Woo Tak
melaporkan dari Mobil Patroli Empat
Polsek Sangku, kalau menerima panggilan tentang kasus penculikan yaitu Atap
Firma Hukum Hae Kwang di Moguk-dong jadi meminta agar mengirimkan ambulans dan
mobil patroli.
“Bisakah
kita memercayai orang yang barusan menelepon?” kata Petugas Oh ragu.
“Ya. Kita
harus tiba disana dalam lima menit.” Kata Woo Tak yakin.
Hong Joo
sudah terbaring dibawah hujan dengan payung hijau diatasnya, Jae Chan panik
menaiki taksi meminta agar lebih cepat supaya cepat sampai. Hong Joo tersadar
tanpa bisa membuka matanya, melihat Nyonya Ha sudah mengeluarkan suntikan dari
jaketnya.
“Suntikan
ini...akan melumpuhkan semua otot di dalam tubuhmu. Lalu kau tidak akan bisa
bernapas, dan akan mati perlahan dalam 5
menit seakan kau tertidur. Kematianmu akan menjadi seperti sebuah keberkahan.”
Ucap Nyonya Ha
“Pukul
berapa sekarang Dan dimana aku sekarang?” ucap Hong Joo terlihat sangat lemah.
Nyonya Ha sempat kaget karena Hong Joo masih mampu berbicara.
“Apa Kau
mau tahu dimana dan pukul berapa akan mati? Ini atap Firma Hukum Hae Kwang, dan
sekarang pukul 10.30 malam.” Ucap Nyonya Ha.
“Jae
Chan... Apa Kau mendengar itu? Kau mendengar itu, 'kan?” kata Hong Joo sengaja
memberitahu agar Jae Chan bisa melihat dalam mimpinya.
Nyonya Ha
melihat Hong Joo Wanita yang menarik lalu mulai menusukan suntikanya. Yoo Bum
melihat dari kejauhan dengan payung berwarna merah, lalu meminum pil yang
sebelumnya sempat di taruh dalam kopi Hong Joo.
Woo Tak
dan Tuan Oh sudah sampai di gedung, tapi tak bisa menekan tombol lift. Petugas
datang bingung melihat dua polisi yang datang. Woo Tak ingin tahu Bagaimana
cara ke atap. Petugas mengatakan Liftnya tidak berfungsi karena mati listrik.
“Tapi Lift
darurat kami ada disana.” Ucap petugas keamanan. Woo Tak berlari lebih dulu.
Tuan Oh pun meminjam senter pada petugas.
Nyonya Ha
menatap Yoo Bum merasa kalau pengacaranya itu tampak mengerikan dan terlihat
seperti akan membunuhnya. Yoo Bum membenarkan kalau memang hendak membunuhnya. Nyonya Ha
mengartikan kalau Yoo Bum kau akan
menjadi seorang pembunuh.
“Tentu
saja tidak... Maksudku, aku harus membersihkan sampahnya Kau berniat membunuh
reporter itu, begitupun aku. Aku berakhir membunuhmu selagi mencoba
menghentikanmu, dan itu kulakukan sebagai pertahanan diri pihak ketiga,
sehingga aku tidak akan divonis bersalah.” Ucap Yoo Bum berjalan mendekati
Nyonya Ha yang ketakutan.
“Kau yang
menyuruhku untuk mengaturnya dengan baik dan memastikan ini menguntungkan bagi
semuanya. Inilah jawaban yang kutemukan.” Kata Yoo Bum akhirnya seperti
mencengkram tubuh Nyonya Ha.
Woo Tak
dan Tuan Oh sudah sampai di lantai paling atas, lalu mencari tangga untuk
sampai ke atap. Tuan Oh bisa melihat tanda hijau dari kejauhan, Woo Tak pun
segera menaiki tangga dengan langkah cepat.
Ketika
sampai diatas berteriak memanggil Hong Joo, Yoo Bum sudah mengendong Hong Joo
dengan baju yang basah kuyup. Woo Tak pun langsung berlari mengendongnya. Yoo
Bum terlihat lemas dengan baju yang sudah basah kuyup, di bagian taman hanya
terlihat dua payung yang tertinggal. Tuan Oh melihat Yoo Bum terlihat lemas
menuruni tangga untuk membantunya. Yoo
Bum mengaku baik-baik saja, tapi meminta agar
memeriksa Hong Joo.
Jae Chan
masuk ke dalam gedung melihat Woo Tak sudah mengendong Hong Joo. Woo Tak
memberitah kalau masih bisa merasakan denyutnya. Jae Chan menyuruh Woo Tak agar
bisa membaringkan Hong Joo segera. Woo Tak binggung.
“Masalahnya
bukan dia bisa bernapas atau tidak. Tapi Dia tak bisa bernapas karena
paru-parunya lumpuh. Jelaskan kepada tim medis. dan minta alat bantu
pernapasan.” Ucap Jae Chan. Woo Tak mengerti lalu bergegas keluar dari gedung.
Jae Chan
berusaha agar memberikan pertolongan pertama pada Hong Joo, memberikan nafas
buatan. Wajahnya panik sama dengan Hong Joo saat menolongnya di tepi sungai.
Keduanya sama-sama memberikan nafas buatan agar bisa kembali hidup.
[BAGIAN 15: BANTULAH AKU]
Yoo Bum
akhirnya tersadar dan melihat tanganya sudah di infus, lalu berusaha untuk
duduk. Dua pria menanyakan keadaanya.
Yoo Bum mengaku agak pusing, Tapi merasa baik-baik saja. Dua polisi
memperlihatkan ID cardnya kalau dari Kantor Polisi Hangang dan meminta agar bisa
memberikan penjelasan apa yang terjadi.
“Aku
bertemu dengan Nona Nam di kantorku untuk wawancara, dan kami minum kopi bersama.
Lalu Aku tiba-tiba merasa lemah. Seseorang pasti memasukkan semacam obat di
dalamnya.” Cerita Yoo Bum mulai mengarang cerita.
“Aku
merasa pusing, tapi sungguh melihat wanita itu, yaitu Ha Joo Won, sedang
membawa Nona Nam keluar dari kantorku. Aku mencoba menghentikannya, tapi aku
kesulitan bergerak karena obat itu.” Cerita Yoo Bum saat itu terlihat lemah di
kantornya dan melihat Nyonya Ha yang mengendong Hong Joo.
“Ha Joo
Won adalah wanita yang tewas karena jatuh, 'kan?” ucap Polisi memastikannya.
“Ya. Dia
datang menemuiku beberapa hari lalu. Dia bersikeras bahwa dialah pembunuh
berantai cairan infus. Dia datang untuk berkonsultasi kepadaku.” Jelas Yoo Bum.
“Jadi
Orang yang tertangkap bukan pembunuh yang sesungguhnya?” ucap polisi kaget. Yoo
Bum membenarkan.
Yoo Bum
menceritakan kalau menyarankan Nyonya Ha menyerahkan diri, tapi menolak
nasihatnya. Ia merasa Nyonya Ha melihat saat bertemu Nona Nam dan mengira
membocorkan informasinya kepada media. Polisi bertanya apakah itu alasan pendapat
Yoo Bum kalau Nyonya Ha yang meracuni
kopinya.
“Ya, itu
spekulasiku.” Ucap Yoo Bum. Polisi ingin tahu apa yang terjadi setelah itu.
“Aku
lemas, tapi masih sadar. Aku berpikir harus mencegah dia membunuh orang lagi,
jadi, aku berusaha mengikuti mereka ke atap. Tapi Ha Joo Won telah meracuni
Nona Nam. Aku ingin menghentikannya, tapi merasa lemas karena obat itu. Lalu Ha
Joo Won langsung menyerangku.” Cerita Yoo Bum kembali mengarang kalau dengan
lemah mengikuti sampai ke atap dan menghentikan ulah Nyonya Ha.
“Saat
berusaha menghentikannya, kami berkelahi. Aku terpaksa mendorongnya, lalu dia
jatuh dari gedung.” Ucap Yoo Bum.
“Setelah
itu, kau pingsan selagi berusaha menyelamatkan Nona Nam.” Kata Polisi
Yoo Bum
membenarkan, lalu menutup wajah rasa penyelasan kalau saja tidak diracuni, karena mungkin bisa
menyelamatkan Nona Nam. Polisi pikir Yoo Bum tak perlu khawatir karena Hong Joo
baik-baik saja. Yoo Bum melotot kaget dengan memastikan kalau maksudnya Hong
Joo masih hidup.
Polisi
membenarkan. Yoo Bum tak habis pikir kalau mendengar obat itu bisa membunuh
siapapun dalam lima menit. Polisi tahu kalau
Semua orang bilang itu kejaiban dan mendengar bisa mati jika terlambat
satu menit saja dan Jaksa Jung menyelamatkannya dengan napas bantuan berulang
kali.
Yoo Bum
kaget kalau Jung Jae Chan datang ke lokasi. Polisi pikir Hon Joo sangat beruntung
dan merasa Dewi Keberuntungan pasti berada di sisinya.
Hong Joo
diruang ICU dengan alat bantu dari mulutnya, Ibu dan Jae Chan pun menemaninya.
Dokter datang menghampiri, Jae Chan ingin tahu
keadaan Hong Joo. Dokter memberitahu Hong Joo sudah melewati masa
kritisnya dan bisa selamat berkat pertolongan pertama. Keduanya pun bisa
bernafas lega.
“Tapi
masalanya, aku tak bisa memberi tahu, kapan dia akan siuman. Dia tak bisa
bernapas, artinya Tak ada oksigen yang masuk ke otaknya saat itu, dan itu pasti
menyebabkan trauma psikis yang parah. Kami tak bisa memprediksi apapun saat
ini.” Jelas Dokter. Jae Chan menahan Nyonya Yoon yang jatuh lemas.
“Maafkan
aku.. Aku seharusnya menyelamatkannya lebih cepat.” Ucap Jae Chan measa
bersalah.
“Jangan
bilang begitu, Terima kasih telah menyelamatkannya. Aku senang dia masih hidup
dan bisa saja mati... Kau Tenang saja, Hong Joo pasti akan siuman. Dia akan
siuman seakan tak ada yang terjadi.” Ucap Nyonya Yoon mengelus kepala anaknya.
Jae Chan
duduk diruang tunggu. Woo Tak datang menanykan kedaan Hong Joo. Jae Chan
memberitahu kalau Hong telah melewati masa kritis Tapi masih koma. Woo Tak
memberitahu baru saja mendengar pernyataan Pengacara Lee Yoo Bum. Jae Chan
ingin tahu apa yang dikatakanya.
“Kurasa
dia akan bilang itu pertahanan diri.” Kata Woo Tak. Jae Chan tak bisa menahan
amarah langsung berdiri.
“Dimana
dia sekarang? Apa Di UGD?” kata Jae Chan. Woo tak menahanya dan saat itu Tuan
Choi datang memanggilnya. Jae Chan kaget melihat Tuan Oh yang datang
“Kenapa...
Kenapa kau harus melakukan ini? Kenapa kau harus mendadak pergi? Kenapa di saat
seperti ini? Kenapa harus di saat seperti ini? Aku... Kau meninggalkanku...
sendirian. Kenapa kau harus meninggalkanku? Kenapa...” ucap Jae Chan mendekati
Tuan Choi. Akhirnya Tuan Choi pun memeluk Jae Chan seperti anaknya sendiri dan
meminta maaf. Woo Tak melihat keduanya yang dekat.
Keduanya
duduk ditaman, Jae Chan memberitahu Tak ada yang tahu kau mengundurkan diri,
bahkan Nona Moon juga bilang tidak akan memberi tahu siapapun dan Anggap saja
mengambil cuti, jadi saat kembali.. Tuan Choi langsung mneyela kalau takkan
kembali.
“Aku akan
bekerja di Firma Hukum Hae Kwang.” Kata Tuan Choi
“Apa Kau
mengundurkan diri untuk bekerja dengan Yoo Bum?”kata Jae Chan tak percaya. Tuan Choi membenarkan. Jae Chan ingin tahu alasanya.
“Dulu, adikku
kabur dari militer. Setiap kali dia meneleponku untuk memberitahuku dia tak
bisa bertahan, maka kubilang semua orang menghadapinya dan pengalaman akan
membuatnya dewasa.” Cerita Tuan Choi
Saat
masih muda Tuan Choi menerima telp dari adiknya, Adiknya menelp dari telp umum terlihat sudah
babak belur seperti tak kuat dalam camp militer. Tuan Choi mengatakan kalau tak
bisa pergi mendatanginya.
“Aku
hanya memarahi dia seperti itu. Aku tidak pernah benar-benar mendengarkannya. Aku
merasa bersalah karena tidak pernah mendengarkan. Lalu, saat dia mendatangiku
setelah melarikan diri, maka membujuknya menyerahkan diri, bukanlah yang
pertama kupikirkan.”
Tuan Choi
membawa adiknya pergi lalu mencari tempat sepi di dekat kereta bawah tanah,
lalu pergi ke minimarket membelikan banyak makanan karena yakin kalau adiknya
pasti lapar karena hanya itu yang ada di
benak untuk memberikan makan. Tapi saat kembali, adiknya sudah tak ada tempat.
“Saat
kudengar dia telah membunuh atasanku dan merenggut nyawa orang lain, rasanya
aku ingin bunuh diri. Aku merasa sebagai pembohong.” Tuan Choi membayangkan
saat adiknya menembak Ayah Jae Chan dan meledakan bom di dalam bus.
Jae Chan
pun bertanya Kenapa sekarang karena punya banyak waktu dan seharusnya bilang
sejak awal, karena Pasti itu akan lebih mudah. Ia pun bertanya apa yang
dilakukan apakah akan memaafkanya Atau ingin ia makin membencinya. Tuan Choi
mengatakan Tidak keduanya.
“Kau
menanyakan alasanku bekerja di Firma Hukum Hae Kwang. Aku hanya menjawab
pertanyaanmu. Aku tidak ingin menjadi pembohong lagi dan tidak boleh pura-pura bodoh
seperti saat itu. Itulah alasanku mengundurkan diri dan Tak ada alasan lain.”
Kata Tuan Choi lalu berdiri dari tempat duduknya.
“Penyidik
Choi... “ Jae Chan tak ingin
ditinggalkan begitu saja. Tuan Choi langsung memberikan nasehat pada juniornya.
“Jangan
gegabah, Jaksa Jung... Menemui Pengacara Lee sekarang untuk menginterogasinya, hanyalah
tindakan gegabah. Sikap tidak sabar seperti itu takkan menguntungkanmu. Dari
penyidikan hingga ke persidangan, maka kau takkan bisa melakukan apapun.” Jelas
Tuan Choi
“Sekarang,
buatlah pilihan... Kau akan memukulnya sekarang dan dikeluarkan dari penyidikan
dan proses hukum Atau kau akan merelakannya sekarang agar bisa memberikan
pukulan yang pantas dia dapatkan melalui penyidikan dan persidangan kelak?”
tanya Tuan Choi menatap Jae Chan.
Jae Chan
lalu bertanya darimana Tuan Choi tahu keberadaanya, Tuan Choi mengaku hanya tahu saja, kalau
Sesuatu memberitahu bahwa Jae Chan akan dipecat dan tak bisa berbuat apa-apa jika
menemui Pengacara Lee dan berulah dan merasa kalau Firasatnya tajam.
“Kenapa? Apa
Kau pikir itu omong kosong?” kata Tuan Choi melihat Jae Chan hanya menatapnya.
“Tidak...
Menurutku itu bukan omong kosong. Aku takkan... bertindak gegabah.” Kata Jae
Chan sadar kalau Tuan Choi pasti mengetahui dari mimpi.
“Yah.. Bagus...
Itulah yang seharusnya kaulakukan sebagai putra Kepala Jung. Aku sungguh ingin
bertemu denganmu lagi. Putra Kepala Jung.” Ucap Tuan Choi memeluk kepala Jae
Chan layaknya seperti anak
Jaksa
Park membahas Tentang kasus pembakaran karavan, bertanya apakah mereka yakin Ha
Joo Won adalah tersangka utamanya. Hee Min memberitahu kalau Nyonya Ha itu mirip
dengan wanita di rekaman CCTV SPBU, dan sidik jari yang di temukan di lokasi
cocok dengan miliknya.
“Kami
telah melacak BTS ponsel pembakarnya, dan jejaknya cocok dengan tersangka.”
Ucap Hee Mi
“Kalau
begitu, mari kita simpulkan dia pelaku kasus pembakaran itu. Karena sudah mati,
dia tak bisa didakwa, jadi, tutup saja kasusnya.” Ucap Jaksa Park. Semua pun
menganguk setuju.
“Selain
itu, kalian juga yakin Ha Joo Won adalah pembunuh berantai cairan infus
sebenarnya, 'kan?”tanya Jaksa Park
“ Kami
memeriksa setiap kasus yang terjadi setelah penangkapan Yi Suk, dan semua korbannya
satu kamar dengannya. Kami menggeledah rumahnya dan menemukan botol serta jarum
suntik yang digunakan dalam kasus itu. Semuanya cocok dengan botol yang kami
kumpulkan di lokasi.” Ucap Jaksa Lee.
“Kita
juga tak bisa mendakwanya atas hal ini karena dia sudah mati. Yait "Tak
bisa mendakwa karena sudah meninggal" Lalu Bagaimana dengan manipulasi
bukti?” tanya Jaksa Park.
Yoo Bum
menemui Dae Goo dengan Seung Won yang ada di minimarket, mengaku Ha Joo Won
memanipulasi buktinya dan itu bukan diirnya. Beberapa orang sengaja mengambil
gambar dari luar minimarket. Seung Won bertanya
apakah itu artinya Nyonya Ha yang menjebak ayahnya Dae Goo pembunuhan berantai.
“Jika
yang kuingat benar, botol-botol itu ditemukan di ruangan ayahmu. Ruang itu ada
di dalam rumah sakit, maka sebagai pasiennya, dia bisa memasuki ruangannya. Bagaimana
menurutmu? Apa Masuk akal?” kata Yoo Bum dengan wajah menyakinan.
“Ya...
Sangat Mudah bagimu untuk memunculkan teori yang masuk akal itu. Lalu Kenapa
waktu itu kau kesulitan? Kenapa kau tak bisa memikirkannya saat itu?” kata Dae
Goo marah
Saat itu
Yoo Bum langsung berlutut, semua yang ada di luar kaget dan langsung mengambil
foto. Yoo Bum meminta maaf Sebagai
jaksa, seharusnya tidak berhenti mencurigai Nyonya Han, tapi tidak menyangka Nyonya Ha bisa secakap dan
seteliti itu dan mengakui kalau Semua ini kesalahannya.
“Kau
harus bertanggung jawab, karena kau bilang itu kesalahanmu.” Ucap Dae Goo.
“Aku
ingin bertanggung jawab, tapi membuat kesalahan semacam itu, tidak dianggap
melanggar hukum.” Kata Yoo Bum dengan senyuman liciknya.
Dae Goo
tak bisa menahan amarahnya langsung menyerang Yoo Bum berteriak kalau untuk
menghidupkan ayahnya kembali. Seung Won menahanya agar tak membabi buta. Yoo
Bum bisa tersenyum karena banyak orang yang melihat dari belakang jadi hanya
tahu kalau Dae Goo yang menyerangnya lebih dulu.
Jaksa
Park mengartikan kematian Ha Joo Won
adalah penutupan yang sia-sia untuk sejumlah kasus. Jaksa Lee pikir Kesimpulannya,
semua ini adalah ulahnya. Jaksa Park mengajak mereka untuk fokus pada sisa
persidangan untuk kasus Ha Joo Won. Jae Chan menerima pesan dari Nyonya Yoon. “Hong
Joo baru saja siuman.”
“Pak, aku
harus keluar sebentar.” Kata Jae Chan. Jaksa Lee panik bertanya apakah ada yang
terjadi.
“Hong Joo
baru saja siuman.” Kata Jae Chan. Semua kaget, Jaksa Park pikir itu kabar baik
jadi menyuruh Jae Chan segera menjenguknya.
Jae Chan pun bergegas dan mengatakan segera
kembali nanti lalu keluar dari ruangan. Jaksa Son pun mengucap syukur
karena mencemaskannya juga.
“ Jaksa
Lee, bagaimana jika kau satu tim dengan Jaksa Jung dan menangani persidangan
bersama?” kata Jaksa Park
“Kudengar,
Presdir firma itu, Pak Ko, akan membela Lee Yoo Beom. Kau takkan bisa
menanganinya sendirian.” Kata Jaksa Son.
“Begitukah?
Dia hanya seorang pengacara. Dia bukan apa-apa.” Kata Jaksa Lee merendahkan
Pengacara Ko
“Gara-gara
dia, permintaan kita untuk surat perintah melawan Lee Yoo Bum ditolak. Dia
bahkan tidak ditangkap atas penyidikan pembunuhan. Hebat, 'kan?” kata Jaksa Son
“Ya, pantas
saja gajinya delapan digit.” Ucap Hee
Mi. Jaksa Lee sempat kaget mendengar gajinya Delapan digit.
“Wah,
memangnya dia bekerja apa setiap hari?” ejek Jaksa Lee.
“Penghasilannya
sekitar 27.000 dolar sehari. Meski hanya bekerja empat hari dalam setahun, dia
tetap lebih kaya daripada dirimu. Ini sangat Cepat, 'kan?” Balas Hee Mi
“Cukup
cepat untuk membuatku ingin mengumpatmu. Aku akan bersatu dengan Jaksa Jung dan
menumpasnya bersama-sama.” Kata Jaksa Lee menahan amarahnya.
Jae Chan
berlari ke bagian UNIT PERAWATAN INTENSIF tapi terlihat pengumuman bahwa "Jam
besuk hanya dua kali sehari, pukul 11 siang dan 7 malam" lalu melihat
jamnya kalau sudah terlambat. Seorang perawat keluar, Jae Chan langsung
menghampirinya meminta izin untuk bisa masuk sebentar.
“Aku
hanya butuh lima menit... Ahh.. Bukan, hanya satu menit. Aku hanya akan melihat
wajahnya, lalu pergi.” Ucap Jae Chan panik.
“Maaf.
Silakan kembali pada jam besuk berikutnya.” Kata si perawat.
“Kumohon.
Izinkan aku memastikan dia baik- baik saja.” Ucap Jae Chan memohon.
“Aku
baik-baik saja.” Kata Hong Joo sudah duduk dibangku, Jae Chan kaget melihat
Hong Joo sudah duduk diluar ruangan.
Jae Chan
langsung mendekati Hong Joo memastikan kalau baik-baik saja apakah Tangan dan
kakimu bisa digerakkan dan bisa mengenalinya. Hong Joo pikir itu Tentu saja,
bahkan juga tahu Jae Chan sudah berusaha menyelamatkannya dan mendengar
semuanya yang dikatakan.
Jae Chan langsung
mengendong Hong Joo terlihat bahagia karena Hong Joo akhirnya kembali sadar dan
bisa mengucap syukur, karena Hong Joo baik-baik saja.
“Terima
kasih... Kau telah menyingkirkan mimpi burukku yang panjang.” Ucap Hong Joo.
Jae Chan
Keduanya
berjalan di taman, Jae Chan merasa khawatir bertanya apakah Hong Joobisa berjalan
dan tidak merasa pusing. Hong Joo mengelengkan kepala, karena ia merasa
baik-baik saja jadi menunggu Jae Chan di luar ruangan.
“Bagaimana kau tahu aku akan terlambat? Apa Kau
bermimpi lagi?” tanya Jae Chan.
“Aku
terus memimpikanmu selagi tertidur. Karena itu aku punya firasat soal kasus itu dan
omong kosong macam apa yang akan diucapkan Lee Yoo Bum. Bahkan Aku juga tahu soal
Penyidik Choi. Dia pernah menjadi polisi.” Kata Hong Joo. Jae Chan membenarkan.
“Aku
melihatmu menangis di mimpiku.. Aku menangis bersamamu.” Ungkap Hong Joo. Jae
Chan pun tak bisa berkata-kata lagi.
Tuan Choi
sudah ada di FIRMA HUKUM HAE KWANG dan memiliki papan nama di depanya, bahkan ada meja rapat yang cukup besar, tapi
wajahnya seperti merasa terbebani. Yoo Bum datang membawakan kopi untuk Tuan
Choi. Tuan Choi dengan gugup mengucapkan
terima kasih.
“Bagaimana?
Apa Kau suka kantormu?” tanya Yoo Bum. Tuan Choi mengangguk.
“Meja
kerja ini lebih besar daripada meja kerja kepala jaksa.” Kata Tuan Choi tak
percaya melihatnya.
“Kami juga
punya gimnasium dan sauna. Kau bebas menggunakannya kapan saja.” Kata Yoo Bum
bangga
“Ya
ampun, aku harus menyombongkan ini kepada Nona Moon... Ah.. Aku hampir lupa. Kabarnya,
Reporter Nam Hong Joo sudah siuman.” Kata Tuan Choi.
Yoo Bum
kaget kalau Hong Joo siuman. Tuan Choi melihat mimik wajah Yoo Bum seperti tak
suka, berpikir kalau ini kabar baik. Yoo Bum mengaku kalau itu memang baik. Saat
itu Seorang pria masuk masuk, Tuan Ko berkomentar kalau memang kabar baik
karena mereka punya satu sekutu lagi. Keduanya menyapa Tuan Ko.
“Aku
hanya perlu membaca tulisanmu dengan lantang di meja hijau, 'kan? Dimana
drafnya? Apa Sudah disiapkan?” tanya Tuan Ko. Yoo Bum mengatakan sudah.
Yoo Bum
membawa Tuan Ko ke dalam ruanganya, lalu memberikan tumpukan berkas yang cukup
tebal. Tuan Ko duduk di kursi untuk membacanya, sambil berbicara untuk membuat
jadwal makan malam dengan Reporter Nam.
“Dia
memihak kita, jadi, kita harus mendiskusikan yang akan diucapkan di
persidangan.” Kata Tuan Ko santai.
“Presdir,
ada yang ingin kusampaikan... Reporter Nam tidak akan memihak kita.” Kata Yoo
Bum.
“Kenapa?
Kau telah bertaruh nyawa untuk menyelamatkannya.” Kata Tuan Ko heran.
“Dia
mungkin salah paham soal aku jadi pasti kebingungan saat itu.” Akui Yoo Bum.
Tuan Ko baru melihat berkas "Argumen
Pembelaan” langsung menutup berkasnya.
“Katakan
dia salah paham bagaimana. Aku Sudah lama tidak ke meja hijau jadi tidak mau
mempermalukan diriku. Kau harus Dengar, Pengacara Lee. Apa Kau pikir aku mau
membelamu karena menyukaimu? Apa Kau pikir aku mengambil kasus itu untuk
mendapatkan uang receh itu?” ucap Tuan Ko
“Tidak...
Aku tidak tertarik... Aku bahkan tidak memercayaimu. Bahkan Kau membunuhnya
dengan sengaja atau tidak,aku tidak peduli. Aku hanya tidak menyukai fakta bahwa
nama firmaku telah tercemar. Jadi Kau harus memberitahuku kenyataannya, agar
aku bisa membersihkan atau menutupinya. Katakan sekarang. Ini Salah paham
bagaimana?” ucap Tuan Ko
“Presdir...
Sebenarnya...” kata Yoo Bum dengan tatapan serius.
Bersambung ke episode 30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar