Soo Ji
terlihat kesal melihat Sang Goo yang memberikan bunga, dan ingin tahu alasanya.
Sang Goo pikir kalau ingin mentraktir makan malam dan binggung melihat sikap
Soo J yang berbeda. Soo Ji menegaskan ingin tahu alasan mentraktirnya makan
malam.
“Kau
bahkan datang ke sini tanpa
memberitahuku dulu.” Kata Soo Ji marah
“Kurasa
kau agak dingin saat menjalin hubungan.”
Ucap Sang Goo mengerti.
“Aku
memang bilang ingin tidur denganmu. Tapi bukan berarti aku ingin kencan
denganmu... CEO Ma, apa kau itu masih
umur 20? Kurasa kau salah paham. Aku hanya main-main denganmu. karena aku ingin
tidur dengan seseorang. Kukira kau juga seperti aku. Tapi kau jauh lebih polos
dari yang kukira. Ini memalukan.” Ungkap Soo Ji yang tak ingin menjalin
hubungan.
“Soo
Ji... Kau memang luar biasa jahat rupanya.” Kata Sang Goo melihat Soo Ji
berjalan pergi.
“Ya, aku memang
jahat... Makanya aku bisa bertahan seberat
ini di bidang sekarang yang aku jalani.
Jadi. berhenti menghalangi jalanku, CEO Ma.” Tegas Soo Ji berjalan
pergi.
“Hei, Woo
Soo Ji! Apa katamu?!! Kau bulang "Berhenti menghalangi jalanku"?
Memangnya aku menyarankan hal yang lebih
dari makan malam bersama? Kita ini sama dan bisa saling mengenal. Hanya itu
yang kuinginkan. Kau tidak perlu bersikap agresif soal itu.” Ucap Sang Goo
dengan nada penuh amrah.
“Kau
harus Dengar.. Kurasa kau itu mengira kerjaanmu sama seperti di organisasi
mahasiswa... Ah... Bukan... maksudku Jika hubungan berakhir...maka wanita yang
mengalami pahitnya, Yang disalahkan si wanita. Wanita yang akan
berkorban.”tegas Soo Ji
“Kenapa
kau ini susah dipahami?” ucap Sang Goo seperti tak bisa mengenal Soo Ji
“Kurasa
kau tidak kenal betul dunia itu seperti
apa. Apa Pikirmu dunia telah berubah? Semuanya sama saja. Jadi jika kau sungguh
ingin tidur denganku, maka berhenti dari pekerjaanmu dan bicaralah denganku lagi. Maka saat itu, aku
mau “berkencan denganmu.” Tegas Soo Ji. Sang Goo hanya terdiam seperti tak
percaya kalau Soo Ji bisa berkata seperti itu padanya.
Se Hee
membaca komentar [Pengendara YOLO dilaporkan.] lalu bertanya apakah Bok Nam
Juga dilaporkan di aplikasi yang ditemukan Won Seok. Won Seok membenarkan
dengan bercerita aklau keduanya saling menukar nomor dan saling kirim pesan. Tapi
saat si wanita memblokirnya, maka Bok
Nam mulai menguntitnya.
“Dia pun
mencoba menelepon dan kirim pesan padanya
dan membobol akun si wanita.” Kata Won Seok
“Aplikasi
kami juga dapat laporan yang sama tentang dia.” Kata Se Hee
“Kasus
ini mirip dengan pemerkosaan yang
terjadi di stasiun Namgang, bahkan Polanya juga sama...” ucap Won Seok
memperlihatkan ponselnya.
“Tidak.. Dia
tidak terlihat seperti penjahat.” Ucap Bo Mi membela Bok Nam
“Hei. Aku
juga keihatan mirip model saat duduk seperti sekarang ini.” Keluh Won Seok
merasa Bo Mi tak bisa menilai orang dari penampilanya. Bo Mi terlihat malas
menatap Won Seok.
“Mereka
bertemu lewat game online. Dia terus menguntit si wanita karena kesal kontak
dia diblokir. Dia melacak media sosial si wanita dan dia tahu keberadaan wanita
itu. Namun si pelaku itu belum ditangkap.” Jelas Won Seok.
“Apa Dia
belum ditangkap?” ucap Se Hee. Won Seok membenarkan dan hanya tahu beritanya
sampai disitu. Karena Temannya bekerja
di perusahaan game.
“Bukannya
Ji Ho bekerja sama dia dan seharusnya kau perlu memberitahunya?” ucap Won Seok
juga terlihat khawatir.
Se Hee
terdia mengingat ucapan Ji Ho saat di apotik “ Sulit bagiku dapat kerja
sambilan di saat seperti ini. Aku saja bisa dapat kerja di kafe itu karena bantuan Bok Nam. Pekerjaan
bukanlah hal yang mudah kucari. Kuharap kau jangan enteng sekali berkata seperti itu.”
“Meski
aku ingin memberitahunya, aku harus
memastikan kebenarannya. Kalau ini tidak benar, maka ini tidak menguntungkan
bagi siapapun. Dan ada kemungkinan Ji Ho
bisa dipecat dan Pria ini juga bisa dipecat.” Ucap Se Hee berhati-hati
“Ini 'kan
cuma kerja sambilan. Istrimu bisa berhenti kapan saja.” Pikir Won Seok.
“Pekerjaan
sambilan itu penting bagi seseorang. Aku
tidak bisa bersikap sombong dan menghancurkannya.
Dan Juga, aku tidak mau bertanggung
jawab atas hal itu. Apa kau bisa. minta tolong temanmu dari perusahaan game itu
untuk mencari tahu lebih banyak tentang kasus
Penculikan di Stasiun Namgang? Aku juga ingin tahu informasi tersangkanya.”
Kata Se Hee.
“Nanti
kuminta bantuan dari dia. Tapi, dahimu kenapa?” tanya Won Seok. Se Hee hanya
mengaku ada kecelakaan dan lalai.
“Ini
Terlihat Cantik, 'kan? Pakaian dalam ini buat kau. Aku beli ini karena ada
diskon.” Ucap Ho Rang memperlihatkan bra berwarna pink. Ji Ho melihatnya
seperti merasa geli.
“Kenapa? Apa
menurutmu Jelek? Lalu bagaimana Kalau yang ini?” kata Ho Rang memperlihatkan
pakaian dalam warna merah.
“Itu 'kan
punyamu. Yang cocok buat Ji Ho Noona sepertinya yang ini.” Kata Bok Nam datang
dengan menunjuk pakaian dalam warna putih.
“Astaga...Apa
maksud omong kosongmu ini?” keluh Ji Ho
melihat Bok Nam yang ikut berkomentar.
“Benar
juga.. Pria pasti menganggap Ji Ho sebagai wanita polos.” Goda Ho Rang
“Dia
bukan kelihatan polos saja Tapi dia memang polos. Warna putih cocok buat Ji Ho
Noona... Apalagi kaos tanpa lengan karena Garis bahu dia cantik” ucap Won Seok
memuji
“Hei... Bicara
apa kau ini? Cuacanya terlalu dingin, pakai kaos tanpa lengan. Kau bicara
seolah sudah pernah lihat garis bahunya.”
Kata Ho Rang.
Ji Ho
tiba-tiba terdiam dengan kejadian sebelumnya, Bok Nam memujinya cantik kalau
rambutnya diikat. Ji Ho brtanya kapan Bok Nam pernah melihat rambutny diikat,
karena belum pernah mengikat rambutnya saat berkerja. Bok Nam meralat ucapanya
kalau Ji Ho mungkin terlihat cantik jika rambutnya diikat.
“Aku tak
perlu melihatnya langsung, Aku bisa bilang begitu karena dia memang cantik.
Kuenya tak usah bayar, Noona.” Kata Bok Nam ramah lalu pergi
“Haruskah
aku tinggal bersamanya daripada tinggal sama Won Seok?” pikir Ho Rang yang
terkesima dengan ketampanan Bok Nam
“Hei.. Kata-katamu
itu tidak serius, 'kan? Kau pasti beli bra ini buat ditunjukkan pada Won Seok.” Ucap Ji Ho.
“Betul....
Ini semua Buat Won Seok... Malam ini, bra ini akan kupakai. Dan aku tidak akan
membiarkan dia menyentuhku sama sekali.”
Ucap Ho Rang memperlihatkan bra merah. Ji Ho melotot bingung.
Won Seok
berjanji akan memberitahu kalau dapat info soal itu. Se Hee pun mengucapkan
terima kasih atas semuanya. Won Seok pikir belum memperkenalkan Diri dengan
semestinya dan memberikan kartu namanya. Se Hee pun memberikan kartu nama Won
Seok pada Bo Mi
“Aku juga
seorang CEO perusahaan startup. Namanya
"Get Up". (=Bangun) Aplikasi alarm.” Kata Won Seok. Semua melonggo
tak percaya.
“Apa
Maksudnya aplikasi alarm yang saling
membangunkan antara teman?” ucap Se Hee. Won Seok membenarkan dan terlihat
bangga karena seperti terkejut mendengarnya.
“Oh, kau
rupanya pembentuk aplikasi "Get Up". Apa itu yang kita pakai kemarin
lusa?” kata pegawai Sang Goo
“Apa Kalian
sudah pernah mencoba aplikasiku?” tanya Won Seok bangga.
“Kami semua
kagum dengan aplikasi itu setelah menggunakannya. Kami semua juga ingin
menanyakan pada semua perancang
aplikasimu jika kami boleh berkesempatan bertemu mereka.” Ucap Se Hee. Won Seok
pikir tanya saja sekarang
“Apa
alasan kalian membuat aplikasi itu?” tanya Se Hee. Won Seok melonggo bingung.
“Oh, itu
karena... Seperti yang kalian tahu..., pengguna sering tidak mendengar alarm dan
balik tidur lagi. Jadi suara alarmnya berpindah ke ke ponsel teman si pengguna.
Lalu si teman pengguna ini menelepon si pengguna
untuk membangunkannya.” Jelas Won Seok
“Kalau seperti
itu, bukankah sudah cukup kalau kita hanya perlu pasang alarm dalam waktu yang
berbeda?” pikir Se Hee.
“Bisa
juga seperti itu. Tapi... Moto aplikasi kami adalah koneksi antar manusia. Ini
bukan sekadar alarm biasa. Tapi Ini alarm media sosial. Pasangan atau pelajar
yang belajar bersama bisa saling mengingatkan pagi-pagi dan membuat hubungan
mereka menjadi lebih baik.” Jelas Won Seok mengebu-gebu.
“Tapi apa
kalian dapat untung dari aplikasi itu? Berapa penghasilan kalian per bulan?”
ucap Bo Mi. Won Seok terlihat sedih mengaku mereka tak dapat untung.
“Shim Won
Seok.. Kau sebaiknya belajar betapa seriusnya
dosa menolak pernikahan. Kau 'kan suka pakaian dalam tembus pandang.
Kita lihat berapa lama kau bisa bertahan.” Ucap Ho Rang sudah siap dengan
pakaian dalam yang akan mengoda pacarnya.
Terdengar
suara pintu terbuka, Ho Rang buru-buru membaringkan tubuhnya dengan posisi
mengoda, tapi Won Seok masuk dengan wajah tertunduk. Ho Rang binggung dan mendekatinya dengan
bertanya ada apa. Won Seok hanya bisa menangis dan memeluk Ho Rang.
Ho Rang
mendengar cerita Won Seok di sofa mengetahui kalau pegawai Sang Goo bertanya kenapa membuat aplikasi itu, Ia
terlhat kesal bertanya Apa maksud mereka tanya seperti itu, padahal Won Seok
berhasil menghasilkan uan menurutnya itu hanya Omong kosong.
“Ho Rang...
Aku...tak pernah membayangkan aplikasiku dihina seperti itu. Ada banyak
aplikasi aneh di dunia ini... Ada aplikasi penghangat tangan Dan ada aplikasi
untuk memamerkan kekayaanmu, bahkan ada
aplikasi yang membantu menggaruk
punggung pakai getaran. Apa Aplikasiku itu salah?” ucap Won Seok sedih
“Ya.
Tidak ada yang salah dengan "Get Up". Apa mereka meremehkanmu
karena aplikasi mereka peringkat satu dan
aplikasimu peringkat 257? Tak kusangka Se Hee seperti itu. Dia saja
berguling-guling jatuh agar tidak bayar kaca spion.” Ucap Ho Rang. Won Seok tak
percaya mendengarnya,
Ji Ho
mencuci cangkir lalu menaruh dibagian rak atas. Bok Ne memberitahu kalau tempat
Ji Ho salah menaruh cangkir dengan memarahinya kalau tadi jaga memecahkannya. Ji Ho membela diri kalau
tadi itu karena pelanggan.
“Jika pelanggan
hampir menjatuhkan cangkirnya, pelayan
harus menangkapnya... Bukan begitu?” ucap Bok Nam. Ji Ho terlihat binggung dan
ketakutan.
“Aku akan
merahasiakan kejadian hari ini. Kau berutang padaku. Jadi sebaiknya kau harus
balas budi nanti.” Kata Bok Nam. Ji Ho sibuk bekerta tak sadar kalau ponselnya
berdering, Bok Nam melihat nama [Pemilik Rumah] dilayar ponsel lalu memberitahu
kalau Ji Ho ada telp. Ji Ho bergegas keluar dari cafe untuk mengangkat telp Se
Hee.
Ji Ho pun
bertanya ada apa Se Hee menelpnya, Se Hee dengan gugup bertanya hari ini Ji Ho pulang jam berapa. Ji Ho pikir pulang tepat
waktu dan ingin tahu alasan Se Hee menanyakan hal itu. Se Hee dengan gugup
mengatakan Arsenal mau tanding hari ini. Ji Ho mengerti.
“Tapi Apa
kau telepon karena itu?” ucap Ji Ho. Se Hee mengaku kalau hanya ingin
memberitahu saja. Ji Ho pun mengucapkan Terima kasih.
“Dan
juga, hari ini... apa kau pulang naik bus?” tanya Se Hee. Ji Ho pikir itu mungkin dan ingin tahu alasan Se Hee
menanyakan hal itu.
“Kenapa kau
terus bertanya apa aku pulang naik bus?”tanya Ji Ho heran.
“Begini...
Karena kurasa sebaiknya kau pulang naik
bus saja... Maksudku, naik bus lebih efisien..., dan juga lebih aman. Jadi...
Halte bus 'kan ada di dekat rumah kita...Aku aneh, kan?” ucap Se Hee merasa
dirinya aneh. Ji Ho pun membenarkan dengan dahi mengerti.
Akhirnya
Ji Ho menanyakan tentang kitty, apakah Se Hee
sudah menjemputnya. Se Hee mengatakan akan menjemputnya nanti. Ji Ho
bertanya apakah nanti Kitty harus pulang naik taksi juga. Se Hee membenarkan
karena karena ijam sibuk, maka Kucing akan merasa tidak nyaman kalau ramai
orang di dalam bus. Ji Ho mengerti dan merekan akan bertemu saat pertandingan
dimulai lalu menutup telp.
“Apa Si
Kucing naik taksi tapi dia menyuruhku pulang naik bus? Ada apa dengan orang
ini?” keluh Ji Ho kesal.
Se Hee
membaca pesan dari dokter hewan “Kau harus menjemput kucingmu jam 7 malam.”
Lalu bergegas meninggalkan mejanya. Tiga karyawan sedang bermain rubik, tapi
tak berhasil padahal sudah menonton videonya. Se Hee lewat di depanya.
“Se Hee..
Apa kau bisa main ini? Kau 'kan hebat main rubik, Waktu itu, kau saja buat
rekor baru.” Ucap Si pria meminta agar Se Hee memperlihatkanya.
Se Hee
sempat terdiam lalu mendekati temanya dan hanya menatap ribuk saja. Semua hanya
bisa menghela nafas dan memilih untuk pergi.
Ji Ho
menunggu di halte bus, Bok Nam datang dengan sepeda motor mengeluh Ji Ho selalu
pulang duluan dan menyuruhnya untuk segera naik. Ji Ho menolaknya. Bok Nam pikir kalau Suami
Ji Ho yang menyuruh untuk naik bus. Ji Ho kaget Bok Nam bisa mengetahuinya.
“Aku tak
sengaja dengar tadi. Apa Kau tak tahu aku bisa mendengar semuanya dari jendela?
Dasar Bodoh.” Ejek Bok Nam. Ji Ho menganguk mengerti seperti tak curiga.
“Kau
Duluan saja. Aku akan naik bus”kata Ji Ho seperti berharap bertemu Se He.
“Kau
penurut sama suamimu, Dia saja tidak datang menjemputmu. Lagipula ini tidak
jauh. Cuma jarak satu stasiun dari tempat kerjanya. Tapi kenapa dia tidak
pernah datang menjemputmu?” ucap Bok Nam
“Karena dia
sibuk.” Jawab Ji Ho. Bok Nam makin mengejek apakah karean menjemput kucingnya,
“Jadi
baginya, kucingnya lebih penting dari istrinya. Jadi Naiklah. Kita minum bir
dulu. Kau berutang padaku hari ini, ingatkan?” kata Bok Nam. Ji Ho pun
menyanggupinya, saat akan naik motor tasnya sempat terjatuh dan kembali turun
untuk mengambilnya.
Se Hee
naik taksi dan meminta agar pergi ke Klinik hewan di depan Stasiun Chungguk
pada sopir, tatapan terus mengarah pada rubik. Diteras atap, Won Seok masih tak
percaya Se Hee jatuh berguling karena
menghindari kaca spion.
“Itu Sama
seperti dikatakan Sang Goo Hyung, yang dia
pedulikan cuma kucing dan angsurannya.” Ucap Won Seok. Ho Rang tak mengerti
maksudnya.
“Rekan-rekannya
bilang dia hanya peduli kucingnya. dan
biaya angsuran rumahnya. Yang dia pedulikan
cuma angsurannya dan perasaan kecil pada kucingnya. Dia rela tidak
pernah naik taksi demi membayar angsuran tapi dia rela naik taksi, mengeluarkan biaya operas dan membeli makanan
kucing paling mahal buat si kucing itu.”
Ucap Won Seok
“Dia
memang aneh sekali.” Pikir Ho Rang. Won Seok pikir maka dari itu Orang-orang
perusahaannya juga sangat aneh.
“Tapi
dialah yang paling aneh... Dia bahkan buat rekor baru.” Jelas Won Seok. Ho Rang
ingin tahu rekor apa yang dibuat Se Hee.
“Rubik...
Dia pernah ikut lomba rubik dan mencetak
rekor baru.” Kata Won Seok. Ho Rang sempat binggung tapi akhirnya bisa
mengingatnya.
“Oh,
mainan anak-anak itu? Bukannya itu tinggal
pindah-pindahkan warna saja?” pikir Ho Rang santai. Won Seok terlihat
kesal mendenagrnya.
Bo Mi
menelp Se Hee, kalau baru saja bertanya pada pamannya yang polisi, Soal kasus
seorang pria mengurung seorang wanita itu. Se Hee mengerti dan meminta Bo Mi
mengatakan saja.
“Tersangkanya
masih belum diketahui dan hanya ada satu bukti di TKP. Tapi.. Apa, ya, namanya?
Yang dipakai buat mengikat baut.Apakah Spinner?” ucap Bo Mi binggung
“Apa Maksudmu kunci spanner?” kata Se Hee. Bo
Mi membenarkan. “Pelakunya meninggalkannya benda itu di TKP dan melarikan diri.
Kurasa dia menggunakan itu sebagai
senjata.” Kata Bo Mi. Se Hee terdiam mendengarnya dan kembali memandangi rubik
didepanya.
“Walau
kau kira ini mudah, kau harus menghitung
pergerakannya. Ada lebih dari 4 juta kemungkinan pergerakan saat bermain ini.
Jadi kesempatannya lebih sedikit daripada. memenangkan undian tiap hari dalam
dua minggu.” Ucap Won Seok sudah memegang rubik didepanya.
“Kau
dapat ini darimana?” tanya Ho Rang. Won Seok mengatakan menukarnya pakai cumi
“Diamlah.
Bukan itu yang penting. Kau tidak bisa main ini kalau cuma memindahkan warna
seenaknya. Kau takkan pernah bisa menyelesaikannya jika tidak memperhatikannya. Kau harus
mengingat rumusnya dan putar satu per satu seakan mencoba mencari petunjuk.”
Ucap Won Seok penuh semangat mengajarkan Ho Rang.
“Berisik!
Hentikan. Kita 'kan tadi membicarakan Se Hee. Tapi kau membicarakan rubik selama 30 menit. Apa kau Tahu yang paling kubenci?” ucap Ho Rang kesal
“Bicara
soal mainan, rumus dan rumus permainan.” Ucap Won Seok melonggo
“Aku
sudah bilang begitu selama tujuh tahun, dan kau tidak mengerti juga. Di kehidupanku
selanjutnya, aku takkan pernah mau bertemu mahasiswa teknik lagi.” Kata Ho Rang
kesal.
Se Hee
menatap rubik mengingat kembali saat bertemu dengan Bok Nam yang berkata
“Kenapa? Apa menurutmu aku berbahaya?”
lalu di cafe berkomentar kalau Tanda tangannya sudah ganti. Di kantor Won Seok
mengingat tentang kasus wanita dikurung.
“Menurutku,
pola ini mirip dengan kasus ini.< Dia
kesal karena nomornya diblokir, jadi dia
terus menguntitnya. Dia tahu alamat si wanita dari media sosial, lalu menculik
si wanita.” Kata Won Seok
Se Hee
juga ingat dengan Bo Mi memberitahu
Kunci spanner yang dipakai sebagai senjata. Ia melihat benda itu didalam
tas Bok Nam, dengan wajahnya mengoda Bo Mi kalau benda itu bisa memperbaiki
hati seorang wanita lalu mengatakan harus mendapatkan keinginanya
Ia
langsung berusaha menyelesaikan rubik ditanganya dengan pemikiran saat Se Hee
bertemu dengan Bok Nam, hanya dalam beberapa detik sudah menyelesaikan ribuknya
dan memanggil supir taksi.
Ji Ho
duduk bersama Bok Nam mengingat Se Hee yang memberitahu ada pertandingan Arsenal hari ini. Bok Nam
meminum bir merasakan nyaman, lalu menanyakan alasan Ji Ho menikah dengan
suaminya. Ji Ho terlihat binggung karena alasan menikah membutuhkan tempat
tinggal.
“Pasti
ada alasan kau menikahinya. Apa yang kau suka tentang dia?” tanya Bok Nam.
“Dia
sangat hemat dan juga pandai mengatur hidupnya. Kau juga tadi lihat bagaimana
dia menghindari kaca spion.” Ucap Ji Ho
berusaha mencari alasan menyakinkan.
“Apa Itu
saja? Karena itu kau menikahinya?” tanya Bok Nam. Ji H mengatakan kalau Se Hee
punya perkerjaan tetap dan juga memiliki rumah. “Karena itu kau menyimpan
kontak dia "pemilikRumah" di ponselmu? Aku melihatnya waktu dia
meneleponmu.” Kata Bok Nam curiga.
“Itu
seperti nama panggilan sayang.. Yahh. Begitulah.” Kata Ji Ho berdalih
“Apa
Maksudmu dia bukan pemilik sebenarnya?”
tanya Bok Nam.
“Dia
memang pemilik rumah itu Tapi aku juga membayarnya. Aku kerja sambilan dan menyortir
benda tak dipakai. Aku merawat kucing itu. Dan terkadang aku membuatkan sarapan buat dia. Walaupun Itu cukup jarang
terjadi sebenarnya.” Cerita Ji Ho
“Tapi itu
membosankan. Kukira orang menikah karena alasan lain, atau orang menikah
karena cinta atau takdir. Berarti,
pernikahan sepertinya tidak ada artinya. Itu Malah seperti kerjaan sambilan. Perdagangan
antara tenaga kerja dan pengusaha.” Pikir
Bok Nam. Ji Ho hanya diam saja.
Won Seok
melihat Ho Rang sedang memakain cream diwajah lalu perhalan mendekat karena
tahu pacarnya itu pasti marah. Ho Rang tak ingin membahasnya karena bukan pertama kalinya. Won Sek meminta maaf
karena tidak bisa menahannya.
“Jangan
berlutut seperti itu, Aku benci melihatnya.” Kata Ho Rang. Won Seok pun duduk
seperti biasanya.
“Tapi Bukan
ini saja alasan aku kecewa sekarang. Kenapa kau sampai pergi ke kantor orang lain dan dihina seperti itu?
Mereka itu konyol. Kenapa mereka peduli sekali dengan aplikasi buatan orang”
kata Ho Rang marah
“Ho
Rang... Kenapa kau mau menikah denganku? Pekerjaanku tak kunjung dapat
investasi dan aku selama tiga tahun seperti
ini terus. Bahkan Uang, mobil, atau rumah, aku tak punya... Aku tak punya apa
apa... Kenapa kau mau menikah denganku?” ucap Won Seok seperti tak percaya
diri.
“Apa
maksudmu? Aku mau menikah karena kau.” Kata Ho Rang santai. Wo Seok terlihat
kaget dan binggung.
“Ya, itu
karena kau, Won Seok... Apa harus ada alasan lagi?” kata Ho Rang.
Se Hee
pergi ke halte tempat Ji Ho menunggu bus, tapi tak melhatnya lalu mencoba nelp
dan mendengar suara yang terasa dekat. Ternyata ponsel Ji Ho jatuh saat tasnya
sempat terjatuh sebelum menaiki motor Bok Nam.
“Karena
dia orangnya.. Aku menikahinya karena dia. Bukannya aku mau bilang kalau
pekerjaan dan rumahnya juga bukan
alasannya, tapi... Kalau dia orang lain..., aku pasti tidak akan menikahi orang
itu, walau dengan kondisi yang sama. Jadi tolong jangan berkata seperti itu Aku
tahu pernikahan bukanlah hal hebat. Tapi bukan berarti orang asing bisa meremehkan pernikahan.”Ucap Ji Ho seperti
merasa cocok dengan Se Hee.
“Berarti menurutmu aku orang asing, ya... Jadi...
Kalau ada yang terjadi disini sekarang, apa menurutmu suamimu datang
menyelamatkanmu?” ucap Bok Nam, Ji Ho terlihat kaget.
“Maksudku...,
walau kau berpikir seperti itu...,dia tetap sibuk mengurus kucingnya dan menyuruhmu naik bus. Dia tidak peduli
denganmu.” Kata Bok Nam menyindir.
“Hei..
Kenapa kau sangat membencinya?” tanya Ji Ho heran.
“Kenapa
kau tidak jawab pertanyaanku? Kurasa kau tidak yakin apa suamimu akan datang
menyelamatkanmu atau tidak.” Kata Bok Nam. Ji Ho mengaku kalau memang tak yakin
agar membuat Bok Nam puas seperti sedang bercanda.
“Makanya.
Kenapa kau menikah dengan suami palsu?” ucap Bok Nam.
Ji Ho
kaget Bok Nam bisa mengetahuinya. Bok Nam melihat birnya habis dan menawarkan
Ji Ho agar minum lagi dan berjalan ke motornya, Ji Ho ingin memastikan apa yang
dikatakan Bok Nam sebelumnya. Bok Nam malah mengejak Ji Ho yang terlihat kaget
karen ia sudah tahu.
“Aku ini
malah sangat tertarik padamu lebih dari yang kau kira. Aku bukan orang asing.” Ucap
Bok Nam dengan membawa kunci dari dari motor dan berjalan ingin memukul Ji Ho.
Ji Ho terlihat ketakutan.
Tiba-tiba
tangan Bok Nam ditahan oleh Se Hee yang datang, dan membuang kunci dari tangan
Bok Nam. Ji Ho kaget melihat Se Hee yang datang menyelamatkanya. Se Hee pun
mengajak Ji Ho untuk mengajak untuk menonton bola.
“Mau apa
kau sekarang?” ucap Bok Nam marah. Se Hee melotot menyuruh agar melepaskan
tanganya.
“Kalau
tak mau kulepas, bagaimana? Apa Kau mau pukul aku?” ucap Bok Nam menantang.
“Tidak,
aku tidak memukul orang. Sayang uangnya untuk ganti rugi. Aku baru tahu kalau
motormu memang mahal. Jadi Aku akan ganti rugi sampai tahun 2048 sambil mengangsur rumahku.” Ucap Se Hee lalu
sengaja mematahkan kaca spion lalu menjatuhkan begitu saja.
Ji Ho
melotot kaget karena Se Hee mau melakukan itu. Bok Nam menjerit histeris melihat
motornya yang rusak. Se Hee langsung mengulurkan tangan Ji Ho dan berkata “Ayo
pulang ke rumah kita”. Ji Ho menatapnya dan meraih tangan Se Hee dan mereka
berjalan masuk apartement.
“Jika kita
tidak mencoba dan tidak bisa saling memahami. Walau dunia seperti ini...Hal yang
kita sebut cinta.. masih ada.”
Bersambung
ke episode 9
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Langjut y bikin sinopsis y ..... Jgn sampe berhenti di tengah jalan ....makasih
BalasHapusMakin seru , aku suka bngt, d tunggu kelanjutan y..makasih.
BalasHapusIiuuuuh.... Suka2... Smg c4 trus updetannya...
BalasHapusSuka bgettt
BalasHapusMeleleh saia😍
BalasHapus