Seung Won
masuk minimarket, temanya yang menjaga kasir menyapa lebih dulu. Lalu Seung Won
kaget melihat Myung Dae-Goo dan bertanya apakah bekerja paruh waktu
diminimarket. Dae Goo menganguk dan bertanya apakah Seung Won tinggal didaerah
sini. Seung Won balik menganguk.
“Tolong
beri aku kantong plastik daur ulang 10 ml dan kantong makanan daur ulang ukuran
dua liter. Masing-masing sepuluh buah.” Ucap Seung Won.
“Apa Kau
membelikan ini untuk Ibumu?” tanya Dae Goo. Seung Won mengelengkan kepala
karena orang tuanya sudah meninggal.
“Aku adalah
seorang ibu sekarang karena kakakku tak bisa mengurus rumah.” Ucap Seung Won
membeli barang yang dan meminta Dae Goo menambahkanya.
“Apa Kakakmu
sering datang kesini?” tanya Dae Goo ingin tahu.
“Jika ada
pria tinggi berwajah biasa yang kekanakan datang, maka itu kakakku, Kau harus Hati-hati
dengannya.” Kata Seung Won yang merasa malu dengan tingkah kakaknya.
“Seung-Won.
Apa Kau bisa meminta kakakmu bertemu dengan ayahku?” ucap Dae Goo. Seung Won
kaget mendengar kalau ingin bertemu dengan Tuan Myun.
Ia
mengingat kata-kata temanya, kalau Dae Goo harus dekat dengan Seung Won, karena
Kakaknya jaksa jadi Mungkin kakaknya Seung Won bisa membebaskan ayahnya Seung
Won berkata kalau Kakaknya sedang sibuk karena persidangan penting. Dae Goo pun
berpikir melupakan dan seharusnya tidak mengatakan
apa-apa.
Hong Joo
masuk rumah melihat ibunya sedang mengangkat bangku untuk menaiki tangga, lalu
bertanya kenapa dengan bangku itu. Nyonya Yoon pikir sudah tidak dipakai, jadi
akan ditaruh di atas. Hong Joo pikir untuk
sarapan besok, mereka akan kekurangan kursi.
“Biarkan
mereka sarapan di rumah” kata Nyonya Yoon. Hong Joo heran dan ingin tahu
alasanya.
“Ibu
lelah dan tidak nyaman bertemu Jaksa Jung.” Ucap Nyonya Yoon. Hong Joo merengek
dengan sibuk ibunya.
Chan Ho
berlari menemui ibunya, dengan wajah bahagia memberitahu kalau sudah bisa buang air kecil sendiri dan baru
saja melakukanya. Jaksa Son terlihat
ikut bahagia memuji anaknya, lalu mereka berjalan sampai depan lobby.
“Pangeran
kecil ibu... Nenek akan datang setengah jam lagi. Kau bisa sendiri, 'kan?” ucap
Jaksa Son. Chan Ho pun menganguk.
“Chan-Ho...Kita
harus berterima kasih kepada banyak orang. Ibu harus membalas kebaikan banyak
orang.” Kata Jaksa Soon mengelus pundak anak anaknya.
“Ya,
cepat balas mereka Aku baik-baik saja sekarang.” Kata Chan Ho terlihat senang
karena sudah bisa ke toilet sendiri.
Hong Joo
keluar dari rumah menelp Woo Tak bertanya sedang ada dimana. Woo Tak mengatakan
sedang menuju ke rumah Hong Joo untuk sarapan. Hong Joo meminta maaf karena
mereka harus melewatkan sarapan hari
ini. Woo Tak kaget dan ingin tahu alasanya.
“Ibuku
agak sibuk karena restorannya.” Kata Hong Joo mencari alasanya. Woo Tak pun
bisa mengerti.
“Aku
menemukan pengisi dayamu... Pengisi daya merah yang terjatuh di mobilku dan Akan
kuberikan kepadamu nanti. Jangan lupa membawa payung. Hari ini akan hujan.”
Ucap Woo Tak memasukan power bank berwarna hijau ke dalam saku bajunya. Hong
Joo pun mengerti dengan wajah terlihat menyembunyikan sesuatu.
Jae Chan
dan adiknya sudah keluar rumah, bertanya apakah sedang menunggu mereka. Hong
Joo mengatakan ingin sarapan di luar jadi mengajak pergi bersama. Seung Won menolak
kalau akan sarapan di rumah Hong Joo saja karena tidak suka sarapan di luar.
“Kau
menyukainya. Ayo sarapan di luar.” Ucap Jae Chan menarik adiknya lalu memeluk
tapi seperti memitingnya.
“Jam
berapa persidangan hari ini?” tanya Hong Joo. Jae Chan menjawab Jam dua siang
lalu bertanya apakah Hong Joo akan datang
“Tentu saja.
Hari ini sidang terakhir Aku harus melihat apa kura-kura lambat bisa menangkap
sang kelinci.” Kata Hong Joo. Jae Chan pun mengajak mereka untuk segera pergi.
Seung Won meminta kakaknya agar bisa melepaskan pelukanya. Mereka pun tak pula
untuk membawa payung karena akan turun hujan.
Jaksa Lee
bertanya apakah Pengacara Lee tidak setuju dengan hasil autopsi. Jae Cahn
menjelaskan kalau ia harus menginterogasi dokter yang melakukan autopsi. Hee Mi
merasa tidak pernah melihat ada yang tidak setuju dengan hasil autopsi.
“Dia akan
menunjukkan kesalahan karena melakukan autopsi setelah transplantasi organ.”
Ucap Jaksa Lee yakin. Jaksa Park pikir Pengacara
Lee bermain kotor.
“Jaksa
Jung... Ayo pergi ke persidangan hari ini. Aku akan menanyai dokter autopsinya
sendiri” ucap Jaksa Soon. Jaksa Park kaget dan ingin tahu alasanya.
“Aku
tidak tahan dengan permainan kotornya sebagai pengacara. Bolehkah?” kata Jaksa
Son/
“Terima
kasih jika kau bisa ikut denganku.. Terima kasih, Jaksa Son.” Kata Jae Chan
seperti ada orang yang bisa menemaninya.
“Tidak
masalah... Aku lebih berterima kasih kepadamu.” Kata Jaksa Son. Jaksa Lee
binggung kenapa dengan dirinya. Jaksa Son terlihat binggung menjelaskanya.
“Aku juga
berterima kasih kepadamu belakangan ini. Kolegaku yang manis.”ungkap Jaksa Lee
mencoba mengalihkan dengan menekan wajah Jae Chan sampai hanya terlihat
bibirnya saja karena gemas.
Ruang
Sidang
Mereka
memperlihatkan "Hasil autopsi" Jaksa Son bertanya apakah dokter menulis hasil autopsi sendiri. Dokter
membenarkan. Jaksa Son ingin tahu Berdasarkan hasil autopsi, apa penyebab
kematian.
“Penyebab
kematian adalah pukulan luar pada otak korban yang menyebabkan perdarahan di
membran araknoid.” Ucap Dokter.
“Autopsi
dilakukan tepat setelah transplantasi organ. Bagaimana itu bisa terjadi?” kata
Jaksa Son.
“Saat
korban tiba di rumah sakit tepat setelah kecelakaan, dia tidak memiliki cedera
lain selain perdarahan otak dan beberapa patah tulang. Saat kami melakukan
pindai CT dan MRI sebelum transplantasi,. organ lain terlihat baik-baik saja.
Jadi, kami menghapus kerusakan organ sebagai penyebab kematian. Lalu kami
melakukan autopsi tepat setelah transplantasi.” Jelas Dokter
“Apakah
Mungkin hasil autopsi berubah karena transplantasi organ?” tanya Jaksa Son.
Saat itu Dae Goo ikut duduk dibangku melihat persidangan. Dokter mengatakan
kalau itu tidak mungkin.
Jaksa Lee
duduk dibangku, mencoret tenda dalam agendanya "Masalah pertama, autopsi
setelah transplantasi" lalu memuji kalau Jaksa Soo memiliki Strateginya
bagus karena ingin memimpin permainan dengan menanyakan hal sama sebelum
pengacara terdakwa.
“Berdasarkan
hasil autopsi, tulang rawan tiroid kanan patah. Apa maksudnya itu?” tanya Jaksa
Son
“Tulang
rawan tiroid menutupi pita suara seperti yang ada di leher. Tulang itu patah
saat seseorang dicekik. Dan Itu penyebab umum patah.” Jelas Dokter
“Bagaimana
jika patah karena orang itu terjatuh? Seperti saat mabuk dan jatuh ke suatu
tempat.” Tanya Jaksa Son.
“Tulang
rawan tiroid tidak akan patah hanya karena jatuh.” Jawab Dokter.
“Tapi
bagaimana jika kita anggap tulang rawan tiroid korban patah karena jatuh
seperti pernyataan pengacara terdakwa?” tanya Jaksa Son
“Maka
patahnya pasti juga terjadi di rahang dan tulang belakang leher. Tapi itu tidak
terjadi. Poin terpenting adalah kami menemukan darah di sekitar tulang rawan
tiroid. Itu hanya muncul jika leher ditekan menggunakan kedua tangan.” Jelas
Dokter
“Semua
argumennya jelas. Jadi, kesimpulannya, hasil autopsi menunjukkan korban
meninggal karena dicekik. dan dia jatuh ke bawah pintu lift, Hal itu
menyebabkan dia tewas akibat luka luar dan perdarahan. Benarkan?” ucap Jaksa
Son. Dokter membenarkan dan Jaksa Son menyudahi pertanyaan.
Hakim pun
meminta Yoo Bum sebagai Pembela, mulai pemeriksaan silang. Yoo Bum
memperlihatkan surat kematian dan bertanya
Kapan korban Lee Hwan didiagnosis mati otak. Dokter menjawab Jam 08.30,
2 Juni 2016. Yoo Bum pun ingin Jadi, kapan sebenarnya jantungnya berhenti.
Dokter menjawab Jam 05.17 sore, 2 Juni 2016.
“Perbedaannya
sembilan jam ..Bagaimana penentuan waktu kematiannya?” tanya Yoo Bum
“Saat
kami mencoba mentransplantasi organnya, maka kami mencatat itu sebagai waktu
kematiannya.” Jelas Dokter mengingat saat ada diruang operasi
“Jadi,
itu pasti waktu kematian yang tercatat dalam dakwaan, 'kan?” ucap Yoo Bum.
Dokter membenarkan dan Yoo Bum menyudahi pertanyaanya.
Jaksa Lee
tak percaya kalau Yoo Bum yang tidak setuju dengan bukti hanya untuk itu saja.
Hee Mi juga penasaran apa sebenarnya rencana yang dibuat oleh Yoo Bum. Jae Chan menatap dingin, karena tahu Yoo
Bum itu sangat licik. Hong Joo masuk ruangan duduk disamping Tuan Lee karena
bangku yang kosong
“Nyawa
korban Lee Hwan direnggut oleh dosen yang dulu dia kagumi.Tapi sejak kecelakaan
sampai persidangan hari ini, Terdakwa, Moon Tae-Min, berusaha menutupi
kejahatannya. Dia membantah tuduhan dan sering mengubah pernyataan. Dia bahkan
tidak menyesali perbuatannya.” Ucap Jae Chan.
“Berdasarkan
KUHP Pasal 250 ayat 1, saya meminta terdakwa dihukum 10 tahun penjara atas
pembunuhan.” Kata Jae Chan. Hakim pun meminta Yoo Bum untuk sampaikan pernyataan penutup.
“Persidangan
hampir berakhir. Keterangan dari anak lima tahun, Autopsi setelah transplantasi
organ. Semuanya tidak membuktikan terjadi pembunuhan. Melihat alasannya yang
labil, maka saya selalu ingin menanyakan ini. Bisakah kita menghukum terdakwa atas
pembunuhan?” ucap Yoo Bum
“Kenapa
dia mengatakan omong kosong itu dengan sopan?” keluh Jaksa Lee mendengar ucapan
Yoo Bum.
“Berdasarkan
pernyataan Dokter autopsi, korban, Lee Hwan, meninggal tanggal 2 Juni 2016,
pukul 08.30 pagi. Setelah 9 jam, pukul 05.17 sore, jantungnya berhenti berdetak
setelah organnya dipindahkan. Seperti kita tahu, mati otak tidak dianggap
meninggal menurut KUHP.” Ucap Yoo Bum.
“KUHP
hanya mengenal kematian saat jantung berhenti berdetak. Hal sama berlaku juga
dalam UU transplantasi organ. Kami merujuk kepada keluarga pasien yang meninggal
karena mati otak sebagai "keluarga". Kita baru sebut mereka
"keluarga yang berduka" Setelah transplantasi organ selesai.”jelas
Yoo Bum. Jae Chan mendengarnya tak percaya kalau Yoo Bum agar mengara pada hal
yang tak dinginkanya.
“Jika
korban Lee Hwan mendapat luka di otaknya dan meninggal hanya setelah beberapa
jam,. kita bisa mendakwa terdakwa atas pembunuhan. Tapi saat korban mati otak,
maka jantungnya tidak berhenti berdetak. Saat dia melakukan operasi
transplantasi, jantungnya berhenti berdetak” kata Yoo Bum. Jaksa Son juga tak
habis pikir kalau Yoo Bum akan menyerang.
“Terdakwa
tidak membuat jantungnya berhenti berdetak.” Kata Yoo Bum.
Saat
diruang operasi Dokter mengatakan kalau akan membedah arteri utamanya. Yoo Bum
menegaskan kalau dokter yang membuat jantungnya berhenti berdetak. saat
membedah arteri utama jadi kematian yang dianggap oleh KUHP bukan disebabkan
oleh terdakwa, melainkan dokter yang melakukan operasi. Hong Joo tak percaya
Yoo Bum sekarang malah menyalahkan dokter.
“Jadi
menurut KUHP, korban tidak meninggal karena terdakwa. Dia meninggal karena transplantasi
organ.” Ucap Yoo Bum tanpa rasa menyesal.
“Lidahnya
kejam sekali.” Kata Hee Mi terlihat benar-benar marah. Tuan Moon terlihat
sedikit tersenyum karena bisa membuat dirinya terbebas.
“Maka,
kita tak bisa mendakwanya atas kematian korban. Selain itu, terdakwa mengaku
tidak bersalah atas pembunuhan.” Kata Yoo Bum.
“Apa-apaan
ini? Apa maksudmu?!!! Jadi Siapa yang membunuh putraku?”teriak Tuan Lee terlihat
sangat marah. Hong Joo yang duduk disampingnya meminta agar bisa tenang.
“Apa
dokter itu membunuh putraku? Dan Bukan pria itu?” Teriak Tuan Lee tak ingin
tanganya di pegang oleh Hong Joo.
“Semua
tidak masuk akal. Jangan khawatir, Pak.” Ucap Hong Joo menenangkan lalu
memberitahu penjaga kalau akan membawanya keluar.
“Kau..
Jangan khawatir... Jaksa disana akan membuktikan... semua ini tidak masuk
akal.” Ucap Hong Joo sengaja berbicara nyaring. Pengawal meminta Hong Joo bisa tenang.
“Aku
harus membuatnya mengerti, jadi, kami bisa keluar dari sini. Kau bisa Bayangkan
perasaan ayahnya. Kenapa kita tidak bisa mendakwanya? Jika dia tidak memukul
putranya, maka dia pasti masih hidup. Lalu Dokter juga takkan melakukan
transplantasi organ... Kalian setuju, 'kan?” teriak Hong Joo marah.
Jaksa Lee
mendengar pertanyaan Hong Joo sebelum keluar berpikir kalau yang dikatakanya
benar dan sangat berani. Hee Mi dengan sinis berkomentar kalau Hong Joo mengatakan
yang dia pikir benar saja, lalu melirik tangan Jaksa Lee yang ada diatas
pundaknya. Jaksa Lee pun meminta maaf dan langsung menariknya. Jae Chan sempat
terdiam sejenak.
“Jaksa,
apa ada pernyataan tambahan dari pihak Anda?” ucap Hakim. Jaksa Son bertanya
apakah ia yang harus mengatakanya. Jae Chan pikir lebih baik ia yang
mengatakanya lalu berdiri untuk bicara.
Di luar
ruangan
Tuan Lee
dengan tubuh bergetar tak percya kalau hukum sangattidak masuk akal dengan
Transplantasi organ tidak membuat terdakwa bersalah. Hong Joo menyakinkan kalau
tak akan seperti itu, kalau Hukum tidak selonggar itu..
“Mereka
akan mengadili orang yang bersalah.” Kata Hong Joo menyakinkan Tuan Lee.
“Aku
seharusnya tidak menyetujui transplantasi itu. Ini Semuanya karena aku.” Kata
Tuan Lee merasa menyesal
“Pak, ini
bukan kesalahanmu.” Ucap Hong Joo ingin membuat Tuan Lee tak menyesal
Dalam
ruang sidang
“Setelah
mendengar pengacara terdakwa,. Ayah korban pasti menyalahkan dirinya.” Ucap Jae
Chan. Semua yang mendengar seperti merasa kasiha.
Jae Chan
yakin kalau Tuan Lee akan mengatakan "Karena aku menyetujui transplantasi
itu, maka aku tak bisa menghukum pembunuh putraku. Dengan Niatku baik, tapi
hasilnya buruk dan Hukum membela penjahat." Ia pikir kalau Hukum
seharusnya tidak melakukan itu.
“Tentu
saja. Itu seharusnya tidak terjadi... Bahkan Itu tidak boleh terjadi.” Ucap
Jaksa Lee dengan berpura-pura batuk. Hee Mi panik menyuruh temanya diam. Dae
Goo mendengar ucapan Jae Chan dengan wajah serius.
“Korban
mengalami mati otak karena terdakwa. Seperti kata pengacara terdakwa, setelah
mati otak, jika hari berlalu tanpa transplantasi organ,maka jantungnya akan
berhenti dan dia akan meninggal. Seperti pasien mati otak lainnya Tapi hanya
karena transplantasi organ terjadi di antara kematiannya, bisakah terdakwa dinyatakan
tidak bersalah?.” Ucap Jae Chan.
Diluar
ruang sidang
“Itu
tidak masuk akal. Tanpa transplantasi organ pun, maka putra Anda pasti
meninggal dalam beberapa hari. Dia pasti meninggal tanpa dokter transplantasi
itu Coba bayangkan jika Moon Tae-Min tidak memukul putra Anda..” Kata Hong Joo.
Dalam
Ruang Sidang
“Jika
Moon Tae-Min tidak memukul korban, akankah korban meninggal? Sebenarnya cukup
mudah mencari tahu siapa penyebab kematiannya. Coba hapus penyebab-penyebab yang
membuatnya meninggal. Meskipun kita menghapus dokter dalam kasus itu, maka korban
pasti akan meninggal juga.” Ucap Jae Chan. Yoo Bu menatap sinsi.
“Tapi
keadaannya berubah jika kita menghapus terdakwa. Jika terdakwa tidak melakukan
itu, maka korban takkan meninggal dan bisa melanjutkan hidupnya.” Jelas Jae
Chan.
Di luar
ruang sidang
Hong Joo
menyakinkan Transplantasi organ tidak
membunuh putra Tuan Lee, dan Yang membunuh putranya adalah Moon Tae-Min. Ia
meminta Tuan Lee Jangan keliru.
“Hukum
tak bisa merancukan fakta. Hukum harus dengan jelas dan adil mengadili orang
yang bertanggung jawab atas kejahatan itu. Hanya karena waktu kematian menerapkan
aturan baru kepada kasus, maka kita tak bisa menyatakan terdakwa tidak
bersalah. Jika tidak, kita bisa mengatakan bahwa keadilan itu tak ada.” Ucap
Jae Chan.
“Selain
itu, demi korban yang memberi hidup baru kepada tujuh orang dan kepada
keluarganya yang menyetujui transplantasinya,kita tak bisa membiarkan
persidangan membela terdakwa. Karena itu tidak adil. Tolong biarkan keadilan
mengalir seperti sungai di persidangan ini. Biarkan itu terjadi di persidangan
ini. Saya harap itu terjadi.” Ucap Jae Chan
Saat itu
Hong Joo dan Tuan Lee sudah kembali duduk, Jae Chan sempat menatap Hong Joo
seperti sudah bisa membuktikan kalau persidangan selesai dengan kemungkinan
dirinya akan menang.
Akhirnya
sidang pun selesai, Jaksa Son memanggil juniornya saat keluar ruang sidang. Jae
Chan mengucapkan terima kasih banyak
untuk hari ini. Jaksa Son pikir kalau ia yang harus berterima kasih, karena
Berkat Jae Chan bisa tidur tanpa rasa bersalah dengan memeluk erat Jae Chan
menangis haru. Jae Chan menganguk mengerti walaupun masih binggung karena Jaksa
Son malah berterimakasih padanya.
Yoo Bum
terlihat kesal mencuci tanganya seperti sangat maarah karena harus membela
orang yang bersalah, saat akan mengambil tissue ternyata sudah habis,
membuatnya mengumpat kesal. Dae Goo melihat Yoo Bum menawarkan untuk memakai
saputangannya. Yoo Bum menolak dan langsung keluar dari toilet. Dae Goo melihat
payung hijau yang tertinggal.
Hong Joo
pulang, Nyonya Yoo memberitahu kalau mengambil semua selimut dari kamar
anaknya. Hong Joo melihat kalau
Sepertinya mesin cuci tidak bisa mencuci semuanya. Nyonya Oh pikir akan
mencucinya di laundry. Hong Joo lalu duduk disamping ibunya, bertanya apakah
mereka tidak memanggil mereka untuk sarapan lagi besok. Nyonya Yoon mengangguk.
“Ibu, aku
menghadiri persidangan Jae-Chan hari ini. Saat melihat persidangan itu,maka aku
sadar selama ini aku keliru.” Ucap Jae Chan. Nyonya Yoon bertanya apa
maksudanya Keliru.
“Seperti
kata Ibu, kupikir Ayah meninggal karena aku.
Kupikir Jae-Chan ditembak karena aku. Pikirkan itu membuatku menderita.
Tapi Aku sadar bahwa itu keliru setelah melihat persidangan tadi... Selama ini
aku keliru... Ayah meninggal karena tentara yang kabur dan Jae-Chan ditembak
ayahnya Yoo Soo-Kyung. Semua itu pasti terjadi meskipun aku tak ada di TKP.”
Jelas Hong Joo.
Ibu Hong
Joo seperti tak yakin, Hong Joo
menyakinkan menurutnya Yang lain bersalah dan ia tidak tahu itu jadi keliru
selama ini. Ibu Hong Joo pun bertanya apakah anaknya merasa lebih baik sekarang
dan tidak menyalahkan dirinya. Hong Joo mengaku tidak seperti itu.
Ibu Hong
Joo memasukan semua selimut dalam mesin cuci ukura besar. Jae Chan datang
melihat ibu Hong Joo menyapanya dengan melihat Banyak sekali cuciannya dengan
gugup mengubah panggilan “ibu”jadi “bibi”. “
“Apa Kau
akan mencuci pakaian?” tanya Ibu Hong Joo. Jae Chan membenarkan. Suasana terasa
sangat canggung.
Jae Chan
teringat kata-kata Nyonya Yoon pada Hong Joo “Aku tahu dari naluri seorang ibu.
Kematian Ayah, kecelakaan Jae-Chan, dan semua itu. Kau menyalahkan dirimu dan
menderita karena itu. Kau terus menyalahkan dirimu dan hatimu terluka. Kau akan
terus melakukan itu.” Akhirnya Jae Chan memberanikan diri bicara pada Nyonya
Yoon.
“Bibi...
Ada yang ingin kusampaikan... Hong-Joo tak ada hubungannya dengan kecelakaanku.
Orang yang menembakku adalah orang lain, bukan dia. Hong-Joo mengetahuinya. Dia
takkan...” ucap Jae Chan disela oleh Ibu Hong Joo
“Dia
takkan keliru dengan itu. Dia juga takkan menyalahkan dirinya.” Kata Nyonya
Yoon. Jae Chan binggung karena Ibu Hong Joo bisa mengetahui yang dikatakan.
“Apa Kalian
berlatih kalimat yang sama? Kau tahu dari Hong-Joo, kalau aku kemari dan
mengikutiku.” Ucap Ibu Hong Jo
“Tidak.
Ini kebetulan dan Aku datang untuk mencuci.” Ucap Jae Chan.
“Hentikan
omong kosongmu. Kau bahkan tidak membereskan rumahmu, tapi membawa pakaian
kotor kesini. Kedatanganmu kesini terdengar dibuat-buat.” Sindir Nyonya Yoon.
“Aku
sering membereskan rumah, Ibu... maksudku... Bibi...” kata Jae Chan tak ingin
Nyonya Yoon marah
“Maaf
sudah membuatmu bingung, tapi kau boleh memanggilku "Ibu". Maaf aku
telah berpikiran sempit. Aku tahu seharusnya tidak melakukan ini. Tapi aku
pengecut seperti manusia lain. Aku menyakiti anak orang lain untuk melindungi
anakku. Maaf aku telah melakukan itu sebagai orangtua. Maafkan aku.” Akui
Nyonya Yoon.
Jae Chan
pikir tak masalah. Nyonya Yoon bertanya apakah Jae Chan sudah memaafkanya, Jae
Chan menganguk. Nyonya Yoon mengucapkan Terima
kasih sudah peduli dan mencintai Hong-Joo. Jae Chan pikir ia yang lebih
berterima kasih, Nyonya Yoon dengan
memanggilnya Bibi tapi buru-buru mengantinya jadi ibu dan mereka pun
berpelukan.
Jae Chan
melihat mobil merah kesukaan bertanya-tanya milik siapa dan langsung selfie
dengan gaya imutnya. Jaksa Lee datang menyapa Jae-Chan, bertanya Sedang apa di
depan mobilnya. Jae Chan kaget kalau itu mobil milk seniornya.
“Ini
mobil impian. Mobil merah... “ kata Jae Chan
“Beri
tahu saja aku. Kapanpun kau membutuhkan ini, maka kau boleh meminjamnya.” Kata
Jaksa Lee penuh semangat. Jae Chan binggung karena Jaksa Lee memperbolehkanya.
“Aku baru
tahu bahwa Moon Tae-Min sudah didakwa. Dinyatakan Bersalah atas pembunuhan dan
hukumanya Tujuh tahun penjara!” ucap Jaksa Lee. Keduanya berteriak gembira.
“Ahh... Seharusnya
10 tahun penuh!” pikir Jae Chan. Jaksa Lee merasa kalau Tujuh tahun juga sudah
lama lalu mengucapkan Terima kasih.
“Kenapa Kau
mengatakan hal yang sama juga? Kenapa semua orang berterima kasih kepadaku? Apa
orang harus berterima kasih karena jaksa melakukan tugasnya?” kata Jae Chan
heran. Jaksa Lee pikir itu normal jadi ingin berterima kasih saja.
“Katamu
aku boleh meminjam mobilmu kapan saja, 'kan?..Baiklah. Aku ingin meminjamnya
sekarang!” ucap Jae Chan penuh semangat. Jaksa Lee terlihat kaget, Jae Chan
meminta kunci. Jaksa Lee memberikan dengan tangan gemetar.
Hong Joo
baru keluar dari kantor seperti baru ingin menelp Jae Chan, Jae Chan keluar
dari mobil bertanya apakah Hong Joo bisa libur karena mereka bisa melihat laut
satu jam jika pergi sekarang. Dengan mobil milik Jaksa Lee, Hong Joo terlihat
bahagia pergi bersama Jae Chan ke pantai.
Hong Joo
membandingkan foto yang diambilnya dengan pantai yang ada didepanya, ia pikir
kalau sungguh terlihat sama dan bertanya bagaimana Jae Chan bisa menemukannya.
Jae Chan mengatakan kalau sudah melakukan pencarian.
“Apakah
Ini laut yang sama dengan yang ada di mimpimu?” tanya Jae Chan. Hong Joo
menganguk.
“Kau
berbohong.” Kata Jae Chan. Hong Joo mengelak karena Sebenarnya ini lebih indah
dari yang ada di mimpinya.
“Kau
tidak bermimpi tentang itu. Aku tahu kau berbohong.” Kata Jae Chan. Hong Joo
kaget karena Jae Chan bisa mengetahuinya.
“Sudah
kubilang sebelumnya, Aku bisa mendeteksi semua kebohongan. Aku bisa tahu kau
berbohong. Kau terus bilang jangan lengah dan juga datang ke persidangan. Wajahmu
sangat jelas saat berbohong.” ucap Jae Chan
“Kenapa
kau diam saja?Lalu kenapa kita kemari?” kata Hong Joo sedikit kesal.
“Entahlah.
Kau sepertinya ingin melihat pantai. Kau ingin melihat aku menang di
persidangan dan melihat laut. Kupikir kau ingin melihat keduanya. Jadi Aku
berusaha keras untuk itu.” Ungkap Jae Chan.
“Terima
kasih sudah berusaha keras.” Kata Hong Joo
Jae Chan
mengajak Hong Joo untuk segera mendekati bibir pantai. Hong Joo pikir Masih
pagi jadi hanya ingin melihat laut. Akhirnya Jae Chan sudah melepaskan
sepatunya berdiri di bibir pantai bermain ombak dan mengambil gambar dengan
ponselnya. Hong Joo menatap pungung Jae Chan bisa mengucap syukur karena yang
ada dalam mimpinya tak terjadi.
“Ini
tidak begitu dingin. Mendekatlah” ucap Jae Chan. Hong Joo tahu kalau Jae Chan
berbohong.
“Bibirmu
menjadi ungu karena terlalu dingin.” Kata Hong Joo. Jae Chan mengaku tak
seperti itu
“Hei.. Foto
ini bisa dijadikan foto profilmu.”kata Jae Chan mengambil gambar Hong Joo. Hong
Joo meminta agar dikirimkan.
Tapi Jae
Chan terus saja mengambil foto Hong Joo, yang membuat Hong Joo penasaran
bagaimana wajahnya dan mulai mendekat. Jae Chan langsung mengendongnya dan
berputar-putar diatas pantai. Hong Joo berteriaak meminta Jae Chan agar tak
menceburkan ke pantai.
“Mengetahui
masa depan adalah suatu anugerah. Aku menganggapnya begitu. Tapi anugerah ini
merebut perasaan mendebarkan. Membunuh keinginan untuk mengambil tantangan Itu
memutuskan asa.” Gumam Jae Chan.
Di rumah,
Ibu Hong Joo menaruh cincin Jae Chan diatas meja kamar anaknya, lalu menatap
semua kertas mimpi yang ditulis anaknya "Kematianku, saat hujan, Seragam
Tim Biru SBC" seperti ia berusaha mempercayai anaknya kalau itu tak akan
terjadi.
Doo Hyun
melaporkan dari depan penjara, kalau Sekitar jam 05.00 pagi ini, Tuan Myung, 52
tahun, gantung diri dengan mengikat pakaian dalam yang dikenakan saat menjalani
hukuman di Penjara Seoul Gu Min.
“Masa depan yang tak bisa kuubah. Masa
depan yang telah ditetapkan.”
Dae Goo
menangis histeris didepan meja kasir, karena ayahnya yang meninggal karena
gantung diri dan itu semua atas jaksa yang mengatakan kalau ayahnya yang
bersalah. Payung milk Yoo Bum pun masih disimpan olehnya.
Woo Tak
melihat berita dari tempat duduknya,
“Mei 2015 lalu, Pak Myung ditunjuk sebagai pelaku pembunuhan berantai
menggunakan alat suntik yang menghebohkan, dan dipenjara seumur hidup.”
“Itu bentuk lain putus asa. Aku kehilangan
segalanya dengan menyerah dan mengulangi setiap hari dengan sia-sia.”
“Korban
meninggalkan surat bunuh diri yang menyatakan bahwa dia difitnah. Dia juga
berharap agar kebenaran terungkap.”
Polwan
bertanya pada Woo Tak apakah protofonnya
sudah penuh. Woo Tak terlihat bingung dan bertanya Kapan mulai mengisinya. Tuan
Oh melihat kalau Lampunya hijau jadi sudah penuh. Woo Tak seperti memang buta
warna.
“Aku
berharap memberinya waktu bersantai dengan membawanya ke laut. Semoga ini bisa
menjadi perlindungan dari hari-hari yang sia-sia. Kuharap.. hari ini
mendebarkan baginya.”
Jae Chan
menatap Hong Joo yang duduk disampingnya, Hong Joo terlihat sangat bahagia
karena diajak ke pantai. Keduanya seperti menikmati waktu bersama setelah semua
ketegangan yang dirasakan.
Bersambung
ke episode 25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar