Di tepi
pantai, Hong Joo dan Jae Chan masih duduk dengan memandang laut lepas. Hong Joo
menatap Jae Chan sambil bergumam.
“Kejadian itu terasa bagaikan
hadiah. Aku berterima kasih atas semua pilihan yang kubuat karena
pilihan-pilihan itu membawa kejadian ini kepadaku. Pilihan yang tampaknya bodoh
pada waktu-waktu tertentu sebenarnya adalah keputusan yang bijaksana.”
Hong Joo
mengingat saat mencoba memberikan pertolongan pada Jae Chan yang tenggelam dan
juga Ahjussi akhirnya bisa mengerakan tanganya, tanpa sudah sadar
“Bahkan semua pilihan yang kusesali
pada akhirnya terbukti benar. Segalanya membuat jantungku berdebar dan terlihat
begitu manis. Aku bersyukur...atas segalanya. Tapi ada satu hal.”
Hong Joo
bertanya apakah dia baik-baik saja. Jae Chan binggung siapa yang dimaksud oleh
pacarnya. Hong Joo menjelaskan Pria yang
mereka temui di danau itu, seorang Polisi yang
berniat bunuh diri, karena Terkadang, memikirkannya dan juga
mencemaskannya.
“Tenang
saja. Dia baik-baik saja.” Ucap Jae Chan. Hong Joo tak percaya dan ingin tahu
darimana Jae Chan mengetahuinya.
“Lalu Dia
tinggal dimana?” tanya Hong Joo. Jae Chan terdiam karena sebelumnya Seung Won
memberitahu kalau “Pria itu mengirimikan uang lagi.”
“Entah
dimana tempat tinggalnya ataupun siapa namanya, tapi aku tahu dia masih hidup.
Jadi, kau tidak perlu khawatir.” Ucap Jae Chan yakin karena selalu mendapatkan
kiriman uang.
“Aku
lega. Hanya itu yang perlu kuketahui. Selama dia masih hidup.” Kata Hong Joo.
Flash Back
Paman
membuka matanya dengan mendengar suara seseorang yang sedang membaca buku "Meski hidup menipumu, jangan sedih atau
marah. Hatimu hidup di masa depan. Saat ini selalu sedih. Semua hanya sementara
dan akan berlalu. Dan yang berlalu akan menjadi berharga di masa depan."
“Wah... Kata-kata
yang bijak.” Ungkap Si polisi dan dikagetkan dengan temanya yang sudah
terbangun.
“Hei, aku
lapar dan mau makan sesuatu.” Ucap Ahjussi. Si Polisi pun bergegas akan
mengambilkanya.
“Hei, kau
tidak berpikir untuk melakukan hal gila, 'kan?” kata Si Polisi memastikan lebih
dulu
“Aku
takkan pergi kemana-mana dan juga takkan melakukan hal gila. Hidupku... tidak
boleh berakhir sekarang. Ada seseorang. yang harus kutemui nanti” ucap Ahjussi.
Jae Chan
dan Hong Joo jalan bersama, Hong Joo pun bertanya apakah mereka saling mengenal jika bertemu lagi, karena
mereka juga tidak saling mengenal waktu itu, jadi apa sama halnya dengannya.
Jae Chan pikir seperti itu.
“Kami
mungkin saja bertemu kembali, tapi tidak saling mengenal. Kenapa bertanya? Apa Kau
ingin bertemu dengannya?” tanya Jae Chan. Hong Joo membenarkan lalu bertanya
balik pada Jae Chan. Jae Chan mengaku ingin menemuinya juga.
“Tapi apa
menurutmu dia juga ingin bertemu kita?” tanya Hong Joo. Jae Chan pikir tak
tahu.
Saat
dikantor polisi, Ahjussi menuliskan suratnya.
“Saat kita bertemu dengannya lagi, dia
bilang, makin memikirkan dan merindukan kita dan dia makin ingin bertemu dengan
kita lagi.”
Seorang
pria berjalan di tempat makan dan perlahan mengambil ponsel yang ada diatas
meja, seperti pekerjaanya mengambil ponsel dengan berpura-pura ikut makan.
“Saat dia
datang menemui kita setelah melalui misteri kehidupan, kita tak bisa
mengenalinya untuk waktu yang cukup lama.”
Dae Goo
memeluk guci abu milik ayahnya dan langsung berlutut di depan rumah duka,
seperti lututnya lemas. Saat itu Seung Won pun datang melihat temanya.
“Dan bagaikan ombak kecil, insiden
kecil yang bertebaran mulai berdatangan satu demi satu dan menghampiri kita. Menyatu
menjadi ombak besar, mereka mulai memandu kita untuk menemuinya.”
[BAGIAN 13: KAMI DALAM PERJALANAN UNTUK
MENEMUIMU SEKARANG]
Seung Won
binggung karena Dae Goo yang tak membuat acara pemakaman. Dae Goo pikir Lagipula,
takkan ada yang datang, lalu berkomentar kalau Seung Won terlihat mengerikan
dengan jas itu yang kebesaran. Seung Won mengaku kalau tidak punya pakaian
hitam, jadi, memakai setelan kakaknya
“Wahh.. Lengannya
sungguh panjang.” Ucap Seung Won sambil melipat jas kakaknya.
“Ya,
benar-benar panjang.” Komentar Dae Goo. Seung Won kaget bertanya apakah Dae Goo
pernah bertemu dengan kakaknya.
“Aku
pernah datang ke salah satu persidangannya. Dia membandingkan keadilan dengan
sungai dan benar-benar mengalahkan pengacara lawan. Ini Sangat menarik. Aku
juga merasa berterima kasih.” Cerita Dae Goo
“Kau
bilang Berterima kasih? Atas apa?” tanya Seung Won binggung
“Pengacara
itu adalah orang yang melakukan ini kepada ayahku.” Kata Dae Goo. Seung Won
ingin tahu siapa yang dimaksud.
“Jaksa
Lee Yoo Beom.. Ahh... Bukan... Kini dia seorang pengacara.” Kata Dae Goo.
“Sepertinya
uang kalian takkan bertambah jika memasukkannya lagi.” Ejek Yoo Bum. Keduanya
kaget dan menyapa Yoo Bum.
“Kenapa
rekening tabunganku seperti ini padahal sudah gajian?” ucap Hyang Mi heran.
“Itu
karena rasanya lama sekali menunggu hari gajian berikutnya tapi uangmu sudah
lenyap dalam sekejap.” Kata Tuan Choi. Hyang Mi pikir memang seperti itu.
“Kalian
berdua sebaiknya bekerja di firmaku. Akan kupastikan kalian takkan merasa
menunggu begitu lama. Katakan berapa gaji yang diharapkan, lalu kita bisa
bernegosiasi. Jabatan kalian akan terjamin sampai pensiun, dan kalian boleh
pulang tepat waktu setiap hari.” Ucap Yoo Bum memberikan penawaran.
Hyang Mi
langsung bersemangat kalau akan berkerja di kantor Yoo Bum. Yoo Bum lalu
bertanya dengan Tuan Choi atas tawaranya. Tuan Choi mengulang kalau sudah
pernah menjawab tidak tertarik. Hyang Mi dengan penuh semangat mengatakan
sangat tertarik.
“kalau
Untukmu, ada syaratnya. Yaitu Kau harus membujuk Penyidik Choi untuk ikut
denganmu dan Aku akan menunggumu, Penyidik Choi.” Ucap Yoo Bum.
Hyang Mi
berjalan masuk mengeluh dengan syarat yang diajukan oleh Yoo Bum berpikir kalau
ia hanya dijadikan tambahan, Barang gratis atau
beli satu gratis satu.Tuan Choi tiba-tiba berbicara seriusn meminta agar
jangan memberitahu Jae Chan tentang tawaran Yoo Bum.
“Kau...
Jangan bilang siapa-siapa juga.” Ucap Tuan Choi dengan wajah khawatir.
“Aku
sungguh kecewa kepadamu. Memangnya aku terlihat seperti orang yang gemar
bergosip? Tidakkah kau mengenalku?”keluh Hyang Mi
Tapi
beberapa saat kemudian, Hyang Mi sudah ada diruangan lain memberitahu Yoo Bum
berniat merekrut Penyidik Choi dan akan memenuhi gaji yang diharapkan Penyidik
Choi, bahkan berusaha keras untuk memancingnya.
“Penyidik
Choi memiliki rasa tanggung jawab yang kuat. Penawaran itu tidak mungkin...”
kata Jae Chan yakin
“Mungkin.
Ada satu hal yang disebut jawaban yang benar. Jabatannya akan terjamin sampai
pensiun, dan dia akan dapat ruangan pribadi yang menghadap selatan, bahkan
kartu kredit perusahaan. Siapapun yang masih waras akan segera mengajukan surat
pengunduran diri.” Kata Hyang Mi
“Aku tahu
dia jauh lebih senang bekerja denganku daripada dengan...” kata Jae Chan yakin
dan langsung disela oleh Hyang Mi
“Tidak.
Kau membuat kami frustrasi karena kau begitu lamban. Kau cuma bisa menggali
seperti marmot tanah. Kau membuatnya bergadang dan membawanya ke banyak lokasi.
Aku hampir menangis karena sangat kasihan kepadanya.” Ucap Hyang Mi
“Lalu aku
harus bagaimana? Lagipula, kenapa kau memberitahuku hal ini?” kata Jae Chan
heran .
“Bersikap
baiklah kepadanya sebelum kau kehilangan dia. Seringlah memuji dia dan cobalah
untuk memikatnya. Serta, beri dia hadiah.” Saran Hyang Mi
Jae Chan
seperti tak perlu karena apabila ia harus memaksa tetap disini, maka ia tidak
mau Tuan Choi bekerja disini, lalu pamit pergi. Hyang Mi menghela nafas karena
ternyata rencananya tak berhasil.
Tuan Choi
yang pendek tak bisa menjangkau bagian atas lemari untuk mengambil berkas. Saat
itu Jae Chan datang dengan mudah mengambilnya. Tuan Choi pun mengucapkan
terimakasih. Jae Chan langsung blak-blakan mengatakan Asisten Moon sudah memberitahuku tentang
semuanya.
“Kudengar,
Yoo Beom menawarimu sebuah jabatan.” Ucap Jae Chan. Tuan Choi marah karena
Hyang Mi memberitahu Jae Chan.
“Teganya
kau langsung memberitahunya.” Kata Hwang Mi dengan mulut melonggo.
“Sebaiknya,
kau bekerja di firmanya jika penawarannya lebih baik.” Ucap Jae Chan. Tuan Choi
hanya menganguk mengerti.
Jae Chan
tiba-tiba berlutut melihat tali sepatu Tuan Choi lepas dan berusaha untuk
mengikatnya. Tuan Choi panik berpikir kalau bisa melakukannya sendiri dan
akhirnya jatuh. Jae Chan menyuruh Tuan Choi untuk diam saja.
“Aku
tidak mau memaksamu untuk bekerja disini, dan tak bisa menjanjikanmu bahwa aku
akan lebih baik kepadamu hanya untuk mempermanis keadaan. Bagaimanapun, itu
keputusanmu. Aku takkan membencimu meski kau memutuskan untuk pergi.” Kata Jae
Chan. Tuan Choi dibuat binggung.
Jae Chan
mengambil ponselnya lalu mengajak Tuan Choi selfie dengan berbagai gaya cute.
Setelah itu meminta Tuan Choi agar jangan mencemaskannya dan jangan terpaksa
bekerja disini serta Pikirkan keputusannya baik-baik. Tuan Choi menganguk
mengerti.
Hyang Mi
heran melihat sikap Jae Chan lalu melihat di bagian account chat, Jae Chan
menganti pic profile dengan status "Bersama mentorku"
Kepala Tim
memberitahu mereka sungguh harus memulai cerita "Pengalaman Tiga
Hari" seperti Hal semacam memancing di laut lepas atau bekerja di kebun
anggur bukanlah hal baru dan mengajak untuk mencoba sesuatu yang lebih
orisinil.
“Bagaimana
dengan mengalami kehamilan dalam tiga hari? Bentuk yang kukenakan sekarang
benar-benar sama dengan bentuk tubuh wanita yang sedang mengandung 8 bulan. Kita
bisa memakai ini selama 3 hari dan melakukan aktivitas sehari-hari seperti naik
kereta untuk merasakan bagaimana rasanya mengandung. Kita mempelajari apa yang
masyarakat bisa lakukan untuk wanita hamil.” Jelas Hong Joo dengan baju hamil.
“Baiklah,
simpan ide itu. Apa Ada ide lain?” tanya ketua Tim. Doo Hyun pikir berada tiga
hari di kejaksaan.
“Kita
jarang mendapatkan kesempatan untuk melihat aktivitas rutin jaksa.” Ucap Doo
Hyun
“Itu ide
bagus, tapi mustahil untuk dilakukan. Mereka takkan mengizinkan kita melakukan
itu. Untuk alasan konfidensial dan melindungi hak tersangka, mereka takkan
mengizinkan kita. Mereka akan memberi berbagai alasan.” Pikir Ketua Tim
“Ini
Justru sebaliknya. Jaksa wilayah kantor Hangang ramah kepada media. Aku pernah
bertemu dengannya saat dia minum teh bersama reporter. Aku menjelaskan
tujuannya, dan dia tampaknya menyetujuinya.” Kata Doo Hyun
“Kau
seharusnya mengatakan itu dari tadi. Kalau begitu, simpan ide itu juga.” Kata
Ketua Tim penuh semangat
“Pak,
bukankah akan lebih bermakna bagi pria. jika merasakan seperti apa rasanya
mengandung?” saran Hong Joo
“Ya. Pria
tidak tahu bagaimana rasanya, jadi, itu akan lebih bermakna. “ kata Doo Hyun
“Baiklah.
Hong Joo, kau harus menghabiskan 3 hari di kejaksaan dan Doo Hyun, kau harus
merasakan kehamilan.” Kata Ketua Tim
Doo Hyun
tanpa sadar menyetujuinya, lalu berteriak kenapa ia yang harus melakukanya dan
bertanya Bagaimana dengan semua bawahan yang ada disini. Ketua Tim pikir Doo
Hyun sendiri yang bilang. akan lebih bermakna jika pria merasakannya Jadi Yang paling
paham harus melakukannya dan itu adlah Doo Hyun. Doo Hyun berteriak kesal.
“Bos,
Anda terlihat sangat keren.” Puji salah satu pegawai melihat Doo Hyun yang
sudah mengunakan pakaian hamil.
“Ahh..
Sayang sekali. Kau akan dijuluki Reporter Terbaik Tahun Ini lagi... Wahh.. Celakalah
aku. Menghabiskan 3 hari di kejaksaan akan sangat sulit.”keluh Hong Joo dengan
nada mengejek.
“Hei!
Kejaksaan... Jauh lebih sulit menjadi wanita hamil!” teriak Doo Hyun marah
“Oh,
lihatlah dirimu... Kau sungguh memahami kesulitan yang wanita hamil hadapi
daripada siapapun. Aku akan sangat menantikan ceritamu. Jadi Beri dia tepuk
tangan meriah!” kata Ketua Tim dan semua pun memberikan tepuk tangan yang
meriah.
Jae Chan
mencoba mengirimkan pesan “Penyidik Choi, bisakah kau tidak menerima penawaran
Yoo Beom?” lalu berpikir kalau itu terdengar aneh. Akhirnya ia menuliskan
“Jangan pergi.” Tapi berpikir kalau akan terdengar kurang ajar
“Aku
tulis "Kumohon jangan pergi." Apa itu lebih baik?” kata Jae Chan tapi
mencoba menulis kalimat yang lain.
Seung Won
keluar dari kamar memanggil kakaknya. Jae Chan langsung menengok. Tiba-tiba Jae
Chan menatap ponselnya karena pesan yang ditulis terkirim dengan tulisan
“Jangan pergi ke Yoo Beom.” Ia langsung panik karena bisa Celaka.
“Aku tidak
sengaja menyentuh tombol kirim gara-gara dirimu!” ucap Jae Chan kesal. Seung
Won binggung apa kesalahanya.
“Pesan
yang kukirim ke Penyidik Choi terlalu lancang. Bagaimana ini?” kata Jae Chan
panik. Tapi saat itu juga sebuah pesan masuk. Jae Chan membacanya “Aku takkan
pergi.” Balas Tuan Choi.
Jae Chan
langsung menari dengan gembira karena Tuan Choi mengatakan tak akan pergi,
sampai akhirnya tersadar sedari tadi adiknya hanya melonggo menatapnya, lalu
bertanya ada apa dengan adiknya. Seung Won pun memberikan lembaran kertas
“Kenapa
Dae Goo bisa mempercayakan ini kepadamu?” keluh Seung Won melihat sikap
kakaknya itu yang sangat konyol didalam rumah.
“Aku punya
teman namanya Myung Dae Goo. Dia memintamu untuk melihatnya.” Kata Seung Won.
“Kau
bilang, Myung Dae Goo? Tapi Ini seperti permintaan terakhir seseorang.” Kata
Jae Chan melihat lembaran kertas.
“Ya. Kau
tahu pembunuh berantai yang bunuh diri di penjara, 'kan? Itu keinginannya.”
Jelas Seung Won. Jae Chan heran kenapa surat itu ada pada adiknya.
“Dia
ayahnya Dae Goo dan mau kau membacanya.” Jelas Seung Won. Hong Joo binggung
kenapa harus ia
“Menurutnya,
kematian ayahnya sungguh tidak adil. Dia berharap kau bisa membersihkan
namanya.” Kata Seung Won.
“Hei,
siapa yang berpikir masuk penjara itu adil? Semua orang merasa itu tidak adil.”
Kala Jae Chan
“Pokoknya,
kau harus membacanya. Aku sudah membacanya, dan sepertinya itu tidak adil. Dan
Ada juga hal lain yang memberiku firasat buruk. Yoo Beom adalah jaksa yang
mengurus kasus itu.” Kata Seung Won.
“Kasus
ini bahkan membuatnya mendapat anugerah dari Jaksa Penuntut Umum.” Kata Seung
Won
Jae Chan
terdiam lalu membaca surat yang ditulisakan dari mendiang Tuan Myung, teringat
kembali saat pertama kali bertemu dengan Yoo Bum di ruanga, Tuan Choi seperti
memberikan perlakuan khusus. Jae Chan
membaca tulisan tangan Tuan Myung
"Tugasku menolong orang-orang,
tapi aku menjadi pembunuh mereka Mustahil bagiku untuk membuktikan bahwa aku
tidak bersalah 16 Juni 2016, Salam, Myung Yi Suk"
Jae Chan
mengingat saat Yoo Bum dengan bangga mengatakan “Karena mengerjakan skandal
korupsi dan kasus pembunuhan berantai itu, aku mendapatkan penghargaan dari
Jaksa Penuntut Umum. Aku hanya meletakkan sendok di atas meja yang telah
dirapikan Penyidik Choi,tapi aku malah mendapat penghargaan”
Si Paman
berjalan pulang dan masuk ke dalam rumah, Dua detektif sudah melihat berpikir
untuk menangkapnya. Ketua tim pikir nanti saja karena mereka akan gerebek dengan penadahnya sekaligus saat
mereka bertemu.
Akhirnya
di dalam rumahnya, Ia mengeluarkan semua ponsel yang hasil di curi lalu
mengeluarkan sebuah kotak tempatnya menyimpan ponsel curian, beberapa ponsel
akan dimatikan. Tapi salah satu Ponsel menerima pesan masuk.
“"Tolong
kembalikan ponselku. Aku akan membayarmu... Aku akan memberimu 5.000 dolar. Aku
takkan lapor polisi"
"Aku
akan memberimu 10.000 dolar. Besok pukul 1 di Underpass Chungil"
Si paman seperti tak
percaya akan mendapatkan sebuah uang dari ponsel yang dicurinya dan
bertanya-tanya ada apa dengan
Saat itu
si paman seperti bermimpi melihat Hong Joo dan bertemu dengan Jae Chan dalam
satu ruangan. Tiba-tiba pintu di tutup dan terjadi kebakaran. Jae Chan berusaha
melindungi Hong Joo dan saat itu seseorang terbangun dari tidurnya dalam kamar
yang gelap.
“Menurutmu
petugas kepolisian itu juga bermimpi tentang kita?” tanya Hong Joo
“Ya. Aku
dan Woo Tak membicarakan soal bagaimana permulaan mimpi kita. Berdasarkan
peraturan itu, dia pasti juga bermimpi tentang kita.” Jelas Jae Chan. Nyonya
Yoon ingin tahu peraturan apa itu.
Orang
yang menolong kita dalam situasi hidup atau mati. Kurasa kita akan bermimpi
tentang orang itu. Aku sering bermimpi tentang Jae Chan, sementara dia biasanya
melihat Hong Joo di mimpinya.” Jelas Woo Tak. Hong Joo seperti tak yakin.
“Saat
pertama mendengar teorinya, menurutku itu juga tidak masuk akal, .karena aku
tak tahu bahwa kau Kastanye. Tapi kini itu masuk akal karena kau Kastanye. Kau
menyelamatkanku 13 tahun lalu di danau, dan aku menyelamatkan Woo Tak dengan
mencegah kecelakaan mobil.” Jelas Jae Chan.
Nyonya
Yoon bisa mengerti dan itu menurutnya sungguh
masuk akal. Hong Joo masih binggung dengan alasan mereka mengalami mimpi-mimpi
itu. Woo Tak pikir bisa merasakan saat selamat dari maut, yaitu berpikir,
"Aku bisa saja mati. Aku ingin bisa membalas budi kepadanya."
“Pikiran
itu pasti yang memulai mimpi-mimpi itu. Lalu Mimpi-mimpi yang menunjukkan masa
depan orang yang menolong kita.” Jelas Woo Tak
“Bagaimana
menurutmu? Teorinya masuk akal, 'kan?”tanya Jae Chan yang mengupas kulit apel
dengan membentuknya. Hong Joo menganguk mengerti.
Saat itu
seseorang menulis dalam buku catata "Mayat di atas matras, Nam Hong Joo mati!".
Hong Joo tahu kalau ia menyelamatkan polisi itu di danau,jadi, berdasarkan
peraturan itu,. Maka polisi itu pasti bisa melihat masa depan mereka di
mimpinya. Jae Chan membenarkan.
“Berarti,
dia pasti tahu bagaimana paras kalian. Aku yakin dia juga tahu dimana tempat
tinggal kalian” pikir Woo Tak. Jae Chan hanya menjawab kalau itu mungkin.
“Tidak
mungkin.. Kurasa itu sungguh tidak masuk akal. Andai hipotesismu benar, maka
dia pasti sudah menemui kita.” Ucap Jae Chan.
“Apa Kau
pikir dia mau menemuimu? Dia takkan menemui kalian dengan cara yang baik.
Bertemu kembali hanya akan membangkitkan kenangan pilu.” Ungkap Nyonya Yoon.
Hong Joo
seperti mulai berpikir, mata Jae Chan terus mengamati apel mana yang akan
dipilih Hong Joo dengan garpunya. Hong Joo langsung memilih apel yang dikupas
oleh Jae Chan. Jae Chan langsung
terlihat bahagia. Hong Joo bingung melihat tingkah Jae Chan. Jae Chan
hanya mengatakan Bukan apa-apa dan meminta agar Jangan hiraukannya.
“Aku ke
Divisi Tiga Tindak Pidana mulai hari ini untuk artikel. Selama tiga hari ke
depan.” Ucap Hong Joo.
“Kenapa? Maksudmu,
kantor kami? Selama tiga hari?” ucap Jae Chan panik
“Pasti itu
untuk "Pengalaman Tiga Hari". Itu segmen yang menarik. Berarti kau
bisa melihat Jaksa Jung di tempat kerjanya?” kata Woo Tak bahagia.
Jae Chan
terdiam teringat dengan terikan Tuan Park yang memarahinya, lalu berlatih
diruangan interogasi tanpa sadar semua temanya menatapnya, lalu Hyang Mi yang
berkomentar dirinya seperti marmot tanah yang suka mengali.
“Aku mungkin
akan terus membuntutimu selama tiga hari ke depan. Jaksa wilayah memilih jaksa paling kompeten
dan tampan di divisi untuk dijadikan orang yang diwawancarai.” Ucap Hong Joo.
“Jaksa yang
paling kompeten dan tampan, Sepertinya dirimu.” Komentar Woo Tak. Jae Chan
hanya bisa tertawa.
Di
ruangan Jaksa Park
Hee Mi
menyapa Hong Joo lebih dulu dan merasa
sudah pernah bertemu. Nam Hong Joo pun
mengenalkan nama sebagai reporter dari SBC. Jaksa Park meminta Hee Mi agar bias
membantu Reporter Nam agar bisa memberi tahu pemirsa segalanya tentang
kejaksaan. Hee Mi pun meminta Hong Joo agar ikut denganya.
Jaksa Lee
mengeluh karena Jae Chan itu sudah dekat dengan Hong Joo, bukan memilihnya
malah memilih Jaksa Shin. Jaksa Son setuju mengejek Jaksa Park itutidak
sungguh-sungguh saat bilang menyukai Jaksa Jung dan itu pasti menyakiti
perasaan juniornya.
“Tidak,
aku baik-baik saja.” Kata Jae Chan berpura-pura tak peduli.
“Kalian
sungguh tidak mengerti. Aku tidak memilih dia karena menyayanginya Mereka
saling mengagumi saat ini. Jika dia mengamati Jaksa Jung selama tiga hari, maka
dia akan kecewa dan fantasinya akan rusak..” Kata Jaksa Park
“ Kenapa
fantasinya akan rusak? Memangnya Jaksa Jung kenapa?” kata Jaksa Lee heran
“Siapa
yang punya kasus tidak selesai terbanyak di divisi kita?” tanya Jaksa Park.
Jaksa Lee menjawab kalau itu Jaksa Jung.
“Lalu
Laporan kasus siapa yang paling sering salah ketik?” tanya Jaksa Park. Jaksa
Lee kembali menjawabJaksa Jung.
“Siapa
yang menghabiskan satu bulan dalam kasus pencurian sepele, saat para jaksa lain
bisa menyelesaikannya dalam sepekan?” tanya Jaksa Park. Jaksa Lee pun menjawab Jaksa
Jung juga.
“Kalau
begitu, akankah fantasinya tentang dia akan hancur?” tanya Jaksa Park. Jaksa
Lee mengaku kalau itu akan hancur.
“Lalu Kau
senang dengan tindakanku atau tidak?” tanya Jaksa Park. Jae Chan pun hanya bisa
mengucapkan Terima kasih. Jaksa Son pun mengajak juniornya itu agar bisa
bekerja lebih giat lagi,
Hee Mi
duduk di meja kerjanya mengangkat telp dengan gayanysa seperti model dan sangat
mengoda. Hong Joo terus mengambil gambar, Sek pun ikut bergaya didepan camera,
saat sedang membawa berkas Hee Mi terlihat seperti model yang sedang catwalk.
Akhirnya
Hee Mi berada di ruang interogasi dengan seorang pria, membahas tentamenjual bubuk akar bunga balon
kepada pasien kanker dan mengatakan bahwa itu obat ajaib. Si pria seperti bukan
orang korea mengaku tidak begitu paham bahasa Korea dengan bertanya apakah ada
yang bisa mengunakan bahasa inggris saja.
“Aku
orang yang sangat baik.” Ucap si pria. Hee Mi terlihat sangat serius langsung mengeluarkan
kemampuanya berbahasa inggris.
“Beraninya
kau menganggap dirimu orang baik? Padahal kau mengambil keuntungan dari orang
lain. Aku tahu bahasa Koreamu lebih baik daripada bahasa Inggris, jadi,
berhentilah mencoba dan bicaralah dalam bahasa Korea.” Ucap Hee Mi. Si pria pun
terlihat ketakutan.
“Begini,
Jaksa... Dengar, aku sungguh menjualnya dengan niat baik, hanya dengan niat
baik. Itu tak bisa membenarkan pelanggaran hukum. Sejujurnya, aku tak tahu itu
dianggap tindakan kriminal. Andai aku tahu,. Maka aku akan menerima hukumannya dengan
senang hati.” Kata si pria
“Tak ada
yang menerima hukuman dengan senang hati. Ini bukan semacam permen. Hukuman itu
pahit, jadi, terima saja.” Tegas Hee Mi. Hong Joo terus merekam Hee Mi terlihat
sangat kagum.
Di ruang
kontrol
Jaksa Lee
melihat Hee Mi itu keren sekali, menurutnya sangat beruntung saja Jaksa Shin
wanita karena Hong Joo pasti akan mengaguminya andai seroang pria.Jae Chan
pikir seperti itu juga. Jaksa Lee pun memberikan semangat pada juniornya.
“Aku akan
meminjamkan si Merah kapanpun kau membutuhkannya.” Ucap Jaksa Lee. Jae Chan
seperti tak percaya mendengarnya.
“Terima
kasih banyak, Jaksa Lee. Kau memang yang terbaik.” Kata Jae Chan sambil
berpelukan.
“Kalau
begitu, bisa gantikan tugas malamku sebagai rasa terima kasih?” kata Jaksa Lee.
Jae Chan pun setuju bertanya apakah ada rencana lain.
Jaksa Lee
membenarkan, Jae Chan ingin tahu siapa yang dimaksud. Jaksa Lee pikir Jae Chan
pasti tahu lalu pamit pergi, saat sudah keluar ruangan ia mengirimkan pesan dari
ponselnya “Aku bisa mengajakmu berkencan hari ini!” lalu berjalan melompat
kegirangan.
Jae Chan
masuk ruangan melihat Tuan Choi dan Hyang Mi sedang makan siang, lalu mengaku ingin
berterima kasih kepada keduanya. Hyang Mi bertarnya mengenai apa. Jae Chan mengatakan kalau ini Karena tetap di
sisinya meski banyak kekurangan. Tuan Choi heran tiba-tiba Jae Chan mengatakan
hal itu. Jae Chan ingin bicara tapi Tuan
Choi lebih dulu menyela. Penyidik Choi.
“Aku
takkan pergi... Aku takkan kemana-mana... Aku akan selalu berada di sisimu. Aku
akan disini sampai pensiun, jadi, jangan dibahas lagi. Aku hanya bisa tertawa setiap
kali kau seperti ini.” Kata Tuan Choi
“Tidak,
bukan soal itu. Apa Kau tahu soal pria bernama Myung Yi Suk?” ucap Jae Chan.
Hyang Mi mengaku juga tahu tentangnya.
“Dia
pembunuh berantai terkenal yang membunuh orang lewat infus dan Baru-baru ini,
dia bunuh diri.” Kata Hyang Mi
“Kudengar,
Yoo Beom yang menangani kasus itu di kantor Yeonju. Kau mengerjakan kasus itu
dengannya, Penyidik Choi?” ucap Jae Chan. Tuan Choi membenarkan dan bertanya
kenapa menanyakan hal itu.
“Aku
sudah membaca surat wasiat dan surat permintaan bandingnya. Ada beberapa hal
yang kukhawatirkan.”kata Jae Chan
“Semua
soal kasus itu sangat jelas. Penjahat selalu membuat kisah yang masuk akal dan
sejumlah alasan. Kau mengasihani mereka dan merasa mereka diperlakukan buruk, tapi
kau akan celaka jika tertipu.” Jelas Tuan Choi. Jae Chan menganguk mengerti
tapi wajahnya terlihat ragu.
Saat itu
si paman menunggu disebuah terowongan sambil mengeluh, kalau Ketepatan waktu sangat penting dalam
transaksi semacam ini dan berpikir kalau Orang itu membodohinya. Lalu Seorang
datang menghampirinya bertanya apakah sudah membawa ponselnya. Si paman
bertanya uangnya.
Pria itu
memperlihatkan uang dalam dompetnya yang cukup banyak. Paman pun ingin tahu apa
yang ada didalam ponsel sampai ingin membayar
10.000 dolar demi ponsel. Saat itu tiba-tiba dua orang polisi mengejar
mereka. Si paman kaget ternyata pria itu sedang diintai, akhirnya keduanya pun
lari dari kejaran polisi.
Petugas
Oh membahas restoran yang baru masuk TV dan mengajak Woo Tak untuk makan siang
disana. Woo Tak teringat saat Petugas Oh
memberitahu kalau Lampunya sudah hijau jadi Baterainya sudah penuh dan ingin
bicara, tapi saat itu dua Detektif Ko sedang mengejar seseorang
Mereka
pun akhirnya ikut berlari mengejar detektif Ko, yang terlihat kelelahan.
Detektif Ko membeirtahu Pria berkaos abu-abu itu, penadah ponsel curian jadi harus
menangkapnya. Woo Tak binggung karena dimatanya hanya ada hitam putih tanpa
bisa membedakan warna.
“Hei, Woo
Tak. Dia memakai celana kotak-kotak.” Teriak Petugas Oh. Woo Tak bisa melihat
dengan jelas langsung berlari mendahului petugas Oh.
“Aku
Letnan Han Woo Tak dari Polsek Sangku. Tolong berhenti.” Ucap Woo Tak sudah ada
ada didepan pria.
Pria itu
kebingungan karena dibelakang sudah ada Petugas Oh, akhirnya ia melempar ponsel
ke sungai lalu terjatuh dan petugas Oh pun memborgol tanganya. Si pria
berteriak mengaku sebagai korban.
“Lalu
kenapa kau lari?” ucap Petugas Oh. Si pria mengatakan kalau itu Karena polisi
yang mendatanginya.
“Kita
bisa bicara di kantor polisi.” Kata Petugas Oh. Woo Tak hanya bisa terdiam
karena dengan matanya yang kabur bisa menangkap pelaku atas bantuan Petugas Oh.
Bersambung
ke episode 26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar