Tuan Oh
dan Nyonya Han duduk di kapal persiar seperti tak saling bicara.
“Apa kau
tahu kenapa aku datang ke sini?” gumam Tuan Oh.
Flash Back
Tuan Oh
mengambil minum di rumahnya lalu melihat obat milik istrinya pun mencari tahu.
Ia pergi ke sebuah apotik karena hanya tahu kalau itu obat Penyakit Dalam, lalu memberitahhu kalau
apoteker mengalami gangguan pencernaan sudah lama.
“Sudah
berapa lama dia minum obat ini?” tanya apoteker.
“Sudah
lama sekali Dia membuat alarm, jadi dia tidak pernah lupa untuk meminumnya. Apa
itu gangguan pencernaan?” ucap Tuan Oh. Si Apoteker melihat obat di tanganya
terlihat serius memberitahu yang sebenarnya.
“Dia bilang
kau menderita kanker.” Gumam Tuan Oh melihat obat yang diminum oleh istrinya
adalah obat kanker.
Nyonya
Han mengajak suaminya segera pulang. Tuan Oh sibuk melihat lembaran kertas
ditangnya meminta istrinya untuk mendekat. Nyonya Han pikie mereke harus mau
pulang. Tuan Oh menyuruh istrinya untuk duduk didekatnya.
“Aku minta
anak-anak untuk mencetaknya. Ayo pergi kesana.” Kata Tuan Oh memperlihatkan
lembaran Paket VIP ke Perancis
“Bagaimana
dengan restorannya?” tanya Nyonya Han. Tuan Oh dengan santai kalau mereka bisa
libur beberapa hari.
“Kau
membuatnya terdengar seperti kita kaya.
Ini sudah musim piknik perusahaan. Apa kau ingin dikutuk oleh pelanggan
reguler kita?” ucap Nyonya Han.
“Ayo
pergi. Kau bilang itu impianmu untuk
pergi ke Perancis.” Kata Tuan Oh. Nyonya Han binggung bertanya Kapan
mengatakanya.
“Kau mengatakannya
saat menonton film. Kau bilang tidak menginginkan hal lain jika bisa pergi ke sana. Apa itu? Itu film
yang bercerita tentang seorang putri.” Ucap Tuan Oh
“Apa
maksud mu "Liburan Romawi"? Apa itu Roma?” kata Nyonya Han. Tuan Oh
membenarkan.
“Roma dan
Perancis kan sama saja. Ayo pergi dan bersenang-senang hanya kita berdua.” Kata
Tuan Oh bersikukuh
Nyonya
Han binggung apakah hanya mereka berdua, lalu bertanya dengan anak-anak mereka.
Tuan Oh pikir merkea tidak punya uang yang cukup, jadi lebih baik berdua saja.
Nyonya Han pikir benar-benar tidak ingin pergi kalau cuma berdua. Tapi Tuan Oh
tak mau tahu langsung menelp agen memesan dua tiket.
“Kupikir
kau akan sangat bahagia.” Gumam Tuan Oh mengajak istrinya pergi.
Ketika di
bandara, Nyonya Han menahan amarah suaminya mengeluh alasan sifat Tuan Oh jadi
tidak ingin pergi berlibur bersama. Tuan Oh yang perhatian menatap Nyonya Han
dan menarik jaketnya agar tak kedinginan, tapi setelah itu dikamar Nyonya Han
malah mengatakan hal yang disangka olehnya.
“Aku
benar-benar membencimu.” Ungkap Nyonya Han. Tuan Oh yang kaget pun keluar dari
kamar dengan wajah penuh amarah.
[Episode 11- Aku hidup seperti orang bodoh]
So So
cemberut tak ingin menatap Ma Roo dan hanya mendengar suara penyanyi diatas
panggung. Ma Roo berusaha menjelaskan kalau tidak bermaksud seperti itu. So So
memberitahu kalau ingin mendengarkan musik dan Ma Roo malah duduk di depanya.
“Kau bisa
mendengar musiknya, kan?” kata Ma Roo. So So pikir perlu memejamkan mata, karena masih bisa
mendengar.
“Apa Kau
tidak ingin melihatku?” tanya Ma Roo yang ada didepan So So. So So membenarkan.
“Apa aku
harus menghilang karena memberi peringatan tanpa mengetahui apapun?” tanya Ma
Roo. So So menganguk dengan wajah cemberut.
“Apa kau
kecewa?” tanya Ma Roo. So So menjawab kalau sangat kecewa.
“So So,
kau masih belum dewasa. Kau bilang mengikuti seorang pria ke sini dan menikah.”
Ucap Ma Roo. So So makin kesal karena tak ingin membahasnya.
“Kau
tidak bisa pulang sekarang karena orang itu telah pergi.” Ucap Ma Roo. So So
kesal Ma Roo masih tetap membahasnya.
“Kau malu
melihat keluargamu... Jadi kau mendapatkan gelar PhD-mu seolah-olah kau sedang
dihukum. Kenapa kau sangat membenci dirimu sendiri? Kau bilang aku benar,
karena melawan perusahaanku.” Ucap Ma Roo. So So yang marah memilih untuk
pergi.
“Perusahaan
menuntutku sebesar 1,4 miliar won. Karena mengganggu bisnis mereka dan
mengungkapkan rahasia.” Ucap Ma Roo. So So pun berhenti melangkah.
“Apa yang
kau pikirkan? Masih bisakah kau mengatakan... Aku melakukan hal yang benar. Kau
tidak melakukan kesalahan. Itulah yang ingin aku katakan. Kau juga tidak salah.
Tidak salah bila kau menutup telepon di masa lalu” ucap Ma Roo meminta So So
untuk duduk kembali.
So So
akhirnya duduk kembali. Ma Roo menjelaskan
Hal yang salah untuk dilakukan akan melupakanny, Tanpa ada kekhawatiran.
So So mengaku kalau sangat suka dengan Paris dan Pekerjaannya tidak buruk serta
tidak memaksakan diri untuk menanggungnya.
“Apa yang
sebenarnya ingin kau lakukan? Apa yang sebenarnya ingin kau katakan selain menyuruhku
kembali ke Korea?” ucap So So
“Kembalilah
ke Korea.” Ucap Ma Roo. So So pikir Ma Roo sedang bercanda padanya
“Kembalilah
ke Korea bersamaku. Jika kau kembali ke Perancis nanti, aku akan datang padamu. Aku tidak bisa datang
ke sini setiap waktu... Maksudku, aku bisa datang, tapi aku tidak akan sering
melihatmu, dan ini akan mahal harganya. Aku tidak mengatakan itu buang-buang
uang” ucap Ma Roo. So So makin tak mengerti apa maksud ucapan Ma Roo.
“Ini Lamaran.”
Ucap Ma Roo. So So mengeluh karena lamaran
jadi begitu terus terang, bahkan tidak merasakan apapun.
“Aku
minta maaf.” Kata Ma Roo dengan wajah tertunduk. So So makin kesal karena Ma
Roo yang merusak kencan.
Ma Roo
kembali membahas Tentang lamarannya, So So menyela kalau Ada banyak hal yang tidak
mereka ketahui satu sama lain. Ma Roo pikir Besok adalah hari terakhir mereka.
So So mengatakan akan menjawabnya besok. Ma Roo pun ingin tahu jawaban So So.
So So
mengatakan akan mengikuti hatinya, lalu meminta Ma Roo untuk menyingkir karena tidak
bisa melihat panggung. Ma Roo mengoda kalau lebih baik menatapnya saja.
Semua
sudah ada di dalam bus, wajah pasangan terlihat tak bersemangat. So So bertanya
apakah mereka sadar bahwa hari ini adalah
hari terakhir. Ma Roo menjawab lantang
“Iya” So So yang masih kesal berpikir kalau mereka tidak harus
menjawabnya.
“Setelah
kita berfoto di lokasi khusus.. Kita akan melewati Pont Neuf dan mengunjungi
Place de la Concorde. Dan kemudian kita akan pergi ke Louvre, lalu Notre-Dame de Paris pada hari yang menyenangkan
ini. Aku sudah merenungkan tentang di mana
kita akan mengambil foto kenang-kenangan. Apa kalian penasaran dengan
hal itu?” ucap So So
“Iya!”
jawab Ma Roo penuh semangat, tapi 3 pasangan lainya terlihat tak bergairah.
“Iya. Kau
tidak harus menjawabku” komentar So So mengarah pada Ma Roo seperti masih marah
dengan kejadian semalam.
“Di
kebanyakan paket wisata, observatorium Menara Eiffel diikut sertakan. Tapi jika
kalian pergi ke sana, kalian hanya berpikir, "Wow, itu tinggi." Hal
ini mirip dengan apa yang kalian lihat saat lepas landas atau mendarat di
pesawat terbang. Tapi tempat ini akan sangat berbeda. Ini bukan observatorium.
Tapi kalian bisa melihat pemandangan Paris yang paling indah.” Jelas So So .
Semua hanya terdiam seperti saat pertama datang.
“Apa
semua orang bertengkar? Kenapa semua orang hanya tertunduk? Aku kira ini adalah
suasana keluarga setelah sekian lama. Kau tahu bahwa keluarga pasti akan banyak bertengkar, kan? Kita akan turun,
jadi ingatlah untuk membawa paspor, dompet, dan telepon!” ucap So So. Ma Roo
pun kembali menjawab dengan penuh semangat
Mereka
pun turun disebuah tempat. So So bertanya pada Tuan Oh apa tempat ini
mengingatkannya. Tuan Oh pikir ini Seperti Perancis. So So sedikit menyindir
kalau Apa itu tempat yang bagus untuk memanggang daging. Tuan Oh pikir Tidak
mungkin seperti lupa ungkapan saat pergi ke sebuah tempat.
“Ini
adalah tempat yang berkelas, yaitu observatorium Paris yang pertama. Silahkan
lihat-lihat, dan ketemu di sini dalam 15 menit.” Ucap So So. Semua menjawab
“Ya”
Kyung Jae
mengandeng tangan So Ran untuk foto. So Ran melepaskanya, mengatakan nanti
saja. Kyung Jae meminta maaf berpikir
kalau ia yang akan mengambil gambarnya saja. So Ran mengatakan sedang tidak
ingin berfoto.
“Apa Kau
tidak tahu ini hari apa?” ucap Kyung Jae. Saat itu Nyonya Han datang
menghampiri mereka.
“Apa Anda
ingin difoto dari pinggang ke atas?”
tanya So Ran.
“Tidak,
kau baik sekali saat memotretku terakhir kali, jadi kau boleh memotret dengan
bebas sekarang ini.” Kata Nyonya Han penuh semangat.
“Kalau
gitu, aku akan membuat Anda terlihat seperti aktris kali ini.” Ucap So Ran
“Hei, aku
tidak pernah bisa menjadi aktris.” Kata Nyonya Han dengan Tuan Oh melirik sinis
pada istrinya yang sedang foto.
So Ran mengeluh
Nyonya Han terlihat hanya diam dengan wajah lesu, menyuruhnya untuk melakukan Pose
yang seksi. Nyonya Han pikir tak mungkin tapi setelah itu bisa bergaya dengan
senyuman lebar. Tuan Oh hanya bergumam kalau membenci melihat Nyonya Han yang
mengambil foto.
Flash Back
Nyonya
Han sudah siap di foto, Tuan Oh menyuruhnya untuk bangun. Nyonya Han meminta
untuk sekali saja. Tuan Oh mengomel Nyonya Han
mengambil foto pemakaman jika datang ke studio untuk mendapatkan foto
paspor
“Apa kita
akan sekarat saat berlibur?” keluh Tuan Oh. Nyonya Han pikir sekalian saja
karena ada di studio foto.
“Jika aku
mau difoto sekarang, dia akan memberiku diskon 20 persen.” Ucap Nyonya Han.
Tuan Oh menyuruh istrinya bangun dan segera pulang.
“Akhir-akhir
ini, orang tidak mengatakan foto pemakaman mereka sebagai hal yang tidak
beruntung. Jika kau melakukannya lebih awal, kau akan menerima lebih banyak
keberuntungan...” jelas Si fotographer. Tuan Oh
memarahinya karena berkata sepeti itu hanya agar bisnisnya lagi dan meminta
agar memanggil managernya.
“Baiklah,
aku tidak akan melakukannya. Hentikan.
Tidak akan kulakukan. Ayo pergi.” Ucap Nyonya Han akhirnya mengalah dan meminta
maaf pada sang fotographer.
“Itu karena
kau hanya berpikir tentang kematian dan bukannya berjuang untuk hidup.Aku punya
alasan.” Gumam Tuan Oh
So Ran dan
Nyonya Han melihat hasil foto. Nyonya Han seperti tak percaya kalau wajahnya
terlihat sangat berseri. Tuan Oh tersenyum melihat Nyonya Han tersenyum
memujinya dalam hati kalau istrinya sangat cantik saat tersenyum.
“Kau
cantik, tidak peduli berapa banyak aku melihatmu.” Gumam Tuan Oh sambil
tersenyum. So Ran menyuruh Tuan Oh agar
mendekati istrinya.
“Jangan
menyuruhku seperti itu.” Ucap Tuan Oh ketus. So Ran mengeluh kalau akan
memotret mereka berdua
“Apa Kau
seorang fotografer sekarang ?” keluh Tuan Oh. Ho Rang siap dengan ponselnya
meminta agar tersenyum. Keduanya foto dengan berdiri dengan jarak yang
jauh.
“Ahjushi,
cobalah tersenyum dan Ahjumma, pegang lengan.” Ucap Ho Rang. Nyonya Han pun
merangku lengan suaminya, tapi Tuan Oh belum juga tersenyum. Ho Rang pun
meminta agar Tuan Oh bisa tersenyum.
“Anak
ini, kau tidak mendengarkan. Kau hanya perlu memotretnya...” keluh Tuan Oh
sambil mengomel.
So Ran tanpa
menghitung langsung mengambil gambar, Tuan Oh makin marah karena memotretnya
ketika sedang berbicara. So Ran membalas kalau Tuan Oh itu terlalu cerewet jadi
nanti tidak bagus jadinya. Tuan Oh ingin melihat hasil fotonya, tapi semua
memilih untuk pergi meninggalkanya.
“Mereka bilang
sebaiknya jangan menolak sejak awal. Aku berencana untuk tersenyum dan memegang
tanganmu. Setelah potretan pertama kita.” Gumam Tuan Oh.
So So
memberitahu So Ran harga Gaun itu kurang
lebih dari 100 euro. So Ran tak percaya kalau Ini lebih murah dari
perkiraannya. So So pikir tidak punya alasan untuk memakainya, jadi pakaian itu
jadi sia-sia belaka. So Ran ingin tahuApa toko itu sulit ditemukan.
“Tepat di
belakang hotel. Masuklah ke pintu belakang, belok kiri, lalu ke gang pertama
dan berjalan satu menit.” Jelas So So. So Ran pikir Ternyata dekat jadi
membuatnya lega.
“Wisatawan
lain dari kelompok terakhir, kalau tidak salah membeli 5. Itu untuk pernikahan
temannya.” Cerita So So. So Ran tak percaya kalau ada yang membelinya juga.
“Pasti ada
banyak ketegangan. Kau tahu bagaimana itu di antara teman-teman.” Ucap So Ran
“Kau
benar. Selalu ada satu teman yang tidak bisa kau kalahkan. Kau harus terlihat
lebih cantik saat mereka menikah.” Ungkap So So . Keduanya terlihat sangat
akrab membahas tentang pakaian dan pertemanan.
Ma Roo
dan Kyung Jae melihat keduanya berpikir Wanita
sangat mudah menjadi teman. Ma Roo juga berpikir seperti itu karena memang
terlihatmenarik. Kyung Jae juga melihat kegembiraan So Ran saat dengan So So..
“Pacarmu itu
cantik juga.” Ucap Ma Roo memuji. Kyung Jae membalas kalau pacar Ma Roo juga
cantik.
“Terima
kasih.” Kata Ma Roo lalu tersadar kalau itu menganggap bahwa mereka tahu So So
sudah menjadi pacarnya.
“Ahhh.. Kau
berada di pasukan pencari, kan? Apa Di pasukan tentara?” ucap Kyung Jae
berusaha mengalihkan kegugupna.
“ Tidak,
di 505 pasukan khusus.” Ucap Ma Roo. Kyung Jae mengingat 505 ada Di bawah
gunung. Ma Roo tak percaya kalau Kyung Jae bisa tahu.
“Tentu
saja! Jika kau menuju Seoul dari sana, ada kompleks industri.” Kata Kyung Jae.
Ma Roo membenarkan dengan penuh semangat.
So So dan
So Ran melihat kedua pria seperti sangat akrab berkomentar yang sama bahwa Pria
begitu mudah menjadi teman. So So pikir kalau
itu menarik dan bertanya-tanya Apa yang mereka lakukan. Ho Rang
merasa tidak penasaran, karena
menurutnya Kyung Jae sangat frustasi.
“Tapi
pacarmu terlihat sangat tampan.” Puji So So melihat keduanya seperti saling
tarik tambang.
“Dia
tidak setampan itu. Pacarmu bahkan jauh lebih tampan.” Ucap So Ran balas
memuji.
“Aku
tidak punya pacar.” Akui So So. So Ran tak memperpanjang lagi mengatakan akan menghubungi So So jika tidak menemukan tokonya. Ma Roo dan Kyung Jae
terlihat sangat bersemangat mengobrol, sampai akhirnya terpisah karena Kyung
Jae harus mengikuti Ho Rang pergi.
Ma Roo
ingin mendekati So So yang berdiri sendirian, So So langsung memberikan kode
agar Ma Roo menjauh. Akhirnya Ma Roo pun hanya bisa mengambil foto So So dari
kejauhan. So So memberikan senyumanya.
“Ini
adalah jembatan Pont Neuf yang ada di film
"The Lovers on the Bridge." Kata "Pont" berarti
jembatan, dan "Neuf" berarti baru. Jadi itu berarti "jembatan
baru." Aku pikir "Pont Neuf" adalah sebuah kata yang melengkapi
romantisme Paris.” Jelas So So
“Berjalan-jalan
santai, dan juga mengobrol, lalu bicarakan kenapa kalian datang ke sini untuk
berlibur.” Kata So So. Ma Roo hanya tersenyum didepan jembatan, berjalan jauh
dari So So
Saat itu
Kyung Jae menerima telp dari seniornya, lalu berteriak kaget kalau hari ini dan
mengucapkan terimakasih dengan wajah bahagia. Ia lalu memberitahu So Ran,
keputusan investasi akan dilakukan hari ini dan melewati babak final jadi Yang
tersisa hanyalah persetujuan CEO.
“Berarti
kan belum diputuskan.” Ucap So Ran dengan nada dingin.
“Ini kan
sudah mendekati dan Persetujuan CEO hanya sebuah formalitas.” Kata Kyung Jae
yakin
“Baiklah,
aku berharap ini akan berhasil.” Ucap So Ran. Kyung Jae mengeluh karena So Ran bersikap
bahagia dengannya. So Ran dengan dingin mengaku sangat senang.
“So Ran,
aku akan melakukannya dengan baik. Aku akan melakukannya dengan sangat bagus. Aku
hanya akan menaruh kartu nama yang akan kusimpan bertahun-tahun di dompet yang
kau berikan kepadaku. Aku akan menepatinya.” Ucap Kyung Jae penuh semangat. So
Ran pun menganguk setuju.
Tiba-tiba
ponsel mereka berbunyi, tanda alarm hari ke 2,555 hari dan sudah Tujuh tahun
hubungan mereka. Keduanya terlihat gugup tak berani menatap dan hanya saling
memalingkan wajah.
“Sudah
sekitar 27 atau 28 tahun sejak kita bersama. Aku tidak dalam situasi terbaik, jadi
kau mengalami kesulitan ini. Aku tahu kau mengalami kesulitan.” Gumam Tuan Oh
melihat istrinya berlari ke depan jembatan dengan senyuman bahagia.
**
Flash
Back
Tuan Oh mengumpat
marah, berpikir kalau restoranya kedai kopi karena membawa mesin kopi ke
restoran. Nyonya Han terlihat bahagia meminum kopi dari cangkirnya. Tuan Oh
kesal pikir kalau mereka akan masuk berita karena menyediakan menu Americano
dengan ayam.
“Secangkir
kopi setelah makan akan sangat menyenangkan. Ini saja akan memberikan kita 100
juta won dalam sebulan.” Ucap Nyonya Han tersenyum bahagia.
“Siapa
yang bilang begitu?” tanya Tuan Oh marah.
Nyonya
Han pergi ke bisnis MLM milik teman Kyung Jae seperti sangat terpengaruh
memberli mesi kopi berharga 8,24 juta won dan dengan iming-iming kalau membeli
enam, akan menjadi direktur, 9
menjadi direktur utama dan apabila 12
akan menjadi presdir, bahkan dengan omset 100 juta/ bulan.
“Jadi,
berapa yang kau beli?” tanya Tuan Oh. Nyonya Han dengan bangga kalau ia jadi seorang
direktur sekarang.
“Apa Kau
sudah membeli enam?” ucap Tuan Oh menghitung. Nyonya Han yakin kalau mereka bisa
jadi kaya sekarang.
“Pada
saat itu, aku pikir Aku yang menderita
kanker. “ gumam Tuan Oh hanya bisa melonggo dan Nyonya Han terlihat hanya
tersenyum.
Nyonya
Han merasa terpana melihat pemandangan didepanya yang sangat bagus. Tuan Oh
kembali berkomena kalau ada perlu ada Restoran ikan mentah dan restoran ikan
rebus didekat jembatan. Ia berangan-angan
akan menggunakan jaring, dan istrinya bisa menggunakan pancing.
“Itu akan
membuat kita sibuk. Di sini, kita akan membuka restoran ikan sungai Seine. Dan
di sana, kita akan buka restoran sup ikan Pont Neuf.” Ucap Tuan Oh bangga bisa menjual Sup ikan.
“Pasti sukses.
Kita bisa mengembangkan bisnis kita dan menghasilkan banyak uang. Dan kita bisa
hidup bahagia untuk waktu yang sangat lama.” Ungkap Nyonya Han. Tuan Oh bisa
tersenyum karena Nyonya Han sangat bersemangat dan selalu tersenyum.
So So
melihat peta papan jalan, wajahnya seperti sedih mengingat kenangan masa
lalunya.
Flash Back
So So
berada dikamarnya mengantungkan semua foto dengan suaminya di dinding, terlihat
ada didepan jembatan yang sama.
So So
kembali berjalan meninggalkan kenanganya, sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya
“Kakimu akan sakit. Duduk dan istirahatlah.” Ma Roo mengirimkan pesan. So So
binggung dimana Ma Roo bisa melihatnya, ternyata Ma Roo ada diseberang jalan
sengaja tak mendekati So So.
“Kau
penguntit?” ejek So So membalas pesan Ma Roo yang duduk diseberang jalan.
“Kita
sudah sampai. Apa kau ingat saat pertama kali kita datang ke sini?” tulis Ma
Roo
“Tidak
ada yang mengesankan hari itu.” Balas So So.
“Apa Kau
melepasnya?” tulis Ma Roo lalu panik kalau salah mengetik maksud tulisanya. So
So membalas kalau baru saja akan memblokirnya.
“Setelah
agenda hari ini, habiskan waktu denganku.” Ajak Ma Roo. So So membalas kalau Ma
Roo jadi lebih berani saat ini.<
“224
tahun yang lalu, Marie Antoinette... Dieksekusi di sini, yaitu di Place de la Concorde. Mereka
menuduhnya menyia-nyiakan uang untuk gaya hidupnya yang boros. Serta berbagai
alasan lainnya, tapi itu semua bohong. Dan Semua orang, Mereka mencari alasan
untuk membencinya.”cerita So So
“Setelah
Marie Antoinette meninggal dengan menyedihkan karena kebencian, dia mengatakan
ini. Orang akan bisa mengetahui siapa sebenarnya diri mereka saat mereka tidak
bahagia.” Ucap So So. Tuan Oh bergumam
kalau yang dikatakan So So memang benar.
“Saat
tahu kau sakit, Aku menyadari siapa aku.
Aku itu bodoh.” Ungkap Tuan Oh dalam hati.
“Aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku
pergi ke katedral untuk pertama kalinya dalam hidupku.”
Tuan Oh
berdoa sendirian di gereja bahkan pergi ke kuil demi istrinya.
“Aku tidak bisa berbuat apa-apa
selain berdoa.”
Saat
Nyonya Han bertanya apakah Tuan Oh pernah berdoa untuknya da yakin kalau pasti
belum pernah. Tapi sebenarnya Tuan Oh sudah melakukan sujud di depan Budha
tanpa henti demi mendoakan istrinya.
Semua
akan pergi tapi saat itu melihat ada dua orang yang berdiri saling berdekatan.
Kyung Jae merasa kalau ini aneh melihat Ho Ran dan Tuan Oh berdiri sangat dekat.
Nyonya Han juga tahu kalau Mereka bukan tipe yang bisa akur.
“Aku tahu.
Ini pemandangan paling aneh yang pernah
dilihat di Perancis.” Kata Ma Roo.
Saat itu
juga Tuan Oh kaget melihat So Ran sudah ada disampingnya, dan So Ran pun juga
ketakutan karena Tuan Oh sudah ada disampinganya. Tuan Oh kembali mengomel So
Ran yang berdiri di sampingnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. So Ran ikut
mengomel kalau Tuan Oh itu terlalu cerewet. Tuan Oh berpikir kalau disampingnya
itu adalah hantu. So Ran memilih untuk
pergi meninggalkan saja.
So Ran
berbicara pada So So kalau ada toko sandwich baguette di dekat sini. So So
membenarkan dan sedikit heran karena So Ran bsia mengetahuinya, lalu So So
pikir bisa mengajak mereka istirahat di taman
dengan beberapa sandwich dan akan membelikanya.
Mereka
semua makan dengan bangku masing-masing dan terpisah. Tuan Oh kembali mengeluh
karena sangat membencinya dengan membeli roti untuk seseorang yang sedang susah
makan. Nyonya Oh seperti sudah tahu kalau suaminya sedang mengomel dalam hati.
“Hentikan.
Berkat dia, aku mendapatkan kembali kekuatanku sehingga aku bisa mengangkat
piramida” gumam Nyonya Han.
So So
mengambil foto masing-masing dengan gaya seperti sedang mengangkat museum yang
terlihat seperti piramida. Ma Roo pun mengikuti gaya yang di minta oleh So So,
saat akan turun dari pijakan, So So menyuruhnya mengulang. Kali ini So So
sengaja hanya mengambil foto wajah Ma Roo yang sedang tersenyum.
Semua berkumpul,
So So memberitahu kalau Jangan kaget saat mereka mengecek barang kalian di
pintu gerbang dan merasa pasti tahu yang butuhkan untuk memotret. Semua
menjawab Mona lisa. So So membenarkan.
“"Mona"
adalah gelar yang diberikan kepada wanita yang sudah menikah. Dan
"Lisa" adalah nama modelnya. Jika kalian menerjemahkannya, itu akan menjadi "Nyonya Lisa." Ini
adalah lukisan yang terkenal di dunia, jadi
cobalah untuk mengambil gambar meski sulit.” Jelas So So
“Apa
seseorang akan menghentikan kita?” tanya Nyonya Oh
“Bukan
begitu. Tapi bayangkan dirimu berfoto dengan Mona Lisa. Kau akan membuat pose
terbaikmu. Dengan elegan mengagumi karya tersebut.” Ucap So So. Nyonya Oh
membayangkan seperti dalam museum sendirian dan berpose di depan lukisan
Monalisa.
“Itu akan
sulit dilakukan. Anda akan tahu saat masuk ke dalam. Dan Pak, Anda tidak
mengenakan pakaian hiking hari ini.” Ucap So So. Tuan Oh pikir kalau pakaian
hiking dilarang. So So mengaku bukan seperti itu
“Apa ada
pakaian museum? Kenyamanan adalah kuncinya.” Kata Tuan Oh. So So pun mengajak
merka segera masuk ke dalam dan akan menunggu di pintu keluar.
Hyung Goo
sedang berlatih nyanyi diatas panggung dengan sangat serius, saat itu Su Su
datang memanggil mantan kakak iparnya. Hyung Goo seperti ketakutan menyuruh Su Su
untuk pergi dan jangan mendekat. Tapi Su Su berjalan makin mendekat.
“Jangan
mendekatiku... Jangan kesini... Aku akan memukulmu.”kata Hyung Goo ketakutan
memegang stand untuk note balok yang bisa untuk memukul So So berjalan makin
dekat
“Hei,
panggil polisi! .. Jangan mendekatiku. Jangan...” kata Hyung Goo berjalan
mundur dan akhirnya jatuh dari panggung.
“Ada apa?
Apa kau mengancamku dengan menyakiti diri sendiri?” ejek So Su Su melihat Hyung
Goo jatuh dari panggung.
“Aku
datang ke sini untuk berterima kasih. Karena Aku sudah menemui Noonaku Dan dia
masih cantik, baik, dan keren. Aku selalu menganggap dia terlalu baik untukmu. Jadi
terima kasih telah meninggalkannya lebih awal dan belilah beberapa koyo
untukmu. Aku tidak ingin bertemu denganmu lagi, Bae Hyung Goo.” Kata Su Su
memberikan uangnya pada Hyung Goo.
“Aku
tidak melakukan apapun dan Dia yang jatuh sendiri.” Tegas Su Su memberitahu
yang lainya. Hyung Goo berteriak marah melihat Su Su yang pergi begitu saja.
Doo Ri
melihat Su Su keluar dari ruang pertunjukan bertanya apakah sudah memukulnya.
Su Su mengelengkan kepala. Doo Ri heran kenapa Su Su tak memukulnya. Su Su tahu kalau akan menjadi pelaku lagi
nanti. Do Ri pikir Su Su sudah punya catatan kriminal.
“Jadi
sebaiknya kau memukulinya sekali lagi.” Kata
Doo Ri. Su Su hanya menatap calon istrinya.
“Apa? Apa
kau tersentuh oleh betapa cantiknya aku?”goda
Doo Ri pada calon suaminya.
“Aku...
hidup sebagai orang jujur sampai
sekarang karena Noonaku. Tapi mulai sekarang, aku akan hidup sebagai orang yang
jujur untukmu. Aku berjanji.” Ungkap Su Su
“Aku
tidak bisa bilang apa-apa. Ini sesuatu yang akan kau katakan saat malam pertama
kita setelah menikah.” Kata Doo Ri
“Apa
menurutmu kita punya waktu untuk berbicara di malam pertama kita setelah
menikah?” ejek Su Su. Doo Ri dengan wajah bahagia menjawab kalau itu tak mungkin.
“Si Kunyuk
itu begitu terkejut saat melihatku, Dia langsung terjatuh dari panggung. Aku
pikir dia melukai punggungnya.” Cerita Su Su berjalan pergi sambil memeluk Doo
Ri.
Bersambung
ke Part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar