Di mobil
Ho Rang
seperti tak percaya kalau ada pria dengan
lesung pipinya seperti itu,m mneurutnya Keren sekali dan sangat berbeda
dengan suaminya Ji Ho, menurutnya Mereka sangat bertolak belakang dalam hal
penampilan dan gaya hidup, lalu bertanya pada Soo Ji siapa yang akan
dipilihnya.
“Kau akan
pilih siapa Si YOLO yang tak punya rumah, atau si House Poor yang punya rumah?”
tanya Ho Rang.
“Apa tak
bisa aku tak pilih siapapun?” kata Soo Ji. Ho Rang memberikan perumapaan kalau
hanya mereka satu-satunya orang yang tersisa di bumi jadi siapa yang akan
dipilihnya.
“Kenapa
aku harus memilih 1 padahal hanya ada 2? Aku akan tidur dengan mereka berdua.”
Kata Soo Ji. Ho Rang mengejek temanya yang berotak cabul.
“Jadi,
bagaimana hubunganmu dengan CEO Ma?” tanya Ho Rang. Soo Ji tak mengerti Ho Rang
menanyakan hal itu.
“Apa Kau
sudah tidur dengan dia atau akan tidur dengannya? Apa hubungan kalian?” kata Ho
Rang mengoda. Soo Ji pura-pura tak mengerti dan mengaku hanya rekan kerja.
“Ohh..
Jadi begitu... Sepertinya kau menukar mainan boneka. dan bukannya dokumen. Ini Menggemaskan.”
Ejek Ho Rang melihat boneka dibagian belakang.
Soo Ji
menceritakan Sang Goo memiliki koin jadi
main mesin capit boneka, lalu dapat hadiah itu dan diberikan padanya,
tapi akan dibuang karena sangat menganggu. Ho Rang mengerti dengan nada
mengejek, lalu merasa heran karena apabila mau dibuang tapi bonekanya diberi
sabuk pengaman. Soo Ji seperti tak bisa membalasnya.
“Dan
boneka itu, dia memberikannya padamu, 'kan? Bonekanya mirip sekali sama kau.
Soo Ji berusaha mengelak kalau tak mirip bahkan terlihat sejelek boneka itu.
“Bagaimana
si Won Seok?” tanya Soo Ji seperti ingin mengalihkan pendapat. Ho Rang
mengatakan kalau sudah membalasnya dan akan lambat tapi menyakitkan.
Ia
tiba-tiba berteriak kalau Sepertinya ada kecelakaan karena sebuah aplikasi,
yaitu Pria itu bertemu si wanita lewat aplikasi dan menguntitnya. Soo Ji
terlihat panik ingin tahu aplikasi dan Perusahaan
mana. Ho Rang dengan dan nada mengejek Soo Ji tak perlu khawatir karena bukan
perusahaannya CEO Ma.
Soo Ji
terlihat kesal tapi tak bisa menahan senyumanya, melihat dari kaca spion boneka
pemberian dari Sang Goo yang duduk dengan tenang.
Bo Mi
membaca berita membahas kejadian seorang pria mengurung seorang wanita selama
13 jam di apartemen dan mereka bertemu lewat aplikasi permainan, lalu
Artikelnya baru saja keluar. Rekannya pikir semua aplikasi kencan, termasuk
milik perusahan mereka bakal dianggap jelek.
“Kurasa
begitu. Orang biasanya hanya ingat kalau mereka bertemu lewat sebuah aplikasi.
Bukankah kita harusnya siap dan mengurus penguntit?”pikir rekan lain yang
memakai kacamata.
“Kurasa
kita harus membuat daftar calon kriminal dan membuat mereka melakukan perbuatan
baik.” Pikir Bo Mi
Se Hee
mendengar percakapan rekan kerjanya memanggil Bo Mi, bertany apakah sudah
mengurus masalah kepuasan pelanggan dan Apa ada yang penting. Bo Mi memberitahu
Ada 32 keluhan minggu ini tapi semuanya tentang bagaimana pihak wanita tidak
ikut aktif.
“Tetaplah
memonitor mereka untuk berjaga-jaga. Jika ada keluhan yang perlu
ditindaklanjuti..., maka langsung kau bagikan tugas kerjanya dengan yang lain.
Walaupun dirasa tidak penting sekalipun.” Kata Se HEe.
“Baik.
Aku akan membagikannya langsung dengan” kata Bo Mi. Se Hee mengatakan bukan
kepadanya tapi pada CEO Ma.
“Kepuasan
pelanggan bukan bagian dari tugasku.” Ucap Se Hee yang tak mau mengerjakan
tugas lainya.
Sang Goo
keluar dari ruangan berteriak “Yes” dengan wajah bahagia. Lalu meminta perhatian pada semua rekan
kerjanya kalau mereka akhirnya bisa
meluncurkan kantor global sekarang. Se Hee tak percaya bertanya apakah Sang Goo
sudah dapat investasinya
“Barusan
aku bicara dengan Asisten Park. Mereka akan mengkonfirmasinya dalam pertemuan
Golden Venture.” Kata Sang Goo
“Kau
bilang Asisten Park? Apa Maksudmu pria yang ingin kau suruh dia balik wajib
militer lagi? Apa dia adalh Orang yang ingin kau temui di India di kehidupanmu
selanjutnya?” ucap Se Hee tak percaya, Sang Goo membenarkan.
“Jika aku
dilahirkan sebagai orang kaya di India di kehidupanku selanjutnya, maka aku
ingin memanfaatkan Asisten Park sebagai Sudra-ku. Dan dengan luar biasanya,
Asisten Park berteman dengan seorang pria yang bekerja sebagai petugas pinjaman
di Golden Venture.” Kata Sang Goo
“Lalu apa
yang akan terjadi... pada Asisten Park yang akan kautemui sebagai Sudra di
kehidupanmu selanjutnya?” tanya Se Hee.
“Menurutmu
Ya apa lagi? Asisten Park akan menjadi seorang dewa Brahman... Seorang
brahmana...” Kata Sang Goo mengajak merkea sejenak nyanyikan slogan.
Sang Goo
berteriak “Kita adalah...” dan semua pekerja menjawab “budak.” Sang Goo
berteriak “Jika mereka membayar kita...” Semua perkerja berteriak “Kita akan melakukan semuanya!”
Sang Goo pun menyuruh mereka pulanglah
cepat, karena ia akan dapat investasi, sambil menyanyikan lagu Wanna One
“Nayana”
Sang Goo
terlihat tegang sebelum masuk ruangan, saat pintu terbuka langsung membungkuk
memberikan hormat. Soo Ji menahan tawanya, lalu menyuruh Sang Goo masuk saja.
Sang Goo terlihat malu melihat Soo Ji hanya sendiri berkomentar kalau datang
lebih cepat.
“Selamat.
Katanya kau mungkin bisa dapat investasinya hari ini. “ ucap Soo Ji. Sang Goo
dengan gugup mengucapkan terimakasih.
“Asisten
Park berusaha sangat keras demi kau. Padahal dia bukan tipe orang yang bekerja
keras.” Kata Soo Ji
“Cakap
bekerja lebih penting daripada hanya bekerja keras. Aku sebenarnya terbiasa
bekerja sebagai manajer di Samsun Electronics dan Tidak ada orang yang terlahir
sebagai CEO... Kurasa aku sudah keterlaluan tempo hari, saat aku memberimu
saran.” Ucap Sang Goo
“Kau 'kan
sudah minta maaf.” Kata Soo Ji santai
“Oh, apa
itu berarti kau menerima permintaan maafku waktu itu? Aku padahal sampai salah
mengerti karena kau tidak menjawab. Aku bingung kenapa kau tidak pernah
membalas SMS-ku atau apa SMS-ku tak masuk. Bahkan Aku hampir menelepon
perusahaan provider buat mengeluh. Tapi tolong terimalah permintaan maaf aku
secara resmi.” Ucap Sang Goo
Ia
meminta maaf, dan berjanji takkan pernah lagi bertindak seperti orang yang suka
ceramah. Soo Ji pun menerimanya, lalu memberikan saran Karena pertemuan hari
ini sangat penting bagi Sang Goo, jadi meminta agar jangan menanggapi sesuatu
yang tidak profesional dan bersifat pribadi.
“Kau
bilang Pribadi? Apa Maksudmu soal bagaimana aku menyukaimu?” ucap Sang Goo. Ji
Ho hanya bisa terdiam.
“Aku hanya
Bercanda,... Aku sudah menjadi CEO selama tiga tahun. Aku bukan orang yang
menghancurkan bisnis karena tidak profesional.” Kata Sang Goo yakin.
Won Seok
mengangkat jemuran di teras, menerima pesan dari Sang Goo “ Aku lagi mau
mengkonfirmasi investasi dengan Golden Venture. Aku akan memastikan mendapatkan
investasi itu dan membantumu juga.” Won Seok pun membalas memberikan selamat
pada Sang Goo karena yakin pasti akan mendapatkannya.
Ia pun
berbicara sendiri kalau sangat iri padanya, setelah itu ponselnya seperti
memberikan reminder kalau Masa subur Ho Rang selesai, wajahnya langsung
bersemangat buru-buru mengangkat jemuran.
Won Seok
masuk kamar, memberitahu Ho Rang kalau Sang Goo akan mendapat konfirmasi
investasinya dan Kalau berjalan lancar, maka akan membantunya. Ho Rang terlihat ikut senang,
dan mengartikan kalau Se Hee juga mendeapatkan karena suami temanya itu salah
satu orang berpengaruh dan mungkin juga punya banyak saham.
“Wahh..
Ji Ho enak sekali.. Dia akan menjadi istri seorang eksekutif sebelum aku.” Ucap
Ho Rang dengan nada seperti ingin membuat Won Seok cemburu.
“Jangan
khawatir... Akan kupastikan kau hidup mewah kalau aku sukses. Jadi beri aku
cium dulu” ucap Won Seok memeluk Ho Rang. Ho Rang mengeluh kalau ia sedang
membersikan muka.
“Tidak
perlu dibersihkan juga tak masalah” ucap Won Seok terus mencuim pipi pacarnya.
Ho Rang menolak karena kulitnya itu tetap lembab di musim gugur.
“Kau
paling tahu apa yang terbaik untuk kulit... Aku tahu semuanya. Masa suburmu
sudah selesai hari ini, kan?” kata Won Seok mengoda. Ho Rang mengatakan kalau
sudah selesai dari kemarin lalu menyuruh agar mengambil kondom.
Wan Seok
menurunkan celena kalau sudah menyiapkanya, memberitahu kalau temanya yang
membuat kondom itu bahkan sangat populer, jadi mereka bisa mencobanya. Ho Rang
memastikan kalau Won Seok itu punya dua buah. Won Seok tak percaya kalau Ho
Rang mau melakukannya dua kali, dengan mengejeknya cabul.
“Tidak,
maksudku kau harus pakai dua kondom.” Ucap Ho Rang. Won Seol binggung kenapa
harus mengunakan dua.
“Aku baca
di buku bahwa kemungkinan gagal dalam kontrasepsi itu sebesar 15 persen. Jadi...
Karena ada 10 persen kemungkinan hamil setelah masa suburku usai..., maka 15
dikali 10 sama dengan 150. Kalau dibagi... Jadi Kemungkinan hamil berarti 1,5
persen. Apa Kau bisa jamin aku tidak akan hamil?” ucap Ho Rang terlihat
benar-benar pintar denga kacamatanya.
“Ho Rang,
sejak kapan kau jadi hitung-hitungan begitu? Lalu kenapa kau pakai kacamata?”
kata Won Seok kesal
“Karena
kau tidak mau membesarkan anak dan hidup sendiri, maka kau harus ekstra
hati-hati... Jadi pakailah dua-duanya... Kita harus hati-hati.” Kata Ho Rang.
Won Seok seperti tak bersemangat, Ho Rang pun bisa tersenyum membuat Won Seok
jera.
Sang Goo
melayani investor dengan menuangkan minuman, Investor mengaku kalau Asudah baca
proposal investasinya dan Manager banyak
cerita hal hal baik tentang Sang Goo jadi ingin memeriksanya, bahakn memajukan
perusahaa dalam waktu singkat, serta Prospek laba pun kelihatan bagus. Sang Goo
mengucapkan terimakasih atas pujianya lalu menuangkan minuman untuk Manager
Yoon.
“Jin Woo
pun mendesakku... Aku jadinya menuruti setiap perkataan Jin Woo.” Ucap Manager
Yoon.
“Manajer
Yoon... Itu kedengarannya malah kita seperti berinvestasi lewat koneksi. Ini
semua berkat CEO Jang yang punya mata jeli untuk soal investasi.” Kata Manager
Park
“Kuakui
itu..., tapi semoga saja aku benar kali ini.” Kata CEO Jang. Manager Park yakin
dan bisa menjaminya, mereka pun mulai minum.
Sang Goo
masuk toilet melihat Manager Park juga ada di toilet, Manager Park bertanya
apabila Sang Goosudah dapat investasinya, apakah akan membuka kantor global,
lalu bertanya Dimana itu apakah Vietnam. Sang Goo membenarkan karena semuanya
sudah siap dan hanya butuh investasi.
“Itulah
tujuan awalku saat memulai membuka perusahaanku.” Kata Sang Goo yakin
“Kau tahu
aku pergi ke Thailand bersama CEO Jang, kan? Dan itu akhir pekan.” Kata Manager
Park
“Aku
sudah dengar kabar itu. Katanya kalian bermain golf selama empat hari Dan
kulitmu jadi agak menghitam.” Kata Sang Goo
“Ya. Aku
tidak pergi ke sana untuk diriku saja. Aku pergi ke sana untuk memajukan
perusahaanmu. Apa Kau tahu betapa pentingnya bercerita sambil bermain golf”
kata Manager Park.
Sang Goo
tahu karena. Itulah poin penting. Manager Park pikir mereka bisa bicara
banmal,karena Usia mereka sama, lalu bertanya apakah Sang Goo merasa tak
nyaman, Sang Goo pikir kenapa ia harus seperti itu, karena Usia tidak terlalu
penting akhir-akhir ini. Manage Park memanggil lebih dulu dengan pangilan “Sang
Goo” lalu keluar dari toilet.
“Sebaiknya
kau dipukul oleh Sang Goo.” Keluh Sang Goo, berusaha baik pada Manager Park
demi investasi.
Sang Goo
masuk ruangan melihat CEO Jang duduk disamping Soo Ji sambil berbisik, lalu
berusaha menahan perasanya dengan bertanya apa yang mereka bicarakan saat
mereka ke toilet. Soo Ji menceritakan kalau mereka sednag bicara soal
perjalanan golnya.
“Asisten
Woo, apa yang kau lakukan selama liburan?” tanya CEO Jang dengan duduk sangat
dekat.
“Aku hanya
beristirahat di sebuah hotel.” Kata Soo Ji. Manager Park ingin tahu hotel
dimana. Soo Ji memberitahu di Gunung
Nam.
“Oh,
maksudmu Gaya Hotel... Itu hotel besar, Pemandangannya bagus. Dan Bagus juga
buat pasangan. Lalu Kau pergi sama siapa?” tanya Manager Park. Soo Ji menjawab
kalau pergi sendiri.
“Aku
hanya ingin beristirahat penuh tahun ini.” Kata Soo Ji. Manager Park tak
percaya. Soo Ji menyakinkan kalau memang pergi sendiri.
CEO Jang
mendekatkan tubuhnya membuat tanganya menyentuh lengah Soo Ji, Sang Goo melihatnya. Manager Park mendesak
Soo Ji untuk mengatakan kalau pergi dengan pacarnya. Soo Ji memilih untuk
minum, CEO Jang mengejek Manager Park yang nakal karena mengoda Soo Ji sambil
menepuk bahunya.
“Apa si
bajingan ini lagi bercanda ? Aoa Mau minta dipukul ?” ucap Sang Goo mengumpat
marah didepan ponselnya. Semua melonggo binggung, Manager Park juga kaget
bertanya ada apa dengan Sang Goo.
“Oh,
maaf... Aku bicara sama diri sendiri terlalu kencang... Seorang Juniorku SMS hal
yang menggelikan,lalu aku tiba-tiba kesal sendiri.” Kata Sang Goo meminta maaf.
“Asisten
Woo! Katakan saja yang sebenarnya. Kau hanya pura-pura tidak punya pacar, 'kan?
Kenapa kau merahasiakannya dari kita?” ucap Manager Park mengoda. Soo Ji pikir
tak ada alasan untuk merahasiakannya?
“Aku juga
ingin tahu pacaran anak zaman sekarang itu seperti apa.”ungkap CEO Jang sudah
berani memegang paha Soo Ji.
“Apa bajingan
ini lagi main-main? Kau harusnya bersikap sesuai umur. Dasar Sialan... Apa aku
harus menghabisimu? Apa Mau kupotong tanganmu itu? Dasar Si bajingan ini” ucap
Sang Goo.
CEO Jang
terlihat marah, Sang Goo tersadar kembali meminta maaf. Mengaku kalau dirinya
yang tampan tapi mudah marah menurutnya tidak memperbaiki juniornya menjadi
pribadi yang baik dan kmerasa akan menyesal seumur hidupnya.
See Hee
berjalan pulang, sebuah mobil berhenti disampingnya. Bo Mi mengajak Se Hee masuk
karena rekan kerja mereka ada yang membawak mobil. Se Hee menolak karena akan
naik bus.
“Masuklah,
Se Hee.. Aku juga searah.. Jadi aku akan mengantarmu.” Ucap temanya. Se Hee melihat jam tangan seperti
memikirkan untuk ikut.
Ji Ho
pamit pulang berkerja dari cafe, saat menungu di halte bus beberapa kali ingin
melihat apakah ada Se Hee didalamnya. Tapi tak terlihat sosok yang ditunggunya,
lalu ingin mengirimkan pesan “Apa Kau sudah selesai kerja?” Saat itu juga
terdengar panggilan “Nunna”
“Hei...
Bisa-bisanya kau sudah pulang, sewaktu aku lagi kirim pesanan?” kata Bok Nam
lalu menyuruh Ji Ho untuk naik motornya.
“Tidak
usah. Aku naik bus saja.” Kata Ji Ho menolak. Bok Nam tahu karena Ji Ho duduk
di halte bus.
“Apa
suamimu menjemputmu?” kata Bok Nam. Ji Ho pikir bukan seperti itu. Bok Nam
pikir kalau begitu Bok Nam naik saja, karena ia lebih cepat dari pada bus.
Di dalam
mobil
Teman Se
Hee heran melihat Se Hee yang terus
bersikeras mau naik bus dan ingin tahu Pola pikir Se Hee itu seperti apa sebenarnya,
BO mi pikir Kepribadian Se Hee itu yang aneh lalu meminta menurunkan distasiun
didepan.
“Tapi
kenapa mendadak kau pergi ke Itaewon? Apa Kau mau ketemu teman?” tanya rekan
kerjanya.
“Tidak,
aku hanya ingin menghabiskan waktu sendirian.” Kata Bo Mi turun dan pamit pergi
akan ketemu esok, setelah itu memoles bibirnya dengan warna lebih mencolok.
Se Hee
naik bus, seperti berharap bisa bertemu dengan Ji Ho, tapi tak melihatnya di
halte. Sementara Manager Park membungkuk mmeminta maaf pada CEO Jang, Sang Goo
dan terlihat menatap kosong disamping Soo Jin. CEO Jang melirik sinis
memberikan semangat pada Manager Park lalu masuk ke dalam mobil. Manager Park
masih membungkuk sampai mobil pergi menjauh.
“CEO Ma,
tak kusangka kau akan menghancurkan kesepakatan yang sudah selesai. Apa
maksudmu?” ucap Manager Park kecewa. Sang Goo hanya bisa meminta maaf.
“Aku
sepertinya takkan melihat atau bertemu kau lagi. Kau bilang Kantor global???
Dasar bodoh” ucap Manager Park mengumpat marah.
Soo Ji
hanya bisa diam, Sang Goo terlihat tak berdaya karena perasaanya membuat gagal
menerima investasi. Seorang bertanya apakah SooJi yang menelepon supir sewaan.
Soo Ji menganguk lalu menarik Sang Goo agar pergi. Sang Goo terlihat
benar-benar tak berdaya.
Keduanya
hanya menatap keluar jendela, Soo Jin heran karena Sang Goo melakukan hal itu
padahal sudah memperingatkan jangan menanggapi sesuatu yang tidak profesional
dan bersifat pribadi, lalu mengatakan kalau bisa mengatasinya.
“Aku
tidak melakukan itu demi diriku. Tapi Aku malah melakukannya karena aku ini
profesional. Aku selalu peduli padamu, lalu penasaran kau lagi apa dan aku
selalu merindukanmu, Inilah profesionalnya diriku.” Ucap Sang Goo membela diri.
Soo Ji tak percaya mendengarnya.
“Ya...
Aku hanya tidak menyukainya! Aku tak suka saat mereka menggodamu. Aku saja tadi
hampir memukul kepala mereka. Karena itu. bisakah kau jangan memarahiku hari
ini? Karena Yang salah itu mereka. Kenapa kau malah memarahiku?” ucap Sang Goo
kesal.
Soo Ji
hanya bisa tersenyum melihat Sang Gooo yang marah, memujinya kalau lucu. Sang
Goo melihat Soo Ji tersenyum, memujinya seperti saat tersenyum tapi kalau di pertemuan biasa
terlihat menyeramkan. Keduanya saling
menatap, lalu tangan mereka seperti akan salin bergeser untuk saling menyentuh.
“Wah.. Aku
pernah kesini. Kamar 303... Waktu itu Katamu kau tidak ingat, 'kan?”kata Sang
Goo. Soo Ji lalu meminta sopir agar
berhenti di pinggir jalan. Sang Goo pun
turun dari mobil.
“Maaf,
tapi darisini, kau harus pulang sendiri.” Kata Soo Ji. Sang Goo heran melihat
Soo Ji bersikap dingin lagi dan ingin tahu apakah ada yang salah dengan
sikapnya.
“Tidak,
tapi aku tidak ingin melakukan kesalahan sekarang. Jika kita menghabiskan lebih
banyak waktu bersama...,maka aku nanti bisa-bisa tidur denganmu.” Kata Soo Ji
blak-blakan. Sang Goo terlihat binggung.
“Oh ya,
nomor kamarnya bukan 303. Tapi yang benar 304. Itu Kamar kita.” Kata Soo Ji
lalu menutup pintu dengan senyuman dan mobil pun melaju pergi.
“Apaan
dia itu?? Dia ternyata ingat... Wahh... Dia seperti rubah saja.” Kata Sang Goo
lalu menatap Langit yang indah dengan debu halus itu.
Bok Nam
mengajak pergi ke sebuah tempat, Ji Ho binggung ada apa dengan ini. Bok Nam
pikir apa lagi kalau bukan kencan. Ji Ho kembali dibuat shock dengan cara Bok
Nam yang mendekatinya. Bok Na menyuruh
Ji Ho untuk Berhenti mengerutkan kening, mengatakan kalau itu cuma bercanda dan
meminta agar mengikutinya saja.
Ji Ho
seperti terpana melihat pemandangan kota Seoul dari atas, Bok Nam sudah tahu kalau diatas itu
Pemandangannya bagus dan Ji HO sudah lama tak melihat-lihat pemandangan. Ji Ho
membenarkan, karena ia belum pernah melihat langit seperti sekarang selama
bertahun-tahun yaitu Pemandangan malam Seoul.
“Kau
padahal baru menikah, Bukannya aneh kalau kau belum pernah melihat yang seperti
ini? Apa kau tidak berkencan dengan suamimu?” kata Bok Nam. Ji Ho terlihat
gugup.
“Yah,
kami berkencan.” Ungkap Ji Ho berbohong. Bok Nam ingin tahu seperti apa kencan
Ji Ho dengan suaminya.
“Apakah
Minum bir di rumah, Menonton televisi Atau minum bir sambil nonton TV di
rumah?” kata Bok Nam penasaran. Ji Ho makin gugup.
“Bok
Nam... Kukira kau awalnya Cuma bercanda... Kau bahkan lebih muda dari adikku.
Jadi kukira kau itu manis dan tak terlalu memikirkannya. Tapi menurutku, aku
tak bisa menganggapmu bercanda lagi.”ungkap Ji Ho
“Pemandangannya
indah dan hatimu juga indah karena kau mengajakku kemari. Aku hanya ingin
merasakan...betapa indahnya semuanya pada saat ini. Tapi aku tidak bisa. Aku
mulai berpikir kalau ini tidak nyaman, Bok Nam” kata Ji Ho
“Apa ini
karena suamimu?” tanya Bok Nam. Ji Ho mengaku Bukan Tapi karena dirinya.
“Aku
tidak tahu apa kau sekarang bersikap baik padaku. atau cuma main-main. Tapi itu
tidak penting karena aku sudah menikah. Jadi ini membuatku merasa tidak nyaman.
Aku melihat pemandangan yang begitu indah sekarang. Tapi perasaanku tidak
nyaman.” Ungkap Ji Ho
“Bagaimana
jika kau belum menikah? Apa kau akan merasa semuanya indah? Apa kau akan
menikmati pemandangan ini? Apa kau juga akan menikmati apa yang telah kulakukan
untukmu?” kata Bok Nam. Ji Ho menganguk.
“Aku
mungkin akan merasa sangat bahagia, andaikan aku belum menikah. Kau itu masih
muda dan tampan Dan kau menunjukkan padaku pemandangan yang indah. Jadi Mana
mungkin aku tidak senang.” Kata Ji Ho
“Apa Aku
masih muda dan tampan?” ucap Bok Nam tak percaya karena Ji Ho seperti
memujinya.
Ji Ho
pikir Bok Nam sudah tahu kalau masih muda dan tampan, karena bisa membacanya
dari wajah kalau dalam hati Bok Nam berkata
"Aku tahu aku sangat keren. Bukankah aku keren?" Bok Nam tak
percaya kalau bisa sejelas itu terlihat.
“Berarti
kau kadang merasa terganggu” ucap Bok Nam. Ji Ho mengaku kalau itu Sedikit.
“Tak
kusangka kau bakal tahu itu.” Ungkap Bok Nam
dengan senyumanya.
Se Hee berjalan pulang, melihat motor Bok Nam masuk
ke dalam apartement dengan Ji Ho. Saat turun dari motor ia melihat Bok Nam
memberikan sesuatu pada istrinya. Ji Ho binggung apa yang diberikan Bok Nam
padanya.
“Aku
membelinya waktu mampir ke toko buku. Aku diberitatahu kalau seorang penulis
itu banyak membaca. Aku tahu dari atasanku, Kalau kau dulu penulis.” Ucap Bok
Nam
“Apa Kau
suka penulis ini? Aku sangat menyukainya.” Ucap Ji Ho melihat buku yang
dibelikan Bok Nam
“Entahlah,
Aku tidak terlalu suka membaca. Tapi
hanya suka sampulnya saja. Aku belum banyak membaca dan belum banyak
belajar. Jadi aku orangnya sederhana dan jangan merasa tidak nyaman.” Kata Bok
Nam. Ji Ho kembali terdiam.
“Aku
paham apa yang kau katakan hari ini Aku sebenarnya tidak serius. Tapi Aku cuma
menganggap kau manis dan mudah diajak bicara banmal. Kukira aku bisa mendekatimu dengan cara minum
bir dan melihat.. pemandangan sehabis pulang kerja.” Ungkap Bok Nam.
Ji Ho
bingung dengan kalimat Mudah diajak bicara banmal. Bok Nam pikir Ji Ho sudah
tahu karena terlihat manis karena itu.
Ji Ho pikir sekarang BOk Nam sedang balas dendam padanya. Bok Nam
membenarkan. Ji Ho pun setuju mulai sekarang, mereka bisa minum bir setelah
pulang kerja.
“Aku juga
akan berbicara lebih santai padamu saat itu juga. Sampai ketemu besok.” Ucap Ji
Ho mengusap kepala Bok Nam seperti adiknya.
“Hei... Walau
begitu kau mana bisa memperlakukanku tiba-tiba seperti itu.” Keluh Bok Nam
seperti tak percaya Ji Ho memberikan sentuhan lebih dulu.
Ji Ho
membereskan lantai, Se Hee baru pulang melihat kalau itu karena kucingnya. Ji
Ho membenarkan kalau Kitty muntah lagi dan bertanya apakah sudah ke dokter
hewan. Se Hee mengatakan belum karena tidak sempat dan ada kerjaannya, jadi
mungkin besok pasti akan pergi ke dokter.
“Kalau
kau sibuk, aku saja yang kesana. Aku bisa ubah jadwalku, karena hanya perlu
bicara dengan Bok Nam.” Kata Ji Ho. Se Hee terlihat cemburu.
“Aku saja
yang pergi, Itu juga tak ada di kontrak
kita, Kau tidak perlu melakukannya. Aku bisa kesana waktu makan siangku besok.”
Ucap Sang Goo. Ji Ho pun menganguk mengerti lalu akan masuk ke dalam kamar.
“Hari
ini... Apa kau pulang naik bus?” tanya Se Hee. Ji Ho seperti kaget Se Hee yang
menanyakan hal itu padanya.
“Apa kau
tadi pulang naik bus?” tanya Se Hee mengulangi pertanyaan. J Ji Ho pun bertanya
balik apakah ia harus menjawabnya.
“Kau tak
perlu menjawabnya” ucap Se Hee. Ji Ho pikir juga seperti itu lalu masuk ke
dalamnya.
Se Hee
duduk disofa mengingat kejadian sebelumnya. Saat bertemu dengan Bok Nam di
parkiran.
Flash Back
Bok Nam
sedang sibuk membereskan peralatanya, melihat Se Hee yang baru pulang lalu
memberitahu baru mengantar pulang Ji Ho Noona karena berbahaya malam-malam. Se
Hee pikir Karena berbahaya maka jangan antar pulang Ji Ho lagi. Bok Nam
binggung mendengar ucapan Se Hee.
“Lebih
berbahaya kalau kau yang mengantarnya pulang., jadi jangan antar dia pulang.”
Tegas Se Hee.
“Kenapa?
Apa aku seperti orang berbahaya? Apa maksudmu seseorang yang tidak akan
menyesal melarikan diri dari kenyataan?” kata Bok Nam menatap sinis
“Sepertinya
kata-kata itu sangat mengganggumu, tapi Aku tidak bermaksud seperti itu. Maksudku
motor itu bisa lebih berbahaya.” Kata Se Hee.
“Terserah
aku mau antar dia pulang naik motorku.” Kata Bok Nam. See tak sependapat.
Ia pikir
bukan terserah mereka tapi itu keputusan Ji Ho, menurutnya tak ada hak untuk
memutuskan Ji Ho pulang naik apa. Se Hee mengaku hanya kasih pendapat saja Karena
Ji Ho tidak piawai menolak, jadi berharap Bok Nam tidak menyarankannya naik
motornya.
“Apa
karena kau lulusan sarjana? Kau itu sangat logis. Tapi beda dari kau, aku tidak
berpendidikan dan irasional. Maka aku harus mendapatkan keinginanku.” Tegas Bok
Nam dengan tatapan sinis dan pergi dengan motornya.
Se Hee
hanya terdiam mengingat percakapanya dengan Bok Nam, lalu menerima pesan dari
Bo Mi di malam hari “Se Hee, aku kirim ini karena aku tidak bisa menghubungi
CEO Ma Ada keluhan yang kuterima hari ini.” Se Hee melihat profil Bok Nam, lalu
terlihat kolom [Keluhan: Penguntitan]
Ji Ho
membaca buku yang diberikan Bok Nam dengan kalimat seperti mengambarkan
keadaanya sekarang [Kita sering salah paham dengan orang lain. Kita tidak bisa
mengatakan bagaimana perasaan orang lain. Kita sering salah paham pada orang
lain.] Ia pikir itu kalimat yang bagus lalu keluar dari kamar.
Ji Ho
meihat Se Hee duduk diruang tv sambil menatap ponselnya, keduanya lalu saling
menatap seperti ada banyak yang ingin dikatakan tapi tak bisa karena mereka
harus menjaga jarak aman.
“Kita sering salah paham pada orang
lain. Kita tidak bisa mengatakan apa kita memahami perasaan orang lain. Sebagai
gantinya..., kau harus mengatakan, "Aku juga tidak mengerti apa
perkataanku ini.”
Se Hee
terdiam lalu melihat bagian belakang buku yang dibawa Ji Ho tertulis [Hanya
satu yang bisa kau cintai. -Bok Nam.]
“Kau harus mengatakannya. Jika kita
tidak berusaha keras...,maka kita tidak akan bisa saling memahami.”
Bersambung
ke Episode 8
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Judulnya part 2 tp isinya sama spt part 1.. TT TT
BalasHapusBok nam a,kau sangat ganteng sekalo
BalasHapusAk lbh setuju jiho sm bok nam
BalasHapusSecond lead syndrome
BalasHapusItu nama boneka yg Di kasih CEO MA sama Soo Ji ?? Tlg dong infokan
BalasHapusItu nama boneka yg Di kasih CEO MA sama Soo Ji ?? Tlg dong infokan
BalasHapus