Tuan Shin
mengajak duduk di depan sungai Han dengan membawa dua kaleng bir dan mengajak
Ho Rang Bersulang. Tapi Ho Rang langsung membuka dan meminum dengan cepat. Tuan
Shin pikir Ho Rang pasti haus sekali dan bertanya apakah Hari itu selamat
sampai rumah.
“Aku
sudah berkencan dengan pria ini selama tujuh tahun dan baru saja putus
dengannya. Saat kau mengantarku pulang, sebenarnya itu hari aku pindah dari
tempat tinggalku bersama dia.” Cerita Ho Rang sejujurnya.
“Tapi...,
kenapa barang bawaanmu kemarin sedikit?” ucap Tuan Shin. Ho Rang terlihat kaget
dengan pertanyaan Tuan Shin.
“Yah..
Benar juga... Mau selama apa pasangan tinggal bersama..., maka tidak banyak
barang yang harus disingkirkan saat mereka putus. Aku juga pacaran dengan
pacar pertamaku selama tujuh tahun.”
Cerita Tuan Shin
“Tapi,
kenapa kau putus dengannya?” tanya Ho Rang mulai tertarik karena punya cerita
yang sama.
“Kami
banyak bertengkar soal urusan menikah.
Kencan dan menikah memang dua hal yang berbeda. Jadi apa rencanamu untuk
mengatasi masalah ini?” kata Tuan Shin. Ho Rang binggung.
“Maksudku
perpisahanmu. Sudahkah kau merencanakan bagaimana
mengatasi perpisahanmu?” ucap Tuan Shin.
“Aku
belum punya rencana dan Waktu akan menyembuhkan segalanya.” Kata Ho Rang yakin.
“Mana bisa
waktu menyembuhkan semua hal? Waktu cuma berlalu, itu saja. Dan Yang paling
kubenci itu kata ungkapan itu. Jangan pernah tertipu sama kata-kata ungkapan, Ho Rang” kata Tuan Shin.
Ho Rang bertanya kata apa yang dimaksud.
“Apa yang
kau inginkan dari dulu hanya akan
terwujud saat kau mengatakannya keras-keras.
Jadi aku mengatakan keinginanku keras-keras tiap siang dan malam sambil
bercermin.” Jelas Tuan Shin.
Ho Rang
ingin tahu apa yang dikatakan Tuan Shin.
Tuan Shin memberitahu selalu mengatakan "Aku bisa melupakannya. Aku
bisa mengatasi perpisahan ini. Dengan pikiran dan tekad yang kuat, atasilah
sebisa mungkin!" Ho Rang mengeluh meminta agar Jangan bicara denganbahasa
yang berat, karena susah mengerti.
“Ini...bukan
bahasa yang berat, tapi para ABG biasa pakai bahasa begini” ucap Tuan Shin. Ho
Rang melonggo kaget.
“Kenapa
kau pakai bahasa seperti itu?” tanya Ho Rang.
“Itu Karena
perasaanku jadi lebih baik. Aku merasa lebih muda.” Ungkap Tuan Shin. Keduanya
tertawa dan terlihat mulai akrab.
Yong Seok
bertemu dengan Se Hee di cafe memberitahu kalau sudah pernah kesini sebelumnya.
Se Hee melihat kartu nama Gye Yong Seok dan dulu pertugas memberitahu kalau Ada
pria yang titip koper ini ke alamatnya dengan note yang tertulis untuk Ji Ho “Kau menyuruhku
jangan meneleponmu. Jadi kukirim kopermu ini. Aku minta maaf.”
“Aku
tahu. Kau yang mengirim koper itu.” Ucap Se Hee.
Yong Seok membenarkan.
“Tak
kusangka Penulis Ji Ho sudah menikah. Aku minta maaf. Aku terlalu mabuk
saat itu. Jadi
aku tidak ingat banyak. Aku berSungguh-sunggung . Mohon percayalah Aku akan
melakukan apapun untuk ganti rugi
dan memberikan uang damai.” Ungkap Yong Seok. Se Hee terlihat binggung dengan
mengerutkan dahinya.
“ Jadi... Bisakah
kau mencabut gugatannya? Ada proyek baru yang harus kukerjakan.”
Jelas Yong Seok memohon. Se Hee sempat terdiam seperti mencoba mengingat
kejadian masa lalunya.
Ia pernah
bertemu dengan Ji Ho yang datang dengan pakaian tidurnya, lalu duduk disofa
menceritakan “Aku bermimpi berjalan di terowongan yang tak berujung”
“Ah... Kukira... kau
sudah tahu. Sepertinya aku harus bicara sama
Penulis Ji Ho.” Ucap Yong Seok melihat mimik wajah Se Hee seperti tak
mengerti yang diceritakan lalu pamit pergi. Se Hee menahan tangan Yong Seok.
“Kau
harus Duduk... Jelaskan padaku... Ceritakan semuanya dengan jujur.” Ucap Se Hee
dengan wajah serius.
Ji Ho
mengucapkan Terima kasih banyak, karena Jun Min sudah menceritakan kisahnya.
Jung Min mengaku juga penasaran mengenai Se Hee, lalu bertanya Jika menjawab akan
senang jika kembali bersatu dengan Se Hee dan ingin tahu bagaimana kesimpulan
Ji Ho selanjutnya.
“Kalau
seperti itu jawabanmu..., maka aku akan menjadi musuhmu.” Kata Ji Ho
“Jadi apa
kita harus bertarung? Apa kita seharusnya bertarung layaknya kucing dan anjing di sini?” goda
Jung Min.
“Aku
pasti akan menunggu hatinya Se Hee.” Kata Ji Ho yakin. Jung Min bisa mengerti
kalau Ji Ho akan menunggu hatinya.
“Kenapa?
Apa karena pernikahanmu dilakukan berdasarkan kontrak?” kata Jung Min
“Walaupun
kami menikah tanpa syarat apapun maka aku juga akan melakukan hal yang sama.
Karena pasangan suami-istri tidak selalu memenangkan hati pasangannya.” Jelas
Ji Ho. Jung Min seperti baru mengerti.
“Tapi
bukankah pernikahan itu berbicara mengenai bisa memenangkan hati pasangan? Menurutku
pernikahan itu cara resmi menyatakan bahwa pasangan telah saling memenangkan hati masing-masing. Jadi walau
sudah menikah pun, dan tak saling mencintai lagi tetap rasanya sulit berpisah.”
Kata Jung Min.
“Kalau
itu, aku tidak tahu... Karena ini pertama kalinya aku menikah dan Ini juga
pertama kalinya aku mencintai seseorang.
Jadi aku tidak tahu banyak soal ini. Namun
satu hal yang kutahu pasti, Memenangkan hati seseorang bukanlah suatu permainan, Melainkan terjadi
begitu saja. Tolong jangan beritahu Se Hee kalau aku tahu soal kalian.” Ucap Ji
Ho
Jung Min
duduk di dalam mobil kembali menewarang dengan kenanganya.
Flash back
Jung Min
menangis sendirian dalam kamar yang kecil, lalu menuliskan sebuah note “Selamat tinggal.
Kembalilah ke hidupmu dan hiduplah
dengan baik. Sebagai gantinya..., jangan pernah jatuh cinta pada siapapun. Karena
kau tidak berhak mencintai.”
“Yah...
Benar... Memenangkan hati seseorang bukanlah suatu permainan, Dia cepat
mengerti sekali. Aku iri, Penulis Ji Ho.” Ungkap Jung Min
Sek Jung
Min masuk ke dalam mobil. Jung Min merasa kalau sekertarisnya itu menelp
terlalu lalu. Sek Jung Min memberitahu kalau barus aja menerima tela dari
pengacara kalau Ada masalah dengan tuntutan hukum Ji Ho terhadap pria itu. Jung Min ingin tahu
ada masalah apa.
“Pria itu
memohon gugatannya dicabut... Tapi dia dihajar oleh seseorang.” Cerita Sek Jung
Min. Jung Min bertanya siapa orangnya.
“Suaminya
Penulis Yoon.” Kata Sek Jung Min. Jung Min kaget karena Se Hee mau melakukan
hal itu demi Ji Ho.
Soo Ji
dkk minum bersama tim. Direktur memuji Asisten Park dengan kinerjamu bagus
tahun ini jadi meminta agar Tahun depan, pertahankan kinerjanya. Tuan Park
mengangguk mengerti, lalu Direktur meminta agar mereka bersulang dan menyuruh
Tuan Park yang pimpin.
“2017
sudah hampir berakhir... Direktur kami yang terhormat..., aku mencintaimu,
Pak.. Dan untuk tim pendukung bisnis kita,
kerja kalian sudah bagus. Ayo bersulang untuk direktur kita yang
terhormat.” Ucap Tuan Park terlihat mencoba mengambil hati direktur.
“Sewaktu
aku berkata "Direktur!".., maka ...kalian balas bilang "Aku mencintaimu, Pak!" Oh iya,
permintaan maafnya... Asisten Woo, maafkan aku, Selama ini, aku kurang ajar. Ayo
kita lupakan semua itu dengan minuman kita.” Kata Tuan Park dengan nada
mengejek.
Soo Ji
melirik sinis, Semua orang binggung
bertanya Apa ada masalah antara mereka berdua. Tuan Park menutupi kalau
tidak ada masalah dan mengajak mereka makan saja. Soo Ji tetap menatap sinis
karena ternyata Tuan Park sedang mempermainkanya.
Mereka
pun selesai makan da akan pulang, Tuan Park diajak untuk ronde kedua juga. Tuan
Park setuju mereka harus makan sashimi daging sapi, setelah itu karaoke. Mereka
pun bahagia, tapi Tuan Park mau mampir kantor duluk dan akan bertemu di tempat
sashimi daging sapi. Soo Ji melihat dari
kejauhan seperti memendam dendam.
Sang Goo
dkk sedang main monopoli di ruang tengah,
Soo Ji menelp sambil berjalan. Sang Goo dengan nada bisik memangilnya
“sayang”. Soo Ji berkata kalau bahasa itu untuk manusia. Sang Goo membenarkan. Soo Ji menyakinan kembali kalau Bahasa hanya
bisa dimengerti oleh manusia
“Betul.
Jika bahasa tidak mempan ke orang, berarti dia bukan manusia. Entah dia
binatang, serangga, atau kutu air. Tapi Kenapa
tanya itu?” ucap Sang Goo heran.
“Oppa...
Kau bersungguh-sungguh saat bilang akan mendukungku
begitu memulainya, 'kan?” ucap Soo Ji.
“Tentu
saja, aku bersungguh-sungguh.” Kata Sang Goo. Bo Mi menegur Sang Goo untuk
kembali bermain karena giliran melempar dadu.
“Bersenang-senanglah
mainnya... Aku cinta kau.” Ucap Soo Ji
lalu menutup telpnya.
Sang Goo
kaget Soo Ji yang langsung menutup telp tanpa menjelaskan, lalu berpikir kalau
seperti ingin adu tarung. Bo Mi menyuruh Sang Goo untuk Lempar dadunya. Sang Goo melempar dadu tanpa
melihatnya. Bo Mi tak percaya kalau Sang Goo berhenti di Seoul
“Jangan-jangan
dia....... Tidak tidak.” Kata Sang Goo panik. Bo Mi malah heran melihat Sang
Goo seperti menolak.
“CEO Ma,
kau harus beli Seoul sekarang.” Ucap Bo Mi. Sang Goo tak peduli memilih untuk
pergi. Bo Mi mengejek Sang Goo Itu Pengecut.
Soo Ji
berjalan mengingat semua ucapan Tuan Park selama ini yang melecehkan, “Asisten
Woo harus mengunggah foto tubuhnya.” Lalu mengatakan kalau ia memiliki cup
A dan berkata “Jika aku belum
menikah..., maka aku pasti sudah sama Asisten Woo.”
Tuan Park
sudah ada didepan lift melihat Soo Ji berdiri disampingnya dan bertanya kenapa
kembali ke kantor. Soo Ji mengatakn kalau Ada kerjaan yang belum selesai.
Saat Tuan
Park masuk lift, Soo Ji dengan berani memanggil nama “Jin Ho!” dan langsung memberikan
pukulan diwajahnya. Tuan Park kaget langsung terjatuh tak bisa membalasnya
karena pintu lift sudah tertutup dan bergerak naik. Soo Ji memegang tanganya
seperti sedikit sakit tapi merasa puas.
Bo Mi dkk
masih sibuk main monopoli dan Won Seok akan beli Taipei. Salah satu pegawai
mengeluh Padahal aku rencana mau beli itu denga memberikan Seekor kelinci itu
jadi raja, kalau tak ada macan (Ho Rang-i). Won Seok mendengar kata Ho Rang”
mulai sensitif.
“Apa ini
semua tanahmu? Kita sudah membesarkan seekor
bayi macan.” Keluh temanya. Won Seok menahan kesal.
“Makanya
itu. Seharusnya tadi kau membelinya. Kau hanya bisa menangkap macan jika kau
pergi ke gua macan. (ho rang)” kata Bo Mi
“Sudahlah...
Berhenti bermain saja” keluh Won Seok tak ingin mendenagr nama Ho Rang, teman
yang lain binggung karena sekarang sudah mulai seru.
“Seru
apanya. Ini buat anak kecil... Lebih baik Kita minum saja. Aku yang traktir.”
Kata Won Seok mencoba mengalikan. Dua pria terlihat senang kalau akan
ditraktir.
“Ya, aku
akan mentraktir semuanya. Ayo kita begadang sampai subuh.” Kata Won Seok. Bo Mi
memilih untuk pamit pulang saja.
“Kau juga
harus ikut sama kami.” Ucap Won Seok. Bo Mi menolak karena sudah ada janji. Won Seok binggung Jam segini
ada janji apa?
“Janji
dengan diriku sendiri. Selamat bersenang-senang. Aku permisi sekarang.” Kata Bo
Mi lalu melangkah pergi.
Salah
satu temanya ingat kalau hari ini hari jumat, jadi Bo Mi pasti pergi ke
Itaewon, kalau Ada toko mainan terkenal di sana dan Bo Mi pergi ke sana setiap
hari Jumat membeli semua tokoh kartun. Won Seok mengejek Bo Mi memang cocok bermain
itu
“Bicara
soal Itaewon..., ayo kita ke kelab malam ini.
Bagaimana?” ucap Won Seok. Keduanya kaget.
“Ya,
kelab! Tubuhmu itu mau kau apakan?
Manfaatkanlah tubuhmu. Kau harus menikmatinya selagi bisa karena kau
masih lajang.” Ungkap Won Seok penuh semangat.
“Apa kau
sering ke kelab?” tanya temanya. Won Seok mengatakan ia juga belum pernah.
Mereka
bertiga masuk ke club dan duduk dibagian atas, salah satu temanya mengeluh
kalau Telinga sepertinya berdarah karena suara musik yang sangat keras. Won
Seok mengaku baru tahu, kalau seperti ini rasanya. Pria yang satunya merasa
Matanya juga seperti mau berdarah dan langsung memasang kacamatanya.
“Ayo kita
menari di atas panggung.” Ucap Won Seok penuh semangat. Dua orang lainya
menolak dan menyuruh Won Seok duluan saja.
“Kalau
begitu, aku duluan... Kalian nanti menyusul” ucap Won Seok meminum sebotol bir
lebih dulu.
Akhirnya
Won Seok bergabung dengan banyak orang mengikuti iringan musik, menari di
lantai dansa. Ia berkata kalau akan melupakan Ho Rang. Saat itu Bo Mi sudah
menari di atas panggung dengan tiang dan langsung menarik Won Seok ke atas
panggung. Won Seok kaget melihat penampilan Bo Mi yang terlihat sangat seksi menari-nari
didepanya.
Dua orang
pria merasakan ketakutan mendengar musik, dan berpikir kalau lebih baik ke warnet saja. Sementara Won Seok
masih binggung melihat Bo Mi karena mengatakan kalau ada janji. Bo Mi
memberitahu kalau Di atas panggung, harus bicara pakai tubuh dan mulai
mengoyangkan tubuhnya.
“Se Hee..
boleh aku minta bantuanmu? Jikalau Ji Ho kelak ingin menulis lagi bisakah kau
mengizinkan dia menulis? Bisakah kau membuatnya mewujudkan impiannya sebagai
penulis dan tak menyia-nyiakannya?”
Se Hee
mengingat pemintaan ibu Ji Ho saat dihari penikahan dan Ji Ho menangis, lalu
melihat kartu nama Ko Jung Min. Ia pun dibawa masuk oleh pegawai Jung Min
menuju ruangan mantan kekasihnya.
Ji Ho
berjalan melihat lembaran Kontrak Menulis ditanganya, dan berhenti disebuah
toko buku, lalu mencari dibagian rak “Penulis Korea, penulis asing” lalu
bertanya ada penjaga toko apakah menjual buku yang dicarinya dengan
memperlihatkan ponselnya.
Si
Pegawai melihat judul bukunya, ["Walau
Tak Ada Apapun yang Berubah Meski Kau Menangis"] sama seperti yang dibaca
Se Hee. Lalu memberitahu kalau Hanya ada satu barang tersisa di stok toko mereka dan sudah terjual. Ji Ho
terlihat sedih dan hanya bisa mengucapkan
Terima kasih Saat itu telp nya berdering dan mengangkat telp dari ayah
mertuanya.
Jung Min
memberitahu kalau Se Heecukup parah menghajarnya. Se He bertanya Apa itu akan
merugikan bagi si Ji Ho Jung Min pikir tak ada masala karena juga sudah bertemu
CEO perusahaan Yong Sek dan karena saling mengenal jadi takkan memperbesarnya.
Se Hee pun mengucapkan terimakasih.
“Begini...
Karena aku suaminya Ji Ho... Apa itu akan mempengaruhimu... bekerja sama dengan
dia?” ucap Se Hee to the point.
“Apa Karena
itukah kau datang kesini? Apa kau khawatir aku bisa menghancurkan pekerjaannya karena dendam dari
cinta lamaku? Apa kau Takut kalau aku bisa menyakitinya?” ucap Jung Min. Se Hee
membenarkan.
“Saat aku
menikah...,ibunya Ji Ho minta bantuanku. Dia memintaku untuk mengizinkan Ji Ho
menulis kalau dia ingin menulis lagi agar dia tidak menyia-nyiakan impiannya. Ibunya
minta bantuan itu padaku. Tapi aku tidak tahu harus berbuat apa..., jadi aku
hanya berjanji padanya aku tidak akan
membahayakannya. Tapi kau tahu. Kau tahu bagaimana cara membuatnya tidak
menyiakan impiannya.” Jelas Se Hee.
“Jadi karena
itu kau datang menemuiku. Kau baru bertemu dengan cinta lamamu setelah 12
tahun..., tapi apa hanya itu yang bisa Kau katakan? Aku jadi agak kecewa.”
Ungkap Jung Min
Se Hee
hanya bisa meminta maaf, dan mengaku tak bisa apa-apa lagi, karena baru tahu
hari ini, alasan Ji Ho tak mau menulis
lagi. Jadi Satu-satunya hal yang bisa dilakukan ialah menghajar pria itu. Ia
tahu kalau Jung Min adalah produser yang hebat.
“Jung
Min... Jangan memperlakukannya sebagai istriku..., tapi sebagai penulis..., kumohon.”
Ungkap Se Hee memohon untuk JiHo.
"Kata-kata terlahir dari mulut
orang dan mati di telinga orang."
Se Hee
membaca buku yang berjudul ["Meskipun
Tidak Ada Apapun yang Akan Berubah Meski
Kau Menangis"] di dalam bus sambil bergumam
"Tapi ada beberapa kata yang takkan mati."
Lalu ia
mengingat saat membaca note yang ditinggalkan Jung Min 12 tahun lalu [Jangan pernah mencintai lagi, karena kau tak
berhak mencintai.]
"Yaitu kata-kata yang masuk ke
dalam hati orang dan bertahan."
“Kata-kata
ini bertahan di hatiku selama 12 tahun.
Lalu Sejak kapan kata-kata ini tiba-tiba menghilang seperti ini? Aku tidak bisa
menyingkirkan kata-kata ini dari hatiku, entah sekeras apa aku mencobanya.” Gumam
Se Hee.
Flash Back
Jung Min
mengantar Se Hee sampai ke depan lift, mengatakan kalau punya pertanyaan, yaitu
“Apa kau pernah mengaku pada Penulis
Yoon sebelumnya?” Se Hee terlihat binggung. Jung Min menjelaskan kalau mengaku
perasaan kalau menyukainya Atau semacamnya.
“Menurutku
itu tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata.” Kata Se Hee merasa semua berjalan
seiring waktu
“Jadi
belum pernah ternyata. Apa Kau tahu Kau juga tidak pernah mengaku padaku... Kau
tak pernah menyatakan kalau kau menyukaiku.” Ucap Jung Min. Se Hee seperti tak
berkomentar memilih untuk pamit dan segera masuk ke dalam lift.
“Tahukah
kau... kata-kata bisa bertahan hanya saat
kata-kata bisa menggapai hati orang? Kau harus mengatakannya keras-keras agar bisa menggapai hati orang lain.” Kata Jung
Min
“Ini bukan
suatu kebetulan.”gumam Se Hee saat pintu lift tertutup.
Se Hee
sudah sampai rumah membuka lacinya teringat kembali kata-kata Ji Ho di telp “Jadi
mulai sekarang...,jangan sengaja beri batas antara kita.” Se Hee pikir itu
karena kata-kata Ji Ho lalu mengingat kembali saat di pinggir pantai.
“Ini
bukan salah siapa-siapa. Sama seperti ombak yang terus mengali dan ada juga
ombak yang lagi beristirahat. Seperti
itulah. Jadi...” ucap Ji Ho
“Kata-kata
hangatnya menumpuk di hatiku.” Gumam Se Hee.
“Se Hee
juga..., jangan terlalu khawatir. Hanya karena kau sudah melewati hari
ini...,bukan berarti kau tahu apa yang akan terjadi esoknya.” Kata
“Kata-katanya
bertahan.. dalam hatiku yang sudah mati.” Gumam Se Hee dan melihat kalung
kucing dengan tulisan [Woori] yang dimaksud adalah kita.
Ji Ho
bertemu dengan Tuan Nam di cafe. Tuan Nam bertanya apakah Ji Ho masih kerja sambilan. Ji Ho menganguk dan
memberitahu sepertinya akan segera berhenti. Tuan Nam memuji kalau itu
Keputusan bagus. Ji Ho memberitahua setelah berhenti dari pekerjaan ini, maka berencana mau menulis lagi.
“Apa
maksudnya? Apakah Drama itu?” kata Tuan Nam kaget. Ji Ho membenarkan.
“Kukira
kau sudah berhenti menulis, agar bisa fokus jadi ibu rumah tangga.” Ucap Tuan
Nam,
“Ya
tapi...aku dapat kesempatan bagus...,jadi aku berencana mulai menulis lagi.” Jelas
Ji Ho
“Lalu
anak? Kapan kau akan melahirkan?” ucap Tuan Nam. Ji Ho sempat kaget dan
mengatakan kalau belum tahu.
“Pekerjaan
memang penting, tapi kau juga harus
mempertimbangkannya. Kau masih muda, tapi Se Hee tidak. Dan Bayar uang
angsurannya pakai tabungan ini lalu Gunakan sisanya buat kalian saat kau
melahirkan.” Ucap Tuan Nam memberikan buku tabungan dan capnya. Ji Ho terlihat
binggung.
“Aku
pernah berjanji akan memberikan uang ini kalau dia menikah.” Ucap Tuan Nam
“Menurutku
aku tidak berhak mengambil uang ini.” Kata Ji Ho. Tuan Nam pun bertanya lalu
siapa lagi.
“Tentu
saja, Ayah harus kasih ini ke Se Hee.” Pikir Ji Ho.
“Hubungan
kami lagi tak baik Dan dia juga tidak akan mengambil uangnya. Jadi Kau saja sebaiknya yang mengambil
uangnya. Kau harus menjadi jembatan antara
anggota keluarga selaku istrinya.” Ucap Tuan Nam mengajak mereka pulang.
“Ayah...
Ada yang ingin kukatakan.” Kata Ji Ho dengan wajah serius menatap Tuan Nam
sudah berdiri dari bangkunya.
Akhirnya
keduanya keluar dari restoran, dan Tuan Nam langsung menaiki tas.
Soo Ji
dan Ji Ho sudah ada dirumah, menelp Ho Rang menanyakan keberadaanya karena
belum pulang. Ho Rang terlihat bahagia kalau akan pulang nanti. Soo Ji mengomel
kalau sudah larut malam jadi menyuruhnya untuk segera pulang.
“Hei,
memangnya aku anak kecil? Jangan berlebihan. Sampai jumpa lagi” ucap Ho Rang di
telp lal menutup telpnya. Soo Ji mengeluh dengan sikap Ho Rang.
“Dia
sepertinya lagi senang.” Komentar Ji Ho lalu mereka pun mulai bersulang.
“Soo Ji..
Apa Kau tahu film, "The Graduate"?” ucap Ji Ho. Soo Ji pasti tahu
kalau it film favorit Ji Ho
“Aku
sudah menontonnya lebih dari 10 kali. Waktu pertama kali nonton, aku masih kelas 1 SMA. Aku jatuh cinta pada
Ben saat dia pergi ke pesta pernikahan
Elaine dan kabur bersamanya.” Ucap Ji Ho tiba-tiba merasakan sesuatu yang sudah
dijelaskan.
“itu
sangat romantis menurut gadis 17 tahun.” Kata Ji Ho. Soo Ji tahu kalau Itu bagian
yang paling terkenal dari film itu.
“Tapi...,ketika
aku menonton film itu lagisewaktu umur 20-an..., maka aku bisa mengerti banyak
hal lain tentang film ini.” Cerita Ji Ho. Soo Ji bertanya Seperti apa misalnya.
“Wajah mereka
setelah kabur dari gedung pernikahan. Mereka
kabur dari pesta pernikahan dengan penuh
kegembiraan. Tapi entah bagaimana, mereka
terdiam setelah naik bus. Sepertinya mereka cemas dan tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak bisa
mengerti itu saat masih remaja. Tapi sekarang aku bisa.” Cerita Ji Ho.
Soo Ji
ingin tahu alasanya dan bertanya apakah
Apa itu yang dialami Ji Ho dengan majikan rumahnya. Ji Ho mulai
berkaca-kaca. Soo Ji pikir itu berat. Ji Ho menganguk dengan air mata mengalir.
Keduanya menunggu
dengan wajah kedinginan. Soo Ji menerima telp dari Sang Goo seperti mengajak
untuk bertemu Sekarang. Ji Ho langsung meyuruh Soo Ji agar pergi saja. Soo Ji
pikir Jangan khawatirkan dirinya. Ji Ho menyuruh Soo Ji pergi karena Sang Goo sedang menunggunya. Soo Ji pun
tersenyum meminta Ji Ho agar menelpnya kalau sudah sampai rumah.
Sang Goo
sudah menunggu dan langsung bertanya Ada apa dengan Soo Ji dan keadaanya
sekarang, berpikir kalau melakukan sesuatu pada Tuan Park. Ji Ho memberitahu
kalau cara Sang Goo tidak berhasil ternyata Jadi aku pakai caranya sendiri.
“Apa yang
kau perbuat?” tanya Sang Goo panik. Ji Ho memberitahu kalau meninju wajahnya. Sang Goo kaget tapi setelah
itu memeluk bahagia Ji Ho karena sudah melakukan yang terbaik.
“Aku
menyadarinya saat menemukan cinta.” Gumam
Ji Ho melihat dari kejauhan Soo Ji dan Sang Goo berpelukan sebelum masuk ke dalam
taksi.
“Alasan pernikahan kita mudah terlaksana
adalah karena kita tidak jatuh cinta.” Gumam Ji
Ho
Flash Back
Saat di
bus, Se Hee pikir akan membayar setengah
dari biaya gaunnya. Ji Ho menolak karena harganya tidak mahal. Se Hee
tak enak hati karena Ji Ho harus bayar
sepatu dan karangan bunga juga jadi akan mengurangi biaya sewa bulan
depannya.
“Pernikahan
seharusnya terjadi saat kedua belah
pihak saling jatuh cinta. Tapi kenapa...” gumam Ji Ho melihat buku tabungan
yang diberikan oleh Tuan Nam dan mengingat kalau Tuan Nam menginginkan seorang
anak dan menjadi ibu rumah tangga.
“Apa aku lebih terluka lagi saat
aku jatuh cinta padanya?” gumam Ji Ho sedih
Se Hee
memakaikan kalung pada Kitty sambil mengingat yang dikatakan Jung Min “Apa Kau sudah
mengaku menyukainya? Tahukah kau kalau kau harus mengatakannya agar dia bisa
tahu? Kau harus mengatakannya. Hanya itu cara untuk mencapai hatinya.”
“Aku juga
tahu. Ini benar-benar canggung. Tapi kelihatannya ini jauh lebih baik dari yang kukira. Hari ini... ayo
kita semangat.” Ucap Se Hee yakin.
Se Hee
menyambut Ji Ho yang baru pulang dan bertanya apakah dari rumahnya Soo Ji. Ji Ho membenarkan kalau
minum bir dengannya. Se Hee bertanya apakah Ji Ho sudah tandatangan kontrak
hari ini, Ji Ho menjawab sudah dan mengatakan CEO orang yang baik. Se Hee mencoba
memegang tangan Ji Ho tapi Ji Ho memindahkan tasnya dan menaruh langsung disaku
jaketnya.
“Aku
Senang dengarnya, Tapi Kau kelihatan lelah.” Kata Se Hee
“Aku
memang agak lelah... “ kata Ji Ho hanya tertunduk.
“Hari ini...
Kucing, kau menyambut kami hari ini.” Ucap Se He.. sambil mengendong kitty
seperti ingin memperlihatkan kalung yang dipakai.
“Ada yang
ingin kukatakan.” Kata Ji Ho. Se Hee mengaku kalau juga ada yang ingin dikatakan.
Ji Ho pun masuk kamar. Se Hee binggung berpikir kalau tidak kelihatan kalung
yang dipakai oleh Kity.
Se Hee
duduk diruang tengah dengan sengaja mendudukan Kitty disampingnya, Ji Ho datang langsung meminum bir dan
keduanya sama-sama saling berbicara. Ji Ho pikir Se Hee lebih dulu saja bicara. Se Hee mulai bicara seperti ingin meminta
sesuatu, tapi memilih untuk mengurungkan niatnya dan menyuruh Ji Ho duluan saja.
“Aku
ingin...kontrak kita......aku ingin mengakhirinya sekarang.” Ucap Ji Ho dengan
yakin. Se Hee kaget dan keduanya saling menatap.
“Kata-kata
selalu...lebih lambat dari hati.” Gumam Se Hee yang tak bisa mengungkapkan
perasaanya lebih dulu.
Bersambung
ke episode 15
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Seru banget...makasih sinopsis y.
BalasHapusD tunggu kelanjutan y..😊😊
Bapeeerr ...
BalasHapusIkut sedih dan deg degan,, dtunggu eps selanjutnya 😄😄😄
BalasHapus