Mobil
polisi dan satu ambulance, serta pemadam kebakaran di depan ruang kontainter.
Tuan Choi setelah berbicara pada polisi menanyakan keadaan Jae Chan dan juga
Hong Joo. Keduanya mengatakan baik-baik saja. Tuan Choi memberitahu kalau Ambulans
akan segera tiba.
“Apa Kau
baik-baik saja? Tanganmu tampaknya terluka.” Ucap Jae Cahn melihat tangan kanan
Tuan Choi
“Apakah
ini penting sekarang?!! Kenapa kau ke tempat seperti ini sendirian? Kenapa
tidak meneleponku?” ucap Tuan Choi memarahi Jae Chan.
“Aku
sungkan meneleponmu di luar jam kerjamu.” Kata Jae Chan.
“Kau
seharusnya meneleponku meskipun sungkan. Bagaimana jika kau sendirian dan
terluka. karena mengabaikan prosedur dan aturan? Apa yang kukatakan saat kau
menjalankan surat perintah? Apa yang terpenting dalam hal seperti ini?” kata
Tuan Choi marah
“Keselamatanku.”
Jawab Jae Chan. Tuan Choi berteriak kalau itu jawaban yang benar sampai Hong
Joo terlonjak kaget.
“Tapi
kenapa kau kemari sendirian? Seandainya aku tidak datang hari ini, maka kau
sudah mati.” Ucap Tuan Choi.
Hong Joo
membela kalau Jae Chan tidak menduga tempat ini berbahaya. Tuan Choi menyuruh
Hong Joo agar Jangan ikut campur karena Percuma saja membelanya. Hong Joo pun
hanya bisa meminta maaf. Tuan Choi akhirnya ikut memarahi Hong Joo.
“Kenapa
kau kemari di malam hari padahal tidak tahu ada siapa?” ucap Tuan Choi
“Dia
benar. Kau sama sekali tidak takut.” Keluh Jae Chan ikut memarahi Hong Joo.
Tuan Choi melihat Ambulans datang.
“Siapa
yang harus kuikuti dalam situasi seperti ini? Tubuhku hanya satu.” Kata Tuan
Choi
Hong Joo
menyuruh Jae Chan untuk pergi dengan Tuan Choi, karena menghirup banyak gas
saat mencoba menyelamatkannya. Jae Chan menolak kalau Tuan Choi yang harus
bersama Hong Joo karena Tangannya sangat gemetaran.
“Tanganku
tidak gemetar, Sekarang sudah membaik. Luka dalamnya pasti lebih parah daripada
aku.” Ucap Hong Joo menyuruh Jae Chan pergi.
“Hei, kau
tidak baik-baik saja.” Kata Jae Chan. Hong Joo mengaku baik-baik saja. Keduanya saling adu mulut
siapa yang harus ditemani oleh Tuan Choi.
“Astaga,
dua orang kasmaran ini.” Keluh Tuan Cho melihat keduanya akhirnya saling meraba
wajah masing-masing.
Akhirnya
Jae Chan yang ditemani oleh Tuan Choi dalam ambulance dengan alat bantu
oksisgen. Tuan Choi menasehati Saat Jae Cahn mengabaikan perintah asisten
kepala jaksa. dan pergi ke lokasi tanpa inspekturnya, maka Jae Chan bisa
menjadi korban.
“Kau
menghancurkan kenetralan dari seluruh penyelidikan. Apa Kau mengerti?”
ucap Tuan Choi. Jae Chan menganguk.
“Pak,
omong-omong, bagaimana kau tahu aku disana?” tanya Jae Chan melepskan masker.
Tuan Choi pikir Itu tidak penting sekarang.
“Diamlah
dan pakai saja masker oksigen itu.Bukan hanya menyediakan oksigen, ini juga
mencegahmu bicara.” Ucap Tuan Choi, Jae Chan mengingat saat Tuan Choi memeluknya bersyukur
karena masih hidup.
“Aku
ucapkan Terima kasih, Pak.” Kata Jae Chan mengenggam tangan Tuan Choi
“Sekarang
tolong dengarkan aku jika kau berterima kasih. Jangan membuatku mencemaskanmu
lagi.” Kata Tuan Choi menarik selimut Jae Chan agar lebih rapat.
Hong Joo
datang ke rumah Jae Chan, Seung Won yang membuka pintu heran karena mereka akan
segera ke rumahnya untuk sarapan. Hong Joo mengaku sudah tahu tapi hanya ingin
meminta bantuan. Seung Won bertanya bantuan apa, saat itu terdengar suara dari
kamar mandi.
“Aku menghirup
banyak asap tadi malam. Aku terus berdengus, tapi abu yang terus keluar. Bahkan
ingusku bisa dipakai untuk menulis...” ucap Jae Chan kelua dari kamar mandi
dengan jubahnya, lalu kaget karena Hong Joo ada didalam rumahnya.
“Hyung...
Hong Joo kemari untuk meminta bantuan.” Kata Seung Won. Jae Chan berpura-pura
tak terjadi apa-apa lalu meminta Hong Joo menunggu dan segera masuk ke dalam
kamar.
Seung Won
dan Hong Joo hanya bisa saling berpandangan, Jae Chan duduk di dalam kamar
mengingat perkataan “Menulis dengan ingusku.” Lalu berpikir apakah bisa menarik
ucapanya tadi dan akhirnya hanya bisa mengeluh kalau itu menjijikkan.
Jae Chan
keluar dari kamar dengan gaya sexy, Seung Won membuatkan minum untuk Hong Joo
memberitahu kalau kakaknya terus
mendengus seperti trompet, bahkan tidak perlu alarm dan ia bangun karena
dengusannya setiap pagi.
“Semoga
kau tidak terkejut. Katamu, kau selalu melihat sisi menjijikkan dirinya di
mimpimu.” Ucap Seung Won.
“Ya,
tidak apa-apa. Hidungku juga mengeluarkan abu. Kakakmu jauh lebih seksi saat dia
lembap setelah mandi. Apapun yang dia lakukan membuat hatiku berdebar.” Ungkap
Hong Joo bangga. Jae Chan yang mendengarnya hanya bisa tersenyum
“Kau
mengalami cinta buta sampai ke level serius.” Keluh Seung Won, Jae Chan lewat
dengan sengaja mengingjak kaki adiknya.
“Ya
ampun, Seung Won... Kau harus Mandi, karena akan terlambat.” Ucap Jae Chan.
Seung Won pun sambil menahan sakit berjalan ke kamar mandi.
Jae Chan
pun langsung bertanya bantuan apa yang diminta Hong Joo padanya. Hong Joo
menceritakan kalau menjelaskan secara kasar soal kecelakaan semalam kepada
ibunya dan tidak mau ibunya itu terlalu khawatir. Jae Chan bertanya apa yang
bilang Hong Joo kepadanya.
“Kubilang
aku menelepon Pemadam Kebakaran saat lewat dan melihat api. Jadi, jangan
katakan apapun saat sarapan.” Kata Hong Joo. Jae Chan menganguk mengerti.
“Apa Kita
pergi sekarang?” kata Hong Joo. Jae Chan menahan Hong Joo peri dengan memegang
pundaknya.
“Jangan
lakukan itu kepadaku.” Ucap Jae Chan. Hong Joo binggung apa maksudnya.
“Jangan
bilang dirimu baik-baik saja, padahal tidak Hal buruk, mimpi buruk. Kau harus
memberitahuku semuanya. Jangan membohongiku.” Pesan Jae Chan. Hong Joo
menganguk mengerti.
“Apa Kau
masih bermimpi tentang yang kau ceritakan kepadaku? Mimpi tentang hujan dan
payung hijau.” Kata Jae Chan.
“Tidak.
Aku tidak memimpikan itu belakangan ini.” Ucap Hong Joo. Jae Chan menatap mata
Hong Joo seperti masih tak yakin kalau Hong Jootidak berbohong
“Jika aku
memimpikannya lagi, kau yang pertama kuberi tahu.” Kata Hong Joo. Jae Chan pun
mempercayainya.
Yoo Bum
turun dari mobil di TEMPAT PARKIR KENDARAAN KHUSUS lalu berjalan masuk.
Tiba-tiba seorang dengan pakain hitam dan hampir ditutupi semua wajahnya
mendekati mobil Yoo Bum.
Di ruang
rapat redaksi
Ketua Tim
kaget kalau di dalam ponsel itu ada
foto-foto korban kasus pembunuhan berantai cairan infus. Hong Joo membenarkan. Doo Hyun pikir orang itu berkaitan dengan Myung Yi Suk, seperti kaki
tangan. Hong Joo pikir Mungkin.
“Akan
kucari tahu lagi saat meliputnya dengan teliti dan Mungkin saja dia pelaku
sebenarnya.” Kata Hong Joo curiga
“Kau
bilang Pelaku sebenarnya? Apa dasarmu mengatakan itu?” tanya Doo Hyun
“Selain
11 foto korban, ada foto delapan orang lagi di ponselnya.” Kata Hong Joo. Doo
Hyun binggung bertanya dengan delapan orang itu
Di Ruang
Tuan Park
Jae Chan
mengatakan Mereka semua mati. Semua terlhat kaget. Tuan Park
ingin tahu Kenapa kedelapan korban tidak terdaftar dalam kasus itu. Jae
Chan menjelaskan Mereka bukan dari kamar rumah sakit yang sama dengan kasus
ini.
“Mereka
tidak dihitung karena mati setelah penangkapan Myung Yi Suk.” Jelas Jae Chan.
“Kau
bilang Mereka mati setelah dia ditangkap?” kata Hee Mi. Semua terdiam
memikirkan.
Di Ruang
Redaksi
“Maka dia
mungkin pelaku sebenarnya atau kaki tangan. Artinya, pembunuh berantai itu
masih hidup.” Kata Ketua Tim menyimpulakna.
“Dia bisa
melakukan kejahatan lagi.” Ucap Hong Joo.
“Apa Kau
yakin pria yang mati dalam kebakaran bukan pembunuh berantainya?” tanya Ketua
Tim
Di
Ruangan Tuan Park
“Orang
yang mati dalam kebakaran bukan pemilik ponsel itu. Dia hanya menerima ponsel
dari orang lain.” Jelas Jae Chaen
“Saat
polisi mendekati orang yang mencari ponselnya, Apa ada yang membunuhnya dengan
kebakaran?” kata Jaksa Lee.
“Kemungkinan
besar ponsel itu milik pelaku pembakaran.” Ucap Hee Mi. Jaksa Son pikir
kalau Kemungkinan besar dialah pembunuh
berantainya.
Jaksa
Park meminta semua tenang karena mereka tidak boleh berasumsi karena Ini
penyelidikan ulang, jadi meminta agar bisa berhati-hati. Semua pun mencoba
untuk tenang, Jaksa Park bertanya apakah Jae Chan mendapat data pribadi pemilik ponsel
itu. Jae Chan mengatakan Tidak mudah
menemukan pemiliknya karena itu ponsel prabayar.
Ruang
Redaksi
Ketua Tim
tahu kalau Hong Joo yang bertanggung jawab atas kasus ini tahun lalu. Hong Joo
membenarkan. Ketua Tim ingin Doo Hyun dan Hong Joo hanya fokus terhadap kasus
ini dengan membagi tugas, Doo Hyun yang pergilah ke rumah sakit untuk cari tahu
soal kedelapan pasien.
“Hong
Joo, teruslah bersama polisi dan jaksa untuk mencari tahu tentang pemilik
ponsel itu. Cari tahu apakah ada masalah dengan penyelidikan lama.” Kata Ketua
Tim. Hong Joo mengerti.
Ruang
Jaksa Park
Jaksa
Park bertanya apakah Jae Chan sudah memberikan data cadangan ponsel itu ke tim forensik
Jae Chan mengatakan kalau sudah melakukannya. Jaksa Park ingin tahu bagimana Jae
Chan bisa mengetahui kasus ini, karena ini bukan kasusnya.
“Aku yang
pertama menyadari ini sebagai kasus.” Ucap Jae Chan.
“Kau
adalah korban kasus pembakaran. Bagaimana bisa korban menyelidiki? Kau akan
dikecualikan seandainya aku hakimnya.” Ucap Jaksa Park. Jae Chan bisa mengerti
“Jangan
berurusan dengan kasus ini. Jaksa Son dan jaksa Shin harus mengurus kasus ini.”
Perintah Jaksa Park. Kedua jaksa wanita pun mengerti.
“Kau dan
Jaksa Lee sebaiknya menyelidiki ulang kasus pembunuhan berantai cairan infus
ini. Jika kau tidak mematuhi perintah dan pergi ke lokasi kejahatan lagi, maka aku
akan menghapusmu dari tim.” Tegas jaksa Park. Jae Chan menganguk mengerti.
“Kau
punya dua kasus, tapi hanya ada satu tersangka. Kita akan bekerja dengan dua
jalur. Kedua tim harus rapat setiap hari dan bekerja sama.” Ucap Jaksa Park.
Jaksa Lee menatap Jae Chan yang duduk didepanya seperti menyimpan sesuatu.
Jae Chan
berjalan dilorong dengan Jaksa Park memberitahu
akan menghubungi kantor Yeonju untuk mendapatkan catatan kasus dan
mengajukan penyelidikan terhadap barang sitaan itu. Jaska Lee menganguk
mengerti, lalu tiba-tiba menatap Jae Chan dengan wajah serius.
“Jaksa
Jung... Apa Kau akan baik-baik saja?” tanya Jaksa Jung. Jae Chan binggung
kenapa seniornya menanyakan hal itu.
“Menyelidiki
ulang kasus lama, berarti ada sesuatu yang salah dalam penyelidikan sebelumnya.”
Jelas Jaksa Jung. Jae Chan mengatakan kalau menyadarinya.
“Kau
harus memeriksa Pengacara Lee yang merupakan jaksa kasus ini dan juga harus
memeriksa Penyidik Choi, yang merupakan inspektur. Aku yakin tidak ada masalah,
tapi jika kita menemukan masalah dalam penyelidikan sebelumnya,. Maka Penyidik
Choi bisa menghadapi tindakan disipliner. Setidaknya, kelalaian tugas. Yang
lebih Parahnya, dia mungkin harus diadili.” Ucap Jaksa Lee. Jae Chan hanya bisa
terdiam memikirkanya.
Hyang Mi
mengantikan perban Tuan Choi dengan perlahan. Tuan Choi merasa tak bisa
melakukannya sendiri dengan tangan kanan yang terluka. Hyang Mi menegaskan
kalau dirinya itu memang wanita yang baik jadi berharap bisa bertemu dengan pria
seperti Letnan Han.
“Letnan
Han juga hidup sebagai orang baik.” Ejek Tuan Choi. Hyang Mi yang kesal sengaja
menarik perban. Tuan Choi hanya bisa tertawa menahan rasa sakit dengan meminta
maaf.
Jae Chan
berdiri didepan ruangan melihat Tuan Choi yang tertawa mengingat ucapan Jaksa
Lee “Penyidik Choi mungkin dalam masalah. Apa Kau yakin bisa menyelidiki ulang
kasus ini?” Seperti Jae Chan mulai
terlihat ragu karena bisa saja terjadi sesuatu pada Tuan Choi.
[BAGIAN 14: TANGKAP AKU JIKA BISA]
Jae Chan
memasukan beberapa tumpukan berkas sambil mengeluh kalau banyak sekali catatan untuk kasus ini dan
harus bergadang beberapa kali untuk memeriksa semuanya. Jaksa Lee mengatakan
kalau adan Sebelas orang mati jadi Tentu
saja banyak catatannya.
“Hei,
tutuplah dengan perlahan! Kenapa kau menutupnya sangat keras, padahal kau bisa
menekan tombolnya?”! teriak Jaksa Lee melihat anak buahnya yang menutup bagasi
dengan kasar.
“Jaksa
Jung, aku telah mengawasimu. Jangan meninggalkan goresan di jok kulitnya saat
menaruhnya. Dan Warnanya... Ah... Aku seharusnya meminta mobil lain.” Keluh
Jaksa Lee melihat Jae Chan yang masukan semua di jok belakang.
“Pak,
masuklah... Kita akan terlambat.” Ucap Jae Chan masuk ke belakang kemudi. Anak
buah Jaksa Lee bingung mobil siapa sebenarnya.
"Tampaknya
ini mobilku, tapi tampaknya bukan.. Tampaknya ini mobilku" kata Jaksa Lee
sambil bersenandung akhirnya masuk ke dalam mobil.
Di dalalm
mobil
Jaksa Lee
sibuk mengirimkan pesan “Seandainya aku satu tim denganmu dalam kasus pembakaran
itu. Aku merindukanmu.” Dengan helaan
nafas. Jae Cahn mengusulkan untuk mebawa semua barang sitaan dan catatan
pengadilan ke ruanganm Jaksa Lee
“Aku akan
terus menyelidiki catatan di ruanganku.” Kata Jae Chan. Jaksa Lee mengatakan
Jae Chan tak bisa bisa melakukan itu.
“Penyidik
Choi bekerja di ruanganmu jadi Bawa semua itu ke ruanganku.” Ucap Jaksa Lee
“Apa Kau
tidak melibatkan Penyidik Choi dalam penyelidikan ini?” kata Jae Chan heran
“Tentu
saja. Kirim dia ke tim kasus pembakaran. Mari kita minta penyelidikan lain.”
Kata Jaksa Lee
“Aku akan
menyelidiki ulang kasus ini bersama Penyidik Choi dan Penyidik Choi tidak ada
hubungannya dengan orang-orang yang terlibat. Dia seharusnya tidak dikecualikan
hanya karena asumsi kita.” Tegas Jae Chan.
Jaksa Lee
dan Jae Chan saling menarik berkas didepan ruangan. Jakas Lee kesa kalau sudah
mengatakan untuk menaruh semua catatan di ruangannya. Jae Chan memohon agar Jaksa Lee tetap menaruh
diruanganya.
“Penyidik
Choi menyelidiki kasus ini bersama Lee Yoo Beom. Jika catatan palsu ditemukan,
maka dia bisa menjadi penjahat.” Ucap Jaksa Lee. Jae Chan melihat Tuan Choi ada
didekatnya jadi mengajak Jaksa Lee untuk bicarakan ini nanti.
“Apa
maksudmu nanti? Bagaimana jika dia mau penghormatan... dan merekayasa kasusnya?”
ucap Jaksa Lee dengan nada tinggi. Jae Chan akhirnya berteriak marah karena tak
ingin Tuan Choi bisa mendengarnya.
“Kenapa?
Apa ucapanku salah? Aku tidak mau mencurigai Penyidik Choi melakukan kesalahan.
Tapi aku bisa apa? Tugasku sebagai jaksa adalah mencurigai apapun. Tugas kita
mencurigai siapapun bahkan yang tidak mau kita curigai.” Ucap Jaksa Lee
Tuan Choi
akhirnya mendekat dengan berkata kalau ucapan Jaksa Lee itu benar. Jaksa Lee
kaget melihat Tuan Choi ternyata sudah ada dibelakangnya, lalu menjelaska klalu
tidak bermaksud membuat kesalahan saat penyelidikan. Tuan Choi mengaku kalau
bisa mengerti.
“Aku
seharusnya tidak terlibat dalam kasus ini. Catatan ini seharusnya ditaruh di
ruangan Jaksa Lee.” Ucap Tuan Choi
“Apa? Dia
juga bilang aku benar.” Kata Jaksa Lee membawa berkas ke ruanganya. Jae Chan
hanya bisa diam saja.
Saat
sarapan pagi
Jae Chan
menceritakan kalau Jaksa Lee berlebihan, Nyonya Yoon juga tak percaya kalau
Jakse Lee tega melakukan itu kepada rekannya. Jae Chan juga merasa kalau Jaksa
Lee itu kejam. Hong Joo pikir itu memang
bisa melukai perasaan Tuan Choi, tapi ini penyelidikan.
“Apa Kini
kau memihak Jaksa Lee?” keluh Jae Chan melihat sikap Hong Joo.
“Dia
tidak memihak. Dia hanya mengatakan itu mungkin. Ada kemungkinan penjahatnya
bisa ditemukan di suatu tempat. Artinya, ada yang salah dengan penyelidikan
lama dan Penyidik Choi...” ucap Seung Won dan Jae Chan langsung menyumpal mulut
adiknya dengan sayuran.
“Aku yang
paling mengenal Penyidik Choi. Dia tidak akan pernah...” kata Ja Chan yang
disela oleh Woo Tak.
“Dia takkan
pernah melakukan hal itu. Bagaimana kau bisa yakin? Kau berkata hal yang sama
kepadaku tentang kasus Do Hak Young.”ucap Woo Tak
“Apa Kau
pikir ini kasus yang sama?” tanya Jae Chan.
“Ini
tidak ada bedanya. Menurutku ucapanmu kepadaku waktu itu jawaban yang benar. Aku
tahu Penyidik Choi orang yang baik. Memang benar ada banyak kecurigaan tentang
kasus ini juga.” Ucap Woo Tak dengan wajah serius.
“Mari
bicarakan ini nanti saat kita keluar. Aku tidak mau mendengarnya disini karena
akan membuat seleraku hilang.” Kata Jae Chan mulai makan. Semua pun hanya bisa terdiam.
Jae Chan
dan Woo Tak sudah ada diluar, Woo Tak bertanya apakah Penyidik Choi menjelaskan bagaimana mengetahui
pembakaran itu dan datang, Jae Chan menjawab tidak tapi ada banyak cara untuk mengetahui kasus
itu karena mungkin bisa saja mengikutinya.
“Jika
mengikutimu, dia akan mencegahmu sebelum kebakaran itu.” Kata Woo Tak
“Dia bisa
saja kebetulan lewat.” Pikir Jae Chan
“Tempat
itu jauh dari jalur yang biasa dia lalui.” Kata Woo Tak
“Dia
mungkin melihat api dari jarak itu dan mendatangiku.”ucap Jae Chan.
“Dia
datang sebelum api menyala. Apa Kau ingat ucapan Penyidik Choi kepadaku tadi
malam?” ucap Hong Joo mengingat ucapan Tuan Choi “Kau juga, Hong Joo. Kenapa
kau kemari di malam hari padahal tidak tahu ada siapa?”
“Dia tahu
kita datang terpisah dan datang kesana sebelum kebakaran.” Kat Hong Joo curiga.
“Kenapa
dia menunggu api sebelum menyelamatkanmu? Bukankah itu aneh?” pikir Woo Tak
“Jadi,
apa Maksudmu, Penyidik Choi adalah kaki tangan pembakar itu?” kata Jae Chan
terlihat kesal
Hong Joo
menegaskan bukan seperti itu jadi meminta Jae Chan untuk Jangan curiga dan
bertanya langsung pada Tuan Choi. Jae Chan pikir Penyidik Choi mengorbankan nyawa demi
menyelamatkan mereka, jadi tak alasan untuk
menanyainya, "Bagaimana kau tahu aku disini?" serta tak pantas
jika tanya, "Kenapa kau selamatkan kami setelah kebakaran?"
“Tapi kau
tetap harus menanyainya. Kau tak bisa berasumsi karena tak mau lancang dan bertanya.
Itu bahkan lebih buruk.” Tegas Woo Tak. Jae Chan pun hanya diam saja.
Keduanya
menunggu bus, Jae Chan hanya diam saja. Hong Jo bertanya apakah Jae Chan marah.
Jae Chan hanya diam dengan wajah cemberut. Hong Joo ingin menjelaskan kalau
dikatakan Woo Tak, Jae Chan mengaku kalau sudah tahu.
“Aku tahu
dia benar dan aku salah jadi Kuubah kata-kataku. Aku sadar tidak menjadi jaksa
yang baik Aku juga tahu kenapa kau dan Woo Tak meragukan Penyidik Choi.
Pikiranku mengetahuinya, tapi hatiku tak bisa memercayainya.” Jelas Jae Chan.
“Kini aku
sangat membenci diriku. Aku sungguh memalukan. Aku malu karena kau harus melihat
sifatku yang seperti ini.” Ungkap Jae Chan keasl
“Apa Kita
baru saja bertengkar? Apa Kau mau sendirian?” tanya Hong Joo. Jae Chan hanya
diam saja.
Bus pun
datang, Hong Joo pikir sebaiknya pergi sendirian hari ini dan pergi untuk naik
bus lebih dulu.
Hong Joo
baru saja duduk dan tiba-tiba Jae Chan sudah duduk disampingnya. Ia pikir kalau
Jae Chan mau berangkat sendiri. Jae Chan mengaku kalau ini seperti itu jadi
pergi sendirian bersama dan hanya duduk diam disamping Hong Joo, seperti tak
saling mengenal. Hong Joo mengeluh kalau
itu Tidak masuk akal dengan memandang keluar jendela.
Jaksa Lee
kesal bertanya Dimana hukuman terhadap Myung Yi Suk. Jae Chan dengan membalikan
badan memberikan berkas ditanganya. Jaksa Lee melihat Jae Chan bertanya Dimana
Penyidik Choi. Jaks Lee menjawa kalau Tuan Choi ada di tim pembakaran dengan
menetap Sek. Jaksa Lee.
“Akan
kuperiksa penyitaannya.” Ucap Jae Chan. Sek Jaksa Lee binggung kenapa Jae Chan
memberitahu padanya.
“Dia
mencari gara-gara kepadaku... Abaikan saja dia.” Keluh Jaksa Lee melihat Jae
Chan yang tak menatapnya.
“Aku
tidak yakin Penyidik Choi akan merekayasa sebuah kasus hanya demi naik
jabatan.” Kata Jae Chan tetap menatap Sek Jaksa Lee.
“Jaksa
Lee, Jaksa Son ingin kau ke ruang penyelidikan video.” Kata Sek Jaksa Park.
Jaksa Lee
binggung kenapa harus dirinya. Sek Jaksa Park mengatakan Jaksa Lee sedang
mengumpulkan tersangka pembakaran dan butuh asisten. Jaksa Lee heran karena di
panggil oleh seniornya.
Jaksa Lee
memakai wig dan juga berkumpul dengan beberapa yang diduga pelaku. Jaksa Park masuk ke dalam ruangan melihat
semua pria berdiri, Jaksa Son menejelaskan Seseorang melihat seorang priakabur
dengan sepeda dari TKP.
“Aku
memanggil semua yang bicara dengan Jo Yoon Pyo tempo hari. dan memiliki ukuran
kaki yang sama dan jejak kaki dari TKP.” Ucap Jaksa Son
“Dia
orangnya. Pria di pojok kanan yang giginya tonggos. Aku yakin. Aku melihat gigi
itu tadi malam... Gigi itu bersinar dalam gelap.” Ucap si pria yangs duah ua.
“Anda
bilang, tersangkanya memakai penutup wajah. Jadi Anda tak bisa melihat giginya!”
kata Jaksa Son. Si Pria seperti lupa kalau mengatakan itu.
“Ahh.. Benar
juga. Pria kedua dari kiri... Tidak. Mungkin yang ketiga... “kata Si pria
seperti sudah pikun. Jaksa Son seperti tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Hee Mi
bertemu dengan pemilik pom bensin dengan anak buahnya, Si pemilik mengatakan
kalau Bertentangan dengan dugaan, maka cukup sulit membeli bensin menurutnya Jika
pembeli membelinya dengan derigen maka mereka harus mencatat data pribadinya.
“Apa Ada
orang lain yang membelinya pada tanggal 22 atau sebelumnya?” tanya Hee Mi. Si
pemilik melihat cacatan kalau tak ada yang membeli
“Berapa
banyak pom bensin dalam jarak lima kilometer?” tanya HEe Mi. Sei petugas
menjawab itu Lebih dari 40. Hee Mi hanya bisa melonggo.
Yoo Bum
masuk ke dalam lobby gedungnya, sambil meminum kopi lalu pesan masuk ke dalam
ponselnya “Halo,
Pengacara Lee. Tampaknya kau juga menikmati kopi panas selama musim panas.” Yoo Bum binggung mencari keseliling Lobby, tapi tak
ada orang mencurigakan.
“Masuk akal. Penyejuk ruangan
disini kencang, jadi, kau mau cokelat panas.” Yoo Bum
mengumpat kesal karena tak tahu siapa yang mengirimkan pesan padanya karena ada
yang menguntitnya.
Hong Joo
datang ke minimarket bertemu dengan Dae Goo bertanya apakah ada plester pereda
sakit. Dae Goo terlihat kaget menunjuk tempat barang yang dicari Hong Joo, ada
di samping sikat gigi dan pasta gigi. Hong Joo mengucapkan Terima kasih
berjalan ke bagian rak. Dae Goo mengingat kejadian sebelumnya.
Flash
Back
Tuan
Myung baru saja keluar dan akan masuk mobil polisi, Hong Joo sebagai reporter
terus mengajukan pertanyaan “Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa Kau punya
komentar untuk keluarga kesebelas korban? Apa Kau punya komentar untuk putramu?
Tolong katakan sesuatu. Ada pesan untuk putramu?” Saat itu Dae Goo hanya bisa
menangsi melihat ayahnya dianggap sebagai tersangka.
Hong Joo
membawa plester di meja kasir bertanya totalnya. Dae Goo memastikan kalau
wanita didepanya reporter Nam Hong Joo dari SBC, Hong Jo terlihat bangga karena
ada yang mengenalnya dan mungki pernah melihatnya di TV.
“Tidak,
aku melihatmu secara langsung. Kau bertanya "Bagaimana perasaanmu
sekarang? Apa Kau punya komentar untuk keluarga kesebelas korban? Apa Ada pesan
untuk putramu?"” kata Dae Goo dengan mata penuh dendam.
“Aku
putra Myung Yi Suk, si pembunuh berantai. Hanya kau yang kulihat di antara banyak
reporter. Kau sangat gigih. Apa Kau tahu ayahku sudah meninggal?” ucap Dae Goo
terlihat sangat marah. Hong Joo ketakutan melihat di dekat meja kasir sudah ada
payung warna hijau.
“Dia
tahu. Dia juga tahu ayahmu merasa telah salah dituduh. Kau Myung Dae Goo, 'kan?
Temannya Seung Won.” Ucap Jae Chan masuk dengan memperlihatkan ID
Cardnya"Jaksa Jung Jae Chan"
“Aku
sedang menyelidiki ulang kasus ayahmu.” Kata Jae Chan. Dae Goo tak percaya
kalau Menyelidiki ulang
“Kami
memeriksa apakah ada yang salah dalam penyelidikan sebelumnya. Aku juga akan
memeriksa semua buktinya. Jika ketidakadilan terjadi dalam penyelidikan
sebelumnya, atau kau punya bukti bahwa ayahmu tidak bersalah, hubungi aku di
nomor ini. Aku akan mendengarkan apapun.” Ucap Jae Chan menuliskan nomornya
pada buku pelajar Dae Goo.
Dae Goo
pun mengucapkan Terima kasih dengan wajah bahagia dan bisa menangis haru.
Keduanya
berjalan pulang, Jae Chan bertanya Kenapa Hong Joo membeli plester pereda
sakit, berpikir sedang terluka. Hong Joo memberitahu Otot bahu ibunya nyeri dengan menarik Jae
Chan agar berjalan tak jauh darinya.
“Apa Kau
masih marah? Apa Kau tidak keberatan soal betapa malunya dirimu?” ucap Hong
Joo. Jae Chan pikir itu mungkin.
“Kapan
kau akan berhenti marah kepadaku?” tanya Hong Joo saat sudah didepan rumah. Jae
Chan menjawab kalau akan segera membaik dan menyuruh Hong Joo masuk. Tapi Hong
Joo menarik Jae Chan dan memeluknya.
“Terima
kasih.” Kata Hong Joo. Jae Chan pikir untuk apa.
“Aku takut
dengan pria di toko tadi.” Kata Hong Joo. Jae Chan pikir kenapa harus takut
karena Dae Goo hanya anak SMA.
“Entahlah...
Aku sangat takut, tapi menjadi lebih baik karena seseorang.” Ungkap Jae Chan.
Dae Goo
terlihat sangat bahagia karena akhirnya ada orang yang mempercayainya. Hong joo
memuji Jae Chan kalau sangat keren dan meminta agar Jae Chan melupkan dan tidak
perlu malu lagi, karena Rasanya tidak nyaman, pelukanya pun makin erat. Jae
Chan mengerti dengan menepuk punggung Jae Chan.
“Aku akan
melupakannya dan Aku baik-baik saja.” Ucap Jae Chan.
“Maafkan
aku karena meragukan Penyidik Choi. Aku juga tidak mau meragukannya. Itu
sebabnya kubilang tanyai dia. Asumsi menjadi tidak terkendali jika kita tidak
menanyainya. Jika mendengar alasannya, maka kau tidak perlu ragu lagi Aku
begitu karena sangat ingin mempercayai Penyidik Choi..” Kata Hong Joo menatap
Jae Chan. Jae Chan mengaku kalau tahu.
Yoo Bum
turun dari mobil, Pesan kembali masuk “Apa Kau punya sopir? Kau tampak seusiaku. Aku iri kepadamu
yang memiliki sopir. Bukankah kau bisa seperti ini berkat diriku?”
Yoo Bum menatap kesekeliling ingin tahu siapa pria gila yang mengirimkan pesan
padanya.
“Kau
memanipulasi barang sitaan dari kasus Myung Yi Suk, 'kan? Kau melakukan itu,
'kan?” Wajah Yoo Bum terlihat panik membaca pesan.
Saat akan
masuk ruangan, Sek memberitahu kalau Ada tamu untuknya. Yoo Bum kaget ingin
tahu siapa tapi saat membuka pintu, bisa bernafas lega karena tenyata Hong Joo.
Ia pun berkomentar kalau Hong Joo
membuatnya takut saja dan ingin tahu alasan datang ke kantornya.
“Aku
ingin berkonsultasi denganmu sebentar.” Kata Hong Joo. Yoo Bum pikir harus
menghitung waktunya karean Biaya konsultasinya cukup mahal.
“Tiga
menit juga cukup.” Ucap Hong Joo. Yoo Bum pun mempersilahkan Hong Joo untuk
bicara.
Saat itu
Dae Goo datang ke Yoo Bum melihat dari depan ruangan kalau Hong Joo sedang
bertemu dengan Yoo Bum. Yoo Bum ingin
tahu apa yang ingin ditanyakan Hong Joo padanya. Hong Joo mengatakan kalau tahu
seorang tersangka yang sedang diselidiki jaksa.
“Jaksa
terus memberikan informasi hasilnya kepada media.”ucap Hong Joo. Yoo Bum pikir Mereka
tidak boleh melakukan itu dan ingin tahu Jaksa mana yang melakukannya
“Hasil
penyelidikan sangat rahasia. Bahkan tersangka memiliki haknya. dan hak penuh
atas perlindungan. Apa tersangka tidak punya pengacara yang bisa membelanya?”
kata Yoo Bum
“Kenapa
jaksa membocorkan informasi tentang kasus?” tanya Hong Joo. Yoo Bum pikir itu Sudah
jelas.
“Entah
mereka tidak punya cukup bukti atau mereka tidak yakin. Jika mereka menuntut tersangka,
maka dia bisa dibebaskan. Jadi, mereka meminta bantuan media.” Kata Yoo Bum.
Hong Joo
menjetikan jarinya kalau Seperti gelembung cola. Yoo Bum membenarkan. Hong Joo
pikir Yoo Bum pasti membocorkan informasi saat kasus Myung Yi Suk untuk alasan
yang sama dan memberikannya karena menyukainya. Yoo Bum terdiam mendengarnya.
“Tapi kau
sudah memperhitungkannya di kepalamu. Kau pasti kekurangan bukti atau merasa
tidak yakin.” Ucap Hong Joo dengan nada menuduh.
“Kenapa
kau tiba-tiba membicarakan kasus yang sudah lama ditutup?” tanya Yoo Bum.
“Aku
mendapat informasi pelaku sesungguhnya bukan Myung Yi Suk. Divisi pelaporan
kami membentuk tim baru untuk meliputnya... Wahh.. Tiga menit sudah habis. Aku
akan mendengarkan pengacara dan jaksa untuk kasus Myung Yi Suk dan merilis
artikelnya dengan adil. Hubungi aku jika ada informasi lain. Aku akan datang
kapanpun. Kau tahu nomorku, 'kan?” ucap Hong Joo.
Yoo Bum
menganguk, Hong Joo pun pamit pergi. Dae Goo sengaja membalikan badanya agar
tak terlihat. Saat itu Sek Yoo Bum
melihat Hong Joo yang keluar mengucapakan Terima kasih untuk tehnya, setelah
itu melihat Dae Goo yang berdiri di depan pintu.
“Pelajar...
Apa Kau mencari seseorang?” tanya Sek Yoo Bum. Dae Goo mengatakan ingin
memberikan payung kepada Pengacara Lee, karean tertinggal waktu itu. Wajah Dae
Goo bisa tersenyum bahagia, karena Hong Joo ternyata bisa membela ayahnya,
sementara diruangan Yoo Bum terlihat panik.
Bersambung ke episode 28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar