Jae Chan
berjalan bersama dengan Nyonya Yoon dan Hong Joo dari ruangan rawat. Nyonya Yoon pikir Pulang dari rumah sakit
bukanlah hal besar jadi tidak perlu datang. Hong Joo membenarkan karena dirinya
bukan anak kecil.
“Ya, tapi
kau saksi penting... Aku sudah menghubungi kepolisian dan meminta jaminan
perlindungan.” Ucap Jae Chan.
“Apa Kau
meminta jaminan perlindungan?” tanya Hong Joo.
“Mungkin
Takkan ada yang terjadi, tapi Ini hanya untuk berjaga-jaga. Bagaimana jika Yoo
Bum keluar untuk menculiknya?” kata Jae Chan.
“Jadi,
kau akan terus bersamaku sampai persidangannya berakhir?” ucap Hong Joo. Jae
Chan meminta Hong Joo agar Bertahan dan Persidangan akan segera dimulai.
Saat itu
mobil polisi datang ke depan rumah
sakit, Woo Tak turun dari mobil kala
akan melindungi Nona Nam dengan memperkenalka diri sebagai Han Woo Tak dari
Polsek Sangku dan juga Letnan Oh Kyung Han ikut mengenalkan diri kalau akan
menjaga sampai persidangannya usai.
“Woo Tak...
Aku senang ini dilakukan oleh polisi yang kami kenal.” Kata Nyonya Yoon.
“Apa Kau
baik-baik saja? Aku sangat mencemaskanmu.” Ucap Woo Tak ramah. Hong Joo mengaku
baik-baik saja.
“Jae Chan
memberitahuku, kau berusaha mati-matian menyelamatkanku.” Kata Hong Joo. Woo
Tak merendah kalau tak seperti itu.
“Woo Tak,
Apa kau satu-satunya polisi di Hangang-gu?” keluh Jae Chan dengan nada mengoda.
“Benar,
'kan? Aku juga terkejut saat ditugaskan melakukan ini. Ini Sungguh kebetulan.”
Ucap Woo Tak
“Kebetulan
apanya? Hei.. Kau ini bicara apa? Ini Pasti salah satunya. Jaksa Jung yang
meminta kita,atau Letnan Han yang menawarkan diri.” Kata Petugas Oh.
“Aku
tidak pernah membuat permintaan semacam itu.” Akui Jae Chan dengan memalingkan
wajahnya. Woo Tak mengaku tidak menawarkan diri.
“Salah
satu dari kalian pasti sedang berakting untuk membodohi kami semua, tapi aku
bahkan tidak tertarik, jadi, ayo kita pergi” kata Tuan Oh mengantar keduanya
naik mobil. Hong Joo melambaikan tangan pada Jae Chan sebelum naik mobil.
Jaksa Lee
mengajak Jae Chan untuk memesan makan malam dari Dongchunwon dan periksa
kembali barang-barang sitaan dengan memberikan berkas. Jae Chan menganguk
mengerti dengan sibuk melihat berkas, lalu memberitahu aklau Dongchunwon tutup
setiap Minggu jadi mengajak makan ramyun saja.
Jaksa Lee
mengerti berjalan ke meja dispenser lalu bertanya apakah Jae Chan mau juga. Jae
Chan tanpa memalingkan wajahnya, mengatakan mau rasa kimchi. Jaksa Lee hanya
bisa menahan amarah karena Jaksa Lee seperti seniornya yang menyuruh junior.
“Bagaimana
kau bisa begitu tenang? Nona Nam nyaris mati. Jika aku menjadi dirimu, maka
setidaknya aku akan mencengkeram kerah Lee Yoo Bum” ucap Jaksa Lee.
“Apa aku
terlihat tenang?” tanya Jae Chan santai. Jaksa Lee melihat kalau Jae Chan itu
mulai agak menakutinya. .
“Aku sama
sekali tidak tenang tapi gusar.” Akui Jae Chan memirkirkan yang akan dilakukan
pada Yoo Bum.
Saat
melakukan interogasi ia tak bisa menahan amarahnya, menyerang Yoo Bum dan
beberapa orang langsung menarikanya agar tak memukul Yoo Bum.
“Setiap detik, aku membayangkan
menarik kerahnya, meneriaki, dan memukulinya habis-habisan.”
Akhirnya
Ia kena marah oleh Jaksa Park dengan mendorongnya keluar dari ruangan. Jaksa
Park menegaskan kalau Jae Chan Jangan mencampuri kasus itu lagi
“Tapi konsekuensinya terlalu
berat.Aku akan dikeluarkan Aku takkan bisa melakukan apa-apa. Aku terpaksa
menerimanya dan juga menerima perintah penahanan. Semuanya akan berantakan.”
Jaksa Lee
pikir itu alasan Jae Chan yang menahan amarah. Jae Chan membenarkan, bahkan
setiap pagi, rahangnya sakit karena menggeretakkan gigi di malam hari. Jaksa
Lee mengaku punya pelindung mulut dan menawarkan untuk meminjamkanya, Jae Chan
pikir itu membantu.
“Seharusnya
kau memberitahuku lebih awal... Bawakan besok.” Ucap Jae Chan.
“Baiklah,
akan kubawakan. Lagipula, tampaknya kau merasa semua milikku adalah milikmu.
Aku akan membawakan si Merah dan pelindung mulut untukmu.” Kata Jaksa Lee
mengeluh karena Jae Chan seperti merasakan miliknya jadi milik juniornya juga.
Tulisan
"Vecaron, tiga botol" dalam tabel. Tuan Ko bertanya Tulisan tangan
siapa ini. Tuan Choi menjawab Itu
tulisan tangannya. Setelah itu Tuan Ko meminta agar membacakan yang tertulis ini secara lantang
karena usia jadi rabun jauh. Lalu Hong Joo mengatakan Woo Tak tidak boleh membuat kesalahan.
“Pak Han,
kenapa Anda tak bisa memberi tahu kami warna payungnya? Apa warna payungnya?”
tanya Jae Chan.
“Saya
tidak begitu bisa membedakan warna.” Akui Woo Tak dalam ruang persidangan.
Woo Tak
terbangun dari tidurnya, sangat kaget dan kebinggungan lalu bertanya kembali
pada anjingnya apa yang harus dilakukan karena Tampaknya akan mengacaukan
semuanya.
Jaksa Lee
berjalan masuk ruang pengadilan meminta Jae Chan Tenang saja karena Hari ini,
mereka hanya akan memeriksa daftar barang bukti, lalu memberitahu Jae Chan
kalau ada Tuan berGaji Delapan Digit di Arah pukul tiga. Jae Chan melihat Tuan
Ko sedang berbincang dengan Yoo Bum.
“Jaksa
Lee Ji Kwang. Aku banyak mendengar tentangmu.” Ucap Jaksa Lee menjabat tangan
Tuan Ko yang menghampirinya.
“Tolong
jangan terlalu keras dengan kami, Jaksa Jung.” Kata Tuan Ko pada Jae Chan
sambil menjabat tangan.
“Itu yang
ingin kami minta darimu... Pak Delapan... Maksudku, Presdir Ko.” Ucap Jaksa Lee
berusaha untuk ramah.
“Aku sudah
meninjau daftar barang buktimu. Kau menyelidiki semuanya dengan sangat teliti.”
Kata Tuan Ko.
“Ahh..
Begitukah? Kalau begitu, jangan tidak menyetujui terlalu banyak. Itu memperumit
keadaan kedua pihak.” Ungkap Jaksa Lee.
Tuan Ko
tahu karena benci jika persidangan ditunda lalu berjalan bersama dengan Jaksa
Lee. Jae Chan dan Yoo Bum saling menatap tanpa banyak berkata-kata.
Sidang
pun dimulai, Hakim bertanya pada pengacara Ko apa pendapat mengenai barang
bukti ini. Tuan Ko mengataakn Bukti Nomor 3, Nomor 7 dan Nomor 11, tak
menyetujuinya. Jaksa Lee yang mendengarnya hanya bisa mengeluh karena
sebelumnya Tuan Ko takkan menentang semua bukti.
“Nomor
13, tidak setuju.” Ucap Tuan Ko. Jaksa Lee kembali berkomentar lebih baik semua
saja tak menyetujuinya.
“Kami
juga tidak setuju dengan bukti Nomor 15, tapi kami akan mengesampingkan ini.”
Kata Tuan Ko. Jaksa Lee mengucapkan terimakasih dengan nada menyindir.
“Nomor
17, tidak setuju.” Kat Tuan Ko. Semua
terlihat kaget, Jae Chan pun tak banyak berkata-kata seperti menahan emosinya.
“Nomor 17
adalah pernyataan saksi, Nam Hong Joo. Apa Anda tidak menyetujuinya?”
tanya Jaksa
‘Tidak,
Nona Nam satu-satunya saksi dalam kasus ini. Pernyataannya akan memutuskan terdakwa
bersalah atau tidak, jadi, dia harus bersaksi di ruang sidang ini untuk
menentukan kredibilitasnya.” Jelas Tuan Ko
Hong Joo
berada dikamar, melihat surat panggilan sebagai saksi di pengadilan. Hakim pun
bisa menerima alasan Tuan Ko dan bertanya Apa da lagi yang ingin ditegaskan.
Tuan Ko mengaku masih ada banyak di daftar mereka.
“Nomor
19, tidak setuju.” Ucap Tuan Ko. Jaksa Lee heran dengan Tuan Ko karena meragukan
kredibilitas Penyidik Choi.
“Perlukah
kita memanggil Penyidik Choi Dam Dong juga?” tanya Hakim.
“Ya,
Jaksa Penuntut bersikeras bahwa terdakwa membunuh Nona Ha Joo Won untuk
menutupi perbuatan dia dalam merusak bukti, saat menangani kasus pembunuhan
berantai cairan infus, maka kita harus memanggil Penyidik Choi, yang menyelidiki
kasus tersebut, untuk memeriksa detilnya lebih jauh.” Jelas Tuan Ko.
Tuan Choi
menerima surat panggilan dengan wajah gugup karena tak menyangka harus
bersaksi. Tuan Ko mengatakan tidak setuju dengan bukti Nomor 34, Nomor 44.
Hakim heran karena Tuan Ko juga tidak menyetujui Nomor 44. Jae Chan meliha itu "Pernyataan,
Han Woo Tak"
“Apakah
artinya kita perlu memanggil Pak Han Woo Tak juga?” tanya Hakim.
“Jaksa
Penuntut bersikeras bahwa terdakwa bersalah atas pembunuhan dan percobaan
pembunuhan berdasarkan pernyataannya, maka kita harus memastikan keabsahan pernyataannya
di ruang sidang ini.” Kata Tuan Ko. Woo Tak pun menerima surat "Panggilan
untuk Bersaksi" ke rumahnya.
“Kalau
begitu, Jaksa Penuntut, apakah Anda akan melakukan pemanggilan terhadap Nona
Nam, Penyidik Choi, dan Pak Han agar kita bisa menanyakan mereka sebagai saksi
di persidangan nanti?” kata Hakim. Keduanya menjawab “Ya” dengan wajah menahan
amarah.
“Mereka
jelas ingin menggoyahkan kredibilitas saksi-saksi kita. “ kata Jaksa Lee. Jae
Chan pikir Persidangan ini akan melelahkan.
Woo Tak melihat
snack dan bir yang dibeli Jae Chan lalu bertanya apa maksudnya ini. Jae Chan
pikir Woo Tak telah berusaha menjaga Hong Joo beberapa hari ini jadi ingin
mentraktirnya dan sebagai tanda terima kasihknya. Woo Tak pikir kalau ini
seperti bisa melihat hati Jae Chan sebenarnya.
“Aku
merasa kau agak pelit soal urusan berterima kasih.” Ejek Woo Tak. Jae Chan
merengek agar Woo Tak tak bersikap seperti itu.
“Tidak,
dia cukup terbuka denganku.” Kata Hong Joo lalu mendengar bunyi suara pesan
masuk.
Hong Joo
melihat wallpaper Woo Tak bayangan dengan seorang wanita lalu bertanya Siapa
ini. Woo Tak kebingungan menjeleaskan. Hong Joo yakin kalau itu adalah wanita
yang disukaianya. Woo Tak makin panik. Jae Chan melihat lalu bertanya apakah Ini
bayangan gadis yang disukai Woo Tak.
“Ya,
benar.” Kata Woo Tak akhirnya mengaku. Hong Joo melihat dari bayangan kalau
wanita itu pasti cantik.
“Dia
sepertinya tipe yang cerdas dan polos.” Kata Hong Joo. Jae Chan pikir itu
maksudnya Hong Joo sedang memuji dirinya.
“Bukan,
gadis ini.” Kata Hong Joo. Jae chan kesal karena Hong Joo yang bisa tahu
karakter seseorang dengan dari bayangannya saja
“Aku bisa
melihat.” Kata Hong Joo yakin lau mengeluh dengan mata Jae Chan lalu telpnya
berdering dan sedikit menyingkir karena harus menerima telp dari seniornya yang
memberitahu akan menghadiri sidang Lee Yoo Bum besok.
Jae Chan
kesal dengan Hong Joo yang seharusnya
tidak berhak menyindir, karena bahkan tidak tahu bahwa itu bayangan
dirinya sendiri. Woo Tak kaget kalau Jae Chan sudah tahu tentang hal itu. Jae
Chan menganguk dan terlihat santai.
“Jangan
canggung... Aku akan berpura-pura tidak tahu, jadi, tetaplah berteman.” Kata
Jae Chan.
“Kau
sangat pengertian.. Jika begitu, bisakah kita berbicara seperti teman
sekarang?” kata Woo Tak.
“Ah,tak
bisa.. Aku tidak sepengertian itu.” Kata
Jae Chan tetap ingin mengunakan bahasa formal.
“Ah,
tampaknya akan ada banyak reporter disana besok. Semoga aku tidak melakukan
kesalahan. Aku sangat gugup.” Kata Hong Joo kembali duduk. Jae Chan mengaku
lebih gugup bahkan dadanya terasa sakit.
Hong Joo
mengajak mereka makan yoghurt, ketiga membuka tutup Yoghurt dengan menjilat
bagian tutupnya.
“Kemarin,
hari ini, dan besok. Kami terbiasa setiap hari seperti hari lainnya, tapi hari
istimewa sebentar lagi dimulai.”
Tuan Choi
baru keluar dari rumah, Yoo Bum sudah menunggu didalam mobil menyuruh Tuan Choi
masuk karena akan mengantar ke pengadilan. Tuan Choi pun tak menolak. Di dalam ruang sidang, Doo Hyun, Seung Won
menenami Dae Goo dengan menenangkanya. Woo Tak memakai topi dan seragam
lengkap.
“Bagi
sebagian orang, hari ini akan membawa kebahagiaan atau kemarahan.” Sebagian
lain akan mengingat hari ini sebagai hari yang sedih.”
Jaksa Lee
membaca pesan dari pacarnya "Ini hari yang penting untukmu. Aku akan
datang untuk mendukungmu" Jae Chan datang bertanya apakah jaksa Lee sudah
siap. Jaksa Lee dengan penuh semangat mengatakan sudah siap.
“Pada akhirnya, kita akan mendengar kata-kata
terakhir seseorang. "Jangan menangis. Jangan terlalu lama menyalahkan
dirimu. Tapi jangan melupakan apa yang terjadi."
Hong Joo
masuk bersama dengan Woo Tak dan Petugas Oh,
Tuan Choi datang dengan Yoo Bum berpapasan dengan Jaksa Lee dan Jae
Chan. Lalu Jaksa Lee berjalan dengan Tuan Choi, menyapa Yoo Bum kalau akan bertemu di dalam.
“Kau pasti
gugup.” Ucap Jaksa Lee. Tuan Choi
membenarkan. Jaksa Lee meminta agar Tuan Choi santai dan tenang saja.
“Orang akan berpikir kau terdakwa, dan aku
jaksa.” Kata Yoo Bum mengejek. Jae Chan mengatakan kalau akan berusaha.
“Jangan
berpikir persidangan ini harus lebih berat dari seharusnya. Jawabannya sudah
jelas jika kau berpikir logis.” Kata Yoo Bum,
“Antara
pengacara yang bekerja sama dengan pembunuh berantai untuk membunuh seorang
reporter dan pembunuh berantai yang berusaha membunuh pengacara dan reporter, mana
yang lebih masuk akal bagimu?” kata Yoo Bum mulai mencuci otak Jae Chan.
“Benar, kurasa
argumen kami lebih masuk akal.” Kata Jae Chan. Yoo Bum mengaku penasaran melihat pihak mana yang menurut hakim
paling meyakinkan.
“Aku juga
penasaran... Siapa yang lebih dia percayai kali ini?” kata Jae Chan.
Hong Joo
menyapa Tuan Choi yang sudah ada diruang sidang. Tuan Cho menyapa Hong Joo yang
lama tidak berjumpa dan menanyakan apakah sudah membaik, Hong Joo mengaku sudah
pulih. Tuan Choi pun mengucap syukur.
“Lama
sekali tidak bertemu, Pak.. Aku sangat merindukanmu.” Ungkap Hong Joo. Tuan
Choi dengan gugup mengaku juga merasakan hal yang sama.
Saat itu
semua diminta agar berdiri karena hakim masuk ruang sidang. Semua pun duduk
kembali setelah Hakim duduk di kursinya. Hakim bertanya apakah Jaksa Pembela
dan Jaksa Penuntut. Semuanya hadir, keduanya menjawab kalau hadir.
“Jaksa
Penuntut bersikeras bahwa terdakwa membunuh Ha Joo Won. untuk menutupi fakta
bahwa terdakwa merusak barang bukti saat menangani kasus pembunuhan berantai
cairan infus. Entah dia memanipulasi bukti atau tidak adalah kunci untuk
memecahkan kasus ini.” Ucap Tuan Ko memberikan pernyataan lebih dulu.
“Penyidik
Choi, pada 12 Desember 2014, Anda melakukan penggeledahan dan penyitaan di
kantor Myung Yi Suk, benarkan?” ucap Tuan Ko. Tuan Choi membenarkan.
“Saya
melihat "Vecaron, tiga botol" di bawah daftar ini. Apa itu Vecaron?”
tanya Tuan Ko.
“Itu obat
yang digunakan si pembunuh berantai untuk membunuh korbannya. Pelaku memasukkan
obat itu ke tubuh pasien melalui cairan infus dan membunuh 11 orang.” Kata Tuan
Choi
“Seperti
yang kita tahu, telah terungkap .bahwa Ha Joo Won pembunuh sebenarnya, tapi
sebagian bersikeras bahwa botol Vecaron adalah bukti palsu. Apa Anda setuju
dengan mereka?” tanya Tuan Ko
“Ya, saya
yakin itu dimanipulasi.” Kata Tuan Choi. Dae Goo terlihat menahan rasa
sedihnya. Seung Won pun mengucap punggung temanya agar bisa tetap bertahan.
“Botol
itu adalah bukti penting, tapi Anda membubuhkannya di bawah daftar dengan pena
berbeda. Apa yang terjadi?” tanya Tuan Ko. Tuan Choi mengingat saat dalam
ruangan bersama dengan Yoo Bum.
“Saya
membuat daftar barang sitaan di lokasi dan memeriksanya kembali saat kembali ke
kantor sambil membandingkan dengan bendanya. Seperti itu karena yang hilang di daftar
ditambahkan kemudian.” Jelas Tuan Choi
“Lalu
bagaimana dengan tulisan tangan ini? Tulisan tangan siapa ini?” tanya Tuan Ko.
Woo Tak
terdiam karena yang dikatakan Tuan Ko sama dengan yang ada pada mimpinya dan
Tuan Choi menjawab kalau tulisan tangannya.
Woo Tak makin panik, Jae Chan dan Hong Joo terlihat tegang.
“Anda
yang melakukan penggeledahan dan penyitaan dan juga yang membuat daftar barang
sitaan, lalu menambahkan barang sitaan tambahan di daftar. Lantas, menurut
Anda, siapa yang pertama harus dicurigai. merusak barang bukti?” kata Tuan Ko
mulai memutar balikan fakta.
“Apa ini?
Dia Licik sekali. Mereka berusaha menimpalkan semua kepada Penyidik Choi?” ucap
Jaksa Son dengan Hee Mi terlihat sangat marah.
“Yang
Mulia, Dia bertanya berdasarkan spekulasi tidaklah pantas. Tolong abaikan
pertanyaan ini.” Ucap Jaksa Lee menyela.
“Pertanyaan
awal diperbolehkan dalam uji silang, jadi, saya rasa tak ada masalah.” Kata
Hakim.
“Saksi..
Bolehkah saya menolak menjawab berdasarkan Pasal 148 KUHAP? Apa Anda menolak
memberi kesaksian?” kata Hakim.
“Ya, saya
takkan menjawab pertanyaan itu.” Kata Tuan Choi
“Maka orang
akan berpikir Penyidik Choi benar merusak barang bukti. Ini Gawat.” Kata Jaksa
Son.
Tuan Ko
pun menyudahi pertanyaan. Hakim pun meminta
Jaksa Penuntut, apa ada pertanyaan lain untuk saksi. Jae Chan pun maju
ke depan ruang sidang, dengan bertanya dimana saat memeriksa kembali daftar
itu. Tuan Choi mengataka berada di ruangan Jaksa Lee di Kantor Kejaksaan
Yeonju.
“Kalau begitu,
tolong sebutkan nama yang meninjau daftar barang sitaan di lokasi.” Kata Jae
Chan.
“Saya,
Pak Seo, dan Pengacara Lee Yoo Bum, yaitu jaksa yang menangani kasus ini.” Kata
Tuan Choi.
“Maka
tiga orang memiliki akses terhadap barang sitaan tersebut, jadi, ketiganya bisa
saja merusak barang bukti. Apa Betul?” kata Jae Chan. Tuan Choi menjawab benar.
“Satu
dari ketiga orang itu menerima penghargaan dari Jaksa Penuntut Umum setelah
kasus itu terpecahkan.” Kata Jae Chan.
“Dia
bilang Penghargaan dari Jaksa Penuntut Umum? Kenapa dia menanyakan pertanyaan
acak seperti itu?” komentar Doo Hyun.
Jae Chan
ingin tahu siapa orangnya, Tuan Choi pun menjawab Yoo Bum. Yang menerima penghargaan. Jae Chan ingin
tahu Kenapa bukan mereka bertiga. Tuan Choi menjawab karena mereka berdua hanya penyidik jadi Seluruh tanggung jawab
dan penghargaan adalah untuk jaksa.
“Lalu
kapan Pengacara Lee mendapat tawaran dari Firma Hukum Hae Kwang?” tanya Jae
Chan.
“Tepat
setelah menerima penghargaan.” Jawab Tuan Choi
“Apakah
Anda mendapat penghargaan setelah kasus itu terpecahkan?” tanya Jae Chan. Tuan
Choi mengatakan tidak mendapatkan penghargaan apapun.
“Saat sejumlah
orang dicurigai merusak barang bukti, pertanyaan tentang siapa yang
melakukannya muncul. Jawabannya bisa mudah didapat jika pertanyaannya agak
dipelintir. Siapa yang diuntungkan dari dirusaknya barang bukti? Siapa yang
paling diuntungkan?” ucap Jae Chan
“Dia adalah
Pengacara Lee Yoo Bum.” Kata Tuan Choi menunjuk Yoo Bum. Jae Chan terlihat
sangat yakin lalu menyudahi pertanyaan.
Doo Hyun
dan reporter lainya terlihat sangat bersemangat menulis berita dengan judul
"Yang Diuntungkan Dari Rusaknya Barang Bukti adalah si Pelaku adalah Lee
Yoo Bum". Hong Joo berkomentar kalau Tuan Choi berhasil melalui bagian
tersulit.Woo Tak juga berpikir seperti itu. Hong Joo merasa gugup karena akan
melakukan sidang menjadi saksi.
“Hal
terpenting dalam menentukan apakah tindakan terdakwa adalah pertahanan diri
ataukah aksi pembunuhan dan percobaan pembunuhan. adalah bagaimana saksi, Nona
Nam Hong Joo, bisa ada di atap. Pembela bersikeras bahwa Ha Joo Won menggendong
Anda di punggungnya. Apa Anda ingat yang terjadi?” ucap Jaksa Lee
“Ya, saya
ingat... Tapi terdakwa, Lee Yoo Bum, yang menggendong saya.” Kata Hong Joo.
“Dia
bersikeras bahwa dirinya secara fisik tidak kuat menggendong Anda karena dia
diberi obat.” Kata Jaksa Lee .
“Tidak,
dia tidak di bawah pengaruh obat sampai kami tiba di atap.” Kata Hong Joo.
Jaksa
Lee bertanya Bagaimana Hong Joo bisa
sangat yakin. Hong Joo bercerita saatpingsan di atap, melihat dua orang dengan jelas
memegang payung, menurutna Jika Ha Joo Won menggendongnya seperti yang dikatakan
terdakwa, maka Yoo Bum tak bisa memegang payung.
“Jika terdakwa
diberi obat, maka dia takkan terpikir untuk membawa payung.” Tegas Hong Joo.
“Itu
benar. Hei, Nona Nam sangat hebat... Dia sangat pintar.”bisik Petugas Oh pada
Woo Tak. Woo Tak pun bisa tersenyum.
“Tapi
payung itu bisa menjelaskan jika terdakwa tidak diberi obat. Dia pasti membawa
saya ke atap dalam keadaan sadar dan Ha Joo Won pasti mengikutinya dengan
membawa dua payung.” Kata Hong Joo
“Tapi dia
bersikeras bahwa secara fisik dirinya tidak mampu karena dia diberi obat tidur
seperti Anda. Lalu obat itu ditemukan dalam tes darah yang dia jalani.” Kata
Jaksa Lee
“Dia
mungkin meminum pil itu sendiri setelah membunuh Ha Joo Won. Untuk bisa
mengklaim tindakannya sebagai pertahanan diri.” Kata Hong Joo. Semua yang
menonton merasa kalau itu masuk akal.
“Itu
berdasarkan spekulasinya, tapi mereka tidak keberatan.” Bisik Jaksa Son. Hee Mi
membenarkan lalu berpikir kalau mereka sudah tahu dengan tatapan curiga.
“Anda
berkata Ha Joo Won akan membawa dua payung. Kenapa dia melakukan itu?” Jaksa
Lee.
“Karena
dia mengira akan meninggalkan lokasi bersama terdakwa.” Ucap Hong Joo.
“Dia
benar...Dia hanya akan membawa satu Jika tahu akan pergi sendiri.” Komentar Doo
Hyun
“Dengan
kata lain, terdakwa mendorongnya hingga tewas saat dia tidak berniat membunuh
terdakwa. Itu bukan pertahanan diri, tapi Itu pembunuhan.” Kata Hong Joo yakin.
Jaksa Lee pun menyudahi pertanyaan.
Hakim pun
meminta Jaksa Pembela untuk menanyakan saksi sekarang. Tuan Ko yang sibuk
dengan stabilonya pun berjalan ke tengah sidang, dengan membahas yang diingat
oleh Hong Jooo, bahwa terdakwa yang
tidak diberi obat menggendong Anda ke atap setelah diberi obat. Hong Joo
membenarkan.
“Ini yang
diminum saksi dan terdakwa di hari kejadian. Dan Untuk meminumnya, perlu resep
Lalu Bisakah Anda membacakan yang tertulis ini secara lantang? Saya rabun jauh
karena usia.” Ucap Tuan Ko. Woo Tak panik karena Tuan Ko mengatakan hal yang
sama dengan dalam mimpinya. “Ada apa? Apa ada masalah?” tanya Tuan Oh melihat
Woo Tak kaget. Woo Tak menutupinya mengaku tak ada apa-apa.
"Dilaporkan
bahwa ada berbagai.. efek samping termasuk halusinasi dan perubahan perilaku.
Yang telah dilaporkan termasuk halusinasi visual..." ucap Hong Joo
terlihat kaget
“"Halusinasi
visual, halusinasi pendengaran, dan perubahan perilaku." Itu yang tertulis
disana, 'kan?” kata Tuan Ko.
“Maksud
Anda, saya berhalusinasi?” ucap Hong Joo dengan nada penuh amarah.
“Tidak,
bukan itu maksud saya. Saya hanya memberi tahu efek samping yang bisa muncul.”
Kata Tuan Ko membela diri.
“Saya
tidak mengalami efek samping seperti ini saat kejadian.” Tegas Hong Joo.
“Mayoritas
orang yang mengalami efek samping seperti mengatakan hal-hal seperti itu.
Mereka berkata bahwa baik-baik saja.” Ucap Tuan Ko.
“Dia
melibas pernyataan Nona Nam dengan omong kosong.” Kata Tuan Oh panik. Jaksa Son
mengerti alasan Tuan Kotidakmenyatakan keberatan tadi.
“Dia
sengaja tetap diam untuk mematikan argumen Nona Nam.” Kata Jaksa Son.
“Ini
gila. Apa kita akan membiarkan dia menginjak-injak kita begitu?” ucap Hee Mi
marah.
Hong Joo
menegaskan sambil menangis sangat ingat kejadiannya kalau Yoo Bum membawa ke
atap, memegang payung,dan membantu Ha Joo Won untuk membunuh nya. Tuan Ko pikir
ingatan terdakwa membawa Hong Joo ke
atap,... memegang payung, dan membantu Ha Joo Won membunuhnya datang setelah
meminum pil itu.
“Yang
Mulia, bukan hanya saksi yang meminum pil itu. Terdakwa bersikeras bahwa dia
juga meminumnya. Jika pernyataan saksi diragukan karena pil itu, maka semua
argumen terdakwa seharusnya juga diragukan. Dia menyatakan bahwa berusaha
menyelamatkan Nona Nam dan mendorong Ha Joo Won hanya karena dia menyerangnya.”
Kata Jae Chan setelah mengeberak meja.
“Dia juga
bersikeras bahwa itu semua hanya pertahanan diri. Tapi semua yang dia yakini
bisa saja, halusinasi dari pil tidur yang dia minum.” Tega Jae Chan.
“Benar.
Jangan biarkan mereka menginjak-injak kita.” Ucap Hee Mi bangga. Tuan Choi pun
memuji Jae Chan yang memang putra Kepala
Jung.
“Itu
artinya pernyataanmu akan menjadi kunci kasus ini.” Kata Tuan Oh
pikir sekarang hasilnya seri. Woo Tak terlihat gugup karena akan di sidang
sebagai saksi.
Jaksa
Park pikir Han Woo Tak memegang kuncinya sekarang karena Pernyataan kedua pihak
kehilangan kredibilitasnya,dan Woo Tak satu-satunya saksi yang tersisa. Jae
Chan membenarkan. Jaksa Park ingin tahu Kapan dia akan diinterogasi.
“Segera
setelah sidang dimulai pukul 4 sore.” Ucap Jae chan
“Presdir
Ko takkan bisa menjatuhkan kredibilitasnya juga, 'kan?” kata Jaksa Son
khawatir. Jaksa Lee mengeluh seniornya malah berkata seperti itu.
“Itu
takkan terjadi... Kita memiliki payung itu. Kudengar sidik jari Lee Yoo Bum dan
Ha Joo Won ditemukan disana. Bahkan, aku merasa kita tidak butuh pernyataan Han
Woo Tak.” Kata Hee Mi yakin.
“Masalahnya,
payung itu ditemukan di depan halaman gedung, bukan di atap.” Kata Jaksa Park.
“Pasti
karena tertiup angin, karena Kudengar, angin kencang di hari itu.” Ucap Hee Mi.
“Itu
pernyataan kita. Mereka bisa bilang payung itu ditinggalkan di lantai bawah. Kita
butuh pernyataan bahwa saksi melihat payung itu di atap. Menurutmu, Han Woo Tak
akan bagaimana?” kata Jaksa Park
“Jangan
khawatir. Dia polisi, dan dia yang pertama tiba di lokasi jadi Dia pasti akan
bersaksi.” Ucap Jae Chan yakin.
Woo Tak
panik memikirkan nasibnya karena Pelaku
akan bebas jika aku membuat kesalahan. Saat itu tiba-tiba Hong Joo datang
mengatakan kalau Woo Tak,tidak tahu warna payung-payung itu, jadi meminta agar
mendengar baik-baik. Satu berwarna hijau dan satu lagi merah.
“Mereka
akan bertanya kepadamu seperti apa payung itu. Jika kau tidak bisa menjawab, mereka
akan tahu bahwa kau buta warna. Maka kau terpaksa harus keluar dari kepolisian.
Jadi, ingat kau harus ini. Payung yang panjang berwarna hijau, yang tiga
tingkat berwarna merah.” Kata Hong Joo terus berbicara.
“Hong
Joo...Bagaimana kau tahu?” kata Woo Tak hanya bisa melonggo.
“Itu
tidak penting sekarang. Kau tidak boleh membuat kesalahan, mengerti? Ahh...
Tidak... Katakan saja kau sakit dan pulang. Kau bisa diam jika pengacara itu
terus menginterogasimu.. Kau lebih baik Pergilah
saja. Aku akan bilang kau pingsan.” Ucap Hong Joo panik
“Maka Lee
Yoo Beom akan dibebaskan.” Kata Woo Tak
“Itu tidak
penting sekarang... Kau tak bisa meninggalkan kepolisian. Katamu kau tak bisa
menyerah sebagai polisi. Jika mereka tahu kau buta warna, maka kau terpaksa
merelakan segalanya. Jadi Pergilah saat tak ada orang. Aku akan menjelaskan
kepada Jae Chan. Jadi, sebaiknya kau...” kata Hong Joo dan tiba-tiba Woo Tak
langsung memeluknya.
“Aku
takkan lari.. Aku takkan membuat kesalahan. Jadi Jangan khawatir.” Ucap Woo
Tak. Hong Joo terlihat masih sangat panik.
Woo Tak
akhirnya masuk ruang sidang, Hakim meminta Woo Tak aagar membaca sumpah itu
dengan lantang dan Jika berbohong setelah bersumpah, maka akan dihukum atas sumpah
palsu. Woo Tak menjawab kalau sudah mengetahuinya.
"Saya
bersumpah akan menerangkan dengan sebenarnya dan tiada lain daripada yang sebenarnya.Jika
terbukti berbohong, saya bersedia dihukum atas sumpah palsu." Kata Woo Tak
dengan mengangkat satu tanganya sebagai sumpah.
[EPILOG]
Woo Tak
melihat Hong Joo sendirian di halte lalu bertanya Dimana Jae Chan. Hong Joo
mengatakan kalau Jae Chan pulang karena ponselnya tertinggal dan Sebentar lagi datang
l Jaksa Lee lalu bertanya dimana mobil
Woo Tak. Woo Tak mengatakan tak bisa membawanya karena ada pembagian jalan.
“Kita
sudah lama tidak naik bus bersama.” Ucap Hong Joo. Saat itu Woo Tak melihat
bayangan dirinya dengan Hong Joo, seperti Hong Joo sedang bersadar padanya,
akhirnya ia pun mengambil gambar di ponselnya.
“Kau
sedang apa?” tanya Hong Joo melihat Woo Tak yang membelakanginya. Woo Tak
pura-pura tak melakukan apapun, tapi wajahnya tersenyum bahagia bisa memiliki
foto bayangan dengan Hong Joo.
Bersambung
ke episode 31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar