PS : All
images credit and content copyright : SBS
Hae Soo melonggo melihat wajah seorang pria yang
menariknya ket atas kuda, matanya menatap sosok pria setengah bertopeng yang
menyelamatkanya sebelum masuk ke dalam sungai. Wang So memacu kudanya dengan
kencang, membuat tangan Hae Soo memegang erat pudak si pangeran ke empat agar
tak terjatuh.
Langkah kuda berhenti dan Wang So langsung mendorong Hae
Soo terjatuh dari kuda. Semua orang yang ada dipasar terlihat ketakutan, Hae
Soo memegang pinggangnya yang sakit mencoba untuk berdiri. Wang So ingin pergi
tapi Hae Soo berteriak menahanya dan mencoba kembal untuk berdiri.
“Bisa-bisanya kau menjatuhkan
seseorang seolah
mereka itu barang?” kata Hae Soo marah, Wang So
tak peduli memilih untuk pergi. Hae Soo kembali menahan dengan menahan laju
kuda.
“Kubilang tunggu, jangan jalan
dulu!!!Kenapa kau bisa cepat sekali
menunggang kuda di jalan sempit seperti itu? Coba kau Lihatlah
itu! Lihat, lihat. Semua
orang harus minggir karenamu. Manusia
lebih penting dibandingkan mobil... emm... maksudku
lebih penting dari kuda. Apa
kudamu itu lebih penting?” kata Hae Soo berteriak dan
sempat salah ucap.
Wang So menarik kudanya sampai setengah berdiri, Hae Soo
melangkah mundur dengan wajah ketakutan dan akhirnya terjatuh. Wang So pun
segara pergi dengan menunggang kudanya. Hae Soo berteriak memanggilnya tapi
Wang So sudah jatuh pergi dengan kudanya.
Seorang pedagang mendatangi Hae Soo, meminta tak perlu
melakukanya. Hae Soo meminta di panggilkan polisi, lalu mengubah mereka harus
memanggil pengawal istana karena harus menangkap orang itu. Si pedagang binggung, menurutnya Hae Soo itu tidak
tahu tadi adalah Pangeran ke-4 dan beruntung masih bisa hidup.
“Kau bilang Pangeran ke-4? Jadi ada pangeran lagi? Memang berapa banyak anaknya Raja Wang itu ?” ucap Hae Soo kebingungan.
Chae Ryung akhirnya
datang, bertanya sedang apa di tempat itu. Hae Soo ingin tahu pra yang
memiliki tinggi badan menjulang dan mata yang besar, serta baru keluar
dari rumah mereka. Chae Ryung binggung, Hae Soo
bertanya apakah pelayanya tahu salah satu tamu yang perawakanya seperti itu.
“Ini bukan waktunya kau ada di
sini. Putri
Yeon Hwa telah mencarimu
kemana-mana.” Kata Chae Ryung panik, Hae Soo pun ikut
panik si anak perempuan raja mencarinya.
Yeon Hwa melihat ke arah pintu menurutnya kakak
keempat takkan datang. Wang Eun berkomentar pada
kakak perempuanya kalau , melihat Wang So Hyungnim itu sangat menakutkan
sampai-sampai membuatnya sakit
kepala, menceritakan kemarin tak sengaja menginjak
kakinya
“Dia bilang "Kau cari mati?" aku sangat takut.” Kata Wang So, Yeon Hwa mengejek adiknya itu nakal
sekali.
Ibu
kami boleh saja sama... tapi
kami jarang
berkomunikasi. Kalau aku
menyapa dia pun, maka dia
tidak menanggapiku.” Kata Wang Jung
“Dia memang punya kecenderungan merusak suasana hati.” Komentar Wang Won
Tiba-tiba pintu ruanga diterbuka, Wang So masuk
adik-adiknya terlihat ketakutan, Yeon Hwa tersenyum bahagia melihat Wang Soo
datang ke istana. Wang Yo melirik sinis pada sang adik. Baek Ah menyapa sang
kakak yang tak pernah bertemu denganya. Wang So melirik dingin pada
adik-adiknya lalu memilih untuk duduk jauh dari meja.
“Kau terlambat rupanya. Kau dan aku harus berlatih untuk ritual bersama.” Kata Wang Wook terlihat santai berbicara dengan
kakaknya. Wang So berkomentar boleh saja mereka berlatih.
“Kami tak pernah dengar kabarmu sama sekali... jadi kami tadinya mau menyuruh orang pergi ke Shinju. Kenapa kami tak pernah dengar kabar darimu?” kata Yeon Hwa ramah, Wang So pikir dirinya sekarang
sudah ada di istana.
“Kau harus tinggal di sini bersama
kami saat kau
berada di Songak. Aku
ingin dengar ceritamu saat
kau ada di Shinju.” Kata Yeon Hwa
“Ya, lebih baik kau tinggal disini daripada tinggal di kediaman
ratu.” Ucap Wang Wook setuju.
Wang Yoo pikir adiknya itu tak perlu berusaha
keras padanya, dengan nada sinis mengatakan kalau Wang
So itu lebih mengerti hewan daripada memahami perkataan
orang. Empat adik yang lainya terlihat ketakutan, Wang Soo
menghela nafas menurutnya kata-kata
kakaknya itu memang sudah sangat jelas. Pelayan memberitahu kalau mereka telah menyiapkan minumannya.
Chae Ryung masuk dengan beberapa pelayan, Hae Soo
mengintip dari depan pintu dan masuk dengan menutupi wajahnya. Wang So melihat
Hae Soo yang masuk dengan menutupi wajahnya dan bersembunyi dibalik dinding.
Wang Eun tiba-tiba sudah berdiri didepan Hae Soo, keduanya seperti bermain
petak umpet, sampai akhirnya Wang Eun menarik Hae Soo agar kakaknya bisa
melihat.
“Apa mungkin kau pernah melihatku sebelumnya?” kata Wang Eun, Hae Soo menyangkalnya.
“Kau kelihatan familiar.” Kata Wang Eun yakin, Hae Soo terus menyangkalnya.
Wang bersaudara yang lain ikut juga melihatnya, Wang Eun
mencoba melihat lebih dekat wajah Hae So untuk memastikanya. Hae Soo mencoba
mengecoh dengan menjulingkan matanya. Akhirnya Wang Eun mengingat Hae Soo
wanita yang memata-matai mereka saat sedang mandi. Hae Soo tetap menyangkalnya
karena tak mungkin.
Wang Eun dengan memegang pipi Hae Soo yakin kalau itu
pelakunya, Hae Soo melepaskan
tangan Wang Eun malah membuat semua
minum dalam nampan jatuh dan pecah, Yeon Hwa marah besar. Hae Soo memilih untuk
kabur menyelamatkan diri.
Wang Jung siap mengeluarkan pedang siap untuk berkelahi
kalau memang wanita itu yang memata-matai mereka. Baek Ah melihat Hae Soo sepertinya
kaget, jadi merasa memang dia orangnya. Wang Wook yang melihat tingkah Hae Soo malah tersenyum
menahan tawanya. Baek Ah tak percaya ternyata Hae Soo telah
berubah.Padahal dulu orang yang sangat
memperhatikan kelakuannya, dan agak pemalu dan
bertanya pada Wang Wook.
Wang Wook juga tak tahu tentang Hae Soo, karena tak begitu
dekat dengannya. Yeon Hwa yakin Wang Eun itu pasti
salah lihat karena Mana
mungkin Hae Soo bisa berada di area pemandian karena Pemandian itu cuma untuk anggota kerajaan. Wang Eun yakin karena pandai mengenali wajah orang.
Hae Soo berhasil keluar tak percaya si pria kecil itu
karena menurutnya seharusnya terima saja pengakuannya kalau bukan ia orangnya. Dengan menghela nafas panjang merasa akan gila dengan
keadaanya sekarang, lalu mencoba untuk tetap sabar menghadapi semuanya di zaman
Goryeo.
“Jika kau bisa melewati hari ini, maka kau mungkin takkan melihatnya
lagi.” Kata Hae Soo menenangka diri dengan menepuk-nepuk
bagian dada.
Wang Eun keluar ruangan mencari-cari Hae Soo kembali, Hae
Soo mengeluh kenapa Wang Eun harus keluar dari ruangan. Wang Eun membalikan
badananya, Hae Soo sudah bersembunyi. Wang Eun bertanya-tanya kemana perginya
wanita itu dan memilih berjalan ke arah depan. Ia mencari-cari kemana perginya
Hae Soo sampai mengencek guci besar untuk mengaduk lem.
Langkahnya terhenti pada sebuah pintu ruangan, lalu
mengintip dari lubang pintu yang bolong, terlihat seorang wanita yang menghadap
ke belakang sedang berganti pakaian. Hae Soo keluar dar persembunyian, melihat
dari belakang Wang Eun sedang mengintip dari lubang pintu.
Chae Ryung membalikan badanya, terasa kalau ada orang
yang mengintipnya dari lubang pintu lalu berteriak histeris. Wang Eun panik
berusaha untuk kabur, Hae Soo sudah berdiri dengan tatapan sinis menghadang
jalan Wang Eun menyuruhnya untuk berhenti. Chae Ryung keluar dengan wajah marah
berteriak siapa yang berani mengintipnya.
Hae Soo melihat Chae Ryung yakin kalau Wang Eun memang
tadi mengintip dari lubang pintu. Wang Eun membela diri, kalau dirinya itu
seorang Pangeran dan Hae Soo berani sekali mencurigainya, menurutnya tak mungkin mau
mengintip pelayan
seperti Chae Ryung. Hae Soo yakin pasti Wang Eun tadi mengintip.
“Apa kau yakin itu aku yang melakukanya?” tanya Wang Eun pada Chae Ryung, Chae Ryung terlihat
ketakutan harus bicara dengan pangeran.
“Jawab aku. Apa kau yakin kalau kau melihatku yang
mengintip?” tanya Wang Eun dengan
mata melotot, Chae Ryung dengan gugup dan wajah tertunduk mengaku tak
lihat dengan
jelas.
“Kau sudah Dengar 'kan? Kau tidak seharusnya mencurigai pangeran lagi.” Kata Wang Eun merasa bisa lepas dari tanggung jawab
karena seorang pangeran
“Chae Ryung mungkin tidak
melihatmu, tapi aku
melihatmu dengan sangat jelas. Aku
mengerti kalau kau penasaran
dengan wanita. Namun,
itu tidak baik mengintip
mereka! Minta
maaf padanya sekarang.” Tegas Hae Soo
memerintahkanya.
“Kau bilang Minta maaf? Apa kau menyuruhku seorang
pangeran, untuk
membungkuk di depan seorang pelayan? Tidak
ada hukum seperti itu di negeri ini.” ucap Wang
Eun menyuruh Hae Soo minggir,
“Hei! Kau tidak malu? Dasar orang tak tahu malu.” ejek Hae Soo tetap menghalangi jalan Pangeran,
“Kau berani bicara seperti itu di depan seorang pangeran? Kurang ajar sekali kau!” kata Wang Eun lalu mendorong Hae Soo untuk minggir.
Hae Soo mengejarnya menyuruh Wang Eun untuk minta maaf
sekarang, Wang Eun marah saat Hae Soo berani menarik bajunya mengumpat Hae Soo
seperti wanita butiran beras dan
mendorongnya sampai jatuh. Hae Soo makin marah langsung menarik kaki Wang Eun
saat akan pergi akhirnya jatuh bergulingan. Keduanya langsung beradu dengan
saling menarik rambut.
Di dalam ruangan keluarga Wang, terdengar suara Wang Eun
dan Hae Soo menyuruh untuk saling melepaskanya. Wang Jung kaget mendengar ada
perkelahian di luar. Baek Ah mengeluh pasti ulah dari Wang Eun yang
berkelahi. Keduanya pun bersama-sama keluar dari ruangan.
“Mereka memang tak dewasa sama sekali. “ komentar Wang Won, Wang Yo dengan tatapan sinisnya
ikut berjalan keluar dari ruangan.
“Ya, dimana-dimana pertarungan memang sangat menghibur.” Ucap Wang Won lalu ikut sang kakak keluar dari ruangan.
Begitu juga Wang Wook, Yeon Hwa ingin keluar melihat Wang So hanya duduk sambil
dengan menaikan kaki sambil memejamkan matanya, seolah tak peduli.
Wang Eun berhasil membuat Hae Soo tak bisa bergerak
dengan memiting bagian lehernya, tapi Hae Soo membalas dengan giginya di
lenganya. Akhirnya Wang Eun melepaskan tanganya. Semua sudah keluar dari
ruangan melihat perkelahian Wang Eun dengan seorang wanita.
Hae Soo berhasil menendang Wang Eun saat terjatuh, Wang
Jung dan Baek Ah menahan tawa karena Wang Eun bisa kena tendang oleh wanita.
Hae Soo akhirnya bisa duduk diatas tubuh Wang Eun sambil memukul wajah sang
pangeran.
“Hei.... Kau pikir akan aman setelah ini?” ucap Wang Eun mengancam, Hae Soo mengumpat Wang Eun itu
mesum.
“Dasar Kau wanita yang cabul.” Balas Wang Eun dengan menjulurka lidahnya.
“Masih saja kau bisa bicara... Orang-orang sepertimu memang harus dipukuli biar sadar.” Ucap Hae Soo marah lalu membenturkan kepala di wajah
Wang Eun.
Wang Wook melonggo melihat tingkah Hae Soo, Wang Jung dan
Baek Ah tertawa melihat Wang Eun dikalahkan oleh wanita. Chae Ryung ketakutan
karena Hae Soo berani memukul pangeran. Hae Soo ingin memukul Wang Eun tapi
tanganya di tahan oleh seseorang, dengan berteriak meminta agar melepaskanya.
Ternyata Wang So sudah keluar dari ruangan menahan tangan
Hae Soo yang ingin memukul adiknya. Hae Soo kaget melihat Wang So sudah ada
didepanya, Wang So langsung bisa menarik Hae Soo sampai berdiri tepat didepan
wajahnya. Keduanya saling menatap. Wang Eun bangun meminta agar kakaknya jangan
melepaskan wanita itu.
Wang Wook menahan adiknya yang ingin kembali berkelahi
dengan Hae Soo, Wang Eun kesal karena menurutnya Hae Soo itu wanita yang mengerikan. Wang Wook menenangkan Wang Eun kalau Pelayan-pelayan
itu sedang melihat semuanya, dan apakah adiknya harus
terus melakukanya. Wang Eun kesal memilih pergi ke arah
lain, Wang Jung tak bisa menahan tawanya
dan Baek Ah menyuruh adiknya untuk tak tertawa.
Hae Soo berusaha melepaskan tanganya, tapi Wang So
memegangnya sangat erat sampai akhirnya melepaskanya. Hae Soo melirik sinis
karena Wang So berani menahan tanganya.
Wang So berjalan menuruni tangan, Hae Soo yang masih
kesal mengejar dan memanggil. Akhirnya Wang So berjalan dengan melirik dingin.
Hae Soo mengeluh Wang Soo juga bersikap seperti ini
sebelumnya, berpikir dirinya itu dianggap seperti
tas atau barang.
“Kau harus minta maaf juga.” Kata Hae Soo, Wang Soo bertanya siapa wanita yang
didepanya itu
“Aku? Kau tanya Aku siapa?.... Hae Soo. Namaku Hae Soo.” Ucap Hae Soo gugup.
“Aku tidak menanyakan namamu. Apa posisimu sampai bertingkah
seperti itu di
depan pangeran?” ucap Wang So
“Kubilang, kau harus minta maaf. Kenapa kau menanyakan pangkatku seolah aku ini ada di sekolah
militer? Apa kau
akan mengabaikanku jika aku seorang pelayan dan minta maaf jika aku seorang
putri? Astaga,
ini memang lingkungan
yang aneh.” Kata Hae Soo kesal
“Jadi, apa kau mau dengar permintaan maaf?” tanya Wang Soo
“Ya, dan bukan hanya darimu, tapi dari si kecil itu, si
pangeran kecil. Aku
akan mendapatkan permintaan
maaf dari dia juga. Semakin
tinggi posisimu, maka kau
harus semakin peduli dengan keadilan. Bukankah
begitu?” Kata Hae Soo merasa semua itu tak ada bedanya di zamanya.
“Baiklah.... Tapi... setelah kau mendengar aku bilang "maaf"
padamu... maka kau harus
mati. Apa itu
tak masalah bagimu?” ucap Wang So berjalan
mendekati Hae Soo, berdiri tepat didepan wajahnya.
Hae Soo hanya menatapnya, Wang So ingin mengucapkan
permintaan maafnya, Hae Soo langsung berteriak memanggil kakaknya. Nyonya Hae
datang, Hae Soo berlari menghampirinya dan berjalan dibelakangnya karena tahu
kakaknya itu pasti mencarinya. Nyonya Hae sempat memberikan hormat pada kakak
iparnya. Wang So tak bisa berbuat apa-apa memberikan hormat pada adik iparnya
dan membiarkan Hae Soo pergi.
Nyonya Hae menumpuk batu dengan bentuk seperti gunung,
disampingnya juga ada beberapa batu berbentuk gunung dan juga lampion berbentuk
strawberry digantung pada pohon tanpa daun. Nyonya Hae mulai melakukan
sembahyang, Hae Soo hanya diam sambil mengigit bibirnya.
“Apa pun alasannya... ...kau sudah memukul putra dari raja bangsa kita ini. Kau takkan bisa menghindari
hukuman. Mungkin... pangeranku akan dihukum juga.” Ucap Nyonya Hae yang akan berimbas pada suaminya juga.
“Menurutmu apa kau bisa menolongku? Aku akan berusaha yang terbaik menjelaskannya pada raja.” Kata Hae Soo mulai panik
“Apa Kau pikir mudah bertemu raja? Aku tidak menyangka bagaimana
bisa kau
sangat berubah drastis. Kau
dulu gadis yang berperilaku
baik. Ibu
pertiwi Songak datang ke sini untuk berdoa demi kesejahteraan anak-anak mereka. Pernahkah kau berpikir kenapa aku datang ke sini... meskipun aku tidak punya anak?” kata Nyonya Hae, Hae Soo hanya bisa tertunduk diam.
“Inilah yang dibuat oleh Ratu Hwangbo untuk pangeran dan Putri Yeon Hwa. Dan ini... Aku membangun ini untukmu.” Ucap Nyonya Hae menunjuk tumpukan batu berbentuk
gunung.
Hae Soo kaget mengetahui tumpukan batu itu miliknya Nyonya Hae menceritakan Ketika
Hae Soo pertama kali datang ke rumah ini dan tahu
kalau Hae Soo akan tumbuh
sendirian karena tidak
punya ibu, jadi tidak pernah menganggapmu sebagai adik sepupu tapi menganggapnya sebagai anak sendiri.
“Ibumu akan melakukan ini untukmu jika dia berada di sini. Aku juga ingin melakukan hal yang sama untukmu. Namun, pada hari seperti ini, aku
bertanya-tanya apa usahaku ini sudah cukup atau belum. Ibumu pasti mengawasi kita, dan
aku bertanya-tanya apa yang harus kulakukan. Aku merasa malu.” Kata Nyonya Hae menahan rasa sedihnya.
Hae Soo langsung menangis mengingat ibunya, Nyonya Hae
memeluk sepupu yang sudah dianggap sebagai anaknya, memohon dan bertanya-tanya
apa yang harus dilakukan padanya sekarang lalu meminta agar memikirkan tentang
bunya dan coba untuk bisa hidup dengan baik di lingkungan istana. Hae Soo terus menangis mengingat
ibunya. Nyonya Hae mengusap punggung Hae Soo yang terus saja menangis.
Hae Soo duduk sendirian digundukan batu miliknya, dalam
hatinya bergumam kalau seorang Go Ha Jin memang beban bagi setiap orang, padahal semua orang sudah baik padanya tapi ia malah menyusahkan
mereka.
“Apa aku tidak mungkin bisa kembali? Kalau saja aku bisa, maka aku ingin kembali. Ibuku pasti menunggu.” Gumam Hae Soo
Chae Ryung datang melihat Hae Soo sudah ada didepan
tumpukan batu, menyuruhnya untuk masuk
ke dalam karena udaranya diluar sangat dingin. Hae Soo bertanya
apakah pelayanya tahu tentang orang yang ditanyakan sebelumnya.
“Apa Kau masih tidak tahu siapa dia? Ada tamu lain selain pangeran.” Kata Hae Soo yang mengingat wajah paman
“Entahlah... Rumah ini sering dikunjungi tamu. Sekarang sepertinya kau harus mandi.” Kata Chae Young sambil melihat badan Hae Soo sudah
kotor karena duduk ditanah.
“Tempat dimana aku terluka... kau bilang itu area pemandian
'kan!” kata Hae Soo mengingat-ingat
Hae Soo mengingat saat keluar dari kolam, Wang Won dan
juga Wang Jung melihat seorang wanita yang ada dikolam mand pangeran. Wang Eun
pun berusaha mengejarnya tapi Hae Soo bisa kabur dari balik batu-batu. Chae Ryung
lalu menariknya keluar melalui gua dan memberitahu mereka sedang ada di area
pemandian terbesar Songak. Saat itu juga Hae Soo
pingsan.
Chae Ryung panik mengatakan Hae Soo tidak
bisa pergi ke sana karena punya
firasat buruk dengan tempat itu jadi tak mungkin kembali
ke sana, jadi ia akan menyiapkan air untuk Hae Soo maka bisa mandi di rumah.
“Orang itu adalah orang yang kulihat sebelum aku mati.” Gumam Hae
Soo sangat ingat dengan wajah Ahjussi yang sama ketika ada di istana.
Ji Mong memincingkan matanya, Baek Ah menahan tawanya
begitu juga Wang Won. Ji Mong melihat Wang Eun kena
memar karena membekas sangat biru sekali bahkan hampir ungu.
Semua tertawa karena menurut mereka Wang Eun bisa
lebih indah daripada
sebuah lukisan.
“Aku takkan membiarkan perempuan itu lolos begitu saja. Beraninya dia berbuat begitu pada
pangeran?” kata Wang Eun geram. Baek Ah menahan
agar adiknya itu tak pergi.
“Jadi maksudmu musuhmu sekarang adalah Hae Soo Agasshi? Dari yang kulihat dan kudengar, dia perempuan yang ceria. Tak mudah bertemu seorang wanita seperti
itu. Kau sudah
dapat pengalaman yang langka.” Komentar Ji Mong
“Betul... Sulit mengenali seseorang meski hanya bertemu sekali dan Sulit
juga mendapatkan pengalaman
dipukul orang. Kau
mungkin telah bertemu nasibmu, Wang Eun.” Goda Wang Won
“Kau bilang Nasibku? Nasib, apanya!!! Lebih tepatnya dia itu takdir musuhku.” Kata Wang Eun kesal
“Hyungnim, kau tidak tahu banyak tentang wanita. Jika dia tidak tertarik padamu, maka dia takkan mau menyentuhmu.” Komentar Baek Ah dengan pengalaman banyak wanita.
“Jadi, maksudmu... ...dia memukulku karena dia tertarik padaku?” tanya Wang Eun mendekati adiknya, Baek Ah pikir bisa
benar dan juga tidak dengan wajah sengaja dipalingkan menahan tawanya.
[Istana Dawimon]
Wang So masuk ke tempat kolam pemandian dengan beberapa
pelayan terlihat ketakutan, lalu menaiki tangga. Wang Won melihat pertama kali
kedatangan Wang So langsung mengajak adiknya segera bersembunyi. Suasana terasa
sangat dingin, tiga saudara Wang langsung mengintip dari dinding kayu apa yang
akan dilakukan kakak mereka.
Pelayan panik melihat kedatangan Wang So dan ingin menghalangi
jalannya didepan pintu. Wang So mendorong pelayan agar minggir, saat masuk
ruangan terlihat Wang Jung dengan Wang Yo sedang mengobrol dengan Ratu Yoo
sangat akrab. Ratu Yoo melotot kaget melihat anak ke empatnya, lalu menyuru
pelayan untuk menutup pintunya. Wang Jung ingin menyapa kakaknya ditahan oleh
ibunya.
Wang So tersenyum didepan ibunya, mengatakan ingin menyapa lebih dulu lalu
bersujud dan duduk dengan tegak sambil menanyakan kabar ibunya. Ratu Yoo
terkesan dingin mengetahui anaknya itu sudah
tiba di istana dan seharusnya datang kalau memang memanggilnya
“Aku telah bertemu dengan
saudara-saudaraku, jadi kupikir aku harus bertemu dengan Ibu.” Kata Wang So
“Ibu, sepertinya Hyungnim sudah belajar seni bela diri
akhir-akhir ini.” cerita Wang Jung penuh
semangat, Ratu Yoo terlihat tak percaya.
“Dia hebat sekali tadi waktu latihan untuk acara ritual. Menurut rumor...”kata Wang Jung langsung disela oleh kakak tertuanya
“Itu cuma rumor saja. Wang Eun bilang pemerintahan Shinju
sedang diambang kehancuran dan dia bicara omong kosong seperti itu.” Jelas Wang Yo
“Kau, ceritakanlah padaku. Apa Kau sudah belajar seni bela diri?” tanya Ratu Yoo pada anak ke empatnya. Wang So mengaku belum pernah belajar.
“Kenapa juga kau belajar itu? Mereka
bukannya membesarkanmu
menjadi harimau. Jadi Kenapa keluarga Kang mau mengajar seni bela diri?” komentar Ratu Yoo dingin sambil meminum tehnya.
“Ibu, kau sudah tahu bahwa ada anjing serigala di Songak? Kata orang dia sangat mengerikan,
sampai-sampai dia lebih parah daripada anjing ataupun serigala.” Kata Wang Yo seperti ingin menyindir adiknya.
“Bukannya mereka bilang anjing
serigala itu dari
Shinju, 'kan?” balas Wang So tahu pasti kakaknya
menyindir dirinya. Keduanya saling menatap sinis
“Sudah lama kau tak pergi ke ibu
kota negeri ini, Songak, jadi nikmatilah kunjunganmu disini. Aku telah menyiapkan hadiah untuk ibumu, Kau tidak perlu lagi menemuiku sementara kau ada di Songak. Sekarang Kau boleh pergi.” Kata Ratu Yoo dingin
“Sudah dua tahun kita tak
berjumpa. Tapi kau dengan mudahnya menyuruhku pergi?” ucap Wang So tak percaya
“Itu karena ibu angkatmu, berbaring sakit tanpa kau di
sisinya.” Ucap Ratu Yoo
Wang So menegaskan kalau berencana
tinggal cukup
lama disini dan menanyakan alasan dirinya yang tidak
tinggal saja di istana bersama
saudara-saudaranya. Ratu Yoo berteriak kalau
itu tak mungkin karena Wang So adalah keluarga Kang dari Shinju, lalu bertanya apakah anaknya itu lupa ketika kembali ke
istana maka itu akan menghasut dendam lama di antara dua keluarga.
“Katamu aku diserahkan ke keluarga
sana untuk
diadopsi. Tapi
disana, ternyata aku jadi sandera.” Ucap Wang So, Wang Yo menahan tawa mendengarnya.
“Lucu sekali kau... Bagaimana bisa
kau bilang kalau kau itu sandera? Ibu
hanya khawatir terhadap
ibu angkatmu.” Komentar Wang Yo
“Wang Yo benar. Kenapa juga aku mengutusmu kesana sebagai sandera?” ucap Ratu Yo membela diri
“Karena kau sudah bilang begitu, maka aku harus mempercayaimu
'kan.” Balas Wang So lalu ingin mengeluarkan sebuah tusuk
konde untuk ibunya.
Wang Jung mendahuluinya memberikan sekotak hadiah untuk
sang ibu, Ratu Yoo terlihat sangat bahagia menerima sebuah tusukan konde. Wang Jung tahu ibunya itu
menyuka aksesoris rambut jad sengaja
membeli dipasar dengan terbuat dari perak jadi harus memakainya di ritual keagamaan.
Wang So pun melihat barang milik Wanbg Jung lebih bagus
dibanding miliknya, akhirnya ia mengurungkan niatnya memberikan hadiah pada
ibunya. Ratu Yoo mengucapkan terimakasih Wang Jung, seperti sangat memberikan
perhatian dibanding dirinya, Wang So pun pamit pergi pada ibunya, tapi ibunya
sepert tak peduli.
“Bagaimana bisa seorang pangeran kelihatan rendahan sekali? Itu sangat memalukan.” Sindir Wang Yo, Wang So sudah berada didepan pintu
memilih tak membalasanya.
Tiga saudara Wang menguping pembicaraan didepan pintu,
ketika Wang So keluar semua terlempar. Dua yang lain bisa berpura-pura
menyibukan dirinya, sementara Wang Eun hanya bisa jatuh melonggo ketakutan.
Wang So tak banyak bicara memilih untuk pergi meninggalkan kamar ibunya.
Ratu Yo meminta Setelah ritual selesai, untuk memastikan Wang So kembali ke Shinju. Kalau memang masih bersikeras
tinggal di Songak mereka untuk memanggil
perwira tentara dan
singkirkan Wang So dari
pandangan dari pandanganya. Wang Yo pikir ibunya
tak perlu mengkhawatirkan hal itu karena tak ada gunanya juga si adik tinggal
di istana.
“Apa kau sudah tahu? Ada banyak rumor di pasar tentang Wang So Hyungnim. Ada orang yang bilang kalau ibu kita yang membuat wajah Wang So seperti itu.” Ucap Wang Jung polos.
“Mana mungkin bisa begitu? Wang Jung, kau juga kalau terus bicara
omong kosong, kau boleh pergi meninggalkan istana.” Kata Wang Yo melihat wajah ibunya terlihat tegang, Wang
Jung pun tertunduk mengerti.
Wang So berjalan cepat, Ji Mong memanggilnya Wang So
berhenti dengan melirik sinis. Ji Mong membalas dengan senyuman menyuruhnya untuk mandi
dulu sebelum
ritual lalu meminta pelayan menyiapkan air untuk Pangeran ke-4. Pelayan pun mengantar Wang So
ke tempat pemandian khusus pangeran.
Sementara dibalik dinding, Baek Ah bertanya-tanya kapan wajah Wang So
Hyungnim terluka dan bertanya pada Wang Wan
apakah mengetahuinya. Wang Won mengelengkan kepala karena tak mengetahuinya.
Wang Eun juga tak tahu kapan persisnya wajah kakaknya itu terluka.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar