Won Seok
berbaring disamping Ho Rang bertanya apakah sudah tidur, Ho Rang sudah
memejamkan mata membalikan badannya mengetahui alau Won Seok telat pulang dan
bau soju. Won Seo mengaku kalau tadi minum sedikit.
“Ho
Rang... Apa Kau mau kencan denganku akhir pekan ini? Ayo keluar dan makan yang
enak-enak... Kita juga bisa menonton film dan kau juga pernah bilang ada teater yang mau dilihat. Aku juga akan pesan
tiketnya.” Ucap Won Seok. Ho Rang dengan mata tertutup pun setuju.
“Akankah ada jalan berbeda yang
bermula. dari mana hati kita bertemu?”
Ho Rang
memalingakan wajahnya dengan mata terbuka, Won Seok pun hanya menatap
langit-langit dengan Ho Ran yang berbaring pada lenganya.
“Tapi hal yang paling kutakutkan
adalah, bukanlah jalan kita yang berbeda...,.bukanlah apa kita akan saling bertemu. Yang paling kutakutkan...
adalah tidak ada jalan menggapai hatimu.”
Ji Ho
pulang ke rumah menemukan note diatas meja makan dari Se Hee. Aku sudah bicara sama CEO Ma dan semuanya berjalan lancar. Aku tidur
duluan.” Wajah Ji Ho langsung cemberut membacanya.
“Bagaimana jika tidak ada jalan sama
sekali untuk menggapai hatimu? Itulah yang kutakutkan.”
Ji Ho
membuka lembaran berikutnya, Se Hee menuliskan “Alamatnya sudah kuterima. Aku
akan bantu-bantu keluargamu membuat
kimchi.” Waja Ji Ho langsung berubah jadi sumringah lalu masuk ke dalam kamar.
“Tapi untuk saat ini..., aku tidak
bisa berbuat apa-apa. Aku tidak tahu jalan untuk menggapai hatinya. Tapi dia
tahu ke mana harus pergi membuat kimchi. Begitulah dia...,dan aku menyukainya.
Untuk sekarang ini..., itu sudah cukup bagiku.”
Tuan Yoon
sibuk dengan ponselnya meminta agar
membawa botol makgeolli karena nanti tak cukup untuk membuat kimchi, lalu
memberitahu istrinya kalau Ji Seok dan menantu mereka akan segera datang. Nyonya
Yoon pikir Padahal ini bukan acara nasional.
“Kenapa
kau menyuruhnya datang kemari? Istrinya
juga lagi hamil.” Ucap Nyonya Yoon dengan tumpukan sawi yang banyak.
“Ji Ho
mana? Kapan dia kesini?” tanya Tuan Yoon. Nyonya Yoon memberitahu Ji Ho tidak
punya waktu karena sibuk hidup di Seoul.
“Dia 'kan
tak ada kerjaan di rumah. Sibuk apa dia?Dia sudah menikah sekarang, jadi harus
belajar cara buat kimchi.” Ucap Tuan Yoon sinis lalu bergegas masuk ke dalam
rumah.
Ibu Ji Ho
mengangkat telp dari anaknya, kalau ada yang akan datan untuk membantu. Lalu
bertanya dengan Ji Ho apakah akan datang. Ji Ho memberitahu tidak bisa datang tapi
ada orang yang menggantikannya. Nyonya Yoon ingin tahu Siapa yang datang.
Se Hee
sudah duduk didalam bus dengan kacamata hitam ingin menikmati udara desa dengan
membuka jendela. Tapi kakek yang duduk dibelakangnya mengeluh kalau dingin dan
menyuruh untuk menutup jendelanya. Se Hee pun menurutinya.
Akhirnya
Se Hee turun dari bus berjalan kaki untuk kerumah Ji Ho, tapi petunjuk di
ponselnya memberitahu kalau telah menyimpang dari rute dan bukan arah yang benar. Seperti ia terus
berjalan naik dan turun tapi malah tersesat.
Nyonya
Yoon dkk sudah sibuk memulai membuat kimchi, tetangganya melihat Nyonya
Yoon Banyak sekali membuatnya, bahkan
beli 100 kubis padahal cuma sedikit orang yang membantu. Nyonya Yoon pikir
Jangan khawatir, karena akan selesai sebelum suami mereka pulang.
“Tapi, Dimana
Ji Ho? Apa Dia tak datang?” tanya tetangganya.
“Katanya
dia, ada orang lain yang datang
menggantikannya.” Ucap Nyonya Yoon. Tetanganya ingin tahu siapa. Nyonya Yoon
mengatakan kalau ia juga tak tahu karena Ji Ho hanya menyuruh untuk melihat
saja nanti.
Se Hee
sudah dua kali mengucap salam tapi tak terdengar, akhirnya ia sedikit mengeraskan
suaranya. Nyonya Yoon kaget melihat Se
Hee bertanya kenapa datang ke rumah mereka. Semua tetangga melihat Se See itu
suaminya Ji Ho dengan memujinya tampan dan membuat semua terkesima.
“Kampung
ini jadi makin nyaman gara-gara dia kesini.” Goda salah satu bibi.
“Aku
kemari mau buat kimchi.” Ucap Se Hee.
Nyonya Yoon kaget kalau yang dimaksud Ji kalau Se Hee yang akan
mengantikanya. Se Hee membenarkan.
“Hei..
Siapa yang datang?... menantuku!.. Ada apa? Kau kenapa kesini?” ucap Tuan Yoon
keluar dari rumah
“Aku
kemari mau membantu membuat kimchi.” ucap Se Hee. Tuan Yoon binggung tapi
akhirnya mengajak Se Hee masuk ke dalam rumah.
Ji Seok
dan Tuan Yoon masuk ke daam rumah, meminta istrinya agar memberikan minum pada
Se Hee. Tuan Yoon mengajak agar Setelah
buat kimchi, mereka makan bossam dan menyuruh Se Hee duduk. Se Hee
menolak,
“Aku
bukan kemari mau makan bossam, tapi bantu-bantu buat kimchi. Aku harus membantu
membuat kimchi” ucap Se Hee. Semua kaget mendengarnya.
“Sebenarnya...,Ji
Ho sudah membantu di rumah orang tuaku. Makanya aku setuju membalas tenaga yang dia kerahkan, dengan
membantu disini.” Jelas Se Hee.
“Apa
maksudmu? Itu Wajar menantu perempuan membantu ibu mertuanya.” Kata Tuan Yoon.
Ibu Ji Ho
tersenyu mendengarnya, lalu memastikan kalau Ji Ho membantu di rumah orangtua Se Hee. Se Hee membenarkan.
Tuan Yoon mengajak agar Se Hee Berhenti omong kosong dan duduk lalu minum
bersama. Se Hee menolaknya. Ibu Ji Ho pikir Se Hee harus ganti baju dengan
menawarkan untuk mengunakan baju miliknya. Se Hee pun tak keberatan.
Ji Ho
menerima pesan dari Se Hee “Aku sudah sampai di tempat orangtuamu. Kami lagi
buat kimchi sekarang.” Bok Nam mendekati Ji Ho bertanya apakah ada masalah. Ji
Ho mengatakan tak ada. Bok Namlalu melihat Soo Ji yang datang langsung
melambaikan tangan.
“Dia
cantik seperti biasa dan benar-benar tipeku.” Ucap Bok Nam. Ji Ho heran dan
ingin tahu alasanya. Bok Nam mengatakanTidak ada alasan
“Tipemu
cepat berubah, Dulu kau bilang, aku cantik sekali.” Sindir Ji Ho.
“Menurutku
kau cuma manis dan Kau sebenarnya bukan tipeku.” Akui Bok Nam. Ji Ho melotot
kaget ternyata Bok Nam hanya mengodanya.
Ji Ho
duduk bersama dengan Soo Ji di cafe. Soo
Ji kaget mengetahui kalau Se Hee pergi buat kimchi di Namhae. Ji Ho
membenarkan. Soo Ji pikir Se Hee itu sama anehnya dengan Ji Ho jadi Pantas mereka
berdua menandatangani kontrak semacam itu.
“Kalau
dia sakit dan tidak bisa pulang ke
Seoul, bagaimana? Aku yakin Pasti ibumu beli 100 kubis.” Ucap Soo Ji
“Kurasa
mereka tidak akan membuatnya untuk bantu-bantu dan cuma makan bossam disana,
lalu setlah itu pulang. Aku yakin itu” kata Ji Ho.
Se Hee
sudah berganti pakain memasang alarm untuk 6 jam berkerja lalu memakain sarung
tangan dengan mengangkat air untuk memberikan garam pada kimchi. Ia juga harus
terjatuh karena tak kuat menarik ember berisi rendaman kimchi, lalu mengangkat
lobak dengan ukuran besar.
“Kau
pasti Capek, kan?” kata Nyonya Yoon. Se Hee membenarkan.
“Ini rasa
asin karena sudah diawetkan pakai garam.” Ucap Nyonya Yoon. Se Hee terlihat
binggung.
“Jadi ini tidak bisa langsung dibumbui dan harus
dibilas pakai air bersih. Lalu taruh di
keranjang... Apa Kau mengerti?” kata Nyonya Yoon memberikan contoh. Se Hee
melakukanya tapi hanya mengambilnya dari baskom.
“Aigoo.
Dia ini tak ada gunanya.. Kau harus Bilasnya seperti ini... Kenapa pasangan
baru menikah tak ada tenaga sama sekali? Apa mampu dia membuat anak?” ejek
Ahjumma. Se Hee hanya terdiam dengan terus mencuci kimchi.
“Apa Kau
tak tahu pria kurus malah lebih jago melakukanya?”
kata Ahjumma lainya. Nyonya Yoon meminta agar mereka Berhenti bicara omong
kosong di depan menantunya.
Salah
satu ahjumma melihat Se Hee tak benar membersihkan Kimchi sedikit memukulnya
agar bisa mengeluarkan tenaganya. Nyonya Yoon membela Se Hee karena ada yang
berani memukulnya. Se Hee bisa tersenyum karena ada yang membela.
Ji Ho
mendapatkan foto dari adiknya, tak percaya kalau Se Hee serius membuat kimchi.
Saat itu terdengar teriakan pelanggan yang ingin memesan. Bok Nam datang mengatakan
kalau akan melakukanya dan menyuruh Ji Ho pergi saja. Ji Ho binggung, bertanya
kemana harus pergi.
“Pergi Ke
suamimu... Jika kau secemas itu, maka kau harus pergi menemuinya. Tapi sebagai
gantinya, kau harus kerja akhir pekan, oke” Kata Bok Nam
Se Hee
masih terus membantu membuat kimchi, adik iparnya pun meminta agar menumbuk
bawang putih yang sudah dikupas, setelah itu membuat adonan tepung beras dengan
kayu bakar dan terus mengaduknya sampai terkantuk. Ahjumma memanggil Se Hee
agar bisa memindahkan ember, Se Hee pun bergegas membantunya.
Tuan Yoon
dan Ji Seok hanya duduk melihat para wanita yang membuat kimchi. Ji Seok pikir
Se Hee memang datang untuk membantu membuat kimchi. Tuan Yoon merasa kalau ini
Sungguh aneh melihat Se Hee masi saja membantu memeras kimchi yang sudah
dibilas.
Ji Ho
pulang ke rumah memberikan makan kucing, tapi mendengar suara terus mengeong
tanpa terlihat Si kucing. Akhirnya ia masuk kamar Se Hee melihat kucing sudah
ada di dalam lemari karena tak terkunci.
“Hei...
Kapan kau masuk kesini? Aigoo, kau dalam masalah besar.” Ucap Ji Ho membereskan
semua buku yang jatuh.
Ia
melihat sebuah buku yang berjudul
[Koleksi Puisi] , wajahnya tersenyum karena sudah lama ingin membacanya,
lalu bertanya pada si kucing apakah Apa boleh dipinjam dan akan mengembalikan setelah
membacanya.
Ji Ho pun
pergi ke rumah ibunya dengan naik bus, teringat buku yang dibawanya, tapi saat
membuka bagian depan terlihat tulisan [Teruntuk Se Hee, cintaku dan segalanya]
“Sepertinya
dia dapat ini dari seseorang.” Ucap Ji
Ho terlihat sedikit kecewa.
Nyonya
Yoon menyuruh Se Hee untuk berhenti dan
istirahatlah. Se HEe pikir tak masalah kareka masih ada waktu, menurutnya
karena mengambil cuti, jadi lebih baik memanfaatkannya. Nyonya Yoon menanyakan
keadaan Se Hee. Se Hee mengaku kalau baik-baik saja?
Ji Seok
tiba-tiba berteriak karena melihat Ji Ho yang datang. Ji Ho datang ke tempat
ibunya, Se Hee melihat Ji Ho yang datang langsung tersenyum sumringah.
Soo Ji
datang menemui Sang Goo karena sebelumnya langsung pergi setelah meneriakinya. Sang
Goo memberikan kantung belanjanya, Soo Ji melihat isinya banyak bra dan
berpikir kalau Ini bisnis barunya sekarang. Sang Goo mengatakan membbeli yang
paling nyaman dan yakin Salah satunya pasti cocok Jadi meminta agar Soo Ji bisa
memakainya.
“Jika kau
masih merasa tidak nyaman..., maka akan kucarikan bra yang nyaman buatmu. Maaf
karena aku membuatmu merasa seakan menekanmu. Aku akan mencoba memperbaiki
sikapku... Jadi kau juga... harus memikirkan
sedikit perasaanku Sejujurnya aku
tak suka, pria lain melirik pacarku dan membayangkan yang aneh-aneh..” Ucap Sang
Goo. Soo Ji hanya menatapnya.
“Baiklah.
Aku juga minta maaf... Aku minta maaf karena menurut kau sudah kelewatan.” Kata
Soo Ji
“Tapi
kenapa ponselmu mati? Aku cemas sekali” kata Sang Goo kesal. Soo Ji mengatakan ada
rapat.
“Tunggu
aku se-jam lagi.. Nanti kita makan malam bersama.” Kata Soo Ji.
Sang Goo
kaget kalau Soo Ji mengajak Makan malam. Soo Ji meminta agar menunggu di dekat
gedungnya, lalu bergegas pergi. Tapi akhirnya kembali menghampiri Sang Goo
dengan memberikan ciuman di pipi. Sang Goo kaget memegang pipinya mengaku kalau
sangat menyukainya.
Ji Ho
membawakan minum untuk Se Hee dan menanyakan keadaanya. Dan ingin thu Bagaimana
punggung dan bahunya. Se Hee mengaku Agak sakit, tapi yakin sebentar lagi pasti
baikan. Ji Ho piki harus pergi ke apotek untuk membeli plester pereda nyeri
sebelum nyerinya bertambah.
“Ji Ho.. Kenapa
kau datang? Bagaimana dengan Kafemu?” tanya Se Hee.
“Aku
sudah mengurusnya dan Kau tidak perlu khawatir.” Kata Ji Ho
“Apa......karena
kau cemas, makanya kau datang?” tanya Se Hee. Ji Ho membenarkan. Se Hee pun
mengerti.
“Aku sangat
senang melihatmu datang... Terima kasih...” kata Se Hee.
Ji Ho
keluar dari Apotek Namhae lalu berjalan di dekat pelabuhan dan duduk membaca
buku milik Se Hee. Ia melihat judul Puisi [A Visitor] "Bertemu seseorang dalam hidup. merupakan
suatu hal yang amat menakjubkan. Karena seseorang itu datang bersama masa lalunya, masa sekarang..., dan masa
depannya."
"Karena seluruh hidup
seseorang datang menghampiri. Hati yang rapuh. Atau mungkin saja hatinya sudah
terluka. Hati itu pun juga akhirnya datang."
Ji Ho
sempat membaca sebuah note yang ada dibuku Se Hee. [Jalanilah hidupmu seakan tidak ada yang terjadi. Jangan
pernah mencintai seseorang.]
“Aku
ingin tahu jalan apa yang sudah dilalui hatimu.” Gumam Ji Ho
Se Hee
melihat ada banyak poster film A Love Story, Christmas in August, A Moment to Remember, foto-foto dengan teman-temanya
dan buku bacaan diatas meja. Lalu melihat seperti buku agenda dengan tulisan
diatasnya [Milik Ji Ho] dan dibagian
depan terlihat foto dengan dua temanya saat masih SMA.
“Dan alasan hatiku sakit sekali... saat
aku mengetahui jalan yang dilalui
hatinya.. bukanlah karena cemburu atau frustrasi” Ji Ho
melihat note kembali [Jangan pernah mencintai seseorang, Kau tidak berhak
mencintai.]
Se Hee
membaca diary Ji Ho [Ini sudah malam Natal! Soo Ji akan menjadi CEO, Ho Rang
akan menjadi istri yang baik.]
“12 tahun silam..., Impianku mencintai
seseorang. Dirimu...yang mengakhiri cintamu agak sedikit memilukan.”
Se Hee
akhirnya duduk bersama Tuan Yoon dan para suami yang membantu. Tuan Yoon terlihat bangga dengan Se
Hee yang mau membantu, dengan bangga kalau mereka tak pernah melihat orang
seperti Se Hee sebelumnya.
“Menantuku
sampai jauh-jauh ke sini mau bantu buat
kimchi.” Ucap Tuan Yoon bangga
“Putrimu
pasti sangat menekannya. Kau itu pria. Kenapa kau datang ke sini membantu keluarga istrimu?” ejek pria
duduk didepan Se Hee.
“Hei..
Apa maksudmu? Saat suami memuja istrinya, maka dia bahkan bisa mencium pagar rumah istrinya. Bukankah menurutmu dia
seperti ini karena betapa cantiknya putriku?” kata Nyonya Yoon membela
“Aigoo,
berhenti menyombongkan diri! Apa benar Kau datang ke sini karena sangat mengagumi istrimu? Jawab aku!” kata si
pria yang duduk didepan Se Hee.
“Ya, dia
cantik... Makanya aku datang kemari.” Kata Se Hee. Si pria merasa menyukai Se
Hee jadi akan menuangkan arah beras.
Se Hee
melihat mangkuknya masih penuh. Pria itu menyuruh Se ee untuk menghabiskannya
dan bisa minum lagi. Se Hee pun tak bisa menolaknya dan terus dicekoki minum. Sampai
akhirnya Ji Seok berteriak panik memanggil Se Hee untuk membantunya. Se Hee pun
bergegas pergi.
Ji Seok
dan istrinya membawa Se Hee ke belakang rumah, memastikan kalau masih baik-baik saja karena
tadi banyak minum. Se Hee terlihat sedikit mengantuk, mengaku kalau baik-baik
saja dan sudah hampir mencapai batasnya. Saat itu terdengar suara si pria
mencari Se Hee untuk minum kembali. Keduanya langsung menarik Se Hee pergi.
“Dia
tidak akan membiarkanmu ke mana pun. Jika kau terus minum dan kau bisa mati.” Ucap
Ji Seok
“Seharusnya
kau kasih tahu lebih awal.” Keluh Se Hee.
Eun Sol bertanya kemana Ji Ho apakah pergi ke suatu tempat
“Dia
pergi beli obat, tapi dia belum pulang.”
Ucap Se Hee. Ji Seok pikir Se Hee jangan langsung pulang dan lebih baik jalan-jalan saja dulu sebentar.
“Hubungi
Ji Ho Unni, dan kau bisa jalan-jalanlah
sama dia.” Goda Eun Sol lalu bergegas pergi dengan Ji Seok.
Sang Goo
membuka mangkuk sup yang masih panas, wajahnya terlihat bahagia bertanya apakah
Soo Ji sadar ini sebenarnya pertama
kalinya mereka makan bersama. So Ji pikir Waktu itu mereka pernah makan
bersama. Sang Goo mengeluh kalau merka hanya minum makgeolli dan Soo Ji minum
enam botol, bahkan sangat mabuk.
“Makgeolli
'kan dari nasi. Jadi aku akan menganggapnya itu makanan.” Pikir Soo Ji
“Mulai
sekarang, kita harus makan seperti ini setidaknya tiga kali seminggu. Ini perintah, oke” kata Sang Goo. Soo Ji
ingin tahu alasanya.
“Apa kau
tahu betapa pentingnya ini?Apa kau tahu kenapa orang selalu membicarakan makanan? Karena makan itu cara
terbaik dekat sama orang.” Kata Sang Goo.
“Yahh. Benar
juga. Makanya Ji Ho juga jatuh cinta padanya.” Kata Sang Goo keceplosan. Sang Goo melonggo binggng apa maksud
ucapanya.
“Jadi begini...,Ji
Ho jatuh cinta dengan majikan rumahnya. Temanku itu suka dengan temanmu dan kau
harus janji Jangan bilang-bilang pada
temanmu itu, karena Sepertinya cinta bertepuk sebelah tangan.” Ucap Soo Ji
“Apa
Menurutmu begitu? Apa Menurutmu Se Hee tidak tahu kalau Ji Ho menyukainya?”
kata Sang Goo. Soo Ji terlihat binggung.
Se Hee
berjalan-jalan untuk menghilangkan rasa mabuknya, melihat Ji Ho duduk sendirian
di tepi pelabuhan, lalu berteriak memanggilnya. Tapi Ji Ho seperti tak
mendengarnya, Se Hee kembali memanggilnya. Ji Ho pun tersadar melihat Se Hee
melambaikan tangan dan berjalan ke arahnya.
Soo Ji
mengartikan kalau Se Hee tahu Ji Ho menyukainya. Sang Goo membenarkan. Soo Ji pun
ingin tahu perasaan Se Hee pada Ji Ho. Sang Goo seperti berusaha mengalihkan
dengan berkomentar kalau nasinya Sangat
pulen.
“Ji Ho
itu belum pernah pacaran sebelumnya, tahu.
Dia itu tak tahu apa-apa. Aku bertanya karena mengkhawatirkannya.” Ucap Soo Ji
sedikit panik.
“Se Hee
pasti takut karena dia tahu... Dia tahu betul apa itu cinta. Makanya dia lebih
takut.. dasar Se Hee.” Ungkap Sang Goo.
Keduanya duduk
di pinggir pelabuhan, Ji Ho mengomel kala Se Hee harusnya menolak minum makgeoll dan biasanya jago menolak, tapi
kenapa tidak bisa hari ini. Se Hee hanya menatapnya, mengaku kalau Pasti begini perasaan Ji Ho
saat bertanya kenapa pergi ke rumah orang tuanya dan merasa sedih sama seperti perasaannya.
“Lautnya
indah.. Aku sudah lama tak lihat pantai.” Kata Se Hee. Ji Ho juga seperti itu.
“Maksudku...,ini
juga baru pertama kalinya, aku melihat pantai dengan orang yang bukan keluarga
atau temanku. Itu Karena kau bukan keluarga atau temanku. Aku tidak pernah
melihat pantai bersama seorang pria.” Ucap Ji Ho
“Berarti
banyak hal yang belum pernah kau lakukan.” Kata Se Hee. Ji Ho membenarkan.
“Aku
selalu sibuk waktu usia 20-an. Jadi banyak hal yang belum kulakukan. Makanya
aku juga tidak tahu banyak hal.” Ungkap Ji Ho
“Ada sebuah
puisi yang kusuka saat berusia 20-an. Isinya seperti ini..., "Bertemu seseorang
dalam hidup adalah saat seluruh hidup seseorang
itu datang juga. Hati yang rapuh Atau mungkin saja hatinya sudah terluka. Hati itu
pun juga akhirnya datang." Ucap Se Hee yang sangat ingat dengan isinya.
“Saat aku
menyukai puisi itu, aku tidak tahu apa artinya.Tapi ketika aku tahu maknanya,
maka aku tidak suka puisi itu lagi. Ada banyak hal yang takkan pernah bisa
dilakukan lagi saat kau tahu apa sebenarnya hal itu. Jadi aku...iri padamu, Ji
Ho.” Ucap Se Hee.
Ji Ho menatapnya,
Se Hee pikir Ji Ho boleh saja tidak tahu banyak hal, tapi ada baiknya seperti
itu, Jadi menurutnya jangan terlalu khawatir. Ji Ho pikir Nam Se Hee juga
seperti itu, menurutnya Meskipun Se Hee telah melihat laut sebelumnya, tapi laut yang dilihat
sekarang berbeda.
“Meskipun
kau tahu betul, dan meskipun kau telah melakukannya sebelumnya, tapi menikmati
saat bersama seseorang itu adalah
pertama kalinya bagimu. Misalnya pernikahan kita, ciuman di halte bus. Aku
meyakini apa yang terjadi setelah momen-momen
itu, bukan salah siapapun. Hal itu... terjadi begitu saja.” Kata Ji Ho
“Seperti
halnya ada ombak terus mengali .dan ada ombak yang lain beristirahat. Semua
terjadi begitu saja. Jadi... kau jangan terlalu khawatir... Hanya karena kau sudah
melalui hari in, bukan berarti kau tahu
apa yang akan terjadi besok.” Ungkap Ji Ho.
"Bertemu seseorang dalam
hidup merupakan suatu hal yang amat
menakjubkan."
Se Hee
masih mengingat saat pertama kali Ji Ho memberikan ciuman di halte bus, Lalu
melihat Ji Ho menangis dalam ruang tunggu. Ia juga mengulurkan tanganya mengajak
Ji Ho pergi dari Bok Nam.
"Itu karena...karena seluruh
hidup seseorang itu datang menghampiri. Hati yang rapuh. Atau mungkin hatinya
sudah terluka. Hati itu pun juga akhirnya datang."
“Sekarang
aku tahu kenapa orang ke laut saat
mereka frustrasi. Karena kau bisa menghadapi hatimu di sini. Tapi, ada yang
ingin kuperbaiki... Apa yang kau lakukan di halte bus bukanlah ciuman. Tapi kecupan.” Ucap Se Hee.
“Kenapa
harus bawa-bawa itu...” keluh Ji Ho dengan nada bisik, lalu membenarkan yang
dikatakan Se Hee.
“Di satu
sisi, itu juga tidak bisa dinamakan kecupan. Kalau bisa kuartikan, itu lebih
tepatnya bibir yang membuat kontak fisik
dengan bibir lainnya. Itu pasti arti yang tepat.” Kata Se Hee dengan wajah
datarnya.
“Ya, aku
mengerti... Itu mana bisa dinamakan ciuman.” Kata Ji Ho berdiri dari tempat
duduknya
“Bukan
begitu caranya kau mencium seseorang.” Kata Se Hee. Ji Ho terlihat kesal
mengaku sudah mengerti karena memang payah dalam hal mencium.
Se Hee
memberitahu kalau ciuman yang sebenarnya,dengan mendekatkan wajahnya dengan tangan
memegang leher Ji Ho lalu menciumnya. Ji Ho kaget tiba-tiba Se Hee menciumnya
lalu menutup matanya. Se Hee mengakhiri ciumanya dengan saling menatap lalu
bertanya
“Apa Kau
sudah mengerti sekarang Atau... Haruskah kita melakukannya lagi?” ucap Se Hee.
Ji Ho menjawan kalau akan melakukan lagi. Keduanya pun berciuman dengan sinar
matahari terbenam, dan tangan Ji Ho mengalungkan di leher Se Hee.
“Hati
yang rapuh.. Atau hati yang sudah terluka. Hatinya pun... akhirnya datang
padaku.” Gumam Ji Ho
Bersambung
ke episode 12
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Aaaaaah.... Ini drama bikin baper deh ya... Suka , suka,, smg nanti updatannya g pe tgh mlm😊
BalasHapusD tunggu kelanjutan y 😊😊, makasih sinopsis y.
BalasHapus