PS
: All images credit and content copyright : TVN
Ji Ho
masuk kamar melihat Se Hee sedang tertidur, lalu melihat Woori dan menanyakan
kabarnya dan bertanya Bagaimana bisa sampai dirumah atap, berpikir kalau
kakaknya Se Hee yang membawanya naik
taksi. Ji Ho menatap Se Hee yang tertidur memeluk bantal siput akhirnya ikut
berbaring.
“Ji Ho...
Aku tadi lihat tasmu... Dan sekarang, kau ada dalam mimpiku.” Ucap Se Hee
membuka matanya melihat Ji Ho yang ada didepanya.
“Kau pasti
sangat merindukanku, Sampai aku muncul di mimpimu.” Komentar Ji Ho.
“Dan
sekarang, kau bicara. Apa Liburanmu ke Mongolia, menyenangkan?” ucap Se Hee. Ji
Ho binggung Se Hee membahas Mongolia.
“Ya,
Mongolia... Apa kau senang meninggalkanku? Karena tak ada aku..., Apa kau
senang-senang?” ucap Se Hee. Ji Ho mengaku Tidak.
“Sama
sekali tidak menyenangkan.. Aku sangat merindukanmu... Setiap hari, aku
merindukanmu..”ungkap Ji Ho
“Jangan
membuatku tertawa.”komentar Se Hee seperti tak percaya
“Aku
mencintaimu..Aku mencintaimu... Sangat.” Ungkap Ji Ho. Se Hee seperti tak
percaya
“Dasar
kau...jahat... Aku tahu kau tidak akan berada di sisiku. Karena saat aku
terbangun nanti, maka kau pasti tak ada.
Jadi kenapa kau bilang mencintaiku? Kau jahat, Ji Ho” ucap Se Hee sambil
menangis kembali menutup matanya.
“Maafkan
aku... Aku sekarang tidak akan kemana-mana
lagi.” Kata Ji Ho meraba kepala Se Hee.
“Kenapa
mimpi ini begitu menyedihkan? Walau begitu..., aku senang. Melihatmu seperti
ini pun, aku senang. Meskipun dalam mimpiku, tapi aku senang.” Ungkap Se Hee
dengan air mata mengalir.
Se Hee
terbangun dari tidurnya, lalu meminum botol air minum diatas meja dan tiba-tiba
terdiam berpikir kalau Ji Ho memang datang. Tapi ia berpikir kalau Woori yang membuat teh yuzu tapi akhirnya berpikir
menderita demensia alkohol.
“Apa Kau
sudah bangun?” ucap Ji Ho yang sedang menjemur selimut melihat Se Hee keluar
sudah minum bir.
“Apa Kau baru bangun, langsung minum-minum?
Apa Perutmu baik-baik saja?” kata Ji Ho. Se Hee masih melonggo kaget karena
tenyata Ji Ho memang datang. Ji Ho dengan santai mengajak Se Hee sarapan dan
menyuruhnya mandi karena baru. Se Hee masih binggung dan mencium bajunya.
Ji Ho
makan dengan lahap kepiting dengan tangan. Se Hee hanya menatapnya mengeluh
dengan sikap Ji Ho alau Sekarang bisa makan kepiting pedas itu. Ji Ho binggung
memangnya kenapa, berpikir kalau sarapan pakai kepiting.
“Bukan
itu maksudku.” Ucap Se Hee. Ji Ho binggung ingin tahu Kenapa tidak boleh makan
kepiting pedas
“Kita ini
sudah bercerai... Kita... Aku tidak bisa memahami situasi ini. Kita menikah dan
kau menghilang karena pergi ke Mongolia.
Tapi kau muncul tiba-tiba seperti ini. Sekarang, kau makan kepiting pedas di
depanku. Aku tidak bisa memahami situasi ini.” Kata Se Hee dengan wajah datar.
“Jadi apa
kau mau...aku pergi sekarang? Baiklah... Aku pergi sekarang.” Kata Ji Ho
membersihkan tanganya dan akan keluar dari rumah.
Se Hee
menahan tangan Ji Ho mengatakan bukan seperti itu maksudnya, tapi ingin tahu kemana
saja mantan istrinya itu. Ji Ho menjawab kalau ada i Insa-dong. Se Hee kaget
kalau Ji Ho itu ada di Insa-dong lalu mencoba menahan amarahnya dengan berjalan
ke arah lain.
“Apa Kau
marah?” ucap Ji Ho. Se Hee menyangkal. Ji Ho bertanya apakah Se Hee memang
tidak marah. Se Hee menganguk.
“Tapi
sepertinya kau marah “ ejek Ji Ho. Se He menegaskan tak marah tapi akhirnya tak
bisa menahannya.
“Kau
bilang Insa-dong?!! Kalau kau di Insa-dong, kenapa tega sekali kau tidak pernah
meneleponku?!! Kau sedekat itu, jadi betapa teganya kau tak pernah
mengunjungiku? Apa Kau sadar betapa aku merindukanmu? Apa kau sadar betapa berat itu bagiku?” ucap Se Hee meluapkan
semua emosinya. Ji Ho tersenyum melihat Se Hee yang marah.
“Apa Kau
tersenyum sekarang? Kenapa kau tersenyum? Kau membuatku jadi gila. Kau sampai membuatku
menjual apartemenku dan Bisa-bisanya kau tersenyum sekarang?” ucap Se Hee marah
“Se Hee..
kau pasti sedang kesal sekarang. Ini pertama kalinya aku melihatmu seperti ini.
Kau bilang "Apa kau sadar betapa aku merindukanmu?" "Apa kau
sadar betapa berat itu bagiku?" Padahal sebelumnya kau, tidak pernah
menceritakan perasaanmu.”ungkap Ji Ho senang bisa melihat semua perasaan Se
Hee.
“Terima
kasih sudah membuka Kamar 19-mu... Maafkan aku... karena aku
meninggalkanmu di saat-saat terberatmu.
Apa Kau mau kupeluk?” ucap Ji Ho membentangkan tanganya.
Se Hee
yang kesal memilih untuk tak peduli dan langsung duduk di atas tempat tidur. Ji
Ho mendekat agar mereka bisa berpelukan karena sudah lama tak bertemu. Se Hee
menolak, tapi Ji Ho tetap mendekat ingin memeluknya. Se Hee mendorong Ji Ho
sampai akhirnya keduanya saling menatap diatas tempat tidur.
“Apa kau
tidak perlu makan sarapan lagi?” tanya Se Hee. Ji Ho mengatakan tak perlu makan lagi. Keduanya pun berciuman
dan terlihat dibagian jemuran ada dua buah baju tidur yang dicuci.
Won Seok
melihat tablet dengan grafik dan hasil
Tingkat Kecocokan 91,666%, tapi wajahnya terlihat bimbang.
Flash Back
Bo Mi memberitah tingkat kecocokan mereka dan sudah
menganalisisnya. Ia pikir Secara teoritis, sangat sulit dapat tingkat setinggi itu.
Jadi ia akan menunggu jawabannya.
Won Seok
binggung karena dengan hasil itu pasti sudah pasti sangat cocok dengan Bo Mi
yang lebih dulu mengajaknya berkencan.
Won Seok
datang menemui Bo Mi didepan gedung, Bo Mi bertanya apakah Won Seok sudah buat
keputusan. Won Seok menganguk, lalu dengan bahasanya menganggap Bo Mi sudah
seperti Mac OS yaitu terbaru, menarik dan intuitif jadi merasa nyaman di
dekatnya.
“Tapi...Meski
hal-hal bisa sedikit rumit dan sulit..., maka aku masih merindukan Windows.
Secara rasional, Mac OS sangat ideal bagi ku. Tapi pikiran dan ragaku. masih
ingat seperti apa Windows itu. Jadi Maaf, Bo Mi.” Ucap Won Seok
“Ya, aku
mengerti... Itulah penolakan paling romantis yang pernah kudapatkan dalam hidupku.” Ungkap Bo
Mi. Won Seok tak percaya mendengarnya.
“Aku
ucapkan Terima kasih... Tapi, sampai kapan kau akan terjebak dalam OS kuno itu? Bukankah kau perlu memperbarui
Windows-mu? Akuntan itu bilang, dia akan melamarnya besok... Jadi kau sebaiknya
harus memperbarui dirimu sebelum diformat.” Kata Bo Mi
Won Seok
binggung kalau Bo Mi sudah tahu sebelumnya. Bo Mi memilih untuk pergi
meninggalkanya.
Se Hee
tidur dengan alas lengan Ji Ho dan
memeluknya. Ji Ho membangunkan Ji Ho kalau harus makan malam. Se Hee dengan
mata tertutup meminta agar tidur lebih lama karena selama ini kurang tidur dan
makin mendekap Ji Ho untuk tidur lebih nyenyak.
“Kau bisa
tidur lagi setelah makan malam.” Ucap Ji Ho
“Apa Kau
mau kubuatkan nasi omelet?” kata Se Hee
membuka matanya dengan penuh semangat.
“Kita
pesan ayam goreng saja.” Kata Ji Ho dengan wajah cemberut.
Ji Ho dan
Se Hee akhirnya makan bersama di teras,
dengan pemandangan yang indah. Se He mengetahui Ji Ho yang tidak
menandatangani kontraknya karena Jung Min memberitahunya. Ji Ho membenarkan. Se
Hee pikir karena dirinya membuatnya tak enak hati maka Ji Ho harus merelakan
pekerjaan itu.
“Kenapa
semua orang mengira, kalau aku mengorbankan hal lain demi mendapatkan hal lain?
CEO Ko juga berpikir begitu.” Ucap Ji Ho heran.
“Aku tidak
mudah menyerah begitu saja. Karena aku ini generasi anak malang yang lahir
tahun 1988. Kesempatan itu sangat berharga dan sulit didapat. Jadi aku mana
bisa mudah mengorbankannya. Tapi di antara kesempatan itu, ada cinta salah
satunya.” Ucap Ji Ho
“CEO Ko
Jung Min dan ayahmu membantuku menyadari apa yang seharusnya dipertahankan. Aku
tidak boleh mengorbankan cinta. Jadi Aku bukannya mengorbankan apapun dan Cintalah
yang kupilih. Jatuh cinta bukanlah sesuatu yang bisa mudah didapat dalam hidup
ini, Itu Sulit sekali mendapatkannya” jelas Se Hee.
“Jadi
jika pernikahan kita hanyalah suatu sistem
yang menyakiti cinta kita, kurasa aku tidak ingin menikah denganmu bahkan
kelak nanti. Jadi Bagaimana menurutmu, Se Hee ?” ucap Ji Ho
“Aku
tidak pernah ingin menjauh darimu, Ji Ho.. Dan juga... aku ingin menjadi wali
sah-mu agar aku selalu bisa berada di sampingmu apapun yang terjadi. Namun. aku
sangat sepaham, pernikahan bisa mengubah
jalan cinta kita. Aku tidak ingin perasaan kita terluka karena tradisi keluarga
yang tidak penting. dan aturan dari
orang tua kita.” Kata Se Hee.
Se Hee
pun mengajak mereka berdua mencari tahu bagaimana bisa bersama menghadapi kedua orang tua mereka. Ji
Ho setuju lalu bersulang bersama. Senyuman
dari keduanya terlihat, Ji Ho lalu bertanya apakah Se Hee bertemu dengan Jung
Min sendirian, Kapan, Dimana dengan nada cemburu.
“Jadi
begini... CEO Ko meneleponku duluan.” Ucap Se Hee. Ji Ho makin marah
mendengarnya. Se Hee berusaha untuk tetap santai walaupun terlihat gugup.
“CEO itu
aneh sekali.. Kenapa dia menelepon kekasih orang?” kata Ji Ho. Se Hee pikir
kalau ia perlu menganti nomor telpnya.
Ji Ho pikir tak perlu. Se Hee mengalihkan pembicaran mengajak mereka
mulai makan karena Ayamnya mulai dingin.
Ji Ho
menelp Ho Rang bertanya kenapa harus pergi ke Kantor daerah. Ho Rang pikir
sebaiknya membuang sofa itu, karena pemilik gedung meneleponnya. Ji Ho merasa
itu benar karena melihat Sofanya jadi
berjamur dan Ada goresan juga.
“Nanti
akan kulaporkan itu sebagai sampah dan
mengambilnya hari ini.” Kata Ho Rang. Ji
Ho mengertil lalu menutup telpnya.
Ji Ho
membaca pesan dari Jung Min “Aku sudah dengar dari pengacaranya. Selamat atas langkah pertama
yang sukses dan perusahaan produksi lain akan segera menghubungimu. Aku
mempromosikan tulisanmu yang menyuarakan
hati penggemar. Kuharap kau menulis apa keinginanmu.”
Senyuman Ji
Ho terlihat lalu mencari nama [Kekasihku] di ponselnya.
Se Hee masuk
kantor menyapa Sang Goo yang ada diluar ruangan. Sang Goo menyapa dengan santai
lalu tersadar kalau Se Hee yang akhirnya bekerja setelah sekian lama. Se He
terlihat penuh semangat masuk kantor. Sang Goo pikir kalau Se Hee akan berhenti,
jadi membersihkan mejanya tapi ternyata kembali bekerja sendiri.
“Aku
rindu lelucon-lelucon payahmu itu.” Ucap Sang Goo lalu melihat ponselnya yang
berdering tertulis nama [Kepunyaanku]
“Apakah
itu tertulis "Kepunyaanku"? Ponselmu pasti tertukar sama punya orang
lain.” Pikir Sang Goo. Tapi Se Hee mengangkat telpnya dengan santai, Bo Mi dkk
dibuat binggung dengan sikap Se Hee tak seperti biasanya.
Ji Ho
bertanya apakah Se Hee sudah sampai kantor. Se Hee mengaku sudah. Ji Ho
bertanya Apa hari ini pulang telat,
karenaHo Rang akan datang membuang sofa tapi mereke berdua tidak bisa menggotongnya.
“Biarkan
saja. Nanti aku yang urus itu.” Ucap Se Hee lalu seperti mengungkapkan kalau
mencintai Ji Ho juga dan memberikan kecupan juga sebelum menutup telp
Semua
melonggo binggung, Bo Mi dan Sang Goo tak percaya kalau Se Hee bisa berubah 180
derajat. Se Hee berpikir tak ada yang salah bertanya apakah Sang Goo mencabut
kabel komputernya.
Tuan Shin
memperlihatkan tabletnya kalau akan mempersiapkan beberapa hal dan membeli
apartemen pada tahun keempat pernikahan,
jadi Pernikahan itu sebenarnya proyek terbesar dalam hidup. Menurutnya agar tidak gagal mereka harus mempersiapkan semuanya
perlahan.
“Young
Hyo.. Aku minta maaf... Aku tak bisa
menerima perasaanmu. Aku hari ini sebenarnya ingin memberitahumu soal ini.” Ucap
Ho Rang. Tuan Shin pikir sudah menduganya.
“Maafkan
aku.” Ucap Ho Rang. Tuan Shin ingin tahu alasanya Ho Rang menolaknya.
“Aku
ingin tahu Alasan yang jujur... Dengan begitu, kurasa aku bisa melupakannya.” Kata
Tuan Shin. Ho Rang mengeluarkan cincin diatas meja.
“Ini
adalah cincin pemberian mantan pacarku saat
dia melamarku. Aku menyimpan cincin ini di sakuku setiap hari. Aku juga sudah berusaha keras untuk
membuka hatiku padamu. Tapi... aku menyadari hatiku tak bisa berubah meski
sekeras apa usahaku dan Itu terjadi begitu saja.” Ungkap Ho Rang.
“Itu
Sungguh perkataan yang bagus... Aku juga mengakuinya.” Kata Tuan Shin. Ho Rang
tak percaya kala Tuan Shin yang menyetujuinya. Tuan Shin langsung Setuju.
Won Seok
gugup melihat nama [Ho Rang] di ponselnya tapi binggung untuk menelpnya lebih
dulu. Se Hee masuk pantry melihat Won Seok menyapanya karena sudah lama tak
bertemu. Won Seok pun mengaku senang
akhirnya Se Hee datang ke kantor juga lalu bertanya Bagaimana tinggal di kamar
itu. Se Hee dengan senyuman mengatakan kalau sangat nyaman.
“Tak
kusangka rumah atap itu bisa jadi tempat tinggal ideal.” Ucap Se Hee. Won Seok
pikir itu bagus.
“Se
Hee... Ho Rang tidak datang, 'kan?” ucap Won Seok. Se Hee bingung karena Won
Seok bisa mengetahuinya.
“Dia hari
ini mau mampir... dia bilang akan mampir
ke kantor daerah, mengumpulkan laporan dan
datang mengangkut sisa barangnya.” Ucap Se Hee.
“Kau bilang
Mampir ke kantor daerah?!! Mengumpulkan laporan apa? Apa surat pendaftaran
pernikahan?” ucap Won Seok mulai panik. Se Hee pikir itu mungkin saja.
“Seorang
wanita berusia awal 30-an mungkin punya urusan itu yang harus dikumpulkan ke
kantor daerah... Maksudku, pendaftaran pernikahan. Aku lihat sebelumnya, Ho Rang bersama pria itu di kafe terdekat.” Ucap
Se Hee. Won Seok langsung mengambil jaket dan meminta izin untuk pulang cepat.
Se Hee pun mempersilahkan.
Won Seok
berlari keluar gedung, tapi melihat Ho Rang sudah menaiki mobil. Ho Rang turun
dari mobil dengan senyuman mengucapkan Terima kasih, meminta agar selalu sehat
dan yakin kalau Tuan Shin pasti akan
bertemu wanita yang baik.
“Ya.
Semoga kau juga berhasil harus menikahi orang yang kau cintai.” Ucap Tuan Shin.
Ho Rang menganguk mengerti. Seperti keduanya memutuskan dengan cara yang baik.
Ho Rang
menuliskan surat di atas meja, tiba-tiba Won Seok datang menarik tanganya. Ho
Rang binggung melihat Won Seok yang datang. Won Seok dengan nafas
terengah-engah mengaku tidak bisa. Ho Rang binggung apa maksudnya.
“Aku
tidak bisa menyerah dan Takkan... “ ucap Won Seok
“Ini
Lagipula tidak ada gunanya dan sudah terlalu lama. Ada goresan di
sana-sini, jadi tidak bisa diperbaiki.” Kata
Ho Rang yang membahas tentang sofa.
“Tidak,
karena sudah lama.. Karena ada goresan itulah maka kita harus lebih
menghargainya.” Kata Won Seok berpikir Ho Rang akan mendaftkan pernikahan. Ho
Rang melongo bingung.
“Ho Rang,
aku salah... Aku berjanji nanti ke
depannya akan berusaha lebih keras. Aku juga akan membuat semuanya seperti
semula lagi.” Ucap Won Seok sambil menangis.
Ho Rang
makin binggung melihat Won Seok yang menangis. Won Seok pun memohon agar Ho Rang
memberi satu kesempatan lagi. Ho Rang langsung menyetujuinya dan menyuruh agar
mengambilnya kalau sangat menginginkannya. Won Seok binggung membaca surat
Laporan Pembuangan bukan pendaftaran penikahan.
Won Seok
duduk dengan wajah tertunduk malu, mengaku tidak tahu ini soal sofa. Ho Rang
juga heran karena Won Seok yang berpikir kalau ia akan menerima cincin dari orang
lain, menurutnya mana mungkin menerima
cincin yang berbeda dan menyingkirkan cincin pemberian dari Won Seok.
“Dalam
hidup ini, cincin ini sudah cukup... Jadi Won Seok..., maukah kau... menikah
denganku?” ucap Ji Ho duduk di samping Won Seok.
“Padahal
aku mau bilang itu duluan.” Keluh Won Seok lalu mengejek Ji Ho yang menangis
karena nanti makeup-nya bisa luntur.
“Kau yang
jangan menangis.” Ejek Ho Rang, keduanya pun sama-sama menangis haru karena
akhirnya kembali bersama.
“Dimana
kita harus tinggal saat menikah nanti? Mungkin
kita seharusnya tidak pindah dari rumah atap” kata Won Seok.
“Kita
tidak butuh itu. Kita bisa tinggal sama orangtuamu.” Kata Ho Rang.
“Menurutku
itu bukan ide bagus. Aku tidak ingin orang tuaku menyuruh-nyuruhmu. Aku tak suka melihatnya.” Ucap Won Seok
menolaknya.
“Hei..
Sadarlah! Kita harus bersyukur, mereka melahirkan kita. Aku sudah bicara sama
ibumu. Jadi jangan beraninya kau macam-macam.” Tegas Ho Rang
Won Seok
kaget kalau Ho Rang sudah berbicara dengan ibunya, Ho Rang pun dengan semangat mulai bahas
rencana mereka sekarang, dengan
memperlihatkan tabel Rencana pernikahan lima tahun kedepan. Won Seok terlihat
bahagia memberikan ciuman untuk Ho Rang.
“Menurut Gary Becker, seorang pakar sosiolog..., orang menikah...”
Soo Ji
berjalan dengan kacamata hitam berjalan sambil menelp dengan bahasa inggris,
seperti seorang eksekutif muda.
“kalau mereka dapat keuntungan
dibanding hidup sendirian.”
Sang Goo
sudah menunggu di dalam mobil. Soo Ji dengan senang hati masuk ke dalam mobil. Sang
Goo dengan wajah bahagia menyuruh Soo Ji untuk Pasang sabuk pengamannya dan
memuji penampilan pacarnya. Soo Ji tersenyum memakai sabuk pengaman dan
mengajak untuk segera berangkat.
Soo Ji bertanya
apakah Sang Goo akan ikut perjalanan bisnisnya. Sang Goo mengaku ingin
memberikan kejutan dan akan merahasiakannya.
Soo Ji memberitahu kalau penerbangan ke Hong Kong jam tiga. Sang Goo
berpura-pura kaget kalau Jam berangkatnya juga sama dengan dan ingin tahunomor
tempat duduknya.
“Kita
ganti tempat duduk saja dengan yang lain biar kita bisa duduk sampingan.” Ucap Sang
Goo bersemangat.
“Tentu
saja. Aku di depan. Kursi 2A. Kalau Oppa
nomor berapa?” kata Soo Ji
“Kalau
kau 2A... Tempat dudukku, dekat dengan sayap pesawat.” Kata Sang Goo. Soo Ji
mengartikan kalau Sang Goo tak beli tiket kelas bisnis”
“Tentu
saja tidak... Kau itu kan CEO perusahaan yang berpenghasilan 5 M won setahun.
Jadi Mana bisa aku bayar tiket kelas bisnis. Aku lagipula lebih suka duduk dekat
sayap. Bahkan Aku saja makan sayap ayam kalau lagi makan ayam.” Ucap Sang Goo
mencoba melucu.
Keduanya sampai
diparkiran, Soo Ji dengan wajah serius mengajak mereka untuk berbagi akomodasi
karena boleh pakai akomodasinya untuk perjalanan bisnisnya dan boleh
meng-upgrade tempat duduknya. Sang Goo
pikir itu bagus.
“Tapi kau
hanya bisa membaginya dengan anggota keluargamu.” Pikir Sang Goo.
“Oh,
iya... Kenapa kita tidak menikah saja?” kata Soo Ji blak-blakan. Sang Goo kaget
tiba-tiba Soo Ji mengajaknya menikah.
“Kenapa? Apa
Tidak mau?” ucap Soo Ji dingin. Sang Goo pikir tak ada alasan menolak karena
sangat menginginkanya.
“Tapi kau
'kan selalu menentang pernikahan. Apa agak konyol menikah, dengan berbagi
sesuatu seperti misalnya tiket pesawat?” ucap Sang Goo binggung
“Apa kau
bilang tiket pesawat?!! Selama bertahun-tahun, aku menabungnya .dengan tidur di
bandara untuk menghemat biaya akomodasi.
Apa menurutmu keputusan mudah membaginya
denganmu? Aku memutuskannya karena aku sangat mencintaimu.” Kata Soo Ji
meluapkan semuanya.
Sang Goo
tak percaya kalau Soo Ji yang sudah berubah, Soo Ji kesal tak ingin membahasnya
karena ia tak rugi jadi memutuskan tidak
akan menikah dengan Sang Goo padahal sudah membawa anak mereka. Sang Goo
terdiam melihat Soo Ji pergi lalu melihat ada dua boneka dibelakang mobil,
ternyata Soo Ji memberikan pasangan pada boneka.
“Sayang!...
Mari bersama selamanya!” teriak Sang Goo akhirnya mengejar Soo Ji dan berjalan
bersama.
“Di sisi lain, Goethe, seorang penulis,
berkata..., "Tidak ada hal yang mendasar, berdasarkan kebahagiaan, kecuali pernikahan." Dia juga berkata,
"Pernikahan merupakan awal dari suatu hubungan."
Ji Ho
duduk di meja sibuk mengetik naskahnya dengan serius, Se Hee datang memberikan
vitamin dengan menyuapi Ji Ho lalu dengan santai menghabiskan sisa vitaminnya lalu
keluar dari kamar.
Ji Ho
keluar dari kamar duduk dikursi pijat, Se Hee datang bertanya apakah sudah
selesai. Ji Ho mengatkan belum selesai karena harus begadang lagi. Se Hee
bertanya apakah ingin minum bir. Ji Ho setuju dan Se Hee tersenyum dengan
mengusap kepala Ji Ho penuh cinta.
“Kami resmi mendaftarkan pernikahan
tiga tahun lalu. Dengan pendaftaran..., kami menulis kontrak lagi.”
Flash back
Ji Ho dan
Se Hee duduk di meja makan dengan selembar surat kontrak. Se Hee mengatakan Karena
mereka berdua membayar sewanya itu artinya apartemen ini milik mereka bersama
lalu bertanya apakah keberatan. Ji Ho dengan penuh semangat mengatakan kalau
itu tidak sama sekali.
“Pada
hari libur, kami mengunjungi keluarga masing-masing
secara terpisah dan menghabiskan waktu sendiri. Aku tidak suka ini.” Ucap Se Hee. Ji Ho heran kenapa apakah ada masalah.
“Bukankah
menurutmu ini akan terasa sulit?” ucap Se Hee.
“Memang
Susah menerapkan aturan ini di budaya Korea. Jadi kurasa orang tua kita pasti
tak bisa menerima ini.” Kata Ji Ho
“Tapi Ini
bukan hanya akan menghabiskan waktu
bersama mereka. Tahun lalu saja, kau sudah kerja secara tak adil di peringatan
keluargaku Dan selama seminggu penuh itu, maka kita saling merasa bersalah. Aku
tidak ingin mengalami situasi canggung
itu lagi denganmu. Dan juga, apa pentingnya budaya Korea ? Perasaan kitalah
yang lebih penting.” Ucap Se Hee. Ji Ho setuju, menurutnya itu memang pasti
bertentangan dengan perasaan masing-masing
dan mulai membahas kontrak yang lain.
“Kami merevisi kontrak setiap
tahun. Tapi kondisi yang paling penting tidak
pernah berubah. Cinta kamilah prioritas utama kami.”
Keduanya pun
menyepakati kontrak yang mereka buat dalam pernikahan.
Ji Ho
duduk dengan woori di sofa. Se Hee datang dengan membawakan bir dan minum
bersama dengan jarak yang cukup jauh. Lalu Se Hee menaruh botol birnya dan
langsun berbaring di pakuan Ji Ho.
“Tentu saja, itu bukan hal biasa. Selama
liburan pertama kami yang kami habiskan secara terpisah, ibu mertuaku meneleponku
sambil menangis Dan ayahku membanting meja.. Tapi yah begitulah.. Tidak ada hal
parah yang terjadi.. Hanya saja, orang mengira
kami agak aneh.”
“Untungnya..., itulah yang membuat
kami lebih fokus pada kehidupan kami. Entah menikah atau tidak..., Entah kau
mendaftarkan pernikahan atau tidak..., Apapun keputusannya, semuanya takkan
terjadi separah yang kita kira.”
Se Hee
kembali duduk karena pertandingan akan mulai, lalu keduanya menatap lurus ke
TV. Se Hee tiba-tiba mengungkapkan perasaanya. \
“Ji Ho....
Aku mencintaimu.” Ucap Se Hee. Ji Ho terdiam mendengarnya karena akhirnya Se
Hee mengeluarkan isi hatinya.
“Yang
penting adalah menghabiskan waktu dengan orang
di sampingku tepat pada saat ini apapun yang terjadi.
Ji Ho akhirnya
membalas kalau mencintai Se Hee juga lalu mencium lebih dulu pada suaminya.
“Itu sebabnya bahkan sampai hari
ini, kami hanya fokus saling mencintai.” Di TV
terlihat drama [THIS LIFE IS OUR FIRST]
Ji Ho dkk berjalan melihat bus yang
datang dan mengejarnya, Won Seok terlihat mengendong seorang anak.
“Dan
juga.. Bagi mereka yang hidup saat ini..., dari dalam lubuk hatiku..., aku
mendoakan keberhasilanmu. Karena lagipula hidup ini hidup pertama bagi semua
orang.”
Ji Ho dkk
duduk dibagian kursi bus paling belakang, terlihat bahagia menjalani hidup yang
pertama kali dijalaninya.
THE END
PS; yang udah baca blog/
tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat
nulisnya. Makasih.
Uhhhh ....so swite
BalasHapusManis bgt cerita akhir y
akhirnya happy ending .
BalasHapusmksh mba untuk sinopsisnya
semangat trus ya di sinopsis selanjutnya
hehehehe akhirnya bahagia ya,ngarepnya ada adegan keluarga kecil tp malah temennya yg dpt anak duluan.
BalasHapusSukaa
BalasHapusKereeeeeennnn.... Daebak.. Bisa rangkum sebanyak ini... Thanks buat sinopsis nya... 👍
BalasHapusKereeeeeennnn.... Daebak.. Bisa rangkum sebanyak ini... Thanks buat sinopsis nya... 👍
BalasHapusYou're like MAC OS to me, and MAC OS is ideal for me, but somehow I'm used to and miss Windows
BalasHapusAiiishhh lumer deehh,,,ini baca dari kemarin lusa,,,dan finish petang ini,,gara" mati lampu bary nyala jm 11.23 yaudah tamatin drakor ini aja sambil nunggu sahur
BalasHapusSemangat deh buat mbk dee,,,aku suka banget baca sinop.nya mbk dee
Jadi suka ama ini couple,,,
Penasaran sma ending'a jd msh melek baca ini synopsis'a, tanggung mo merem lanjut nyiapin buat sahur deh 😅😅😅 Thanks so much for this synopsis Mbak Deeee 😘
BalasHapusPenasaran sma ending'a jd msh melek baca ini synopsis'a, tanggung mo merem lanjut nyiapin buat sahur deh 😅😅😅 Thanks so much for this synopsis Mbak Deeee 😘
BalasHapus