[Episode 10: Kenangan Musim Dingin yang
Hangat]
Shi Kyung
berjalan di lorong melihat Itu wakil kepala sekolah dan bergumam kalau tidak
boleh ketahuann dan berusaha menghindar. Wakepsek bisa menghalanginya dengan
membahas kalau Shi Kyung pasti tidak ingin pergi ke Grand Canyon bersama Bom
lagi. Shi Kyung mengaku tetap ingin pergi.
“Saya
akan menambahkan kaktus.” Ucap Shi Kyung
“Benarkah?
Lalu Kaktus seperti apa yang akan terjadi saat ini” tanya Wakepsek.
“Saya
akan memberitahu Anda lain kali. Saya agak sibuk.” Kata Shi Kyung lalu berbalik
arah dan melihat Guru Park sudah ada didepanya.
“Oh! Dia
adalah rintangan yang lebih besar lagi. Aku harus keluar dari sini.” Gumam Shi
Kyung. Tapi guru Park seperti tetap ingin menghalangi jalan Shi Kyung.
“Lee Shi
Kyung... Ikut ke ruang konseling.” Ucap Guru Park. Shi Kyung tak bisa
melawanya.
“Kau
tahu... aku sangat bingung saat melihat rapormu dan rapor Shi Young. Kenapa dua
bersaudara bisa begitu berbeda?”kata Guru Park terus berbicara, sementara Shi
Kyung diam-diam mengeluarkan ponselnya.
“Aku terjebak
di ruang konseling.” Tulis Shi Kyung pada Bom. Bom ikut panik menyurh Shi Kyung
segera Keluar dari sana.
“Aku
sedang cari jalan keluar. Kau Cari tahu Sung Joon hyung di kuil mana.” Balas
Shi Kyung
“Bila
demikian... lalu Lee Shi Kyung, kau siapa?” kata Guru Park melihat Shi Kyung
hanya tertunduk.
Bom
memberitahu tahu Sung Joon sudah ditemukan, jadi meminta agar Shi Kyung untu
segera cepat datang. Shi Kyung mengerti dan berpura-pura mendengarkan yang
dikatakan Guru Park. Guru Park ingin
tahu Apa ada rahasia terkait dengan kelahiran anak muridnya. Shi Kyung hanya
diam karena memang tak mendengarkan ucapan gurunya.
“Ya, aku
tahu itu sulit dibicarakan tapi Kau bisa jujur padaku. Tak apa-apa Aku takkan
buka mulut.” Ucap Guru Park penasaran. Shi Kyung hanya diam saja sampai
akhirnya berdiri dari tempat duduknya.
“Benar...
Semuanya benar, jadi boleh aku pergi?” kata Shi Kyung lalu bergegas pergi.
“Apa yang
benar? Apakah Rahasia terkait kelahirannya?” ucap Guru Park binggung.
Shi Kyung
bergegas pergi keluar dari sekolah melihat Bom sudah menunggu dengan motornya
dan bergegas naik. Shi Kyung mengingat kembali kenangan dengan Sung Joon di
ruang rawat, sebelum pindah ke Kuil.
Flash Back
Shi Kyung
bertanya apa yang diberikan Sung Joon padanya. Sung Joon mengatakan kalau itu
Keinginan terakhirnya, jadi Kalau nanti ia mati maka meminta agar meberikan itu
pada ayahnya.
“Hyung, lebih
baik beri tahu ayahmu rasa sakit yang kau rasakan. Keluarkan suara dan
berteriak. Maka kau akan merasa lebih nyaman.” Saran Shi Kyung melihat Sung
Joon seperti menahan rasa sakit karena tak meminum obat.
“Aku tak
ingin merenggut harapan ayahku. Dulu aku selalu tanya pada ayahku, apa yang pernah
dilakukannya untukku. Aku selalu membencinya dan bahkan sering marah. Aku
selalu menutunjukkan sisi burukku. Aku ingin jadi anak yang baik sebelum aku
pergi untuk selamanya.” Kata Sung Joon.
“Bagaimana
kalau terjadi lebih cepat?” ucap Shi Kyung khawatir.
“Shi
Kyung. Sejujurnya... aku tak takut mati kesakitan, tapi aku takut mati
sendirian. Aku takut. Sekarang Ada ayahku di sisiku, kurasa aku takkan begitu
takut. Nanti akan kutelepon ketika saatnya tiba. Sinyalku untukmu adalah 1111.
Kalau aku ingin mendonasikan mataku, maka aku harus dioperasi dalam 6 jam
setelah kematianku. Jadi Jangan terlambat. Dan jangan lupa, kode ku 1111.”
Pesan Sung Joon.
Tuan Moon
sedang mengambil air heran melihat keduanya
tahu kalau mereka ada di kuil. Shi Kyung mengatakan kalau Sung Joon hyung memberitahukanya. Tuan Moon
kaget kalau anaknya yang memberitahu. Shi Kyung memberikan sebuah amplop kalau
Sung Joon hyung minta memberikannya pada Ayahnya. Tuan Moon melihat surat Permohonan untuk
Donasi Organ
“Anak itu
tak mau berhenti!” kata Tuan Moon marah ingin merobek kertas. Shi Kyung menahan
Tuan Moon agar tak melakukanya.
“Lepaskan!
Sung Joon tak membutuhkan ini. Sung Joon takkan mati!” kata Tuan Moon marah
“Apa Sung
Joon hyung saat ini bisa bicara? Apa dia bisa makan? Apa dia mengenali Anda,
Ahjussi? Ini permintaan terakhir Sung Joon hyung! Dan Ada satu hal lagi yang
ingin diberikan Sung Joon hyung.” Kata Shi Kyung. Tuan Moon melihat lembaran
surat yang dituliskan oleh anaknya.
“Ayah.. Ini aku, Sung Joon... Saat
ayah membaca surat ini... Mungkin aku sudah tak bisa mengenali ayah. Aku pernah
membenci ayah karena sangat miskin.”
Sung Joon
menuliskan surat pada ayahnya saat sedang dalam kedaaan sadar walaupun tanganya
masih terasa lemah.
“Menjadi
bagian keluarga kita terasa sangat menyiksa. Kini aku akan mati, aku
menyadarinya. Orang yang selalu mendampingi hingga saat terakhir... adalah
keluarga. Ayah tak ingin anak yang tak berbakti ini takut dan sendirian.
Ayahku, selalu bersamaku hingga saat terakhir. Kurasa sudah tiba saatnya aku
harus pergi. Untuk terakhir kalinya... ayah, terima kasih.”
Sung Joon
menatap ayahnya yang mendorong kursi roda dan berada di taman untuk menghirup
udara segar.
Tuan Moon
sedih membaca surat dari anaknya, lalu terdengar suara di dalam kuil. Mereka
bergegas masuk, Tuan Moon kaget melihat anaknya sudah jatuh tak sadarkan diri
dengan mulut mengeluarkan darah. Akhirnya Tuan Moon mengendong Sung Joon keluar
dari kuil.
“Ya,
dokter... Aku sudah memanggil ambulans..., aku mengerti.” Kata Shi Kyung menelp
Dokter Lee sambil berjalan disamping Tuan Moon.
Ketiganya
keluar dari kuit dan berjalan lebih cepat, Bom mengatakan bisa dengar sirenen
ambilan yang hampir datang jadi Bertahanlah sebentar lagi Si paman terlihat
kelelahan dan jatuh, Shi Kyung mencoba membantu kalau akan menggendongnya. Tapi
Tuan Moon besikukuh menolak karena hanya ingin ada didekatnya.
Sung Joon
seperti sudah tak sadarkan diri, Tuan Moon meminta agar Sung Joon agar bangun
seperti masih berharap agar tetap hidup. Tapi Sung Joon seperti sudah tahu
kalau takdirnya lebih dulu. Tuan Moon menangis, Shi Kyung dan Bom pun ikut
sedih melihatnya.
Shi Young
sibuk belajar di ruang makan, Bibi Oh mengambil minum di kulkas dan melihat
hidung Shi Kyung yang mimisan. Shi Young terlihat santai dengan mengambil
tissue untu menahan darahnya. Bibi Oh panik melihat keponakanya.
“Jangan
diusap tapi Jepit kuat-kuat di bagian bawah hidungmu” kata Bibi Oh . Shi Kyung
pikir bibinya tak perlu berlebihan karena ia baik-baik sajaa dan masuk kamar saja.
“Sebaiknya
kau berhenti belajar dan istirahat.” Saran Bibi Oh. Shi Young mengatakan kalau
sebentar lagi.
Tadi aku
tak belajar, tapi bersepeda bersama Ga Ram.” Kata Shi Young. Bibi Oh pikir
seharusnya Shi Kyung yang mimisan lalu masuk ke dalam kamar.
Bibi Oh
masuk kamar memberitahu kakaknya kalau
Shi Young sangat lelah dan baru saja melihatnya mimisan. Nyonya Oh
sempat panik tapi tak beranjak dari tempat duduknya. Bibi Oh heran melihat
kakaknya yang tak pergi melihatnya.
Nyonya Oh pikir tak perlu.
“Terkadang,
sikapmu seperti tak peduli pada Shi Young. Dulu kau marah-marah saat dia
mengancam berhenti sekolah. Bahkan Kau tak bilang apa-apa saat dia mulai
belajar lagi. Kali ini nilainya
meningkat banyak, tapi kau tak bilang apa-apa. Shi Young pasti kecewa.” Kata
bibi Oh.
“Aku juga
ingin memujinya. Aku merasa senang melihat rapornya, Mataku berkaca-kaca.”
Ungkap Nyonya Oh. Bibi Oh heran kenapa sikap Nyonya Oh malah seperti acuh pada
anaknya.
“Kalau
aku kelihatan senang dan memujinya, maka Shi Young mungkin akan merasa puas dan
berhenti. Harapanku pada Shi Young sangat tinggi. Shi Young takkan hidup
seperti aku.” Ucap Nyonya Oh yakin.
“Lagipula,
apa Shi Young masalahnya? Pengacaunya ada di kamar itu. Bagaimana cara
menghadapinya? Aku tak tahu harus bagaimana.” Keluh Nyonya Oh yang masih kesal
dengan Shi Kyung.
Shi Kyung
duduk ditaman sambil menelp Bom mengatakan Saat ini... berkat Sung Joon hyung,
seseorang pasti sedang memandang langit. Bom bertanya Apa di langit ada banyak bintang. Shi Kyung
melihat kalau Ada banyak.
Seorang
anak kecil di dorong duduk diayunan mengaku takut. Ayahnya berkata kalau akan
memegangnya jadi tak perlu takut dan selalu ada di belakanganya. Si ayah mendorong ayuanan, Si anak memastikan
kalau ayahnya masih ada dibelakangnya.
“Shi Kyung,
kau mahir main ayunan.” Ungkap Tuan Lee mendorong anaknya di ayunan.
Shi Kyung
seperti bisa melihat bayangan ayahnya yang bermain ayunan bersama, lal
memberitahu Bom kalau ingat sesuatu dan pernah bilang tak bisa mengingat
ayahknya tapi baru saja ingat sesuatu.
“Saat
masih kecil... aku naik ayunan bersama ayah. Aku naik ayunan ini bersama
ayahku, seperti dirimu.” Kata Shi Kyung lalu mendengar ada pesan yang masuk dan
melihat nama [Bocah Preman], matanya pun langsung melotot.
Shi Kyung
langsung ditarik dan didorong oleh ketua kelas dengan menyalahkan Shi Kyung,
gara-gara dia maka rancangan hidupnya
jadi kacau, tak bisa kuliah bahkan sia-siakan waktu berharganya 8 jam per hari,
selama 15 hari di hospice .
“Aku tak
pernah ingin melakukan pekerjaan sukarela ini. Apa Kau tahu semarah apa aku
ini?” ucap Si Pria
“Kenapa
gara-gara aku? Ini salahmu sendiri. Kalau kau tak menganggu Jae Hoon, maka hal
ini takkan terjadi.” Ucap Shi Kyung berani melawan.
“Kau
semakin dewasa. Apa Maksudmu ini daerahmu?” kata si pria. Shi Kyung membenarkan
kalau ini adalah daerahnya.
“Aku tak
takut padamu lagi.” Ucap Shi Kyung berani melawan dan akan pergi.
Temanya
menahan Shi Kyung dengan tanganya, memastikan kalau memang benar-benar tak
takut. Shi Kyun menahan rasa takutnya hanya bisa menyeringa.
Shi Kyung
akhirnya mengunakan seragam sukarela keluar dari kamar mandi, Tuan Kim wajahnya
terlihat segar mengaku lebih nyaman. Shi Kyung pikir kalau masih bisa membantu.
Tuan Kim menolaknya karena bisa lebih sering mandi sekarang , jadi akan mandi
lagi besok dan menyuruh Shi Kyung untuk istirahat. Shi Kyung menganguk
mengerti.
“Ini
Lebih cepat dari yang kukira. Katanya mandi paling berat, tapi sepertinya
tidak.” Komentar teman Shi Kyung datang.
“Wahh..
Tangan dan Punggungku juga sakit. Harusnya 3 tahun, tapi kuselesaikan dalam
satu jam. Bahkan Leherku juga sakit.” Ungkap Shi Kyung merasa kelelahan.
“Baiklah,
baiklah... Jangan mengeluh.” Ejek temanya. Shi Kyung mengak kalau tak mengeluh,
tapi memang Benar-benar sakit
“Jam
tugasku hampir selesai, hari ini cukup sampai di sini. Dan Sampai besok... Jangan
lupa, masih 14 hari lagi. Kau harus Langsung ke sini sepulang sekolah.” Ucap si
pria. Shi Kyung menganguk mengerti.
“Ini
Lucu... Aku takkan ke sini selama setengah bulan, Jadi kau Tunggu saja
sepuasmu.” Gumam Shi Kyung bahagia.
Guru Kim
memberitahu anaknya kalau jam belajar dipersingkat sampai libur musim dingin
jadi Untuk menggantikan kelas siang, meka akan jadi relawan di hospice. Shi
Kyung kaget kalau ia harus pergi ke hospice bahkan Relawan.
“Tampaknya
Shi Kyung tak tahu.” Kaa Guru Kim. Shi Kyung dengan wajah melonggo mengaku tak
tahu.
“Sudah jadi
tradisi dan aturan sekolah, jadi patuhi prosedurnya. Terutama Shi Young, Shi
Kyung, dan Bom. Jam relawan kalian masih kurang,jadi kalian harus bekerja
ekstra.” Pesan Guru Kim.
Ga Ram
melihat Shi Young belajar sepeda dan akhirnya hampir terjatuh dan bisa langsung
ditahan sebelum terjatuh. Shi Young bertanya kenapa Ga Ram menahanya. Ga Ram
merasa kalau tahu kenapa Shi Kyung tak bisa menjaga keseimbangan.
“Kenapa?
Kenapa aku tak bisa?” tanya Shi Young heran
“Saat
sepeda miring, kau selalu membelok ke lawan arahmu jatuh.” Ucap Ga Ram. Shi
Young ingin tahu apa yang harus dilakukanya.
“Kau
harus Belok ke arahmu jatuh. Maka beratmu akan terbagi rata, dan jadi seimbang.
Ayo Coba lagi.” Kata Ga Ram. Shi Young menganguk mengerti.
“Hei....
Park Ga Ram, aku tak jatuh.” Kata Shi Young bahagia mengayuh sepedanya.
“Bagus
sekali... Terus lakukan seperti itu!” teriak Ga Ram tersenyum bahagia melihat Shi
Young bisa mengayuh dengan lancar.
“Kalau
kau bilang dari tadi, maka aku takkan membuang banyak waktu. Kenapa sampai lama
mengatakan hal sepenting itu?” keluh Shi Kyung masuk ke dalam perpustakaan.
“Aku baru
menyadarinya. Setelah aku berhasil mengajarimu, Apa kau malah mengejekku?”
balas Ga Ram.
“Ya,
ingat ucapanmu. Ayah harus menghadapi kebencian saat anak belajar mengendarai
sepeda. Kurasa suatu hari kau akan jadi ayah yang hebat.” Kata Shi Kyung
Keduanya
melihat ada dosirak (Kotak bekal makan siang) diatas meja. Shi Young pikir Ada
yang menempati kursi ini. Ga Ram merasa Siapa yang menggunakan dosirak untuk
menempati kursi dan Lagipula, belakangan hanya mereka yang menggunakan perpustakaan jadi menurutnya
Mungkin ada yang meninggalkannya untuk Shi Young
“Tak
mungkin... Nenekku tak tahu aku di sini... Lalu Ibu tak pernah menyiapkan
dosirak dan Bibiku semakin tak mungkin lagi.” Kata Shi Kyung yakin.
“Coba
Buka saja. Siapa yang tahu isinya” kata Ga Ram. Shi Young membuka melihat nasi
yang dilapis dengan telur dadar dan gambar Kelinci dibagian atasnya.
“Wahh..
Itu gambar kelinci, Orang yang
meninggalkan dosirak ini pasti sangat mengenalmu.” Kata Ga Ram. Shi Young
setuju.
“Di
dunia, orang ini yang paling mengenalku.” Kata Shi Young seperti sudah menebak
siapa yang menaruhnya. Nyonya Yoon berjalan seperti bergega pergi setelah
menaruh kotak makan untuk anaknya.
Shi Kyung
ditarik temanya masuk ke sebuah ruangan, dengan wajah ketakutana memberitahu
kalau langsung datang setelah sepulang sekola dan berpikir kalau Hari ini akan
meggantikan untuk memandikan lagi.
“Ada dua
pasien yang perlu dimandikan. Lalu Menurutmu berapa jam?” kata si pria marah.
Shi Kyung mengaku kalau ia berkerja cukup cepat.
“Dua
orang... mungkin 4 jam.” Kata si pria
“Bagaimana
kalau pakai mesin? Takkan selama itu dan Tak banyak yang perlu dilakukan” kata
Shi Kyung penuh semangat.
“Kau
bilang Memandikan yang terberat?” kata Si pria tahu langsung memberikan
tendangan pada tulang kering Shi Kyung.
“ Kalau
mencoba menipuku lagi, maka kau takkan kuampuni. Paham?” ancam si pria.
Tuan Kim
bangun mengaku kalau Kesabarannya hampir habis. Shi Kyung kaget dan juga
senang, sementara si pria berpikir Tuan Kim itu hantu karena muncul dari
belakang. Tuan Kim menegaskan kalau ini adalah kamarnya.
“Aku
ingin mengingat aroma ibuku, jadi sesekali aku berbaring di ranjang. Kenapa? Apa
Aku juga perlu izin darimu?” ucap Tuan Kim. Si pria tak ingin berlama-lama
mengajak Shi Kyung pergi. Si paman langsung menahanya.
“Aku lama
bertarung di jalanan. Jadi aku paham situasi saat ini. Menurutku Di sini tak
bisa seperti itu, Terutama pada Shi Kyung, takkan kubiarkan.” Kata Tuan Kim.
“Tak usah
hiraukan kami, habiskan infusmu.” Kata Si pria tak takut dengan Tuan Kim.
“Aku
masih lumayan sehat. Jadi Bagaimana?” kata Tuan Kim membuka bajunya. Si pria
seperti ketakutan. Shi Kyung memberitahu kalau dulu Tuan Kim nomor 3 di geng
terbesar Seoul. Temanya seperti tak percaya.
“Aku
takkan panjang lebar. Sepertinya hari ini kau harus menggosok punggungku.” Kata
Tuan Kim. Si Pria pikir Tuan Kim sudah mandi kemarin.
“Itu hanya
mandi dan Punggungnya tak digosok.” Akui Shi Kyung.
“Aku
ingin menghapus tatonya, tapi tak mudah. Bagaimana kalau kau gosok kuat-kuat untuk
membantuku menghapusnya?” kata Tuan Kim
“Aku
belum pernah menggosok punggung orang lain.” Ucap si pria berusaha menolak.
Tuan Kim mengatakan kalau akan mengajarinya nanti karena tak ada yang tak bisa
dipelajari.
Nyonya
Shin berbicara dengan Nyonya Oh tentang Soo Bin. Nyonya Oh memberitahu kalau
anaknya bertanya kenapa Nyonya Shin yang tak menjawab telpnya. Akhirnya Nyonya
Shin menelp Soo Bin kalau tertidur saat menonton film.
“Ibu, Apa
ibu tahu trik liburan? Kalau pesan tiket pesawat jauh-jauh hari, bisa dapat
diskon. Jadi, aku...” kata Soo Bin bersemangat. Nyonya Shin kaget anaknya
membahas tentang Liburan.
“Setelah
ujian masuk perguruan tinggi harusnya kita pergi ke Napoli. Kita bisa makan Pizza
dan espresso. Apa Ibu lupa?”ucap Soo Bin.
“Aku
masih setengah tidur, jadi bingung.” Kata Nyonya Shin mencari alasan. Soo Bin
merasa tak masalah karena akan menemui ibunya
“Ujianku
sudah selesai.. Kita rancang liburan dan pesan semuanya.” Ucap Soo Bin penuh
semangat.
“Tidak,
ibu juga harus membicarakannya dengan Jung Won Ahjumma.” Kata Nyonya Shin.
Nyonya Oh sedari tadi hanya mendengarkan terlihat khawatir.
Shi Kyung
tertidur dikamarnya terlihat sangat lelap, sampai akhirnya karena tanganya
menyentuh rak membuat semua buku komik terjatuh di kepalanya dan membuatnya
terbangun lalu melihat ponselnya dan matanya melotot melihat jamnya.
“Ibu!
Kenapa aku tak dibangunkan?” kata Shi Kyung bergegas keluar dari kamar dan
dibuat binggung karena seperti sudah tak ada orang di rumahnya dan bergegas
pergi.
Shi Kyung
bersembunyi sebelum masuk kamar dan melihat dari kejauhan lalu bergumam “Hari
ini bahkan wakil kepsek, Guru BP akan menutup gerbang begitu melihatnya”
“Tak
bisa. Aku harus cari jalan lain untuk masuk.” Ucap Shi Kyung melihat Guru Park
sudah mengunci pintu gerbang.
Shi Kyung
akhirnya melempar tasnya dibalik tempat keamanan, lalu melihat menaiki tangga dan berjalan
diatap. Ia tak sadar kalau Guru Park menunggu dibawah gedung, sampai akhirnya
Guru Park mengambil tas Shi Kyung untuk mengikutinya. Shi Kyung melonggo kaget
dan kebingungan caranya untuk turun.
Bom berjalan
dengan tatapan kosong, mengingat permintaan dari rumah sakit kalau tak bisa
ditunda lagi dan harus segera menjalani tes. Shi Kyung kembali harus menjalani
hukuman dengan menyapu tangga, lalu menerima telp dari Rumah sakit.
“Ponsel
Kim Bom ketinggalan di sini. Dia paling sering menelepon Anda, makanya
kutelepon.”kata perawat. Shi Kyung teringat dengan hasil tes.
“Apa
Hasil tes sudah keluar? Bagaimana hasilnya?” tanya Shi Kyung.
“Sebaiknya
Anda tanyakan sendiri dan Tolong sampaikan agar datang mengambil ponselnya.”
Kata si perawat .
Shi Kyung
melihat Bom bertanya apakah barus saja pergi ke rumah sakit dan Ponselnya
ketinggalan di sana. Bom seperti baru menyadarinya. Shi Kyung ingin tahu apa
Hasil tesnya. Bom mengaku Anemia.
“Apa
serius? Bagaimana pengobatannya? Aku harus mencari tahu.” Kata Shi Kyung
mencari keyword Anemia. Saat itu Bom seperti merasakan pandangan tiba-tiba
kabur tapi berusaha untuk ditahan dan kembali bisa melihat dengan jelas.
Yong Gi
berjalan di lorong, Guru Kim memanggil Yong Gi mengetahui kalau anak muridnya
itu takkan makan permen itu dan mengejeknya kalau permen itu rasanya enak. Ia
mengoda kalau Yong Gi ingin membuangnya maka lebih baik memberikan padanya
saja.
“Bagaimana
yah? Ini adalah sebuah penghargaan, aku akan menyimpannya selamanya. Dan Pak
guru semakin tua sehingga semakin menginginkan permen. Kalau ingin makan
permen, beli sendiri lalu makan. Jangan rakus, berusaha mengambil milikku.”
Ucap Yong Gi sinis lalu berjalan pergi dengan permen yang diberikan oleh Bibi
Oh.
Bibi Oh
bertemu dengan Guru Kim bertanya apakah akan berhasil. Guru Kim yakin kalau
akan berhasil dan memBayangkan kalau ia yang memberi permen itu pada Yong Gi
maka akan langsung membuangnya ke tempat sampah.
“Doronganmu
sepertinya berhasil untuk Yong Gi.” Puji Guru Kim. Bibi Oh pun bisa berharap
kala memang itu benar.
“Apa aku
boleh memberi Yong Gi, selainpermen untuk memberinya kekuatan? Apa ada yang
seperti itu?” tanya Bibi Oh.
“Entahlah.
Yong Gi mulai memberontak setelah ayahnya meninggal.Dan kemudian, ibunya
meninggalkannya. Menurutku sebaiknya kau perhatikan dia dengan hati seorang
ibu. Sepertinya itu yang paling dibutuhkannya. Perhatian dan dorongan seorang
ibu.” Kata Guru Kim.
“Aku
paham dorongan dan perhatian. Aku tak tahu caranya seperti ibu... Ahh.. Kakakku
selalu memukuli Shi Kyung. Jadi Aku bisa begitu, kan?” kata Bibi Oh.
“Kau
bilang Memukulinya? Apa Ibu Shi Kyung memukuli Shi Kyung?” kata Guru Kim kaget.
Bibi Oh
mencoba mengelak, menjelaskan kalau tak
memukulinya seperti itu, tapi hanya Memukul punggungnya. Guru Kim menganguk
mengerti. Menurutnya ibunya juga sering memukul punggungnya tapi menurutnya Jangan
lakukan itu pada Yong Gi. Bibi Oh menganguk mengerti.
Bersambung
Part 2
INSTAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
PS; yang udah baca blog/ tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Makasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar