PS : All
images credit and content copyright : SBS
Malam hari, Wang Soo berdiri sendirian di istana dengan
topeng yang masih menutupi wajahnya.
Flash Back
Terdengar suara dari kamar, Ratu yang berteriak tak
terima karena Raja ingin memilki istri. Raja langsung keluar dari kamar. Putra
Mahkota Wang Moo dan Wang So masih kecil melihat dan mendengar pertengkara
kedua orang tuanya.
“Yang Mulia!... Aku akan mati. Anak sulung kita telah meninggal. Mana bisa kau menikah lagi? Mana bisa kau menikah pada saat
seperti ini?” ucap Ratu Yoo
“Goryeo Selatan berada dalam
bahaya. Pernikahan inilah solusi untuk
menangkis bahaya itu.” Ucap Raja Wang Gun
“Sebelum kau jadi raja, kau adalah ayah dari anak-anakku. Apa kau tidak sedih? Apa hatimu tidak sakit? Apa kau tak ingin berharap kau
bisa mati dan menghidupkan anakmu?” kata Ratu Yoo marah
“Banyak nyawa yang dipertaruhkan
disini.”tegas Raja Wang Gun lalu beranjak pergi.
Ratu Yoo memanggil suaminya lalu menarik Wang So yang
masih balita, sambil berlutut berkata apabila
hanya itu yang di pedulikan maka untuk apa mereka harus bersusah payah hidup lagi. Wang So memanggil ibunya dengan wajah sedih. Saat itu
juga Ratu Yoo mengeluarkan pisau kecil dan langsung mengalungkan di leher
anaknya sebagai ancaman.
“Kau pilih menikah atau pilih anakmu?” kata Ratu Yoo, Raja tak percaya istrinya bisa berbuat
nekat, Ratu meminta Raja untuk memilih.
“Kau pilih Goryeo atau nyawa anakmu?” kata Ratu tetap menaruh pisau dileher anaknya.
“Letakkan pisau itu. Kau tidak bisa menghentikan pernikahanku dengan berbuat begitu.” Tegas Raja Wang Gun
Ratu Yoo melihat suaminya itu memang berbeda menurutnya
jika dirinya tidak memiliki seluruh hati Raja maka ia pikir tidak
membutuhkan anaknya. Raja langsung menghentikan tangan Ratu Yoo yang ingin
menusuk Wang So. Ratu Yoo tetap bersikukuh ingin membunuh anaknya, Wang So
hanya bisa menangis
Akhirnya Raja bisa membuat tangan Ratu melepaskan
pisaunya, tapi ternyata wajah Wang Soo terkena goresan pisau yang dipegang oleh
ibunya, jeritan tangan Wang Soo terdengar sangat keras. Wang Moo melihat
adiknya yang tergeletak langsung panik dan meminta pertolongan.
Wang So tetap diam menatap keluar istana, alasan dirinya
mengunakan topeng karena memiliki bekas luka sayatan pisau diwajahnya. Raja
Wang sedang berjalan bersama dengan Ji Wong dan juga Shik Ryum, melihat Wang So
yang sedang berdiri sendirian.
“Apakah kau mengundangku ke sini
untuk menjadi salah satu pelindung Putra Mahkota?”
kata Wang So
“Aku tidak tahu apakah kau akan
menjadi perisai
untuk Putra Mahkota... atau
pedang untuk mengincarnya.” Ucap Raja Wang
[Kediaman Pangeran ke-8, Pangeran Wang Wook]
Chae Ryung mengajak Hae Soo berkeliling rumah dengan
banyak pelayan yang sedang kerja membersihkan halaman, lalu membawa
barang-barang dengan berjalan sangat rapih. Hae Soo melonggo melihat semuanya
yang tak pernah dilihatnya.
“Kau selalu suka main anak panah,
dan akan taruhan dengan anak-anak lain. Dan Apa kau
pohon itu yang disana? Kita yang menanamnya. Kau juga pandai main bulu tangkis” Ucap Chae Ryung menunjuk pohon dekat papan panah.
“Baiklah, jadi aku suka main anak
panah dan bulu
tangkis. Aku ada
di sini untuk merawat dan menjaga sepupu
keenam. Namaku
Hae Soo dan Kau pelayanku, Chae Ryung. Benarkan?” Kata Ha Jin mengingat semua yang sudah
dijelaskan Chae Ryung.
“Sepertinya aku mulai ingat
sekarang.” Ucap Ha Jin berusaha untuk tak terlihat
mencurigakan, Chae Ryung mengerutkan dahinya karena Ha Jin mengunakan bahasa
banmal padanya.
“Sebenarnya kau ini kenapa,
Agasshi?” ucap Chae Ryung binggung, Ha Jin beralasan lupa lalu
mengunakan bahasa formal meminta pelayanya itu tak perlu khawatir. Chae Ryung
tersenyum bahagia berpikir kalau Hae Soo sudah ingat kembali.
“Sepertinya antara aku ingat dan tidak, tapi Kau tak perlu khawatir. Aku tipe orang yang belajar dari satu hal dan belajar 10 hal lainnya. Jadi Akan kuusahakan” ucap Ha Jin meyakinkan.
“Apa benar kau sungguh tidak ingat apa-apa? Sekarang cuma kita berdua saja disini, jadi Kau bisa beritahu aku. Kau bohong, 'kan? Pangeran dan istrinya tidak tahu. Aku selalu bersamamu setiap hari. Sebenarnya ada apa? Apa kau bertemu dengan pria-pria
dari keluarga lain itu Atau
kau punya banyak utang?” kata Chae Ryung
“Apa Hae Soo adalah perempuan
seperti itu? Jadi,
apakah dia pura-pura jadi gadis yang baik tapi dia pergi keluar malam-malam untuk bertemu pria?” komentar Ha Jin mendengar ucapan Chae Ryung
Chae Ryung berkomentar Hae Soo tidak
seburuk juga, lalu berpikir kenapa Ha Jin seperti sedang
membicarakan orang lain, menurutnya putrinya itu pasti sudah terluka parah. Ha Jin bergumam kalau dirinya lebih baik tutup
mulut saja karena semua orang akan menganggapnya
gila kalau berkata dirinya itu bukan Hae Soo.
“Chae Ryung.... Sebenarnya... Ada gadis
lain dalam diriku.” Ucap Ha Jin memegang tangan
pelayan agak menyetuh bagian dadanya. Chae Ryung terlihat binggung.
“Sudahlah..... Aku tidak perlu
mati dua kali lagi.” Gumam Ha
Jin lalu mengaku kalau hanya bercanda saja pada pelayanya.
“Chae Ryung.... Di sekitar mulutku tidak ada keriput, 'kan?” kata Ha Jin memegang wajahnya, Chae Ryung kembali
dibuat binggung. Ha Jin memegang wajahnya merasa Kulitnya
sangat bagus dan
kencang dan merasa Sudah lama tubuhnya tak seperti ini.
“Dia sangat merawat tubuhnya di
zaman Goryeo meskipun cuma makan sayuran saja.”
Komentar Ha Jin melihat bagian tangan dan memegang wajahnya, Chae Ryung makin khawatir
melihat putrinya memang benar-benar terluka parah karena tak mengingat
apapun. Ha Jin melemaskan otot-otot
ditubuhnya, menurutnya ada gunanya dirinya
bisa hidup kembali.
[Istana Cheomseongdae]
Ji Mong terlihat sedang berdiri dilantai atas membuat
teropong yang terbuat dari bambu. Wang bersaudara masuk ruangan, Wang Eun
menjerit melihat bentuk pesawat yang tergantung, bertanya apa itu lalu
berteriak memanggil Ji Mong. Ji Mong berteriak memanggil Pangeran ke 10 dengan
tanganya membentang seperti pesawat.
“Itu adalah pesawat.” Kata Ji Mong, Wang Eun binggung apa itu pesawat.
“Itu benda yang bisa terbang di langit seperti layaknya
burung. Suatu
hari, anak-anakmu akan
punya anak. Lalu Anak-anak
itu akan punya anak-anak
mereka sendiri. Dan Orang
akan menggunakan ini untuk pergi ke negeri asing dan berwisata.” Cerita Ji Mong, semua tersenyum bahagia mendengarnya.
“Wow! Ji Mong selalu membuat benda yang menakjubkan.” Komentar Wang Eun
“Kau selalu menatap langit dan sering bicara aneh. Apa yang kau katakan tentang
ramalan bintang
Putra Mahkota...apakah itu benar?” kata Wang
Yo melirik sinis
“Itulah yang ingin kukatakan juga. Orang yang tahu kehendak langit tunduk pada Putra Mahkota.” Ucap Wang Won
“Semua orang di Goryeo tahu itu. Pekerjaanku adalah membaca
langit. Apa Kau pikir aku akan berbohong?” kata Ji Mong membela diri.
“Kalau begitu, Ji Mong... Apa peruntunganku hari ini? Jika ramalanmu benar, aku akan
menganggapmu ramalan tentang Putra Mahkota juga benar.” Kata Baek Ah menantang.
“Hari kelahiran Pangeran ke-13... adalah saat dimana Merkurius,
Venus, Mars, dan Jupiter berada dalam satu garis, benar 'kan? Begitulah orang hebat dulu di masa lalu. Kau cukup mujur dalam urusan perempuan.” Jelas Ji Mong, Wang Eun merasa bisa juga menebaknya.
“Siapa yang tidak tahu kalau semua
perempuan berkerumun di Songak cuma untuk melihat Baek Ah?” ucap Wang Eun
“Kalau cuma itu saja yang kau
lakukan, saudara ketiga kami punya keberuntungan besar dalam urusan kekuasaan. Saudara ke-9 kita punya
keberuntungan dalam urusan kekayaan. Saudara
ke-8 kita dikaruniai kecerdasan
yang tinggi.” Kata Wang Jung berpindah-pindah pada
saudaranya.
Wang Jung berdiri didepan Wang Eun melihat saudara ke
10nya, lalu mengejek tak ada kelebihan.
Wang Eun mengatakan beruntung karena sudah dikaruniai
adik seperti Wang Jung sambil memukul kepalanya. Wang
Jung kesal langsung berdiri dengan mata melotot, Wang Eun tak mau kalah ikut
berdiri tapi tinggi badanya kalah dibanding dengan sang adik. Akhirnya Wang Eun
menarik adiknya untuk beradu dada.
Ji Mong mengeluh merasa tersinggung
gara-gara mereka semua karena biasanya
selalu menikmati ceritanya, lalu bertanya apakah sekarang mereka tidak
percaya padanya. Baek Ah mengatakan kalau itu waktu
mereka masih kecil tapi sekarang mereka semua sudah dewasa jadi takkan
tertipu lagi. Ji Mong hanya bisa tertawa karemn semua
sudah dewasa sekarang jadi takkan
bisa menarik perhatian hanya dengan perkataannya.
“Wang Eun, katanya kita sudah dewasa.” Ucap Wang Jung pada sang kakak
“Aku belum tumbuh besar.” Keluh Wang Eun karena tubuhnya paling pendek dibanding
saudara lainya
“Tidak seperti itu, Kau tumbuh besar di area
yang lain.” Komentar Wang Won, semua saudaranya
menatap seperti berpikiran yang aneh.
“Maksudku, perasaan dan kepeduliannya terhadap orang
lain.” Jelas Wang Won agar semua berpikiran lurus. Semua pun
tertawa, Ji Mong diam-diam menatap semua Wang bersaudara terlihat sedih.
“Soal saudara keempat kami... Katanya dia ada di istana. Kenapa dia tidak datang
menyapaku?” ucap Wang Won heran
Wang Jung menceritakan kalau Pangeran ke-4 itu membunuh dinaiki dan pengawal yang melihat kejadian itu langsung mengalami mimpi buruk bahkan semuannya mengambil cuti, lalu bertanya-tanya kenapa kakaknya melakukan
hal seperti itu. Wang Yo merasa kalau
tingkah adiknya seperti itu maka ia juga
tak mau disapa olehnya.
Wang Wook yakin Wang So itu mungkin
menderita lebih
dari mereka semua, jadi meminta semuanya untuk tak bersikap seperti itu
karena Wang So juga saudara mereka juga. Wang So tiba-tiba lewat didepan
mereka, semua terkejut dan kelihatan ketakutan. Wang So melirik dingin pada
semua Wang bersaudara.
Wang Yo terlihat sinis, Wang Wook menyapa kakaknya yang
sudah lama tak bertemu dengan senyuman. Wang So hanya menyapa dengan nada
dingin lalu pergi. Semua terlihat langsung bisa bernafas kembali. Wang Eun hampir pingsan dan bertanya apa mereka semua
merasa baik-baik saja, lalu berpikir hanya dirinya yang merasa tak bisa
bernafas. Wang Jung tak yakin dengan hal itu dengan memainkan bulu di lehernya.
Ha Jin berjalan dengan Chae Ryung lalu melihat Wang Wook
sedang berjalan dengan Nyonya Hae, lalu bertanya Seperti
apa Pangeran ke-8 karena tak tidak
ingat. Chae Ryung menceritakan Wang Wook itu orang
terbaik di seluruh Goryeo, bahkan berpendidikan
sama seperti para
cendekiawan di luar sana.
“Dia yang Paling baik, dan yang terbaik di antara semua 25
pangeran. Banyak
yang meyakini bahwa Putra Mahkota sekarang ini seharusnya tidak harus menjadi
Pangeran pertama. Mereka
percaya seharusnya itu
adalah pangeran kita.” Kata Chae Ryung ikut
mengangguminya juga.
“Apa dia Gwangjong?” gumam Ha Jin melihat Wang Wook yang membantu memakaikan
sepatu pada Nyonya Hae.
“Sepertinya mereka punya hubungan yang bagus.” Kata Ha Jin melihat Wang Wook yang berjalan bersama
dengan Nyonya Hae.
“Tentu saja. Dia sangat peduli dan perhatian pada istrinya yang
sakit. Selain itu Nyonya Hae juga
percaya pada pangeran dan akan
mengikutinya ke mana saja. Semua
orang sangat iri padanya.” Jelas Chae Ryung
Ha Jin mengingat saat Wang Wook mengulurkan tangan dan ia
meraihnya disaat ketakutan. Lalu
membantunya untuk bangun tapi tak kuat, Wang Wook pun membantunya untuk
memakaikan sepatu. Ha Jin menatap Wang Wook seperti baru pertama kali melihat
pria yang sangat perhatian.
“Sepertinya aku juga bisa percaya padanya.” Gumam Ha
Jin menatap dalam Wang Wook sedang minum teh dengan istrinya. Wang Wook melihat
Ha Jin yang menatapnya dari kejauhan, Ha Jin langsung memalingkan wajahnya
berpura-pura tak melihatnya.
Seorang wanita datang dengan banyak pelayan melihat
tatapan Ha Jin pada Wang Wook, lalu menegurnya dengan sinis kalau itu tak
sopan. Ha Jin menatap binggung karena tak mengenalnya, Chae Ryung langsung
membungkuk untuk menyapa Tuan Putri, lalu meminta Hae Soo untuk menyapa Putri
Yeon Hwa dan mendorongnya agar membungkuk.
“Jadi Wanita ini tuan
putri? Yah... Tentu saja, kalau ada pangeran, maka ada seorang
putri.” Gumam Ha Jin melihat Yeon Hwa
“Biarkan saja... Kudengar dia kehilangan
ingatannya. Namun,
sepertinya dia juga kehilangan sopan
santun. Apa yang harus kita lakukan? Sepertinya
tidak ada salahnya kalau kau belajar lagi dari awal.”sindir Yeon Hwa
“Dia suka
merendahkan orang dengan cara yang aneh.” Gumam Ha Jin sinis
“Kau seharusnya tak boleh melihat
kegiatan yang dilakukan oleh pasangan suami istri. Aku akan menghadapinya dengan
cara kasar jika itu
terjadi lagi... meski
kau itu sepupunya. Apa Kau
mengerti?” kata Yeon Hwa sinis
“Mata dan mulut yang
berliku, coba lihatlah tangannya yang kaku itu. Aku sudah banyak
mengalami kesialan sebelum ini...” gumam Ha
Jin melihat tubuh Yeon Hwa.
“Kalau kau tidak menyukaiku,
bilang saja!! Aku bisa
tahu hanya dengan melihatmu. Kau
berusaha cari alasan untuk memarahiku. Itu tak mempan padaku, Aku sudah biasa diperlakukan
seperti ini.” kata Ha Jin menatangnya.
Yeon Hwa marah melihat Ha Jin yang berani bicara kasar
dan melotot padanya. Chae Young membungkuk meminta maaf karen Hae Soo belum sadar sepenuhnya. Ha Jin tak terima dianggap kalau dirinya itu gila. Chae
Young pikir bukan itu tapi sepertinya seperti serba salah. Yeon Hwa memarahi Ha
Jin yang berani bertingkah dirumah
Pangeran, tiba-tiba terdengar suara seorang pria karena mendengar keributan.
Wang Wook sudah berdiri dengan tatapan marah pada keduanya yang adu mulut.
Ha Jin melonggo melihat sebuah perpustakan yang cukup
besar di dalam rumah, Wang Wook sengaja mengajak Hae Soo pergi ke perpustakaan,
lalu menyindir pasti lupa cara menyapa orang semenjak kecelakaan itu. Ha Jin membungkuk untuk menyapanya dan dengan cepat
membiasakan diri dengan mengunakan bahasa formal pada pangeran.
“Mereka bilang kau tidak ingat
apa-apa. Kalau
begitu, kau juga
tidak ingat aku.” Kata Wang Wook
“Katanya kau itu Pangeran ke-8.” Ucap Ha Jin, Wang Wook pikir Ha Jin mengetahui hal itu
“Kalau begitu, apa kau memata-matai pangeran saat
mandi sebelum atau sesudah ingatanmu menghilang?”
tanya Wang Woo sambil melihat buku dirak, Ha Jin mengaku tidak
begitu ingat.
“Baiklah, lalu apa yang akan
kau rencanakan
sekarang? Aku akan
mengizinkanmu jadi kau ingin
berbuat apa?” ucap Wang Wook, Ha Jin binggung.
“Saat istriku membawamu kesini, maka aku berencana mengawasimu. Kau bisa menerima pengobatan lagi atau kembali ke kampung
halamanmu. Mungkin
sulit hidup di sini karena
kau tidak ingat apapun. Aku
akan membantu cari tempat tinggal.” Ucap Wang
Wook, Ha Jin binggung kenapa harus seperti itu, Wang Wook heran dengan ucapan
Hae So.
“Aku orang yang terluka. Kenapa kau mau merawatku? Ah... karena aku sepupu istrimu. Tapi tetap saja... itu bukan kepribadianku menerima belas kasih dari orang lain. Aku bisa mengurusi diriku
sendiri.” Ucap Ha Jin
“Kau bilang Belas kasih? Apa Aku sulit memahami maksud perkataanmu? Sebenarnya Apa maksudmu?” kata Wang Wook binggung.
Ha Jin terlihat bingung juga menjelaskanya, sampai
akhirnya mengatakan kalau ia akan menghadapi ini semua dan tinggal di rumah ini. Wang Woo memilih pergi mengambil bukunya, Ha Jin
menyakinkan karena tidak ingat apa-apa jadi tidak bisa pergi ke tempat
lain selain itu ada Nyonya Hae, Chae Ryung dan juga Wang Wook dirumah itu, menurutnya semua sangat baik dan bisa menghadapinya. Saat mengejar Wang Wook tak meliha disudut ruangan
dan tiba-tiba berjalan didepanya, Ha Jin
ikut berjalan mengejarnya ingin meyakinkan.
“Tidak ada sesuatu yang tidak bisa kulakukan. Aku sangat cerdas. Jadi, aku juga cepat belajar. Kau akan tahu setelah melihatku. Aku akan menjadi seseorang yang kau butuhkan dalam rumah ini. Aku akan berusaha yang terbaik
untuk mempelajari
semuanya. Aku
takkan menjadi beban bagimu, Pangeran.” Kata Ha
Jin sambil melonggo melihat kemana perginya Wang Wook. Ketika berbalik Wang
Wook sudah ada didepan matanya.
“Kau... ...seperti orang yang berbeda. Kita tak pernah dekat seperti ini. Caramu berbicara dan perilakumu. Aku melihat Kau orang yang berbeda.... Tapi Itu tidak masalah bagiku.” Ucap Wang Wook
Ha Jin sempet panik takut ketahuan lalu dibuat bingung
dengan ucapan Wang Wook, Wang Wook mengatakan takkan
memaksa Ha Jin mengingatnya, atau memata-matai
para pangeran, tap tidak
boleh membuat
Nyonya Hae khawatir. Ha Jin langsung mengangguk
mengerti. Wang Wook pun menyuruh Hae Soo segera pergi. Ha Jin berjanji akan bekerja keras menghadapinya lalu bergegas pergi. Wang Wook dibuat
binggung lagi dengan kata-kata yang tak terbiasa didengarnya.
Wang So pergi ke bagian perpustakaan dan melihat salah
satu buku isinya tentang gaya bercinta lalu menaruhna kembali dan melihat buku
yang lain tapi isinya juga sama. Ji Wong datang berbisik dari belakang kalau
itu buku
terbaru dan bertanya apaah mau
pinjamnya.
“Kenapa kau mau menemuiku?” tanya Wang So melempar bukunya pada Ji Wong
“Pelayan yang menyajikan sarapan Putra Mahkota dihukum gantung. Pembunuhan itu disamarkan sebagai tindak bunuh
diri. Bukankah
itu berarti pelakunya pasti dari
anggota keluarga kerajaan? Terutama,
pelakunya adalah
salah satu dari para pangeran. Jadi Temukan
pelakunya.” Kata Ji Mong
“Kau bilang Temukan pelakunya? Memangnya
aku anjing? Orang
selalu memanggilku anjing serigala. Jadi Sekarang
kau sungguh menganggapku anjing sungguhan.” Keluh Wang
So marah
“Apa kau senang membunuh kuda itu? Kau ingin berhenti hidup sebagai
sandera dan
tinggal di Songak, 'kan? Ini
bisa jadi kesempatanmu, Pangeran. Ambillah
kesempatan saat kesempatan
itu ada di depan mata. Coba Lihatlah
aku.... Kubilang raja akan mewujudkan
mimpinya menyatukan
Tiga Negara Han besar. Sekarang
lihatlah aku dimana.” Kata Ji Mong yang bisa tinggal di istana.
“Jangan main-main denganku. Aku bukan anak kecil lagi yang dulu sangat suka dihibur olehmu. Jangan pikir kau bisa
macam-macam denganku.” Tegas Wang Soo meunjuk dada
Ji Mong
Ji Mong menegaskan kalau Inilah yang
diinginkan Putra Mahkota. Wang Mo datang menemui
adiknya, Ji Mong memberitahu mereka menerima saran bahwa ada rencana untuk membunuh Putra Mahkota selama acara ritual. Wang So mengerti kalau kakaknya ingin dirinya berpura-pura
menjadi
Putra mahkota, lalu menanyakan imbalanya.
“Bagaimana kalau kau menangkap pelakunya? Lalu aku akan mengabulkan permintaanmu.” Kata Wang Mo
“Aku
akan tinggal di Songak.” Ucap Wang So mengajukan permintaanya.
Ha Jin berusaha menempelkan kertas lampion agar berbentuk
bunga tapi terlihat kesusahan, Yeon Hwa menceritakan kalau Setiap tahun, rumah mereka punya lentera teratai yang paling indah berkat Hae Soo, tapi menurutnya seperti
tahun ini akan sulit. Ha Jin beralasan kalau itu karena lukanya belum sembuh
jadi tanganya belum bisa cepat bergerak.
“Yah... Mau bagaimana lagi? Kau tidak melakukannya dengan
sengaja. Kau harus
istirahat jadi Keluarlah.” Ucap Yeon Hwa
“Tidak, aku tidak harus istirahat
saja. Aku akan
melakukan apapun jadi Berikan
aku tugas.” Kata Ha Jin penuh semangat.
“Kau lapang dada sekali... Kalau begitu, Chae Ryung. Tunjukkan padanya tempat untuk mencampur adonan
lem. Kau bisa
melakukannya 'kan?”ucap Yeon Hwa, Chae Ryung
panik tapi Ha Jin merasa kalau itu bukan masalah besar. Nyonya Hae yang mendengarnya terlihat khawatir.
Ha Jin mengaduk adonan lem dalam tempat yang cukup besar
da mengadunya dengan kayu panjang, wajahnya terkena asap yang menghitam. Ia
bicara sendiri kalau Putri Yeon Hwa terlihat sangat peduli padanya tapi
ternyata jahat, lalu memukul lenganya karena harus sampai kapan mengaduknya.
“Aku tahu bagaimana caranya
merawat kulit dengan Pijat dan
makeup. Aku punya banyak surat izin melakukan itu semua. Tapi lihatlah aku di sini. Aku
sudah seperti
makanan anjing saja.” Kata Ha Jin mengaduk adonan
lem
Akhirnya Ha Jin turun dari pijakan lalu mengerakan
tubuhnnya, untuk melemaskan semua otot-otot yang terasa kaku. Wang Wook sedang
lewat melonggo melihat Ha Jin membungkuk lalu mengerakan tubuhnya ke kanan dan
kiri, seperti tak bisa seorang wanita melakukan itu.
Ha Jin teringat dengan adonanya lalu kembali naik pijakan
dan kembali mengaduknya, lalu terbatuk-batuk karena banyak mengeluarkan asap.
Wang Wook terus melihatnya, Ha Jin sadar ada Wang Wook mencoba untuk tertawa
memberitahu Putri Yeon Hwa memberikan tugas penting pembuatan lem. Wang
Wook pikir sebelumnya Hae Soo berkata akan mempelajari semuanya dan menghadapinya, jadi itu kerjaan yang bagus, sambil menahan tawa berkomentar Hae Soo
memang orang
yang cukup hebat lalu berjalan pergi.
Baek Ah dan saudara lainya belajar memainkan pedang, Wang
Wo datang ikut bergabung dengan adik-adiknya, semua terlihat melakukan gerakan
yang sama kecuali Wang Eun dengan arah pedang yang berbeda. Wang Jung
memperbaiki arah pedang kakaknya.
Wang Eun merajuk melempar pedangnya karena tak ingin
berlatih lagi, Wang Won memarahi adiknya yang pemalas, Baek Ah kembali akan
beradu mulut dengan Wang Eun. Akhirnya Ji Wong mengajak semuanya untuk
beristirahat saja.
Wang Wook menanyakan keberadan pangeran ke 4 dan kapan
datang, karena Ini
pertama kalinya datan jadi mereka harus
berlatih bersama. Ji Mong mengatakan Pangeran
ke-4 akan segera tiba.
“Katanya setelah ritual selesai... ada rumor bahwa raja akan.. menyerahkan takhta-nya ke Putra Mahkota.” Ucap Wang Won, Ji Mong terkejut mendengarnya dan
terlihat gugup.
“Apa memang benar ada rumor
seperti itu? Astaga!
Aku belum pernah dengar hal seperti itu. Kalaupun itu benar, raja takkan pernah mau
memberitahuku. Aku
hanyalah ahli perbintangan. Sekarang Aku harus menemui Putra Mahkota
dan menerangkan tugasnya dalam ritual nanti.” Kata Ji
Mong lalu menyuruh mereka kembali berlatih pedang dan segera pergi.
Wang Wook memarahi Wang Won karena seharusnya tak boleh
berkata seperti itu, karena bisa gawat kalau sampai nanti Raja mengetahuinya,
mengeluh kalau saudaranya itu ceroboh sekali.
“Bukan cuma dia saja yang
penasaran. Jangan
terlalu menyalahkan dia. Choi
Ji Mong tidak menyangkal kalau
itu tidak benar.” Kata Wang Yo membela
adiknya, Wang Wook pun tak bisa bicara apa-apa lagi.
Ha Jin tertidur lelap didepan tungku terlihat sangat
lelah setelah mengaku adonan lem, lalu merapihkan bajunya yang dilipat. Saat
akan kembali ke rumah melihat sosok Ji Mong berjalan didepanya, teringat
kembali dengan gembel yang menginginkan soju saat ada di pinggir danau.
Akhirnya Ha Jin berlari mengejar perginya Ji Mong sampai
keluar dari istana, melewati pasar yang cukup ramai. Ji Mong terlihat berjalan sangat
cepat dan menyebarangi sungai. Ha Jin kehilangan jejak Ji Mong saat sampai di
pinggir sungai. Tiba-tiba seseorang berteriak “Itu si
anjing! Anjing serigala!”
Wang So menudangi kuda dengan setengah topengnya, dan
semua orang langsung menyingkir ketakutan dengan datangnya Wang So. Ha Jin
membalikan badanya terkejut melihat Wang So dengan kuda berjalan ke arahnya,
seorang mendorong dengan barang bawanya di punggungnya. Ia hampir saja terjatuh
kembali ke dalam sungai, tangan Wang So dengan cepat meraih pinggangnya, lalu
menariknya ke atas kuda. Ha Jin melonggo kaget melihat Wang So yang
menyelamatkanya dengan wajah setengah bertopeng dan memeluk pinggangnya.
bersambung ke episode 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Gamsahamida eonni...atas sinopsis nya..aku udh g sbar bca episode 2 nya..😊 fighting y eonni bwt sinopsis nya...😊
BalasHapusGamsahamida eonni...atas sinopsis nya..aku udh g sbar bca episode 2 nya..😊 fighting y eonni bwt sinopsis nya...😊
BalasHapusSemangat ya mimin baik hati 😊 ditunggu episode selanjutnya 👍
BalasHapusLee jong ki klo pake baju2 gini panteees bgt ..
BalasHapusDtunggu kelanjutannya
di korea ratingnya rendah😞😞😞sedih dengernya😞
BalasHapuslee jun ki mah juaranya kalo main drama saeguk😘😘
semoga episode2 selanjutnya ratingnya naik🙏
gomawo unni dee,, FIGHTING yaa😍😍😍😉😉😉
Eonni nur mau taya.sinopsis docter eps20 bkn eoni y tulis y?
BalasHapusKlo bener bkn eonni yg tlis knpa bkn eonni yg tulis?
Sinopsis y jdi ga enak di baca tauuu..