Ji Ho berjalan
bersama dengan Se Hee sambil makan ice cream, tanganya seperti ingin mencoba
mengengam tangan lebih dulu tapi seperti tak berani melakukanya. Se Hee memberitahu
d Kucing bisa memilih mana hal penting yang ingin diingat dan mudah melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan jadi itu sebabnya
suak dengan kucing.
“Kalau Ji
Ho...?” ucap Se Hee yang membuat Ji Ho kaget karena mencoba untuk memegang
tangan Se Hee.
“Ji Ho,
apa kau suka binatang?” tanya Se Hee. Ji Ho mengatakan suka siput. Se Hee binggung
karena Ji Ho yang Siput
“Mereka
selalu punya rumah.” Kata Ji Ho. Se Hee pikir benar karena mereka lahir di
dalam rumah (Cangkang)
“Itu
penafsiran yang baru.” Ucap Se Hee lalu melihat sesuatu. Ji Ho kesal apa lagi
yang ingin dilakukan. Se Hee mengengam tangan Ji Ho, untuk pergi melihatnya. Ji Ho langsung
bersemangat menyetujuinya, wajahnya bahagia karena Se Hee kembali mengenggam
tanganya.
Ho Rang
datang ke tempat Won Seok menunggunya, lalu melihat Waktu mereka masih banyak.
Won Seok ingin membawakan tas Ho Rang, Ho Rang menolak karena tas yang
dibawanya juga kecil. Saat itu mereka melihat seorang pria yang tak bisa
memecahkan balon tapi tak bisa pecah.
“Pria itu
payah sekali mainnya.” Ucap Ho Rang melihat dari kejauhan. Lalu Keduanya sadar
kalau yang dilihat adalah Se Hee dengan Ji Ho.
Ji Ho
terlihat malu karena Se Hee tak bisa memecahkan balon, Ho Rang dan Won Seok pun
menghampiri Ji Ho. Ji Ho melihat keduanya akan pergi nonton teater. Ho Rang
heran melihat Se Hee karena seperti biasanya yang ingin bermain. Ji Ho juga tak
tahu karena Se Hee ingin bermain itu.
“Oh,
pasti bagian dari kencan, Dia tadi sempat bertanya padaku.. belakangan ini,
orang-orang pacarannya seperti apa. Jadi aku memberitahunya.” Ucap Won Seok. Ji
Ho terlihat binggung kalau Se Hee menanyakan tentang Kencan
“Aku mau
coba main lagi.” Ucap Se Hee. Semua melihat berpikir Se Heer pasti orang kaya.
Ji Ho langsung mengambil anak panah untuk bisa bermain. Saat itu Ji Ho bisa
memecahkan semua balon, semua yang menonton memberikan tepuk tangan bahagia
tapi Se Hee terlihat menahan malu karena dikalahkan oleh Ji Ho.
Soo Ji
sibuk melihat tabelnya seperti laporan perkerjaanya, lalu seperti memikirkan
sesuatu dan langsung melipat laptopnya menjadi tab dan mulai mengambar design
bra. Seperti ia sangat bersemangat, sampai tak sadar kalau Sang Goo menelpnya.
Akhirnya
Se Hee membawa bonek siput yang dimenangkan Ji Ho dengan berjalan sambil
bergandengan tangan. Ji Ho mengejek Se Hee yang main dengan menghabiskan 20 ribu won dan berpikir kalau
ingin sekali punya boneka itu
“Ini
untukmu.” Kata Se Hee. Ji Ho binggung kalau ternyata boneka itu untuknya.
“Makanya aku
memilih siput bukan kucing. Sekarang Kau saja yang bawa ini, karena ini punyamu.” Kata Se Hee seperti
kesal.
“Tidak
bisakah kau bawakan ini? Ini agak berat.” Pikir Ji Ho. Se Hee mengeluarkan dari
saku bajunya memberikan sebuah kotak. Ji Ho pikir tak bisa membawanya karena
tanganya sudah penuh. Se Hee seperti tak peduli memilih pergi dengan memberikan
hadiah juga untuk Ji Ho.
Sang Goo
terlihat kesal sudah menunggu di dalam hotel karena Soo Ji yang tidak angkat teleponnya. Soo Ji datang
meminta maaf karena Sang Goo yang sudah menunggunya. Ia juga merasa tak sadar
waktu berlalu begitu cepat, saat sedang bekerja.
“Kenapa
ponselmu mati?” keluh Sang Goo. Soo Ji mencari ke dalam tasnya, lalu tersadar
kalau Ponselnya ketinggalan di rumah.
“Makanya
itu, kenapa kau melarangku pergi ke rumahmu? Kenapa kau keras kepala sekali?”
ucap Sang Goo kesal turun dari tempat
tidurnya.
“Aku
minta Maaf.” Kata Soo Ji memberikan back hug pada pacarnya. Sang Goo langsung
terdiam menerimanya.
“Apa Hari
ini, kau tak pakai bra lagi?” tanya Sang Goo dengan wajah panik.
“Tidak.. Aku
pakai bra sekarang, tapi tak pakai celana dalam.” Goda Soo Ji lalu berlari
keatas tempat tidur.
Sang Goo
terlihat marah tak percaya mendengarnya. Soo Ji makin mengoda dari balik
selimut agar Sang Goo memeriksanya sendiri. Sang Goo, pikir Soo Ji dalam masalah besar karena
seharusnya memakai celana dalam dengan udara yang dingin lalu melompat ke dalam
selimut untuk memeriksa.
Keduanya
sudah selesai mandi dengan memakai toner diwajah. Soo Ji mengeluarkan hair
dryer dari tasnya. Sang Goo heran
melihat Soo Ji yang bawa pengering rambut
sendiri. Soo Ji mengatakan kalau pengering dihotel kurang bagus Jadi sudah terbiasa
pakai miliknya.
“Makanya
kenapa kau harus kesini, padahal kita bisa bertemu di rumahmu? Jadi kau 'kan
tidak perlu bawa ini.. Pacar macam apa yang tidak pernah mengunjungi rumah
pacarnya? Padahal kita punya rumah, kenapa melakukannya disini?” keluh Sang
Goo.
Soo Ji hanya diam saja
mulai mengeringkan rambutnya. Sang Goo pun mengambil hair dryer membantu Soo Ji mengirimkan rambut. Soo Ji
terlihat bahagia karena seperti pasangan lainya.
Ji Ho
melihat isi kotak yang diberikan Se Hee sepasang antik dan memujinya kalau
sangat Cantiknya, lalu bertanya alasan memberikannya tiba-tiba. Se Hee berpikir
kalau baru sadar tak pernah memberikan
hadiah bahkan tidak memberinya cincin saat mereka menikah.
“Makanya
aku ingin memberikanmu sesuatu. Aku tahu ini sudah biasa dan membosankan, tapi.
aku ingin melakukan yang orang lain lakukan, yaitu Memberimu hadiah.” Ucap Se
Hee. Ji Ho menganguk mengerti.
“Apa Karena
itu... kau ingin kencan yang biasa seperti
orang lain, Seperti hari ini?” ucap Ji Ho. Se Hee binggung.
“Aku Dengar,
kau bertanya ke Won Seok cara orang
pacaran belakangan ini.” Kata Ji Ho.
“ Ya, setelah
dipikir-pikir, maka aku menyadari perbedaan usia kita cukup jauh.sampai aku tak
tahu apa saja yang dilakukan anak muda sewaktu berkencan.” Akui Se Hee.
“Benar
juga. Kalau dipikir-pikir, kau lebih tua dari dugaanku. Kau kelahiran tahun
1980. Berarti waktu aku masuk SD, maka kau sudah SMA. Lalu Waktu aku SMA, maka
kau pasti sedang wajib militer.” Ucap Ji Ho sengaja mengejek.
Se Hee
pikir kalau itu memang tugasnya mengikuti wamil. Ji Ho mengaku sempat bertanya
pada Sang Goo kemana haru berkencan dengan orang yang sudah tua seperti Se Hee
dan mengetahui kala sering datang ke cafe ini
semasa kuliah. Se Hee membenarkan lalu memberikan menu agar Ji Ho
memesan lebih dulu. Setelah Ji Ho memesan segera pamit pergi ke toilet.
Ji Ho
mencoba anting yang diberikan Se Hee lalu memujinya kalau sangat manis. Saat
akan memakai di telinga sebelahnya, bagian belakang anting terjatuh. Seorang
wanita membantu mengambilnya, Ji Ho pun mengucapkan Terima kasih. Si wanita
akan pergi melihat Ji Ho seperti kesusahan akhirnya mencoba membantunya lalu
memuji Ji Ho yang terlihat Cantik.
Ji Ho
kembali ke tempat duduk, tapi si wanita sudah duduk di tempat duduk Se Hee dan
Se Hee tak ada ditempatnya. Si wanita sadar Ji Ho hanya menatapnya, lalu
meminta maaf karena hanya bisa melihat langit
dari tempat duduk ini.
Si wanita
pun akan pergi, tapi Ji Ho memanggilnya seperti merasakan sesuatu. Ji Ho
ternyata hanya mengucapkan selamat tinggal dan si wanita pun keluar dari cafe.
Se Hee datang melihat Pesanannya mereka belum datang, lalu memuji Anting yang
dipaai Ji Ho sangat cocok.
Ho Rang
dan Won Seok makan bersama di restoran.
Won Seok menceritakan suaminya Ji Ho
agak lucu,karena bisa melakukan apa yang disarankannya. Ho Rang pikir
melihat keduanya yang serasi. Won Seok pikir mereka harus main itu karena sudah lama tak
main. Ho Rang pikir tak perlu karena hanya buang-buang uang.
“Ahh...
Boneka itu nanti malah makan tempat.” Ucap
Won Seok sadar kalau mereka tinggal diruangan yang sempit. Ho Rang juga melihat
kalau mereka kebanyakan pesan makanan.
“Ibumu
membelikan ini buatku sebagai hadiah
karena aku dapat kerja baru.” Cerita Won Seok.
“Benarkah?
Lalu Kalian berdua bicarakan apa?” ucap Ho Rang. Won Seok ingin bicara alu
teringat saran Se Hee.
“Kalian
harus saling jujur... Manusia pada dasarnya makhluk egois dan pernikahan
merupakan salah satu sistem jelas yang menunjukkan sisi manusia itu.” Saran Se
Hee
Won Seok
akhirnya mulai membahas pernikahan
mereka dan bertanya apakah Ho Rang bisa bersabar sedikit lagi. Ho Rang bertanya
Sampai kapan. Won Seok pikir Kira-kira lima tahun. Ho Rang kaget mendengarnya. Won
Seok pikir akan memakan waktu selama itu.
“Won
Seok, kalau menunggu 5 tahun, berarti aku sudah 35 tahun saat itu. Jadi Apa kita
harus berkencan selama 12 tahun?” ucap Ho Rang. Wo Seok hanya diam saja.
Keduanya
pergi ke theater, Won Seok pikir kalau Ho Ranga lelah jadi lebih baik pulang ke rumah saja. Ho Rang rasa
tak perlu karena Won Seok sudah
memesannya. Won Seok pun mengambil tiket, Ho Ran melihat ada standing banner
[Finding Kim Jong Min]. Won Seok datang membawa dua tiket nonton mengajak
segera masuk.
“Apa ini?
Bukannya kau sudah pesan tiket "Finding Kim Jong Wook"?” ucap Ho Rang
“kau
bilang "Finding Kim Jong Wook?" Bukannya "Finding Kim Jong
Min"? Aku tidak tahu kalau ada "Finding Kim Jong Wook." Aku bisa
membatalkannya dan memesan "Finding
Kim Jong Wook".” Kata Ho Rang
“Tak apa.
Lagipula nanti juga tak ada tiket sisa lagi. Kita tonton ini saja.” Kata Ho
Rang menahan amarah masuk ke dalam ruangan theater.
Seorang
wanita pun tampil diatas panggung “Apa ada lihat Kim Jong Min? Katanya ada orang
yang melihatnya di sini. Sepertinya kau tidak tahu.” Ho Rang dan Won Seok duduk
di ruang teather seperti sama-sama menahan perasaannya.
“Apa Ada
yang mencariku? Dimana dia? Kemana dia? Kurasa aku terlambat lagi.” Ucap Kim
Jong Min.
Won Seok
terdiam mengingat saat Ho Rang marah besar, ternyata keinginanya adalah
menikah. Ji Ho terdiam mengingat saat Won
Seok mengatakan masih tidak mengerti apa itu pernikahan menurutnya cinta dan
pernikahan dua hal yang berbeda.
“Butuh berapa
lama aku menemukannya?”ucap Si wanita. Keduanya seperti hanyut dengan pikiran
masing-masing.
Ho Rang
mengingat saat memberitahu kalau Lebih baik jika mempersiapkannya walaupun akan
menikah dua tahun lagi. Won Seok
mengatakan kalau tak mungkin bisa menikah dua tahun lagi
“Kapan
aku bisa bertemu dengannya lagi?” tanya si pria. Ho Rang hanya bisa menangis
mengingat Won Seok meminta agar bersabar sedikit lagi dengan menunggu lima tahun.
Ho Rang mengatakan kalau 5 tahun maka umurnya sudah 35 tahun jadi harus
berkencan selama 12 tahun
“Kenapa
kita...selalu saling merindukan?” ucap si wanita. Ho Rang dan Won Seok terlihat
sudah basah dengan air mata dengan ruangan teather yang gelap.
Ji Ho dan
Se Hee kembali ke rumah dan duduk di sofa dengan sambil mengelus kucing. Lalu
Se Hee menyuruh Ji Ho agar mandi lebih dulu. Ji Ho kaget mulai berpikir yang
aneh, bertanya kenapa ia harus mandi duluan.
“ Karena
kemarin aku mandi duluan...,hari ini, giliranmu mandi duluan.” Ucap Se Hee. Ji
Ho mengerti maksudnya.
“Ya. Memang
Ada apa? Apa ada yang ingin kaukatakan padaku?” tanya Se Hee. Ji Ho mengaku
Tidak.
“Yang kau
bilang barusan, mandi duluan, bukan hal
lain. Jadi Kau saja yang duluan. Lagipula aku harus menghapus riasanku dulu.” Ucap
Ji Ho.
“Apa Kau
memakai riasan?” tanya Se Hee menatap Ji Ho seperti tak percaya. Ji Ho binggung
kenapa Se Hee menanyakannya.
“Tak apa,
Kukira kau tidak pakai riasan. Soalnya tanpa riasan atau tidak, mukamu sama saja.” Ucap Se Hee seperti ingin
mengoda.
Ji Ho
tersipu malu merasa kalau Se Hee pasti bercanda, karena memang pakai riasan
lalu bergegas masuk ke dalam kamar setelah menyolek pinggang suaminya. Se Hee
hanya menatap bingung, karena sepertinya tak bermaksud seperti itu.
Ji Ho
menghapus make up, mulai berbicara sendiri kalau Se Hee sudah membuat hatinya
berdebar-debar. Tapi ia bertanya-tanya sampai kapan semua ini, karena ia bukan
tipe orang yang menganut cinta platonis. Lalu teringat saat seorang wanita yang
membantu memasangkan anting di telinganya.
“Kenapa
aku ini? Apa aku sudah gila? Bisa-bisanya aku
terpesona sama seorang wanita? Wahh.. Memangnya aku orang mesum?” ucap
Ji Ho heran.
Soo Ji
pikir akan mengantar Sang Goo pulang, Sang Goo menolak karena ingin
mengantarnya pulang karena tempat parkir
bawah tanah sangat berbahaya. Soo Ji mengeluh Sang Goo jadi keras kepala
sekali. Sang Goo bertaya apakah Soo Ji ada keinginan untuk menikah.
“Takkan
pernah itu terjadi.” Kata Soo Ji yakin. Sang Goo kaget kalau Soo Ji tak ingin
menikah.
“Apa Kau
juga ingin menikah?” taya Soo Ji. Sang Goo mengaku tidak ingin menikah juga.
“Tapi kalau
ada berkesempatan aku bisa menikahi seseorang, maka aku akan melakukannya,
dengan melakukan makan bersama, belanja
bahan makanan bersama, saling bertengkar, saling bercerita, menurutku tidak masalah.” Ucap
Sang Goo.
“Karena
itulah aku tidak akan menikah. Mana bisa aku tidur sama orang yang kuceritakan
tentang hidup payahku? Yang ada, malah menghancurkan fantasi.” Ucap Soo Ji.
Sang Goo binggung dengan komentar Soo Ji
.
“Pernikahan
itu makam hubungan romantis. Kehidupan seksual pasangan jadinya usai.... Coba kau
pikir. Mana bisa seorang pria dan
wanita. tidur bersama setelah berdebat soal uang dan mertua mereka? Apa aku
salah?” kata Soo Ji
“Soo
Ji... Begitulah manusia hidup. Mereka berdebat seperti orang gila, tapi mereka juga saling menghibur. Semua
orang hidup seperti itu.” Ucap Sang Goo.
“Aku
tidak ingin melakukan apa yang dilakukan orang lain. Hidupku saja sudah penuh
masalah, jadi Aku tahu betul diriku dan tidak berniat menghancurkan hidup orang
lain.” Tegas Soo Ji. Sang Goo pun tak banyak komentar.
Ji Ho
dalam kamar membaca artikel berjudul ["Jika
Kau Hidup Tanpa Seks, Kesehatan Anda dalam Bahaya" Pertama, Anda menderita
insomnia. Kedua, Anda menjadi sensitif.]
“Benar
sekali..., aku frustrasi secara seksual. Ini Bahaya.” Ucap Ji Ho pani lalu
melihat buku yang di pinjama.
Ia keluar
mendengar Se Hee sedang mandi, lalu mengembalikan di dalam lemari dengan
mengucapkan terimakasih pada buku yang di pinjam. Ia merasa bersalah karena
meminjam tanpa menyadari kalau itu kenangan Se Hee dan meminta maaf.
Soo Ji
sudah sampai parkiran, bertanya apakah Sang Goo akan pulang naik Bus. Sang Goo
pikir kalau akan naik kereta bawah tanah saja. Soo Ji merasa bersalah karena
apabila tak ada kerjaan maka pasti bisa mengantar. Sang Goo pikir tak perlu
dengan mengejek.
“Maksudku,
jika kau tak enak..., izinkan aku minum kopi di rumahmu. Jujurlah. Kau itu
manusia..., Apa kau tidak menyuguhiku kopi sama sekali?” keluh Sang Goo
menyindir.
“Jadi
bukan karena niat murni untuk datang. Ternyata Kau lebih licik dari yang
kuduga.” Keluh Soo Ji
“Aku tak
licik. Aku hanya ingin melihat rumah pacarku saja. Aku ingin tahu apa bau
kamarmu. Aku penasaran melihat baju tidurmu, aku penasaran dengan toilet kotormu.” Ungkap Sang Goo.
“Kenapa
kau penasaran dengan hal seperti itu? Aku tidak mengerti.” Kata Soo Ji .
“Aku hanya
ingin saling berbagi kegiatan sehari-hari denganmu.” Ucap San Goo. Soo Ji
menyuruh Sang Goo pulang saja sebelum
kereta bawah tanahnya pergi dan ia harus kerja lagi.
Soo Ji
pun membuka pintu mobilnya bertanya apakah Sang Goo ingin kimchi karena Ji Ho
kebanyakan memberikan kimchinya. Sang Goo mengeluh kalau tak makan kimchi lagi
lalu melihat boneka yang diberikan sedang duduk dibelakang dengan sabuk
pengaman.
“Kau
sedang apa disana?.. Hei, bukannya ibumu agak aneh? Apa dia menyembunyikan emas
di rumahnya?” keluh Sang Goo. Saat itu ponsel Ji Ho bergetar terlihat nama [Sayangku]
Sementara
Soo Ji sibuk sibuk mengambil barang dari bagasi, lalu mengajak Sang Goo untuk segera keluar
dari mobil. Sang Goo pun tak banyak
bicara akhirnya mereka berpisah di depan lift. Soo Ji menyuruh Sang Goo pulang
dan mengabarinya kalau sampai rumah.
“Soo Ji..
Apa kebetulan, ada teman-temanmu datang
ke rumahmu?” tanya Sang Goo penasaran. Soo Ji menjawab tak ada.
“Tidak
ada yang datang jam segini. Mereka semua itu sibuk... Apa ini tentang kopi
lagi? Aku sudah lelah dan ingin istirahat sendirian di rumah.” Ucap Soo Ji,
Sang Goo bisa mengerti setelah melambaikan tangan didepan lift langsung berlari
ke tangga darurat.
Ia
seperti kaget dengan Soo Ji karena menerima telp dari “Sayangku”. Teringat saat mereka memutuskan berkencan Soo
Ji mengatakan “Pertama,
kita hanya bisa bertemu di luar. entah
itu hari kerja atau bukan. Yang kedua, dilarang saling bertanya tentang kehidupan pribadi.”
Lalu
ketika tak sengaja bertemu di pernikahan teman kuliah, merke bertabrakan. Sang
Goo menemukan sebuah kondom, Soo Ji meminta agar dikembalikan karena itu
miliknya. Lalu diatas setelah rapat.
“Maaf..
Aku biasanya ingat siapa saja pria yang tidur denganku.” Kata Soo Ji yang
berpura-pura tak ingin dengan Sang Goo.
“Memangnya
aku pernah bilang ingin kencan denganmu? Yang kubilang aku ingin tidur
denganmu. Saat itu, aku hanya main-main denganmu. karena aku ingin tidur dengan
seseorang.” Ucap Soo Ji yang marah.
Saat di dalam
mobil, Soo Ji mengatakan tidak akan pernah menikah. Saat itu Soo Ji menyapa
seseorang yang baru datang dan Sang Goo hanya bisa melonggo melihatnya.
Se Hee
masuk kamar melihat buku puisi dengan note yang masih tertempel dan membacanya [Jangan pernah mencintai. Kau tidak berhak
mencintai.]
Sementara
Sang Goo yang melonggo melihat Soo Jimenyapa seorang waniat yaitu ibunya. Ibu
Soo Ji terlihat berjalan pincang, Soo Ji
mengeluh ibunya yang keluar padahal udara dingin. Ibunya mengatakan pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan.
Sang Goo terlihat tak percaya ternyata Soo Ji tak ingin berbagi cerita tentang
keluarganya.
"Bertemu
seseorang dalam hidup merupakan hal yang amat
menakjubkan. Itu karena seseorang itu datang bersama masa lalunya, masa
kininya dan masa depannya."
Ho Rang
mengeringkan matanya yang basah setelah menonton theater, lalu kembali ke
ruangan dan melihat Won Seok sudah duduk sendirian dan mengajaknya pergi. Won Seok tiba-tiba mengatakan dengan serius
kalau mereka lebih baik berpisah saja. Ho Ran terlihat kaget karena Won Seok
yang mengajak berpisah.
"Itu
karena seluruh hidup seseorang itu ikut datang juga."
Ho Rang
menatap note yang dilepaskan dari buku dengan menatap dalam-dalam tulisan
[Jangan pernah mencintai. Kau tidak berhak
mencintai.]
Flash Back
Si wanita
yang membantu Ji Ho memakai anting duduk di tempat Se Hee duduk dengan memberikan
sebuah buku dan juga surat. Se Hee terlihat melotot kaget pada Jung Min. Jung
Min mengatakan kalau Barang-barangnya sudah diangkut jadi Se Hee bisa mengambil
barangnya.
“Aku...
Aku minta maaf. Izinkan menjelaskan semuanya. Ayah menghubungiku...” ucap Se
Hee dan langsung disela oleh Jung Min terlihat sangat dendam.
“Di
hadapanku...jangan lagi bicarakan tentang ayahmu. Di hadapanku... jangan
bicarakan tentang keluargamu.” Kata Jung Min .
“Bisakah
kita...bicarakan itu dulu?” kata Se Hee menahan tangisnya.
“Di
hadapanku... jangan bilang "Kita" lagi. Aku tidak ingin kau bahagia.”
Kata Jung Min penuh dendam lalu keluar dari cafe. Se Hee pun hanya bisa
menangis.
Se Hee
kembali melihat note yang ditinggalkan Jung Min [Jangan pernah mencintai. Kau tidak berhak mencintai.] lalu keluar
kamar sambil bergumam melihat Ji Ho sedang menonton TV
“Seperti apa
katamu..., aku tidak bahagia untuk sementara waktu.Seperti apa katamu..., aku
tidak mencintai seseorang untuk sementara
waktu. Tapi hari ini..., untuk sejenak saja, aku merasa bahagia. Untuk sejenak,
aku melupakan segalanya.”
Ji Ho
melihat Se Hee berdir menawarkan untuk menonton bersama. Se Hee pun duduk
disofa menatap Ji Ho yang duduk didepanya, sambil bergumam “Bagiku wanita ini cantik. Yang ada di hatinya
pun sangat cantik.. Namun...”
**
Keduanya
pun berdiri didepan lorong saling mengucapkan Selamat malam. Ji Ho akan masuk
ke dalam kamar dan Se Hee hanya menatapnya sambil bergumam “Pada waktu bersamaan..., aku takut. Aku takut
akan diriku sendiri yang menyakiti seseorang lagi.”
Se Hee
tiba-tiba menahan pintu kamar Ji Ho yang akan ditutup, Ji Ho kaget melihat. Se
Hee dengan yakin meminta kalau malam ini, apakah Ji Ho ingin tidur bersama
“Namun... Sekarang, aku juga......ingin
bahagia.”
Bersambung
ke episode 13
Lanjut kk nulis y ...ditunggu maksih
BalasHapusWaah makin seru aja..d tunggu kelanjutan y. Terimakasih sinopsis y😊😊
BalasHapusTambah seru ..lanjut mba ..
BalasHapusMakin seru aja deh...yg semangat min nulis sinop'y biar selasa depan Up'y cpet...mkasih 😊
BalasHapusAku nya yg merasa gugup pas baca hahaha😄😄
BalasHapusJadiiii baperr min... 😅😅
BalasHapusUuuuuuuuh... jadi penasaran kelanjutannya 😂
BalasHapusBapeeerrrr
BalasHapusArrrgh.. Ini nih yg bikin hari berasa lamaaa
BalasHapusKoq hari ini blom up min??? Pnasaran aq dr siang udah scroll sinop Because my First Life...
BalasHapusBaperrrr hwaaaaa 😅
BalasHapus