PS
: All images credit and content copyright : KBS
Shi Kyung
panik melihat Tuan Kim yang terbaring tak berdaya lalu bertany Sejak kapan dia
seperti ini. Temanya menjawab kalau itu Sejak pagi ini dan tahu kalau Tuan Kim
sakit parah, jadi merasa prihatin makanya memanggilkan dokter dan akhirnya tidur
sejak saat itu.
“Lalu Kau
bagaimana? Sekarang Tak ada lagi yang bisa melindungimu dan Tak ada yang
membelamu. Jadi, kau bisa membersihkan kamar pasien. Aku mau istirahat.” Ucap
teman Shi Kyung lalu keluar dari ruangan yang bebas mengancam Shi Kyung.
“Ahjussi,
cepat bangun... Kau harus bangun demi keadilan.” Gumam Shi Kyung memegang
tangan Tuan Kim yang tertidur.
Semua
berkumpul di ruang tunggu, melihat relawan lain yang tertidur pulas. Akhirnya
Yeon Sung tak memperdulikan memabhas kalau mereka takkan dapat masalah. Ki Hoon
pikir mereka berniat baik jadi Saat Ga
Ram datang mereka bisa meminta agar mencetaknya di kantor direktur. Ga Ram pn
datang.
“Apa
kalian Sudah selesai?” tanya Ga Ram.
“Kau bisa
mencetaknya dan membawanya ke toko alat tulis.” Ucap Ki Hoon. Ga Ram memuji
kalau Kelihatan bagus.
“Kalian
berisik sekali!!!... Kalau jadi relawan, lakukan tugas kalian. Jangan main-main
dan buang-buang waktu. Apa Kalian tak merasa bersalah?” ucap Si Pria. Yeon Sung
sudah meminta maaf dan Ga Ram melihat si pria seperti bisa mengenalinya.
“Bukan
begitu. Kami hanya...” kata Yeon Sung membela diri, tapi Ga Ram menahan
mengajak semua pergi saja.
Ga Ram
mengingat kalau pria itu ada di Video CCTV saat memaju Shi Kyung dalam peti. Ki
Hoon tak percaya kalau menurutnya seperti film dan Sangat menyeramkan. Yeon
Sung heran karena si pria menyeramkan itu ada di hospice.
“Orang
yang dijatuhi hukuman pekerjaan sosial seringnya dihukum di hospice.” Ucap Ga
Ram. Shi Young tak bisa menaha amarah memilih pergi. Ga Ram bertanya kemana Shi
Young pergi.
“Aku Ke
ruang istirahat. Kau bilang dia di sana!” ucap Shi Young. Ga Ram ingin tahu apa
yang akan dilakukan Shi Young.
“Aku akan
melakukan sama seperti yang dilakukannya pada Shi Kyung. Kenapa kalian tak
berbuat apa-apa setelah melihat itu?” kata Shi Young kesal
“Ini tak
bisa diselesaikan dengan melibatkan diri.” Ucap Ga Ram. Shi Youn ingin tahu apa
yang harus dilakukanya.
Tuan Park
bicara di telp pria itu harus bertahan walaupu sulit dan mengerjakan tugas relawan selama di
rumah sakit jadi bisa berubah pada saat meninggalkan tempat ini. Ayahnya
mengaku tak berharap setinggi itu.
“Aku
hanya tak ingin dia ke pengadilan lagi. Tolong bantu dia memahami ini.” Kata
ayahnya. Tuan Park pun mengerti lalu menutup telp.
“Ayahnya
sangat khawatir” ucap Tuan Park. Ga Ram mengaku mereka juga khawatir.
“Bagaimana
bila dia mengancam Shi Kyung lagi?” kata Ga Ram khawatir.
“Ayah
percaya orang bisa berubah. Mungkin tak mudah, tapi harus dicoba.” Kata Tuan
Park. Shi Young seperti merasa sedikit kecewa.
Tuan Park
mengajak si pria di lorong dan meminta agar menunggu karena kakek pengurus akan segera tiba. Ia
memberitahu kalau Banyak yang harus dikerjakan saat menyiapkan jenazah, jadi meminta
agar membantunya. Si pria menganguk mengerti seperti bersikap ramah.
“Ada CCTV
di sini dan di sana. Jadi Aku akan memeriksamu untuk melihat pekerjaanmu.”
Tegas Tuan Park.
“Jangan
khawatir. Aku akan bekerja keras.” Kata si Pria. Tuan Park pun memberikan
nasehat.
“Dalam
hidup, orang bisa berbuat kesalahan. Namun tak banyak kesempatan untuk
memperbaiki kesalahan itu. Kuharap kau manfaatkan kesempatan ini
sebaik-baiknya.” Kata Tuan Park lalu pergi meninggalkanya.
“Dia
pikir menceramahi siapa?Dasar Hanya direktur rumah sakit di kota kecil.” Ucap
si pria kesal dan mencoba menelp Shi Kyung tapi
tak juga diangkat.
Yong Gi
lewat dengan permen yang diselipkan pada telinganya, Si pria memanggil dengan
gaya sombongnya. Yong Gi yang perman memastikan kalau yang di panggil adalah
dirinya. Si pria menganguk, bertanya apakah tahu Lee Shi Kyung di mana. Yong Gi
mengaku tak tahu.
“Telepon
temanmu, lalu cari dia, dan katakan padanya. Suruh dia kemari sekarang juga. Dia
akan paham maksudnya.” Ucap Si pria. Yong Gi menatap sinis.
“Kau Lihat
apa? Aku suruh kau telepon mereka Dan katakan suasana hatiku sedang buruk.”
Ucap Si Pria mengambil permen Yong Gi dan langsung memakanya. Yong Gi sangat
marah langsung mendorong dan mencengkram baju si pria
“Apa Kau
tahu arti permen itu untukku? Hari ini kau akan mampus.” Ucap Yong Gi langsung
menarik si pria ke ruangan lain.
Shi Kyung
berbicara di telp dengan Bo Mi kalau Ahjumma di restoran Cina mirip ibunya dan
saat ibunya marah, lalu kaget melihat ibunya ada di ruang tengah dengan tatapan
dingin. Akhirnya buru-buru menutupi telp
Bong Gu mengucapkanSelamat tidur dan Berlian.
“Bibi..
Ini ada Paket.” Ucap Shi Kyung
memberikan paket pada bibinya. Shi Young langsung ingin membukanya, berpikir
kalau isinya Pakaian. Bibi Oh mengeluh kalau paket itu miliknya.
“Apa Kau
pikir ibumu sangat lucu?” ejek Nyonya Oh marah
“Yang
lucu ahjumma di restoran Cina dan Aku hanya bilang ibu mirip dengannya.” Kata
Shi Kyung membela diri
“Apa Kau
sudah beli losion tangan yang ibu minta?” tanya Nyonya Oh .
“Tadi aku
makan jjajangmyeon dengan Bong Gu, jadi aku lupa.” Ucap Shi Kyung
Shi Young
berteriak kalau yang dibeli bibinya Kosmetik dan banyak sekali. Shi Kyung
mengambil satu lotion memberikan apda ibunya. Nyonya Oh menolak karena tak mau
losion dari adiknya. Shi Kyung pikir Bom
memakai barang seperti ini lalu berlari masuk ke kamarnya. Bibi Oh mengejar Shi
Kyung yang mengambil barangnya.
“Anak
itu.. Sia-sia saja kubesarkan. Ada yang setiap hari menelepon ibunya dan ingin
pergi liburan bersama. Melihat ibumu saja malas, kan?!” ucap Nyonya Oh kesal.
“Siapa? Apakah Soo Bin? Apa Soo Bin ingin pergi
liburan dengan ibunya?” tanya Shi Young sedang sibuk melihat laptipnya.
“Mereka
harusnya pergi.” Kata Nyonya Oh. Shi Young ingin tahu pergi kemana. Nyonya Oh
tahu kalau akan pergi ke Napoli.
Shi Young
merasa kasihan karena Soo Bin bahkan tak tahu. Nenek Oh masuk rumah bertanya
Siapa yang terus menerus mencuri arak berasnya. Shi Young dan Nyonya Oh hanya
diam denga menatapnya.
Bom duduk
di kamarnya terlihat ragu melihat nama [Ibu] di ponsel, akhirnya memutuskan
untuk menelpnya. Ibunya dengan sinis bertanya Kenapa malam meneleponnya. Bom
ingin tahu apakah ibunya bisa datang menemuinya.
“Apa Kau
mengalami masalah? Terakhir kali, kau membolos sekolah dan ibu harus datang ke
sana.” Ucap Ibu Bom marah. Bom pun memilih untuk menutup telpnya.
Bom
akhirnya pergi ke depan rumah Shi Kyung, seperti ingin tahu mendengar suara
kehidupan keluar dari balik dinding.
“Shi
Kyung... Pastikan semua gentong sudah dipasang tutupnya.. Malam ini akan
hujan.” Ucap Nenek Kim. Shi Kyung
seperti malas mengatakan kalau hari ini takkan hujan.
“Hari ini
Akan hujan. Apa Kau segitu malasnya sampai mengubah prakiraan cuaca?” keluh
nenek Kim.
Shi Kyung
kembali terlambat masuk sekolah, berlari dengan cepat untuk sampai pintu. Guru
Park melihat Shi Kyung sudah siap untuk menutup pintu. Bom berteriak
memberitahu kalau celana Guru Park terbuka, Guru Park langsung membalikan badan
untuk menutupnya. Shi Kyung akhinya bisa masuk
pintu gerbang dengan senyuman bersama Bom. Guru Park hanya bisa menahan
amarah karena dikerjai oleh anaknya sendiri.
Bibi Oh
menyanyikan lagu denga piano dan suaranya sangat merdu, Guru Kim mendengar dari
depan jendela dan akhirnya masuk ke dalam ruangan. Bibi Oh malah terlihat
sangat malu dan panik langsungm menutup wajahnya. Guru Kim ingin tahu lagu apa
yang di nyanyikan Bibi Oh.
“Aku
banyak dengar lagu-lagu dari Napoli, tapi yang tadi belum pernah.” Kata Guru
Kim.
“Aku yang
menulisnya.” Akui Bibi Oh. Guru Kim memujinya. Kalau iytu Luar biasa sekali.
“Aku
belum pernah bertemu penulis lagu.” Kata Guru Kim. Bibi Oh merendah kalau tak
ada istimewanya.
“Aku
hanya menulisnya karena bosan.” Kata Bibi oh
“Aku iri
pada orang yang mahir bernyanyi dan bermain alat musik. Dengan piano aku hanya
bisa... Ahh..Ada satu yang aku bisa.” Kata Guru Kim duduk di depan piano.
Guru Kim
memainkan piano dengan dua jari telunjuk, Bibi Oh bisa memainkan nada lainya
dengan 10 jari, sampai akhirnya menjadi lagu yang bagus. Yong Gi lewat melihat
Guru Kim sedang dengan Bibi Oh terlihat bahagia bermain piano dan memilih pergi
saja.
Bom
sedikit kaget tentang Liburan. Shi Kyung menceritakan Soo Bin dan ibunya
seharusnya pergi liburan setelah ujian masuk perguruan tinggi. Bom tahu kalau Soo
Bin masih belum mengetahui keadaan ibunya dan Saat ini masalahnya bukan
liburan.
“Maka
dari itu, Aku ingin mewujudkan keinginan Soo Bin dan pergi ke Grand Canyon
bersamamu, Kurasa itu takkan bisa.” Ucap Shi Kyung
“Apa yang
berubah meski mereka bisa berangkat?” kata Bom. Shi Kyung tak mengerti maksud
ucapan Bom.
“Liburan
takkan mengubah fakta bahwa ibunya akan meninggal. Apa ini tak lebih berat bagi
Soo Bin bila mereka pergi liburan bersama? “ kata Bom.
“Bagamanapun
juag mengabulkan keinginan orang yang hampir mati adalah hal yang baik.” Pikir
Shi Kyung
“Entahlah.
Ini Sekaligus juga tak berarti.” Ucap Bom. Shi Kyung pikir benar dengan
memanggilnya Bong Gu.
“Katanya
keluarga hanya akan damai bila mendengarkan wanitanya.” Komentar Shi Kyung. Bom
mengejek Shi Kyung dengan memanggilnya, Bernard bertanya apakah merkea itu
sudah keluarga. Shi Kyung menganguk.
Shi Kyung
menerima pesan dari ibunya “Apa Kau punya waktu sepulang sekolah? Datanglah ke hospice.”
Ia pun hanya mengumpat kesal karena si preman temanya masih ada disana. Bom bertanya Siapa yang dimaksud. Shi Kyung
hanya mengataka kalau yang dimaksud itu
Seseorang.
“Hei.. Bocah gila...” panggil Yong Gi. Bom tak suka
pacarnya di panggil seperti itu.
“Ada anak
baru yang jadi relawan di hospice, kan? Apa Dia menganggumu?” ucap Yong Gi. Shi
Kyung hanya dia menatapnya.
Shi Kyung
seperti ketakutan melihat temanya didepan rumah sakit. Temanya menyapa Shi
Kyung yang sudah Lama tak jumpa. Shi Kyung memperlihatkan permen lolipop,
memberitahu kalau temanya bilang pria itu akan tahu artinya. Si pria seperti
tak bisa berbuat apapun, Shi Kyung akhirnya berhasil lolos dari tekanan si
pria.
Shi Kyung
akan masuk ruangan dan hanya mendengar suara ponsel lalu mengangkatnya,
terdengar suara Soo Bin memanggl Nyonya Yoon. Shi Kyung melihat ibunya tak ada
diruangan. Soo Bin bertanya siapa yang mengangkat telp dan ada dimana. Shi
Kyung langsung menjawab kalau ada di Hospice Gaon.
“Apa kau
bilang Hospice Gaon?” kata Soo Bin. Shi Kyung melihat di layar kalau yang
menelp Soo Bin dan langsung buru-buru menutupnya dengan wajah panik.
Nyonya Oh
datang melihat anaknya sudah datang meminta agar menemui Direktu Park.. Shi
Kyung panik karena sudah membuat kesalahan, tapi belum selesai bicara, ibunya
panik melihat Nyonya Shin seperti mulai kambuh dan menyuruh Shi Kyung agar cepat
panggil dokter.
Saat itu
Soo Bin sampai di depan rumah sakit dengan taksi. Shi Young berjalan dengan Ga
Ram, bisa mengenal Sooo Bin karena pernah
bertemu di Seoul. Ga Ram pun juga yakin melihatnya. Shi Young heran karena Soo
Bin datang ke hospice. Ga Ram pikir kalau
ibunya sudah memberitahu. Shi Young mengajak mereka segera masuk saja
untuk mencari tahu.
Nyonya Oh
kaget melihat Soo Bin yang datang. Soo Bin melihat ibunya terbaring dengan
tertidur lelap tak percaya kalau itu adalah ibunya. Semua hanya terdiam, Soo
Bin seperti tak percaya kalau ibunya ada dirumah sakit.
“Bagaimana
ini? Aku Harus bagaimana? Ibu... Ibu.. Bangun... Ibu, sedang apa di sini?
Bangun...” ucap Soo Bin menangis. Nyonya Oh menahan Soo Bin agar menganggu
ibunya sedang tertidur.
“Ibumu dibawah
pengaruh obat nyeri dan obat tidur. Dia baru saja tidur.” Ucap Nyonya Oh
“Kenapa?
Kenapa ibuku perlu obat nyeri?” ucap Soo Bin. Nyonya Oh mengajak Soo Bin
mengajak bicara di luar saja. Shi Young melihatnya pun ikut menangis juga.
Bom
menunggu di luar rumah, Nenek Kim yang baru pulang melihat Bom bisa
mengenalinya. Bom menyapa Nenek Kim dengan sopan. Nenek Kim mengajak Bom masuk
saja dan malah menunggu didepan rumah. Bom menolan karena hanya ingin datang
saja.
“Kau
bilang Hanya ingin datang? Kenapa kau hanya ingin datang? Apa ada masalah? Apa Perlu
kupanggilkan Shi Kyung?” ucap Nenek Kim
“Tidak,
aku hanya mampir. Aku suka di sini.” Kata Bom.
“Tunggu
di sini.Dia akan kusuruh keluar.” Kata Nenek Kim.
Sementara
di dalam rumah, Shi Kyung kena omel ibunya yang begitu ceroboh. Nyonya Oh pikir
Kalau ada telepon, harusnya lihat siapa
yang menelepon dan memiikirkan yang boleh dan tak boleh dikatakan. Shi Kyung
pikir ibunya tak perlu lagi membahasnya karena sudah merasa sangat bersalah
juga.
“Kalau kau
tahu ya sudahlah.. Soo Bin pasti sangat trauma. Lagipula ibunya akan
memberitahunya.” Kata Nyonya Oh
“Aku dan
Bom memikirkan cara agar Soo Bin dan ibunya bisa liburan.” Ucap Shi Kyung.
Nyonya Oh kesal Shi Kyung kembali menyebut nama Bom dan langsung meminum arak
beras dengan cepat.
“Ibu
ingin tanya padamu.” Kata Nyonya Oh tapi mengurungkan niatnya karena merasa Pertanyaannya
terlalu kekanak-kanakan. Shi Kyung meminta Nyonya Oh mengatakan saja.
“Baik.
Ibu akan tanya.” Kata Nyonya Oh tapi beberapa detik kemudian berubah pikiran,
karena Jawabannya sudah jelas. Shi Kyung meminta ibunya tanya saja.
“Seandainya...
Ibu dan Bom tenggelam, siapa yang akan kau selamatkan lebih dulu?” tanya Nyonya
Oh. Shi Kyung langsung menjawab kalau tentang saja ibunya.
“Jangan
terlalu terlihat kalau kau berbohon. Mendengar semua ocehanmu, kau pasti sudah
tak apa-apa.” Kata Nyonya Oh.
Nenek Kim
memberitahu kalau Bom ada di luar. Shi Kyung langsung melotot dengan wajah
bahagia dan bergegas keluar dari rumah.
Nyonya Oh melihat Nenek Kim langsung menyembunyikan botol arak. Nenek
Kim menyindir kalau bisa menemukan pencuri
arak beras.
“Kenapa
repot-repot menyingkirkannya?” sindir Nenek Kim
“Kupikir
ibu akan pulang terlambat.” Kata Nyonya Oh merasa bersalah.
Shi Kyung
mencari Bom di luar rumah dan dikagetkan Bom dari dbelakang. Shi Kyung mengejek
kalau Bom mirip dengan Bong Gu bodoh. Bom tertawa mengajak Shi Kyung duduk
bersama, menurutnya kalau di pikirkan dan tak harus nyata. Shi Kyung binggung
apa maksud ucapanya. Bom memperlihat dua
cincin yang sama. Shi Kyung mengeluh melihat cincin yang membuatnya frustasi.
“Ini
nyata bagiku, cincin berlian asli... Asli atau palsu, hati yang terpenting. Soo
Bin dan ibunya..” kata Bom yang langsung disela oleh Shi Kyung.
“Jadi,
Apa kita buat agar mereka liburan dengan hati mereka? Tadi kau bilang tak ada
perbedaannya.” Ucap Shi Kyung
“Tidak,
aku berubah pikiran. Aku ingin Bernard menyelesaikan misinya dan pergi ke Grand
Canyon bersamaku.” Kata Bom
“Ini
Sudah kuduga. Sejujurnya, aku heran kenapa Bong Gu bersikap seperti itu.” Kata
Shi Kyung
“Itu yang
kupikirkan... Bernard, kau pasti bisa... Jangan menunggu lagi..” ucap Bom yang
kembali disela oleh Shi Kyung kalau ia sudah tahu.
“Jangan
bilang tanda kutip "menunggu". Akan kupikirkan sesuatu dan Akan
mencari cara agar Soo Bin dan ibunya bisa liburan.. Jadi Mari kita Fokus” kata
Shi Kyung. Bom menatap Shi Kyung seperti
sangat bersemangat kalau membahas tentang Soo Bin.
Nyonya Oh
terlihat setengah mabuk dengan terus meminum arak beras mengaku kalau kalau
rasanya manis. Nenek Kim menyuruh Nyonya Oh agar berhenti minum. Nyonya Oh
menolak dan akan minum sekali lagi. Nenek Oh langsung mengambil mangkuk dari
tangan istri dari anaknya.
“Aku...
ingin mengakui sesuatu... Aku menghormati ibu.” Ucap Nyonya Oh. Nenek Kim heran
apa maksud ucapan Nyonya Oh itu berpikir kalau
salah makan atau kurang makan.
“Setelah
bekerja di hospice... aku merasa ibu sangat mengagumkan. Kini aku telah
membesarkan Shi Kyung dan Shi Young... maka aku merasa ibu sangat, sangat
mengagumkan.” Ucap Nyonya Oh
“Belakangan
ini kau pasti tak ada kesibukan. Lebih baik Masuk dan tidur saja kalau tak ada
kesibukan.” Ejek Nenek Oh. Nyonya Oh melihat Shi Kyung masih belum masuk
“Apa dia
akan masuk kalau Bom di sini?” keluh Nenek Oh seperti Nyonya Oh tak tahu
tentang remaja.
“Ibunya
sedang dalam kesulitan dan ingin bicara. Apa Ibu lihat bagaimana dia lari
keluar karena Bom ke sini, kan?” keluh Nyonya Oh kesal.
“Apa Kau
marah, karena merasa dikorbankan? Dulu kau suka, saat Shi Yoon memihakmu.” Ejek
Nenek Kim. Nyonya Oh mengelak kalau
mereka tak pernah seperti itu.
“Seperti
orang buta bertanya pada orang yang bisa melihat, apa dia baik-baik saja... Dari
yang kulihat, Bom 10 kali lebih dewasa dari kau dulu.” Ejek Nenek Kim. Nyonya
Kim kesal ibunya malah membandingkanya.
Nenek Kim
akhirnya berusaha untuk membaca bagian komposisi dalam arak beras, Nyonya Oh mengaku kalau Masih banyak yang
ingin dikatakan kalau ia menghormati ibu mertuanya. Nenek Kim mengaku sudah
mengerti jadi menyuruh Nyonya Oh untuk masuk saja ke dalam kamarnya.
“Tapi,
ibu... Aku dengar ibu sangat menyukai Bom... Ibu bahkan menusuk jarum jarinya. Apa
yang sangat ibu sukai darinya? Sejujurnya, aku tak yakin soal Bom.” Ungkap
Nyonya Oh. Nenek Kim yakin menantunya itu mabuk lalu mendengar suara ponsel
milik Nyonya Oh.
Nyonya Oh
langsung mengangkat telp dari Soo Bin, dengan seketika otaknya seperti kembali
normal dan sangat kaget, lalu mengatakan anak segera datang jadi jangan
khawatir.
Nyonya Oh
melihat Bom masih ada di depan rumah meminta agar mengantarnya ke hospice. Shi
Kyung bingung tapi akhirnya membiarakn ibunya pergi dengan Bom. Nyonya Oh sudah
sampai di rumah sakit sambil menelp Soo Bin bertanya apakah dokternya sudah
datang, lalu tak lupa mengucapkan terimakasih pada Bom dan bergegas masuk
ruangan.
Di
ruangan Nyonya Shin berteriak histeris meminta agar mereka melepaskan tanganya.
Soo Bin kebingungan melihat ibunya yang berbeda. Shi Kyung akhrirnya datang
dengan Ga Ram bertanya keberadaan ibunya pada Bom. Bom memberitahu sudah ada
didalam ruangan.
“Karena
jauh, mala aku menelepon Park Ga Ram. Shi Young baru saja meninggalkan
perpustakaan. Jadi Aku akan masuk lebih dulu” ucap Shi Kyung mengajak Bom pergi
dan meninggalkan Ga Ram.
Nyonya
Shin terus menjerit histeris, meminta agar melepaskanya. Nyonya Oh bingung
melihat Nyonya Shin. Shi Kyung baru datang menahan Nyonya Shin yang terus
merontah. Bom seperti tak bisa melihat Nyonya Shin memilih untuk pergi.
“Dia
mencabut infusnya dan membuang obat nyerinya.” Kata Perawat
“Sepertinya
sudah tak bisa kita atasi. Ini ensefalopati hepatik *Kondisi yang merujuk pada
perubahan kepribadian, mental,dan sistem saraf pada orang dengan kegagalan
hati” ucap Dokter Lee.
Nyonya Oh
berusaha agar bisa menyadarkan Nyonya Shin, akhirnya Soo Bin mendekati ibunya.
Tapi Nyonya Shin yang tak sadar melotot marah mengatakan kalau tak membutuhkan
anaknya dan mendorongnya karena tak mau melihatnya dan mengusurinya untuk
pergi. Soo Bin akhirnya berlari keluar dari kamar. Shi Kyung akhirnya mengejar
Soo Bin seperti panik.
Shi Young
baru datang berjalan di lorong bertanya Apa terjadi sesuatu. Ga Ram mengajak
mereka bergegas saja. Saat itu mereka melihat Bom seperti gemetar seperti
memiliki gejala trauma. Tiba-tiba Soo Bin berlari didepanya dan langsung masuk
ke tangga darurat.
Soo Bin
seperti merasakan tubuhnya seperti melayang dan tak bisa melhat dengan jelas
tangga didepanya. Ia ingin melangkah turun, saat itu Shi Kyung menariknya dan
meminta agar Soo bin bisa sadar. Soo Bin akhirnya menangis dipelukan Shi Kyung.
Ga Ram, Shi Young dan Ga Ram melihat dari depan pintu terlihat ikut sedih juga.
Shi Young
memegang tangan Soo Bin memberitahu kalau tadi bisa melukai dirinya sendiri,
menurutnya Walau keadaan sulit, tapi harus tetap sadar. Soo Bin tahu, tapi menurutnya tak semudah itu dan tak bisa hidup
tanpa ibunya bahkan berharap ini semua mimpi.
“Walau
kupikir berkali-kali, tak ada yang bisa kulakukan bersama ibuku. Aku ingin mati
bersama ibuku.” Ungkap Soo Bin sambil menangis.
“Apa kau Mau
dengar sesuatu yang aneh?” ucap Shi Kyung akhirnya duduk disamping Soo Bin.
“Ayahku
sudah lama menghilang. Kemungkinan besar dia takkan pernah kembali dan Shi
Young percaya sebaliknya. Sekarang Aku tidur di kamar ayahku yang dulu. Aku
sering bicara dengan ayahku di sana. Kedengarannya aneh, tapi aku seperti itu”
cerita Shi Kyung
“Saat
bicara dengan ayahku di sana, maka aku merasa seolah ayahku hidup. Maksudku...
sekarang perasaanmulah yang terpenting. Aku tak tahu ayah yang kuajak bicara
asli atau palsu. Tapi, aku hanya berpikir dia ayahku Dan aku bicara kepadanya.”
Ucap Shi Kyung merasa kalau yang diucapkan hanya omong kosong
“Tidak...
Aku mengerti... Terima kasih.” Ucap Soo Bin terlihat memiliki semangat kembali.
Shi Kyung pun mengajak untuk high five.
Shi Kyung
berjalan dengan Bom mengaku sama sekali tak mengerti yang diucapkan pada Soo
Bin. Tapi Bom mengejek Shi Kyung Hari ini pandai bicara. Shi Kyung membalas
kalau Semua berkat Bong Gu. Bom pun ingin mengajukan pertanyaan pada Shi Kyung.
“Kalau
aku dan Soo Bin tenggelam, siapa yang akan kau selamatkan lebih dulu?” tanya
Bom seperti iri dengan Shi Kyung yang peduli pada Soo bin.
“Wahh..
Ini tak bisa dipercaya?! Apa ibuku bilang sesuatu saat kau bonceng tadi?” kata
Shi Kyung. Saat itu ponselnya berdering dan mengatakan akan segera datang.
“Bong Gu,
aku harus pergi. Sepertinya malam ini aku harus menjaga ibu Soo Bin. Jadi
Hati-hati sampai di rumah. Aku sudah... berlian sekarang” ungkap Shi Kyung
dengan senyuman sumringah lalu bergegas pergi. Bom pun melambaikan tangan dan
tiba-tiba pandanganya kabur dan tubuhnya lemah, tangan mencoba bertahan dan Shi
Kyung terlihat berjalan menjauh darinya.
Bersambung
ke episode 11
PS; yang udah baca blog/ tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Makasih.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus