendirian itu lebih baik.Begitulah aku hidup sampai sekarang.” Kata
Se Hee.
“Aku
ingin bertanya padanya.” Gumam Ji Ho dengan mengingat saat Se Hee berkata “Dalam
hidup ini, satu cinta saja sudah cukup.”
“Jika
satu-satunya cinta dalam hidupnya telah pergi dari dunia ini. Dan kalau memang
demikian..., akankah dia bisa memulai cinta lagi?” gumam Ji Ho.
Se Hee
menatap Ji Ho lalu bertanya apakah mereka sudah bisa tidur sekarang karena
sudah larut malam. Ji Ho menganguk. Se Hee melihat diatas kasur kalau hanya ada
satu bantal, dan akan mengambil bantal di kamarnya. Ji Ho pun menganguk
memberikan jalan untuk Se Hee.
Ji Ho
mulai gugup lalu mencium bau dibajunya dan sengaja menyiramkan pengharum
ruangan dengan memastikan kalau semua nya jadi harum. Ia dengan gugup duduk
diatas tempat tidurnya dan mulai berpikir kalau lebih baik mabuk saja.
“Tidak,
aku bukan anak kecil... Benar, 'kan? Aku akan bersikap dewasa.” Ucap Ji Ho pada
boneka siputnya. Tapi saat Se Hee membuka pintu, Ji Ho langsung pura-pura
tertidur.
Se Hee
melihat Ji Ho sudah berbaring memilih untuk mengeser sedikit tanganya Ji Ho
lalu menaruh bantalnya. Dengan tenang Ia pun tertidur disamping Ji Ho, lalu
bertanya Apakah Ji Ho sudah tidur. Ji Ho dengan mata terpenjam menjawab pertanyaan
Se Hee kalau sudah tertidur. Se Hee pun hanya bisa tersenyum.
Ji Ho
akhirnya membuka matanya, betapa kagetnya melihat Se Hee sudah memiringkan
badanya dan menatapnya. Se Hee lalu meminta izin untuk bisa memeluk Ji Ho, Ji
Ho dengan wajah gugup memperbolehkanya. Se Hee pun memeluk Ji Ho dalam
dekapanya.
“Bau
aromamu.” Ucap Se Hee. Ji Ho kaget berpikir dirinya itu bau.
“Ini
aroma tubuhmu... Aku mencium aroma tubuhmu.” Ungkap Se Hee. Ji Ho bisa bernafas
lega kalau yang dimaksud aroma tubuh.
“Aku
senang kau berhenti jadi penulis naskah.” Ungkap Se Hee. Ji Ho kaget dan hanya
bergumam “Mungkin ini bukan cinta.”
“Aku
bercanda.” Kata Se Hee berusaha untuk melucu. Ji Ho kembali bergumam “Walau ini
bukan cinta, tak apa bagiku.” Keduanya saling menatap.
“Aku memang
tak jago bercanda. Apa Kau marah ?” tanya Se Hee. Ji Ho menatap Se Hee lalu
meminta izin untuk menciumnya. Se Hee pun menganguk. Ji Ho akhirnya mencium Se
Hee lebih dulu diatas tempat tidurnya.
“Hari ini
hari pertama dia memasuki kamarku. Itu pun sudah cukup bagiku.” Gumam Ji Ho
mencium Se Hee.
[Episode 13: Karena ini Pertama Kalinya
Memasuki Kamarmu]
Se Hee
keluar dari kamar sambil membawa bantal dan melihat Ji Ho yang tidur sambil
mendengkur, lalu menganguk-angguk mengerti seperti mengenali keadaan Ji Ho
sekarang. Ia menuliskan dalam tabel kalau Ji Ho mendengkur.
Dan
mencari keyword[Cara membuat nasi telur dadar] lalu dengan mata seperti robot
mencari bahan dalam lemari es dan mulai memasak, dari tatapan dan tanganya
memegang pengorengan seperti seorang chef. Wajahnya terlihat bahagia, lalu
menaruh note diatas tudung saji dan pergi ke kantor.
Soo Ji
berjalan dengan ibunya, menyuruh menginap beberapa hari lagi. Ibunya mengejek
kalau bukan hanya Soo Ji saja yang bekerja tapi ia juga harus bekerja. Soo Ji pikir meminta ibunya
agar bisa berhenti bekerja sekarang. Ibunya mengeluh kalau itu hanya Omong
kosong.
“Ibu tahu
'kan, aku beli apartemen di Mullae-dong? Kita bisa pindah ke sana tahun depan. Jadi
datanglah ke Seoul tahun depan dan tinggal bersamaku.” Ucap Soo Ji keluar dari
lift.
“Jika kau
sangat ingin tinggal sama Ibu, kau saja yang pindah ke Namhae.” Ucap Ibu Soo Ji
mengodanya. Soo Ji mengeluh ibunya selalu saja tak bisa diajak bicara serius.
“Sampai
kapan Ibu pulang pergi dari Seoul ke Namhae?” kata Soo Ji khawatir.
“Ibu juga
'kan tidak berjalan kaki, dan hanya naik bus, jadi tidak terlalu lelah.
Sekarang kau Pergilah.” Kata Ibu Soo Ji
didepan mobil anaknya.
Soo Ji
cemberut menyuruh Ibunya untuk masuk ke dalam mobil, Ibu Soo Ji mengatakan akan naik kereta bawah
tanah saja dan bisa langsung menuju terminal bus. Soo Ji makin kesal menyuruh
ibunya Jangan keras kepala dan masuk ke dalam mobil.
“Katanya
kau dimarahi atasanmu beberapa waktu lalu. Jadi Cepatlah berangkat kerja.” Ucap
ibu Soo Ji
“Ibu....Biar
aku saja yang antar.” Kata Sang Goo tiba-tiba datang menyapa calon ibu
mertuanya. Soo Ji kaget melihat Sang Goo yang datang.
“Aku
pacarnya Soo Ji, Ma Sang Goo.” Kata Sang Goo memperkenalkan diri.Ibu Soo Ji
kaget anaknya ternyata sudah punya pacar.
“Aku
tidak tahu dia punya pacar.” Ungkap Ibu Soo Ji kaget.
“Dia
memang tidak banyak bicara Kurasa sebaiknya aku harus datang dan memperkenalkan
diri pada Ibu.” Jelas Sang Goo percaya diri.
“Kau
sangat tinggi dan Soo Ji juga tinggi. Kalian Serasi sekali.” Komenatr Ibu Soo
Ji
“Aku juga
dari dulu tidak pilih-pilih makanan dan suka makan bayam.” Kata Sang Goo
berusaha melucu, tapi tak ada yang tertawa bahkan Soo Ji terus menatap sinis.
“Soo Ji
sepertinya sudah terlambat bekerja. Jadi Biar kuantar Ibu ke terminal hari ini.”
Kata Sang Goo. Soo Ji menolak dengan ketus, tapi ibunya malah bertanya dimana
Mobil Sang Goo dan bergegas pergi. Sang
Goo pun membantu membawakan barang bawaan ibu Soo Ji.
Keduanya
sudah ada didalam mobil, Sang Goo terlihat
sedikit gugp lalu memulai pembicaraan kalau Soo Ji mirip sekali sama Ibu. Ibu
Soo Ji pikir anaknya sama sekali tidak mirip dengannya, karena Soo Ji cuma
manis dan periang, kalau dirinya cantik sekali. Sang Goo tersenyum
mendengarnya.
“Soo Ji
tidak secantik aku sewaktu masih muda.” Komentar Ibu Soo Ji seperti ingin
mengoda Sang Goo.
“Tidak,
menurutku Ibu lebih cantik dari dia sekarang.” Balas Sang Goo memuji. Ibu Soo
Ji ingin tahu apa pekerjaan Sang Goo sekarang.
“Aku CEO
perusahaan yang mengembangkan layanan jejaring sosial. Layanan utama kami
namanya "Kencan Daripada Pernikahan." Itu aplikasi kencan.” Ucap Sang
Goo seperti agar sedikit susah menjelaskan karena perusahaanya bergerak di
bidang IT.
“Ibu tahu
suaminya Ji Ho, kan?Aku CEO perusahaan kantornya dia.” Ucap Sang Goo. Ibu Soo
Ji pun bisa mengerti suaminya Ji Ho dan Sang Goo jadi CEO perusahaannya.
“Ya, aku
sahabat baiknya sekaligus CEO perusahaannya.” Jelas Sang Goo. Ibu Soo ji pun
mengartikan Sang Goo lahir tahun 1980 juga.
“Ya,
umurku sekarang 38 tahun.” Akui Sang Goo. Ibu Soo Ji berkomentar kalau Sang Goo
ternyata lebih tua dari perkiraannya. Sang Goo terlihat kaget.
“ Yah... Asalkan
kau lebih muda dariku, jadi tak masalah” komentar Ibu Soo Ji. Sang Goo pun
memastikan kalau Ibu Soo Ji tidak lebih muda darinya.
Ji Ho
terbangun dari tidurnya, lalu melihat sudah tak ada Se Hee disampingnya, hanya
ada si Kitty, dan teringat kembali kejadian semalam.
Flash Back
Mereka
mulai berciuman, lalu Se Hee akan keluar sebentar Ji Ho terlihat bahagai karena merasakan malam
yang indah dan berpikir kalau sudah selesai tidur malam ini.
Se Hee terlihat
gugup mengambil sebotol bir dalam lemari es, tapi saat membuka pintu ternyata
Ji Ho sudah tertidur sambil mendengkur.
“Apa aku
kemarin langsung tertidur? Wahh.. Apa ini nyata?... Bisa-bisanya aku melewatkan
kesempatan emas itu?” keluh Ji Ho kesal
Ji Ho
keluar dari kamar melihat note yang ditempelkan Se Hee diatas meja “Aku
berangkat kerja duluan. Selamat sarapan.” Ji Ho seperti tersentuh karena Se Hee
membuatkan sarapan, lalu membuka tudung saji dan melihat telur dadar yang sudah
diberi gambar wajah tersenyum.
Dengan
senyuman bahagia menatap masakan buatan Se Hee, lalu mengambil sendok dan mulai
memakanya. Tapi senyumanya hilang karena Bawangnya tak dimasak dan berpikir
kalau Se Hee lebih suka makanan mentah.
Ji Ho
duduk di halte menatap foto masakan pertama Se Hee dengan senyuman, walaupun
terasa aneh tapi sangat bahagia. Lalu Ia meliaht poster drama [Let's Eat] lalu
melihat nama [Hwang Se Hee, Gye Yong Seok] Busnya pun tiba di halte, Ia
bergegas naik ke dalam bus.
Di dalam
bus, seorang penumpang melihat berita dilayar ponselnya, saat konferensi Pers,
foto Sutradara Gye Yong Seok dan Penulis naskah Hwang Se Hee, wajahnya terlihat
benar-benar kecewa.
Ji Ho
masuk ke dalam cafe, Bok Nam bertanya pada Ji Ho apakah kenal dengan orang ini
dengan memberikan selembar kartu nama. Ji Ho melihat nama [Ko Jung Min] dan
balik bertanya Siapa ini. Bok Nam juga mengaku tidak tahu.
“Itu
sudah ada disini, saat kau pulang kemarin. Orang itu bilang, kau pasti tahu
kalau sudah melihat itu.” Jelas Bok Nam
“Ini Pria
atau wanita?” tanya Ji Ho. Bok Nam menjawab kalau itu pria
“Dia
bilang akan segera menghubungimu.” Jelas
Bok Nam. Ji Ho hanya terdiam melihat nama Jung Min dari My Entertaiment.
Ho Rang
melayani pelanggan restoran seperti biasa dengan memesan Steak. Dua pelanggan
memberikan kode kalau wajah Ho Rang yang berbeda. Ho Rang lalu pergi ke
belakang menyuruh juniornya menyiapkan menu untuk meja nomor 14.
“Sepertinya
manajer sedang tak sehat.” Bisik juniornya.
Teman yang lain pun melihat Ho Ran dengan hidung berair dan juga matanya merah.
Ho Rang
menangis di ruang karyawan, matanya terlihat bengkak dan sembap. Ia menatap
ponselnya dengan semua pesan yang dikirimkan pada Won Seok.
“Kau
dimana? Aku sungguh kesal sekarang... Hei, Shim Won Seok. Cepat pulang. Angkat
teleponmu sekarang. Apa yang kau lakukan? Angkat telepon dariku. Apa Kau
sungguh ingin mengakhiri hubungan kita?”
“Dia membacanya,
tapi tidak dibalas... Dia padahal sudah membacanya... Tapi dia tidak balas
apa-apa.” Ungkap Ho Rang sedih melihat sempau pesan yang dikirimkan pada Won
Seok tapi tak dibalas.
Won Seok
duduk di depan layar monitornya melihat profile seorang pria dengan tulisan [Aku
ingin menikah.]
Flash Back
Ho Rang
menangis setelah menonton Theater, meminta izin untuk pergi ke toilet. Saat itu
ponsel Ho Rang berbunyi, Won Seok melihat pesan masuk dari seorang pria
“Bagaimana
akhir pekanmu? Kau kelihatan sangat baik dan cantik. Jadi aku ingin tahu lebih
banyak tentangmu.” Ho Rang membalas “Terima kasih banyak.
“Kurasa
kita pasti bisa berkenalan dengan baik.” Tulis si pria
“Kurasa
juga begitu... Kau juga kelihatan seperti orang yang baik.” Balas Ho Rang.
Won Seok
kembali melihat profile si pria yang mendekati Ho Rang, foto dengan mobil mewah
dan juga terlihat bahagai dengan peliharaanya dan menegaskan [Aku ingin
menikah. Aku ingin menemukan seseorang yang bisa menemaniku seumur hidupku.]
Pesan
dari Ho Rang masuk “Aku mengerti. Jadi tolong bicara denganku. Meski kita akan
berpisah, setidaknya kita harus saling bertemu.” Won Seok pun membalas “Kalau
begitu temui aku di tempat biasa setelah kerja.”
Soo Ji
menuliskan [Menu kopi hari ini, Aricha.] dibagian depan cafe, lalu melihat kartu nama [Ko Jung Min] pikiran
kembali melayang saat bertemu dengan Yong Seok, Ia berkata “Dari awal, orang
mana bisa melakukan apa keinginannya. Tapi kalau kau sukses, maka bisa
melakukan apa saja keinginanmu.”
Flash Back
“Penulis
Ji Ho, apa kau tidak menyukaiku sama sekali?” ucap Yong Seok dan ingin
memperkosanya. Ji Ho berteriak meminta agar Yong Seok bisa menghentikanya.
Setelah kejadian itu Penulis Hwang mengajak bertemu tapi ternyata ada Yong Seok
dan Sutradara Park.
“Kita ini
saling peduli. Kami tidak ingin mematahkan kerja sama tim ini. Makanya kami
berusaha keras.” Ucap Penulis Hwang
“Kau
bilang Berusaha keras? Apa maksudnya Ibu menyuruhku... melupakan ini hanya
karena aku kelihatannya baik-baik saja? Apa Karena itu Ibu menyeretku ke sini? Apa
ini yang namanya berusaha? Padahal aku benar-benar berdarah dan menderita
sampai rasanya mau mati.” Ucap Ji Ho menangis kecewa
“Penulis
Yoon... Apa menurutmu ini semacam organisasi kemahasiswaan? Jika kau terus
merengek soal hal sepele seperti ini.., sampai kapanpun kau tidak bisa bekerja
di drama TV.” Ucap Sutradara Park menyindir
“Karena
itulah, aku...ingin berhenti. Aku tidak akan pernah menulis lagi.” Tegas Ji Ho.
Ji Ho
melihat kembali kartu nama Jung Min dan langsung membuangnya, saat itu Jung Min
masuk melihat kartu nama yang dibuang dan mengambhilnya. Ji Ho kaget melihat
wanita yang sebelumnya membantunya memasangkan anting. Keduanya pun duduk
bersama dalam cafe.
“Aricha
kopi favoritku.” Ungkap Jung Min meminum kopi yang dibawakan Ji Ho. Ji Ho
mengaku kalau mengira CEO-nya laki-laki.
“Apa Kau
kecewa karena aku CEO-nya?” goda Jung Min. Ji Ho mengaku bukan seperti itu.
“Sebenarnya,
aku agak kaget.” Akui Ji Ho. Jung Min pikir benar
“Tak
kusangka kau penulisnya, wanita yang memakai anting cantik itu. Mungkin ini
takdir. Dan Yang kemarin mampir kesini itu direktur kami. Beliau bilang, dia
sudah kirim pesan padamu.., tapi sepertinya, kau tidak membalasnya.” Jelas Jung
Min. Ji Ho mengerti.
“Itu
Karena aku agak sibuk. Tapi bagaimana kau tahu aku ada di sini?” tanya Ji Ho
heran
“Beliau pernah
sekali meneleponmu..., dan karyawan lain di sini yang angkat teleponmu. Lalu
katanya kau bekerja disini.” Ucap Jung Min. Ji Ho melirik kearah Bok Nam, Bok
Nam memberikan senyuman dan juga semangat pada Ji Ho.
“Aku
ingin memperkenalkan diriku sekali lagi. Aku datang ke sini setelah membaca
naskahmu. Aku CEO suatu perusahaan produksi, Ko Jung Min. Aku membaca naskahmu
saat kau masih bekerja dengan Sutradara Park. Itu Cerita tentang pelajar
asrama. Aku sangat penasaran denganmu dan ingin sekali bertemu denganmu.” Jelas
Jung Min lal mengubah penyataanya.
“Bukan,
lebih tepatnya...,aku ingin bekerja sama denganmu.” Jelas Jung Min.
Ji Ho
mengatakan tidak menulis drama lagi dan Sudah lama berhenti dari pekerjaan
asisten penulis. Jung Min agak kaget mengartikan kalau Ji Ho berhenti kerja jadi
asisten penulis dan itu artinya berhenti menulis juga. Ia mengatakan kalau
datang ke sini karena ingin bekerja sama
dengan penulisnya.
Saat itu
Sang Goo keluar dari kantornya melihat Soo Ji sudah menungu didalam mobil. Ia
masuk dengan nyapa Soo Ji seperti tak terjadi apapun. Soo Ji hanya menatap dingin
lalu menyuruh Sang Goo Pasang sabuk pengamannya dan mobil pun melesat pergi.
“Apa kau
tidak menulis lagi?” tanya Jung Min. Ji Ho meminta maaf kalau tidak menulis
lagi.
“Boleh
aku tanya alasannya?” tanya Jung Min penasaran. Ji Ho mengatakan kalau ia sudah
menikah sekarang.
“Setelah
menikah, aku memutuskan berhenti menulis. Aku kerja sambilan disini karena
terlalu bosan di rumah terus.” Ucap Ji Ho seperti mencari alasan.
Jung Min
mengerti kalau Ji Ho sudah menikah rupanya. Ji Ho meminta maaf kalau Jung Min
yang datang jauh-jauh dan minta izin untuk pergi lebih dulu. Jung Min kembali
berbicaa kalau ia merasa alasan itu kedengarannya seperti alasan yang sedih. Ji
Ho terdiam seperti Jung Min bisa mengetahui perasaanya.
“Terima
kasih kopinya. Kalau.. kau ingin mengatakan yang sebenarnya daripada kasih
alasan yang menyedihkan, hubungi aku kapan saja. Walau kita tidak bekerja sama
tapi kita bisa pergi keluar minum bersama.” Ucap Jung Min berjalan mendekati Ji
Ho.
Sang Goo
mengikuti Soo Ji keluar dari mobil dan langsung mengenggam tanganya, tapi Soo
Ji langsung melepaskanya. Sang Goo heran melihat Soo Ji yang marah sekali. Soo
Ji dengan wajah yang sangat marah ingin tahu rencana Sang Goo.
“Aku
mengantar ibumu pulang karena kau sibuk. Memangnya kenapa?” ucap Sang Goo
santai
“Apa kau
biasa kencan seperti ini, Mengganggu privasiku? Dan membuatku merasa menyedihkan?”
ucap Soo Ji.
“Kau
bilang Menyedihkan? Sesama manusia yang memperlihatkan dan memperkenalkan
keluarganya, dan bisa-bisanya kau bilang itu menyedihkan?” kata Sang Goo tak
habis pikir dengan ucapan Soo Ji.
“Aku
merasa menyedihkan. Apa Kau pikir ini normal? Apa Kau tahu betapa mengerikannya
itu bagiku? Mereka akan bertanya "Apa pekerjaan orangtuamu? Bagaimana
kabar orangtuamu?" Aku benci pertanyaan seperti itu.” Ungkap Soo Ji
“Lalu kau
pasti bilang begini. "Kenapa kau menganggapnya seperti itu? Aku tidak
tahu." Tapi ada ratusan dan ribuan orang yang bertanya seperti itu. Apa
Kau tahu bagaimana rasanya hidup di dunia seperti itu?” kata Soo Ji dengan mata
memerah menahan tangis.
“Itulah
sebabnya kita harus menjalaninya bersama. Dunia itu... Aku sudah bilang akan
selalu bersamamu di dunia itu!” kata Sang Goo terlihat santai.
Soo Ji
seperti tak terima dengan kata “Bersamaku” lalu ingin tahu caranya. Ia mulai
menganggap mereka akan menikah dan bertanya apakah Sang Gooo bisa tinggal dengan
ibunya. Sang Goo terdiam. Soo Ji meminta Sang Goo menjawab pertanyaanya. Sang
Goo menjawab kalau ia pasti bisa.
“Baiklah...
Lantas apa yang akan kau katakan ke orangtuamu? "Aku akan menikah dengan wanita yang tak
tahu siapa ayahnya dan punya ibu yang cacat." Apa kau mau memperkenalkanku
seperti itu ke orangtuamu?” ucap Soo Ji marah
“Ibuku...bekerja
di restoran untuk membesarkanku sendirian dengan tubuh cacatnya. Dan Untungnya,
aku giat belajar, lalu masuk ke perusahaan yang gajinya besar .Akhirnya aku bisa
menopang beban dia. Aku tak tahu seperti apa duniamu, dimana keluargamu tinggal
di rumah bagus, dan hidup enak.. “ cerita Soo Ji
“Tapi
Ibuku hanya punya diriku yang bisa diandalkannya di dunia ini. Saat dia tutup
usia nanti, cuma aku orang yang akan menguburinya. Itulah dunia yang harus
kujalani. Jadi jangan beri aku harapan palsu. Kalau kau bersikap baik seperti
ini aku malah ingin menjadi bagian dari duniamu.” Tegas Ji Ho. Sang Goo menatap
Ji Ho dengan mata berkaca-kaca.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Ditunggu sinopsis selanjutnya ya
BalasHapusSuka belopotan ya min nulis nama tokohnya jadi ketuker2 kebolak balik.
BalasHapusTp ga papa kok.netizen pasti faham alurnya.
Semangat terus min.