Tuan Choi
memangggil Jaksa Jung yang duduk di meja jaksa, keduanya pun mendekat. Tuan
Choi berbisik kalau mereka harus minta larangan perjalanan untuk Pengacara Lee.
Jae Chan binggung kenapa Tuan Choi membahas Larangan perjalanan
“Aku
kemari memakai mobil Pengacara Lee.” Cerita Tuan Choi mengingat saat akan masuk
melihat ada koper dibagian belakang.
“Aku melihat
koper di jok belakangnya. Setelah persidangan ini dia mungkin akan kabur ke
luar negeri.” Jelas Tuan Choi khawatir, terlihat Yoo Bum sibuk berbicara dengan
Tuan Ko.
“Bukankah
butuh beberapa hari untuk mendapat persetujuan larangan?” kata Jae Chan pada
Jaksa Lee.
“Kita
bisa mendapatkannya hari ini jika mendesak.” Kata Jaksa Lee lalu menghampiri
Hee Mi dan Jaksa Son akan kembali ke ruang sidang.
Jaksa Lee
dengan nada berbisik kalau mereka harus minta larangan perjalanan untuk
Pengacara Lee. Yoo Bum melihat para jaksa berbicara terlihat sedikit gugup.
Woo Tak
membacakan sumpah dengan mengangkat satu tanganya. "Saya bersumpah akan menerangkan dengan
sebenarnya dan tiada lain daripada yang sebenarnya. Jika terbukti berbohong,
maka saya bersedia dihukum atas sumpah palsu." Hakim pun meminta jaksa
mulai bertanya pada saksi.
“Saksi,
Anda yang pertama tiba di atap Firma Hukum Hae Kwang pada malam kejadian, 'kan?
Tolong jelaskan kejadian saat Anda tiba?” kata Jae Chan.
“Baik...
Saat saya tiba disana, terdakwa, Lee Yoo Beom, sedang terisak saat membawa Nam
Hong Joo. Saya melihat dua payung terbuka dari kejauhan.” Jawab Woo Tak dengan
mengingat kejadian diatap.
“Apa ada
orang lain di atap?” tanya Jae Chan. Woo Tak mengatakan Tak ada.
“Foto
berikut adalah bukti Nomor 1 dan 2. Pada gagang payung di foto terdapat sidik
jari keduanya. Ini Fakta bahwa dia membawa dua payung ini ke atap menunjukkan
niatnya untuk kembali bersama terdakwa, Lee Yoo Bum. Lee Yoo Bum membunuh Ha
Joo Won yang tidak berniat membunuh. Ini juga bertentangan dengan pernyataan
pertahanan dirinya.” Jelas Jae Chan.
“Tolong
bersikeras bahwa payung itu ditemukan di lantai pertama, bukan atap. Katakan
bahwa payung itu mungkin berbeda dengan yang saksi lihat.” Bisik Yoo Bum pada
Tuan Ko. Jae Chan pun hanya menatapnya.
“Saksi
yang bersama kita hari ini adalah polisi yang pertama tiba di TKP dan melihat
situasinya. Payung yang dia lihat di atap dan yang dari lantai pertama bisa diidentifikasi
sama oleh saksi. Saksi, tolong gambarkan payung itu.” Ucap Jae Chan.
“Payung
pertama sangat panjang. Payung kedua pendek dan bisa dilipat.” Jawab Woo Tak
“Apa
warnanya?” tanya Jae Chan. Woo Tak terlihat panik mengingat kembali saat
berbicara dengan Hong Joo.
Flash Back
“Bagaimana
kau akan bersaksi? Apa Kau akan menyembunyikan bahwa dirimu buta warna? Jika
mereka tahu kau berbohong, maka kau akan dihukum atas sumpah palsu.” Ucap Hong
Joo panik
“Aku
takkan dihukum.” Kata Woo Tak yakin.
“Apa Kau
akan mengatakan bahwa dirimu buta warna? Maka kau terpaksa harus mundur sebagai
polisi.” Kata Hong Joo.
Jae Chan
kembali bertanya kenapa Woo Tak tak bisa mengatakan warna payung itu. Woo Tak
terdiam, Jae Chan pun bertanya Apa warna
payung itu. Woo Tak dengan terbata-bata mengatakan kurang bisa membedakan
warna.
Semua
kaget mendengarnya, Seung Won dan Dae Goo kaget kalau seorang Polisi yang buta
warna. Jae Chan sangat shock. Hong Joo dan Tuan Oh tak habis pikir dengan yang
dilakukan Woo Tak karena mengaku di persidangan. Tuan Ko senang karena
menurutnya Permainan berakhir.
“Ya, saya
seorang polisi... Menjadi buta warna berarti saya tidak memenuhi syarat untuk
ini. Begitu kesaksian saya berakhir, maka saya akan menyerahkan surat
pengunduran diri.” Kata Woo Tak. Semua langsung kaget dengan keputusan Woo Tak.
Hong Joomenjatuhkan lembaran kertas dari tanganya yang bergetar
“Dia
bilang Mengundurkan diri untuk bersaksi?” ucap Doo Hyun kaget dan yang lainya
pun tak percaya akalu Woo Tak Berani
sebagai polisi melakukan ini.
“Lanjutkan
interogasinya, Jaksa Jung.” Ucap Woo Tak terlihat tenang. Jae Chan melihat tanganya bergetar tak bisa
mengambil kertas akhirnya mengunkaan tangan kananya.
“Saksi,
tolong gambarkan payung yang Anda lihat malam itu?” ucap Jae Chan.
“Yang
Mulia, bahkan orang biasa takkan ingat payung yang dia lihat di malam hari
dalam beberapa detik. Selain itu, saksi buta warna.” Kata Tuan Ko berdiri dari
tempat duduknya.
“Saya
bukan tak bisa melihat, tapi saya melihatnya secara berbeda. Bukan mengenali
warna secara berbeda dari orang biasa, tapi saya mengenali cahaya dan warna lebih
baik daripada orang biasa. Jadi, kemampuan melihat saya saat malam lebih baik
dari mereka.” Ucap Woo Tak
“Yang
Mulia, kita harus mendengarkan pernyataan saksi. Itu masih bisa dinilai.” Kata Jae
Chan. Hakim pun meminta Jae Chan agar melanjutkan.
“Saksi,
payung apa yang Anda lihat malam itu?” tanya Jae Chan melanjutkan.
“Payung
panjang yang saya lihat malam itu bergagang kayu. Gagangnya melengkung seperti
tongkat. Lalu Payung lipatnya bergagang silinder. Ada dua lingkaran pada
gagangnya. Payung panjang memiliki warna yang sama dengan dasi Terdakwa dan
Payung lipat. memiliki warna yang sama dengan bagian depan jubah And Tapi lebih
terang.” Ucap Woo Tak.
Foto
payung yang ditemukan pun terlihat dilayar, Semua tak percaya kalau yang
dikatakan Woo Tak memang benar. Jae Chan
pun bertanya Apa payung dalam foto sama dengan yang dilihat malam itu. Woo Tak
menjawab kalau itu memang sama.
[BAGIAN 16. SELAMAT TINGGAL, KAWAN]
“Kita
akan mengakhiri pemeriksaan saksi dan akan kembali pada 25 Juli pukul 11.00
untuk sidang terakhir.”ucap Hakim menutup sidang.
Jae Chan
bingung melihat tanganya yang terus bergetar, Jaksa Lee khawatir dengan Woo Tak
apakah baik-baik saja, karena baru
kehilangan Pekerjaan akbibat pernyataannya. Jae Chan yang masih binggung
menerima pesan dari Woo Tak lewat ponselnya.
“Jangan
canggung. Aku baik-baik saja. Mari terus berteman.” Tulis Woo Tak. Tapi Jae
Chan seperti masih merasa khawatir.
Di meja
seberang.
Tuan Ko
pikir Yoo Bum sudah tahu kalau sebaiknya mengumpulkan bukti dan alasan bahwa
perbuatannya tidak disengaja. Yoo Bum bingung karena Tuan Ko mengatakan Tidak
disengaja dan tak akan menyatakan dirinya yang tidak bersalah.
“Kurasa
kita tidak perlu melanjutkan pernyataan pertahanan diri. Bukankah lebih baik mengurangi hukuman beberapa
tahun? Pengacara Seo akan bergabung di sidang berikutnya menggantikanku.” Ucap
Tuan Ko berjalan pergi. Yoo Bum mengejarnya tapi seniornya hanya pergi begitu
saja, wajahnya pun terlihat makin marah.
Hong Joo
yang menangis dalam ruang sidang mencari Woo Tak, tapi Woo Tak sedang berbicara
dengan Tuan Oh. Tuan Oh mengumpat marah dengan Woo Tak yang sudah gila, karena
sudah bilang tutup mulutnya dan seharusnya bilang tidak melihat apa-apa malam
itu
“Kau tak
bisa menarik ucapanmu di persidangan.” Ucap Tuan Oh khawatir. Woo Tak mengaku
kalau sudah mengetahuinya.
“Orang
tuamu bekerja keras berternak babi dan sapi agar kau masuk akademi polisi! Putra
tunggal dalam tiga generasi!” kata Tuan Oh sedih.
“Aku
bukan putra tunggal dalam tiga generasi, Senior. Orang tuaku juga tidak tinggal
di desa. Mereka sudah lama bercerai dan menikah lagi. Meskipun aku berhenti, mereka
akan berkata, "ohh.. Kau berhenti?" Itu saja.” Akui Woo Tak. Tuan Oh
kaget mendengarnya ternyata Woo Tak hidup sendirian.
“Lencana
ini...tidak pernah...cocok bagiku. Lencana ini selalu berat... Ini Sulit...
Tapi...aku ingin menanggung bebannya. Aku menikmatinya. Bekerja denganmu... adalah
kenangan yang menyenangkan bagiku. Aku merasa sudah cukup dan tidak seharusnya
meminta lebih. Terima kasih banyak, Senior Kyung.” Ucap Woo Tak sambil menangis
dan memberikan hormat.
“Dasar
Anak nakal.... Kau pasti sangat menderita.” Kata Tuan Oh akhirnya memeluk Woo
Tak dan sama-sama menangis.
Yoo Bum
mencuci tanganya dengan cepat dan menatap dirinya di cermin dengan menyakinkan
Semua akan baik-baik saja, Tidak akan masalah Ini belum berakhir. Ia mengeluarkan dari sakut jaketnya, tapi
malah membuatnya terjatuh sebuah paspor dan tiket keberangkatan.
Di ruang
kejaksaan
Jaksa Son
sibuk menelp memberitahu nama Lee Yoo Bum,
karena Ada laporan mungkin akan kabur ke luar negeri hari ini jadi tolong
segera keluarkan larangan perjalanannya. Hee Mi pun sibuk mengetik dari layar
dengan sangat serius.
Jaksa Lee
melihat pesan dari ponselnya <"Larangan perjalanan Lee Yoo Beom
disetujui" lalu memuji pacarnya yang memang sempurna dalam segala hal. Jae
Chan kaget bertanya apakah Jaksa Lee sedang berkencan dengan seseorang. Jaksa
Lee hanya menjawab kalau ini waktu terbaik, lalu saat itu Tuan Choi datang
menghampiri.
“Larangan
perjalanan Lee Yoo Bum telah disetujui.” Ucap Jaksa Lee. Tuan Choi pun bisa
mengucap syukur.
“Terima
kasih untuk hari ini. Anda akan datang di sidang berikutnya, 'kan?” kata Jaksa
Lee.
“Sidang
berikutnya adalah sidang terakhir, 'kan? Siapa yang membacakan tuntutan?” tanya
Tuan Choi
“Kenapa? Apa
Kau takkan datang jika aku melakukannya dan akan datang jika Jaksa Jung yang
melakukannya? Begitukah?” ucap Jaksa Lee. Tuan Choi membenarkan.
“Ya, silakan
datang. Kau harus datang, karena Jaksa Jung yang akan melakukannya.” Kata Jaksa
Lee mengejenya.
“Aku takkan
melewatkan sidang terakhir.”ucap Tuan Choi sambil menjabat tangan Jaksa Lee. Jaksa
Lee mengeluh kalau Tuan Choi mengecewakankny.
“Penampilanmu
bagus hari ini, Jaksa Jung.” Ungkap Tuan Choi memuji sambil menjabat tangan
lalu berjalan meninggalkan keduanya
Tuan Choi
baru keluar dan Yoo Bum datang mendekatinya. Yoo um terlihat sangat marah
menyindir kalau Perkataan Tuan Choi hari ini mengesankan. Kalau Seluruh tanggung
jawab dan penghargaan adalah untuk jaksa. Ia pikir Saat menyelidiki kasus pembunuhan
berantai cairan infus, tidak mengharapkan hadiah.
“Aku
yakin Myung Yi Suk adalah pelaku sesungguhnya. Aku ingin menangkapnya
bagaimanapun juga alasanya.. Itu saja.” Ucap Yoo Bum. Tuan Choi mengaku kalau
sudah tahu.
“Lalu kenapa
kau melakukan ini kepadaku? Kenapa kau melakukan ini kepadaku? Kenapa semua
orang dengan kejam...” teriak Yoo Bum marah besar.
“20
November 1983. Itu hari lahirmu, Pengacara Lee. Benarkan?” kata Tuan Choi.
“Ya... hari
itu bahkantidak diingat orang tuaku,
tapi kau merayakannya denganku setiap tahun. Apa Kau merayakannya denganku untuk
mengkhianatiku seperti ini?” ucap Yoo Bum marah.
“Itu hari
yang sama dengan hari lahir adikku. Usiamu dan hari lahirmu. Jadi, kau istimewa
bagiku. Itu sebabnya aku melakukan ini. Larangan perjalanan untukmu sudah
diberlakukan jadi Kau tidak perlu pergi ke bandara sekarang.” Ucap Tuan Choi
Yoo Bum
tak percaya kalau Tuan Choi sudah mengetahui rencananya. TUan Choi memegang pundak Yoo Bum meminta agar berhentilah melarikan diri karena sudah
cukup. Yoo Bum melepaskan tangan Tuan Choi terlihat sangat marah.
“Kau
hanya akan terluka dan menderita.” Ucap Tuan Choi seperti melihat adiknya
didepan wajahnya.
“
Jadi,... berhentilah keras kepala. Berhenti menyakiti orang lain. Ikutlah
dengan kakak, Guk Hyun.” Kata Tuan Choi membayangkan dirinya bertemu dengan
adiknya lagi saat masih muda.
Jae Chan
seperti merasakan sesuatu lalu memberikan tumpukan berkas yang berat pada Jaksa
Lee kalau akan menemui Penyidik Choi. Jaksa Lee kaget Jae Chan akan Sekarang.
Jae Chan melepaskan jubahnya dan di pasangkan pada Jaksa Lee.
“Maaf,
aku akan segera kembali.. Aku takkan lama.” Ucap Jae Chan bergegas pergi. Jaksa
Lee pun hanya bisa berteriak
Jae Chan keluar melihat
Tuan Choi sedang menahan Yoo Bum pergi, TUan Choi menyakinakn Yoo Bum kalau
hanya akan terluka. dan menderita jadi Tolong hentikan dan Jangan marah. Tapi
Yoo Bum memilih untuk bergegas pergi. Saat itu Tuan Choi melihat ke arah langit
ada selembar daun maple di bawa oleh angin
“Dedaunan
masih terlalu dini untuk menjadi merah.” Ucap Tuan Choi menatap kearah langit.
Jae Chan hanya melihat dari kejauhan.
“Sepertinya
aku pernah melihat ini...Ini hampir waktunya..” kata Tuan Choi melihat Selembar
daun ditangan.
“Aku tahu
musim gugur tiba karena dirimu... Kupikir aku masih punya banyak waktu.” Gumam Tuan
Choi lalu tanpa sadar ada sebuah mobil yang datang dari belakang.
Jae Chan
panik melihat Tuan Choi hanya diam saja,
lalu melayang dan jatuh tertabrak, setelah itu berlari menghampirinya. Tuan
Choi bisa melihat Jae Chan yang berlari menghampirinya. Semua oran yang ada di
sekitar kejaksaan pun kaget karena Tuan Choi tiba-tiba di tabrak.
Jae Chan
panik melihat Tuan Choi dan meminta agar segera memanggil ambulance. Seseorang
pun menelp kalau melihat kecelakaan mobil dan ada yang menabraknya.. Yoo Bum
dibawa keluar oleh pihak kejaksaan, wajahnya terlihat tanpa rasa bersalah sudah
menabrak Tuan Choi.
“Jaksa
Jung... Ada yang ingin... Ada yang ingin kukatakan kepadamu.” Kata Tuan Choi
dengan mengeluarkan banyak darah. Jae Chan meminta agar Tuan Choi jangan bicara
karena Ambulans sebentar lagi tiba.
“Tidak
apa-apa. Dulu sekali, 13 tahun yang lalu, aku melihat ini dalam mimpiku.. Dalam
mimpiku, kau mengatakan sesuatu kepadaku.” Cerita Tuan Choi seperti merasakan
saat itu berbaring di rumah sakit, saat masih muda
“Penyidik
Choi.. Jika Anda bermimpi tentang ini, jangan menemuiku. Jika tidak menemuiku,
Anda takkan meninggal. Jadi, jangan datang kepadaku.” Kata Jae Chan.
“Kau tidak
mengatakannya seperti itu... jadi Katakan... Katakan lagi.. Cepat.. Waktuku
tidak banyak.” Ucap Tuan Choi
“Penyidik
Choi... Jika aku bertemu dengan Anda lagi...” ucap Jae Chan sambil menangis.
Flash Back
Saat
pertama kali bertemu, Jae Chan menerima jabatan tangan Tuan Choi sebagai penyidiknya, bernam Choi Dam Dong.
Jung Jae Chan seperti acuh dengan Tuan Choi yang ada didepannya.
“Bodoh sekali aku tidak mengenalimu.
Bagimu, aku menjengkelkan dan ceroboh.”
Jae Chan
menyuruh Tuan Choi agar bisa meminta dokter membawakan rekam medis. Tuan Choi
mengeluh kalau harus lembur lagi.
“Anda selalu lembur karena kasusku
menumpuk.”
Lalu Tuan
Choi meminta agar Penyidik Choi untuk pergi ke TKP kasus Park Joon Mo. Tuan
Choi melonggo binggung lalu bergegas menahan Jae Chan agar tak pergi sendirian
diatap karena berbahaya. Lalu ia pun menahan Jae Chan agar tak pergi ke
penampungan sampah karena memakai sepatu baru.
“Sepatu barumu rusak karena aku. Anda
menderita karena diriku.”
“Tapi...
Meskipun begitu... Jika Anda masih bisa mempercayai orang sepertiku, datanglah
kepadaku.” Ucap Jae Chan sambil menangis mengingat kenangan dengan Jaksa Lee.
Flash Back
“Bagaimana
jika aku tidak bisa mendakwa kasus ini?” tanya Jae Chan saat makan bersama.
“Kau akan
mendapat masalah, Masyarakat akan membencimu.” Ucap Tuan Choi
“Aku akan banyak bertanya dan
belajar dari Anda. Aku... akan sangat menghormatimu.” Jae Chan mengingat saat bertemu dengan ayah dari korban
pembunuhan kalau akan menghukum pelaku.
Tuan Choi
membenarkan kalau itu yang dikatakan Jae Chan, karena itu sebabnya polisi cepat
mendatanginya dan sengaja datang ke dalam kejaksaan karena mengetahui apa yang
akan terjadi dan itu adalah Ini pilihannya, jadi meminta Jae Chan Jangan
menyalahkan dirinya. Jae Chan terus menangis berharapa agar Tuan Choi bisa
bertahan.
“ Kau boleh, Salahkan dirimu sesaat dan
Ingatlah selama mungkin. Kau mengingatnya, 'kan? Itu... Itu baru putra dari
atasanku.” Ucap Tuan Choi akhirnya tanganya pun lemas.
“Pak...
Jangan pergi.. Kumohon jangan pergi.” Jerit Jae Chan menjerit histeris karena
di tinggalkan oleh Tuan Choi.
Flash Back
Tuan Choi
terbangun dari tidurnya, setelah bermimpi panjang dan mendengar temanya yang
sedang membaca sebuah puisi "Meskipun hidup memberimu cobaan, jangan sedih
atau marah. Hatimu hidup di masa depan. Masa kini dirimu sedih. Semuanya hanya
sesaat. Apa yang telah berlalu dan berlalu sekarang... akan dikenang di masa
depan."
“Ini
Puisi yang indah.”ungkap temanya dan dikagetkan oleh Tuan Choi yang sudah
tersadar dan langsung duduk.
“Aku
lapar.” Kata Tuan Choi. Temanya pun dengan penuh semangat keluar ruangan karena
akan segera membawakan sesuatu.
“Hei.. Kau
takkan melakukan hal bodoh, 'kan?” kata temanya khawatir.
“Aku
takkan kemana-mana dan takkan melakukan hal bodoh. Akhir hidupku bukan sekarang.
Ada yang harus kutemui di masa depan.” Kata Tuan Choi yakin menatap ke arah
jendela.
Rumah
duka, di bagian depan layar tertulis "Mendiang: Choi Dam Dong" para
jaksa pun memberikan penghormatan terahir pada Tuan Choi dan keluar yang
menungunya. Lalu dibagian depan meja, mereka menuliskan nam dan pemberitahuan
"Kami tidak menerima uang duka atas permintaan mendiang"
Hyang Mi
datang dengan sekertaris lainya, hanya bisa menangis kepergian Tuan Choi.
Dibagian belakang ada tumpukan amplop surat dalam tas tertulis dibagian depan.
"Kepada Jung Jae Chan, 217-16, Banghak-dong, Eunpyeong-gu, Seoul"
Hong Joo membantu
di ruang makan lalu melihat Jae Chan yang pergi, kejadian sama seperti saat 13
tahun lalu. Di rumah duka, Jae Chan melihat Hong Joo yang pergi dan
mengikutinya, kali ini Hong Joo yang mengikuti Jae Chan.
Jae Chan
melihat sebuah bola baseball di lantai dan menemukan Hong Joo. Hong Joo pun
bisa menemukan Jae Chan karena melihat sepatu diruangan yang sama.Saat masih
remaja Hong Joo menangis sendirian, dan ketika dewasa Jae Chan menangsi
sendirian.
Keduanya
duduk berdampingan dan saat masih remaja,Jae Chan memeluk Hong Joo yang
menangis dan kali ini Hong Joo yang memeluk Jae Chan agar menangis dipelukanya.
Jae Chan menangis histeris karena kehilangan orang yang paling disayanginya
untuk kedua kalinya.
Bersambung
ke episode 32
Your blog really very fantastic and all the information are very awesome and great it's really interesting all the topic about the Korean drama.
BalasHapus