PS : All
images credit and content copyright : SBS
“Jangan lakukan itu!!! Kalau
mereka tahu ayahnya mati demi membayar biaya rumah sakit mereka ... menurutmu bagaimana hidup anakmu
nanti ? Kau memilih jalan ini karena menyerah
dengan hidupmu. Kau ini seorang Ayah. Apa kau mau merusak hidup
anak-anakmu? ” ucap Hye Jung menangis, Tuan Nam terdiam menatap Hye Jung
Hye Jung menegaksan tidak akan mencegahnya untuk bunuh diri, tapi hanya meminta untk menjelaskan
kepada anak-anak terlebih
dahulu, supaya mengatakan pada anaknya kalau semua ini bukan
salah mereka. Menurtnya Tak ada yang bisa menggantikan
seorang ayah, tak
peduli berapa banyak bantuan yang datang.
“Aku sangat ingin mengakhiri hidup
ini. Ibuku
memeperlihatkan padaku... bagaimana
cara bertahan ketika hidup sedang terpuruk. Apa itu
yang kau inginkan untuk
Hae dan Dal?” kata Hye Jung, Tuan Nam pun tak bisa
menahan tangisnya lalu melangkah mundur dari tepi gedung. Hye Jung pun bisa
bernafas lega, Tuan Nam sambil berlutut kembali menangis.
Ji Hong datang membawakan segelas teh untuk Hye Jung yang
duduk di ruang tunggu. Hye Jung terlihat kelelahan meminum tehnya. Ji Hong
menanyakan keberadan Tuan Nam sekarang, Hye Jung mengatakn sedang
bersama anak-anaknya lalu mengaku sangat lelah.
“Kau sudah melakukannya
dengan baik. Luka yang
sangat menyedihkan dan Lukamu berhasil membantu Tn.Nam” komentar Ji Hong sambil mengelus rambut Hye Jung.
“Aku sudah tahu, kau akan mengatakan itu.” Balas Hye Jung, Ji Hong bertanya apakah ia salah
berbicara seperti itu.
“Aku rasa kita harus membantu satu sama lain. Melihat Tn. Nam, membuatku mengingatkan pada ayah,
dan itu
membuatku pusing. Tapi,
sekarang aku tidak merasa stress ketika
mengingat tentang ayah. Aku
tidak tahu mengapa.” Jelas Hye Jung, Ji Hong
tahu maksud pacarnya itu.
“Kau tidak bisa menjelaskan secara logis, tapi kau merasa
nyaman.” Kata Ji Hong
Hye Jung membenarkan lalu merasa tidak
tahu apa-apa tentang
masa kecil Ji Hong lalu bertanya seperti apa orang
tuanya dulu. Ji Hong menceritakan kedua orang tuanya adalah guru dengan
keduanya yang sibuk bekerja, jadi selalu pulang dan sendiri di rumah setiap hari.
“Ibuku mengajar di tempat aku bersekolah, tapi bukannya menunggu dia menyelesaikan pekerjaanya, aku malah pulang lebih dahulu. Itu yang menganggu pikiranku. Kenapa aku tidak menunggunya dan pulang bersamanya?” cerita Ji Hong, Hye Jung mengaku sedang bisa bertanya
seperti ini, Ji Hong juga merasaka hal yang sama seperti memiliki punya tempat
untuk saling menceritakan sesuatu.
Di belakang mereka, Tuan Jin dan sekertarisnya melihat
kedekataan keduanya. Tuan Jin menatap Hye Jung lalu meminta sekertarisnya agar
memberitahu Hye Jung untuk datang dan menemuinya besok.
Dokter Bedah pasti akan berhubungan dengan ruang operasi,
Hye Jung mulai mengoperasi dan bisa bernafas lega kalau operasi berjalan
lancar.
“Ahli bedah saraf
sangat sensitif. Kami selalu menggunakan mikroskop ketika sedang operasi, dan melakukan
operasi di bagian yang lebih tipis dari kertas... ini sangat menyulitkan. Sifat sensitive adalah kebaikan kami.”
Banyak kejadian yang ada diruang operasi, seperti Dokter
Kim yang tak pecaya pada Yoon Do yang mengoperasi Tuan Hong. Seo Woo yang
memaksakan kehendaknya saat mengoperasi atlet panah dengan tangan yang gemetar.
Soon Hee tidur dikamar Hye Jung dengan memeluknya erat,
Hye Jung terbangun karena alarm di ponselnya berbunyi menunjukan sudah pukul 5
pagi. Ia berjalan keluar kamar ingin pergi ke kamar mandi saat itu, Dokter Ahn
juga ingin keluar dan panik melihat Hye Jung baru keluar kamar dan buru-buru
menutupnya.
Hye Jung merasakan sesuatu dibelakangnya, lalu membuka
pintu kamar Soon Hee tak ada orang. Dokter Ahn menahan nafasnya bersembunyi
dibalik pintu agar tak ketahuan. Hye Jung pun menutup kembali pintu kamar.
Dokter Ahn bisa bernafas lega. Tiba-tiba Hye Jung kembali membuka pintu menemukan
di balik pintu, Dokter Ahn benar-benar terlonjak kaget.
“Apa Kau pikir badanmu cukup kecil
untuk bersembunyi?” ejek Hye Jung, Dokter Ahn mengelengkan kepala sadar
kalau badanya itu besar.
Seo Woo memakai bedak sebelum bertugas diruanganya, ponselnya
berdering melihat nama ayahnya yang menelp. Dan ia memilih untuk membiarkan dan
tak mengangkatnya. Dokter Jin berusaha untuk menelp anaknya dari rumah, sang
istri pun lewat lalu menyuruh untuk menelp Seo Woo sekarang.
“Bagaimana jika dia tidak mau mengangkatnya juga?” balas Nyonya Yang sinis. Dokter Jin menyindir ibu macam
apa yang bisa berkata seperti itu.
“Aku berkata seperti itu karena aku seorang Ibu. Dia tidak ambisius dan melakukan yang terbaik seperti yang kau mau.
“Apa dia sudah mencobanya, lalu Apa yang sudah dia lakukan? Mengapa dia sangat sulit untuk mengikuti jalan yang sudah aku
siapkan?” keluh Tuan Jin
“Kau bulang itu Jalan yang sudah kau siapkan? Omong kosong.” Balas Nyonya Yang
Tuan Jin seperti tak mendengarnya, Nyonya Yang menyindir
Tuan Jin itu tuli dan menegaskan kalau ia sekarang tak ingin membantu suaminya.
Tuan Jin terdiam karena tak bisa lagi mendapatkan dukungan dari sang istri
tentang ambisinya.
Hye Jung berjalan di lorong rumah sakit bersama dengan
Dokter Ahn yang berjalan dengan wajah ketakutan. Hye Jung membalikan badan
bertanya ada apa dengan mimik wajahnya. Dokter Ahn mengaatakan akan
pergi sendiri dan tidak
bisa muncul bersama
dengan Seniornya.
“Lebih baik jika aku terlihat Menangkapmu daripada kau menghilang dan tak ada yang peduli. Sekarang Ikuti aku.” Tegas Hye Jung, Dokter Ahn pun tak bisa menolaknya.
Di ruang dokter magang
Dokter Kang bertanya keadaan Nam Dal, Dokter Pi menjelaslkan Ventrikelnya
sudah kembali normal,dan tidak lagi merasakan sakit kepala atau mual jadi pulang hari ini, menurutnya setelah Muncul di
TV menyelesaikan masalah
biaya rumah sakit. Dokter Kang itu bagus lalu bertanya pada
Dokter Choi.
Dokter Choi terlihat menjulingkan matanya, Dokter Kang
menyadarkan dengan tepukan tangan di depan wajahnya bertanya apa yang sedang
dilihat juniornya lalu menyuruhnya untuk bangun dari tidurnya. Dokter Choi
mengeluh Terlalu banyak yang harus di lakukan.
“Kita harus mencari Joong Dae. Ini sudah seminggu. Dia akan malu kembali kesini jika tidak ada yang peduli padanya.” Kata Dokter Pi
“Sebenarnya ada dimana dia itu? Aku menelepon teman dekatnya tapi mereka tidak melihatnya.” Kata Dokter Choi heran
“Itu sebabnya dia paling buruk. Dia licik dan cerdik. Aku bingung kenapa dia bisa menjadi ahli bedah saraf. Ternyata dia adalah psiko. Dia mungkin benar-benar menjadi ahli bedah.” Kata Dokter Kang
Dokter Pi menyindir apakah itu suatu pujian, Dokter Kang
menjerit kesal kalau dianggap sebagai ejekan, Lalu terdengar pintu terbuka.
Ketiganya menengok melihat Hye Jung yang membawa Dokter Ahn kembali. Dokter
Choi dan Dokter Pi langsung berlari menghampiri Dokter Ahn dengan wajah
bahagia.
Hye Jung menyuruh Dokter Kang agar menyuruh Juniornya kerja
lebih keras, sehingga terlalu
lelah untuk kabur. Dokter Kang dengan wajah
haru mengataka mengerti. Hye Jung pun keluar dari ruangan. Dokter Ahn
tertunduk, Dokter Kang berteriak menyuruh juniornya untuk segera periksa
pembalut luka pasien
Lee Joo Young.
Dokter Ahn mengerti bergegas keluar, Dokter Kang
berteriak kembali memanggilnya menyuruh untuk menganti bajunya dulu, lalu
memberikan jas dokter yang sudah pasti dirindukanya. Dokter Ahn menerimanya
kembali dengan mata haru dan mengucapkan terimakasih. Dokter Kang langsung
memeluknya, Dokter Choi dan Pi juga ikut memeluk Dokter Ahn yang akhirnya
kembali berkerja dengan mereka.
Ji Hong memberitahu kalau ia memperbolehkan Nam Dal
pulang lalu bertanya bagaiman dengan Nam Hae. Seo Woo mengatakan kalau Nam Hae sebagai pasien
rawat jalan karena Dokter Jung
membolehkannya. Hye Jung berjalan akan siap
berkeliling, Ji Hong memberikan kode agar mereka pergi bersama.
Seo Woo akhirnya sendirian di meja receptionist,
Sekertaris ayahnya datang menemuinya. Dengan sinis Seo Woo bertanya ada apa.
Sek memberitahu Ketua Jin ingin bertemu dengannya, Seo Woo langsung menolaknya.
Tuan Nam melihat kwintansi yang sudah dilunasinya untuk
membayar rumah sakit. Ji Hong datang menyapanya mengatakan kalau sudah menonton
acaranya. Tuan Nam mengucapkan Terima
kasih untuk
segalanya dan baru
menyelesaikan dokumennya.
“Jangan biarkan anak-anak terkena air panas. Bawa mereka jika muntah atau merasakan sakit kepala.” Pesan Ji Hong, Tuan Nam mengerti. Ji Hong pun meminta
izin untuk memeriksa Nam Dal
masuk ke dalam rangan
Tuan Nam memanggil Hye Jung sebelum masuk, Hye Jung
dengan senyuman mengatakan ikut
senang karena Orang-orang mendukung jadi Tuan Nam tidak perlu khawatir masalah uang. Tuan Nam berjanji akan
selalu mengingatnya. Hye Jung bertanya Apa
menurut Tuan Nam, ia adalah orang
yang baik. Tuan Nam membenerkan kalau Hye Jung
memang orang baik.
“Dunia masih tetap menjadi tempat yang hangat. Hae dan Dal sangat beruntung mempunyai ayah yang sangat
menyayangi anaknya.” Komentar Hye Jung
“Jangan mengatakan itu, Semua ayah pasti punya sifat yang sama.” Balas Tuan Nam, Hye Jung terdiam karena tak bisa
merasakan kasih sayang ayah seperti Tuan Nam.
Dokter Jin melihat video saat Hye Jung diwawancara oleh
TV, sambil berjalan mengatakan “Nenekku salah satu alasan terbesar, aku ingin menjadi
ahli bedah saraf. Ketika aku bermasalah saat remaja dia pernah berkata orang yang di lahirkan ke dunia ini, setidaknya harus punya mimpi yang besar.”
Flash Back
“Kau harus merasa bersalah jika
seseorang mati meskipun
kau sudah melakukan yang terbaik. Apa
kau menjamin kalau kau sudah melakukan yang terbaik?” ucap Hye Jung penuh amarah
“Jika kau bisa membuktikan aku tidak melakukan yang terbaik, maka aku akan menerima tuduhan itu.” Balas Dokter Jin tak masalah.
Dokter Jin mengingat saat masih ada di rumah sakit daerah
mengoperasi nenek Hye Jung lalu melakukan kesalahan dan membuatnya meninggal.
Terdengar bunyi ketukan pintu, Hye Jung pun masuk ke
dalam ruangan. Dokter Jin dengan ramah menyapa Hye Jung lalu menyuruhnya duduk,
setelah itu bertanya apakah sedang sibuk. Hye Jung mengaku sedikit sibuk, dan balik bertanya apa yang ingin dibicarakan
denganya karena merasa sudah sering melakukan ini.
“Aku memanggilmu satu kali minggu
lalu, ini
pertemuan kedua. Hanya
satu kali dalam seminggu. Apa
ini terlalu sering menurutmu?” kata Dokter Jin, Hye
Jung memilih untuk tak membahasnya dan bertanya apa yang ingin dibicarakan.
“Bukan sesuatu yang spesial. Aku hanya ingin melihatmu dari
waktu ke waktu dan
mengingatkan diriku untuk bekerja keras. Kita cenderung menjadi malas ketika sudah tua.” Kata Dokter Jin mencari-cari alasan.
Hye Jung melihat ponselnya bergetar dan itu dari Dokter Choi, lalu
meminta izin akan kembali bekerja
karena di Ruang Gawat Darurat sedang membutuhkanya. Dokter Jin pun mempersilahkanya
lalu bertanya tentang anaknya, Seo Woo. Hye Jung terdiam lalu menjawab kalau
Dokter Jin bisa bicara langsung padanya daripada menanyakannya padanya.
Tuan Jin masuk ruangan melihat Hye Jung yang akan keluar
dan mengetahui kalau itu adalah dokter yang masuk TV lalu berkomentar menikmati
acaranya. Hye Jung pun mengucapkan terimakasih
lalu segera bergegas keluar. Tuan Jin mengatakan menyukai Hye Jung karena dapat
banyak panggilan dari
teman setelah
acaranya tayang.
“Gunakan itu untuk mempromosikan rumah sakit.” Kata Tuan Jin duduk didepan anaknya.
“Aku ingin memecatnya, tapi tidak bisa karena alasan itu.” Akui Dokter Jin kesal sendiri.
“Kenapa kau ingin memecatnya?” tanya Tuan Jin binggung, Dokter Jin pikir ayahnya itu tidak
perlu tahu.
“Ji Hong menandatangani kontrak
investasi hari ini,
'kan?” kata Tuan Jin, Dokter Jin pikir seperti itu,
“Dia akan mencoba melakukan
sesuatu, tapi itu
tidak akan berhasil. Dia
akan tahu bahwa dia hanyalah katak
yang ada di dalam kolam kecil.” kata Dokter Jin dengan
tersenyum penuh kesombongan
Dokter Choi baru saja selesai bicara dengan petugas
ambulance, lalu Hye Jung pun datang menemui didepan receptionist UGD. Dokter Choi memberikan berkas dengan
penjelasan Pasien adalah seorang pria berumur 27 tahun, terkena ledakan gas, maka sebuah baterai.. dari lokasi konstruksi terjebak
di dalam matanya lalu Dalam
CT Scan... Hye Jung binggung sebuah baterai lalu
menanyakan keadaaa mentalnya. Dokter Choi mengatakan harus segera ditangani.
Hye Jung mengajak untuk segera menanganinya.
Di ruangn ER
Dokter Ahn berusaha memegang pasien yang terus saja
bergerak, Dokter Kang menenangkan agar tak banyak bergerak. Hye Jung datang
menanyakan apakah pasien bisa mendengarnya, si pasien mengatakan bisa
mendengarnya dan mengeluh merasa kesakitan dengan baterai yang menancap di
kepalanya
“Tolong tenang. Apa Kau bisa mengangkat tangan
kananmu?” ucap Hye Jung si pasien mengangkat tanganya. Hye Jung
meminta mengangkat kaki kananya. Si pasien pun bisa melakukanya.
“Refleks pupil dan kemampuan motoriknya normal. Mari lakukan X-Ray dan Panggil Prof. Hong.” Ucap Hye Jung
“Dia tidak ada dihubungi sampai sore.” Kata Dokter Kang, Hye Jung melotot kaget kenapa tak
bisa dihubungi.
Ji Hong berjalan disebuah lorong terlihat penuh percaya
diri, lalu Dokter Kim pun menyusul keduanya terlihat sangat rapih seperti ingin
bertemu seseorang. Di depan lobby keduanya menyambut seorang pria WNA dengan
pria lain terlihat dari Korea.
Semua berkumpul dalam
satu ruangan lalu Ji Hong memberikan tanda tangan setelah itu saling
bertukar berkas. Setelah selesai keduanya berjabat tangan seperti selesai
membuat perjanjian.
Hye Jung melihat hasil CT Scan pasien [PARK
HYUN JOON] Yoon Do akhirnya datang ke dalam
ruangan. Hye Jung memberitahu Baterai
menembus bagian kiri atas Matanya maka ini di sebabkan pendarahan intra serebral dan pendarahan ekstradural di lobus frontal.
“Kita harus bekerja dengan Ahli Oftalmologi.” Kata Yoon Do melihat hasilna dengan kacamatanya. Hye
Jung mengatakan sudah
memanggil mereka dan sedang dalam
perjalanan.
“Kita akan melakukannya setelah Ahli Oftalmologi melepas
baterai.” Ucap Yoon Do, Hye Jung merasa bersyukur karena tidak
ada banyak darah keluar.
“Duramaternya tidak terlihat sobek, semoga seperti itu. Siapkan ruang operasi.” Kata Yoon Do
Tak ada sahutan dari Dokter Choi yang ada dibelakanganya,
Dokter Choi ternyata sedang tertidur sambil berdiri karena kelelahan. Yoon Do
akhirnya menepuk dadanya memberitahu mereka membutuhkan ruang operasi, Dokter
Choi mengerti lalu keluar ruangan dengan setengah sadar.
Yoon Do melepaskan kacamatanya bertanya alasan Hye Jung
itu menelpnya padahal fellownya harus memanggil Prof
Hong secara
khusus. Hye Jung mengatakan kalau tidak secara khusu ketika bekerja. Yoon Do mengodanya kalau Hye Jung memanggil Ji Hong secara khusus di lain waktu lalu berkomentar Hye Jung itu lucu sekali. Hye Jung pun meminta maaf.
“Prof. Hong harus hadir di pertemuan dewan.” Kata Hye Jung
“Aku kaget, karena mengira dia tidak
suka melakukan itu.” Ucap Yoon Do mengedumel
“Dalam hidup, kita harus melakukan sesuatu yang tidak kita suka.” Balas Hye Jung, Yoon Do pun bisa bisa mengerti lalu
melihat ponselnya bergetar dari itu telp dari Dokter Jin lalu memberitahu Hye
Jung.
Hye Jung bertanya apakah Yoon Do tidak
menjawabnya. Yoon Do menceritakan kapan keadaan yang
paling menyenangakn menjadi anak ayahnya, yaitu Di
saat seperti ini karena Tuan Jin itu tidak
bisa menyentuhnya bahkan
jika ia tak mengangkat telp dan menaruh ponsel di saku jas
dokternya. Hye Jung melihta itu memang enak untuk Yoon Do.
Yoon Do berharap Hye Jung itu tidak
menyindirnya, Hye Jung merasa tak seperti itu
karena mereka tidak bisa memilih dimana akan di lahirkan, tapi memang memiliki latar belakang
yang hebat
adalah sesuatu yang bagus. Yoon Do senang karena
Hye Jung sangat mudah mengerti. Hye Jung tersenyum, Yoon Do pikir Hye Jung pasti
sangat senang hari itu. Hye Jung mengaku memang sangat senang.
“Astaga.... Sekarang kau sangat jujur. Padahal Hatiku terluka. Jalanku berantakan karena dirimu.” Keluh Yoon Do memegang dadanya, Hye Jung terdiam merasa
bersalah.
“Kau tidak perlu terlihat
menyesal. Jalannya
tidak terlalu terasa Buruk karena sainganku adalah Prof.
Hong” kata Yoon Do, Hye Jung pun tersenyum. Yoon Do
menatapnya terlihat senang karen melihat Hye Jung yang tersenyum lagi. Hye Jung meminta seniornya itu berhenti mengodanya.
Di ruang rapat dewan
Dokter Jin mulai berbicara Hari ini,
mereka akan membahas pengangkatan direktur baru... serta membangun tempat untuk
manula. Dokter Kim pikir rencana pembangunan
pusat manula sudah di
batalkan. Dokter Jin mengatakan dengan percaya
diri Situasi telah berubah dan Perubahan adalah hal yang membuat mereka bisa bertahan.
“Aku direktur Hong Ji Hong.... Aku setuju dengan Ketua Jin. Kita harus melakukan perubahan untuk bertahan” ucap Ji Hong
“Aku sangat setuju dengan Ketua Jin.” Balas Ketua Kim, Tuan Jin yang mengantikan posisi Tuan
Hong terlihat tegang,
“Aku rasa kita harus mengarahkan
tujuan kita
untuk perubahan.” Kata Ji Hong
“Kita semua bekerja untuk mendapat
pertumbuhan yang
tidak ada hasilnya Dan
rencana pembangunan pusat manula adalah
lanjutannya.” Ucap Dokter Kim, Dokter Jin mulai
gelisah karena tak tahu apa-apa
“Kita harus fokus memperkuat stabilitas internal.. dan menaikan nilai merk kita. Daripada memperluas ukuran rumah
sakit. dan harus
di bebani dengan risiko biaya.”jelas Ji Hong
Dokter Jin merasa dengan nada sinis mengatakan Lebih
mudah di ucapkan daripada dilakukan karena Memperkuat
stabilitas internal juga akan
memakan banyak biaya dan bertanya Bagaimana
cara mereka menangani itu. Ji Hong dan Dokter Kim saling menatap, lalu Dokter Kim
memberikan kode pada sekertarisnya. Sang sek langsung menganti slide yang ada
didepan.
Di bagian depan terlihat foto Ji Hong yang berhasil
melakukan penjajian investasi. Dokter Kim mengatakan mererka pasti tahu
Prof. Hong melakukan
pengembangan DBS dopamine sensor dan MH
Meditech memutuskan untuk berinvestasi 60
juta dollar. Ketua Jin dan anaknya terlihat kaget.
“Ini akan menguntungkan untuk
rumah sakit... dan
memperkuat citra sebagai lembaga
penelitian yang berpengaruh.” Jelas Dokter Kim
“Kita percaya, bahwa kita harus menggunakan keuntungan
ini untuk
memeriksa dan memperbaiki sistem
kesejahteraan rumah sakit Rumah
sakit adalah tempat antara Dokter
dan Pasien bisa hidup berdampingan.” Kata Ji
Hong menambahkan, semua dewan pun mengangguk setuju.
Ketua Jin melirik pada anaknya, Dokter Jin menatap dingin
pada Ji Hong yang terlihat santai meminum air mineral langsung dari botol duduk
didepanya.
Dokter Jin memberikan tepuk tangan dengan senyuman
mengatakan itu serangan yang bagus dan memuji Ji Hong itu lulusan
Johns Hopkins, jadi sangat
mengesankan. Ji Hong mengaku kalau banyak berhutang
pada Dokter Jin karena sebagai orang
yang membawa perubahan.
“Jadi apa kau
benar akan melakukan memperbaiki
sistem kesejahteraan rumah sakit?” tanya
Dokter Jin
“Aku percaya dewan akan memilih keputusan yang tepat.” Ucap Ji Hong
“Kau sangat yakin sekali, Hari ini aku banyak belajar darimu.” Komentar Dokter Jin lalu berjabat tangan. Ji Hong pun
menyambutnya dan membungkukan badanya.
Dokter Jin pun pergi meninggalkanya, terlihat wajah Ji
Hong yang memendam suatu perasaan kesal pada Dokter Jin yang terlalu ambisius
dengan uang.
Seo Woo berjalan di lorong melihat Dokter Pi ada di depan
receptionist, wajahnya terlihat gugup tapi akhirnya bersikap seperti biasa
mendekati Dokter Pi bertanya Bagaimana keadaan Lee Jin Seong. Dokter Pi menjawab
Tekanan
darahnya 160, Sakit
kepalanya memburuk setelah buang
air.
“Apa Dia sudah mendapatkan diklofenak?” tanya Seo Woo, Dokter Pi mengatakan sudah dengan sibuk
melihat berkasnya.
“Kau tidak menghindar dariku,
'kan?” ucap Seo Woo, Dokter Pi merasa untuk apa melakukan itu.
“Aku pikir kau memperlakukanku secara berbeda.” Kata Seo Woo
“Bagaimana aku bisa
memperlakukanmu dengan
cara yang sama? Ini Perubahan
perasaan. Kenapa memangnya? Apa Kau
takut jika aku menyukaimu?” ucap Dokter Pi menatap
Seo Woo terlihat tak enak hati.
Seo Woo menyangkalnya, Dokter Pi memberitahu Yoon Do datang,
Seo Woo langsung menengok ternyata Dokter Pi itu hanya mengerjainya, lalu
mengeluh temanya itu sedang mengejeknya. Dokter Pi mengatakan kalau ia itu mengejek
dirinya sendiri lalu berjalan pergi.
Seo Woo yang kesal membalikan darinya, lalu melihat
ayahnya yang sudah berdiri dibelakangnya. Dokter Jin bertanya kenapa anaknya
tak mengangkat telpnya. Seo Woo melirik sinis seperti sangat malas dengan
ayahnya itu. Akhirnya keduanya masuk ruangan, Dokter Jin bertanya apa masalah
anaknya sampai tak pulang kerumha.
“Aku bekerja seperti anjing,
seperti yang kau mau. Jadi Apa
masalah ayah sekarang?” ucap Seo Woo sinis
“Apa Kau tahu yang Hong Ji Hong
lakukan di
pertemuan dewan? Apa Kau tahu
bagaimana dia mengacaukanku
hari ini? Aku sudah
katakan untuk dekati dia. Apa
saja yang kau lakukan? Kau
seharusnya memberikanku informasi apa
yang akan dia lakukan!” ucap Dokter Jin marah
besar.
“Apa Kau pikir aku menjadi Dokter
untuk menjadi
mata-mata Aku juga
punya mimpi... sebagai
Ahli bedah saraf.” Tegas Seo Woo
“Lalu Apa aku melarang kau untuk bermimpi?” ucap Dokter Jin
“Aku tidak dilahirkan untuk memenuhi semua keinginanmu.” ucap Seo Woo berani melawan ayahnya.
Dokter Jin tak percaya anaknya itu bisa bicara seperti itu, lalu menegaksan kalaua ia adalah
ayahnya yang menyayangi dan mendukung lebih dari siapapun. Seo Woo membalas kalau ia menyayanginya juga jadi Itu sebabnya ia sudah mengalami semua ini. Dokter Jin bertanya apa saja yang sudah dialami oleh
anaknya.
“Apa yang kau katakan di depan Hye
Jung? Kau bilang "Seo Woo kaku dan
rentan jadi dia
tidak terlalu akrab dengan orang-orang."” Ucap
Seo Woo marah, Dokter Jin merasa perkataanya itu benar.
“Boleh aku mengatakan yang
sebenarnya tentang
diriku Aku masuk ke Universitas yang
tidak bisa kau
masuki. Selain Aku juga berpenampilan menarik. Dan Aku
juga...” ucap Seo Woo memperlihatkan kelebihan dibanding
ayahnya.
“ Itu semua adalah pemberianku! Jika kau tumbuh di lingkungan
yang sama dengan
Hye jung, Maka kau tidak
akan ada disini!” teriak Dokter Jin
“Kau tidak akan ada disini tanpa
bantuan kakek! Setidaknya aku pernah menjadi murid terbaik.” Balas Seo Woo ikut berteriak
Dokter Jin hilang kendali langsung menampar anaknya, Seo
Woo menahan air matanya. Dokter Jin terlihat shock lalu meminta maaf. Seo Woo
pun yang sakit hati memilih keluar dari ruangan.
Hye Jung masuk ke ruangan Ji Hong senyuman terlihat
walaupun belum ada sang pacar didalam lalu ingin menaruh barang yang dibawanya.
Ji Hong masuk ruangan dikagetkan melihat Hye Jung sudah ada diruangan. Hye Jung
tak percaya, Ji Hong mengaku sediki kaget karena Hye Jung tidak
memberitahu akan datang.
“Apa aku harus memberitahu sebelumnya?” tanya Hye Jung, Ji Hong pikir harus menjawab pertanyaan itu dengan hati-hati lalu menyuruh Hye Jung duduk dengan senyuman bahagia.
“Kenapa kau tidak bilang akan datang di pertemuan dewan? Kenapa aku harus dengar dari
Kyung Joon?” tanya Hye Jung langsung menyerocos, Ji
Hong tak percaya Hye Jung langsung menanyakan hal itu.
Hye Jung merasa kalau ia terlihat menakutkan, Ji Hong mengaku kalau memang sedikit menakutkan. Hye Jung
mengeluarkan semua barang-barang dari tasnya kalau Ji Hong itu harus
minum vitamin D karena itu sangat
penting bagi orang-orang seperti mereka yang
selalu bekerja di dalam ruangan. Ji Hong
melihat banyak botol vitamin yang dibawa Hye Jung lalu bertanya apa sebenarnya
yang dilakukan sekarang.
“Aku khawatir kau akan sakit. Bisakah kita pulang bersama hari
ini?” ucap Hye Jung
“Aku punya janji hari ini.” ucap Ji Hong, Hye Jung memincingkan matanya ingin tahu.
“Baiklah.... Aku akan makan malam dengan Dr Kim untuk membahas tentang investasi. Bolehkah?” ucap Ji Hong, Hye Jung mengangguk memperbolehkanya.
Ji Hong menganguk dengan bangga, Hye Jung heran dengan
dirinya itu sekarang, karena ingin melihat Ji Hong setiap waktu tapi merasa mantan
gurunya itu mulai bosan denganya. Ji Hong
mengatakan Tentu tidak,
menurutnya tak masalah jika Hye Jung ingin melihatnya setiap waktu. Hye Jung tersenyum lalu memberikan minuman sebagai Vitamin C. Ji Hong menolak karena merasa terlihat
seperti anak kecil.
Hye Jung menegaskan Ji Hong tidak
boleh menolaknya karena semuaini untuk
kesehatannya. Ji Hong pun meminumnya dan merasa
sangat enak, tapi setelah itu menjerit karena rasanya itu sangat asam. Hye Jung
tersenyum dan ikut minum minuman vitamin C yang sama.
Soon Hee terlihat gembira melihat Seo Woo yang datang
berpikir Dokter Pi juga akan datang, Seo Woo mengaatakan hanya datang sendiri
hari ini dan meminta untuk membelikan bir. Soon Hee
mengerti, lalu bertanya apakah Dr
Ahn Joong Dae ada di
rumah sakit
“Aku rasa ada dan Dia mungkin akan di hukum selama
satu bulan Dia kabur dan tertangkap hari ini. Aku dengar Hye Jung yang melakukannya.” Ucap Seo Woo, Soon Hee mengangguk mengerti.
“Tapi dia tidak mau bilang dimana dia menemukannya. Apa Dia tidak bilang padamu?” tanya Seo Woo curiga
“Aku tidak tahu apa-apa tentang itu.” Ucap Soon Hee menutupinya.
“Apa Kalian berdua punya rahasia?” tanya Seo Woo makin penasaran, Soon Hee menyangkalnya.
“Lalu apa kau tahu kenapa Hye Jung datang ke Rumah sakit kita?” tanya Seo Woo, Soon Hee menjawab Hye Jung pergi
ke rumah sakit itu karena rumah
sakitnya besar. Dan
kantin rumah sakit punya makanan
terbaik.
“Kalian berdua punya rahasia dan Dia tidak memberitahumu tentang ini.” komentar Seo Woo, Soon Hee mengeluh apa sebenarnya yang
dikatakan temanya itu.
Ji Hong sedang asik mengetik ponselnya sampai tak sadar
dokter Kim sudah datang mengagetkanya. Dokter Kim melihat Ji Hong itu terlihat
bahagia menduga pasti sedang jatuh cinta. Ji Hong mengatakn akan
memberitahunya nanti. Dokter Kim yakin Ji Hong pasti sedang berkencan, lalu
pesan masuk dengan suara dari emoticon “Aku mencintaimu”. Ji Hong berusaha
menyangkalnya. Dokter Kim memeluk Ji Hong merasa senang
melihatnya ceria hari ini.
Keduanya makan bersama disebuah restoran private
room. Dokter Kim merasa Semenjak
ayah Ji Hong meninggal, mereka belum melakukan ini dan sangat merindukannya. Ji Hong tahu Dokter Kim itu murid
yang sangat di sayangi oleh ayahnya.
“Ji Hong, kau memahami sebagian diriku padahal istriku tidak, begitu pula teman-temanku.” Ungkap Dokter Kim
“Untuk orang lain, sangat sulit
untuk mengerti
orang seperti kita. Mereka
tidak akan mengerti kehidupan seorang Ahli Bedah Saraf.” Balas Ji Hong
“Jadi, kau harus memperlakukanku dengan baik. Aku lebih tua darimu, dan aku
yang mati lebih
dulu daripada kau.” Kata Dokter Kim, Ji Hong
tertawa mendengarnya.
Ji Hong mengucapkan terimakasih untuk yang dilakukan Dokter Kim karena sudah mengabulkan
permintaan ayahnya sebelum meninggal, Dokter
Kim pikir nanti ketika bertemu dengan Tuan Hong lagi, maka akan minta ampunan padanya. Ji Hong tahu ayahnya mungkin akan
mengatakan "Kau
tidak pernah mendengarkan aku. Aku
tahu ini akan
terjadi." Keduanya tertawa bersama lalu kembali
minum.
Yoon Do kembali ke rumahnya, di parkiran menatap kearah
rumahnya lalu merasa kesal sendiri
karena harus khawatir masuk ke rumah sendiri dan mengeluh dua orang yang tinggal dirumahnya itu
membuatnya benar-benar gila.
“Ahh... Tidak. Aku akan mengusir mereka jika mereka ada di dalam. Aku akan memperlihatkan betapa seriusnya diriku” tegas Yoon Do pada dirinya
Ia masuk rumah lalu melihat tak ada In Joo yang biasa
tidur di sofa bahkan rumahnya sangat rapih, lalu menengok ke tempat tidurnya
juga tak ada pamanya, ia bahagia karena tak ada dua orang yang selama ini
seperti tak punya privasi dirumahnya.
Terdengar bunyi bel rumahnya, Yoon Do panik berpikir
kalau dua orang pengacau datang lagi, tapi menyadari kalau tahu passwordnya jadi dua penganggu itu tidak akan menekan bel. Akhirnya ia membuka pintu, ternyata Seo Woo datang dan
langsung menyelonong masuk. Yoon Do binggung bertanya kenapa Seo Woo datang ke
rumahnya.
“Kau bilang masih mencintaiku
sebagai adik. Aku
tidak akan pulang kerumah!” ucap Seo Woo langsung menyadarkan kepalanya di sofa
“Hei.. Aku sudah merasa ini bukan
rumahku! Ini...” jerit Yoon Do kesal, In Joo
dan Pa Ran akhirnya datang juga.
“Kau pulang lebih awal. Kita pulang terlambat untuk
memberimu waktu
untuk sendiri.” Ucap In Joo lalu Pa Ran menyapa Seo
Woo, Seo Woo pun melambaikan tangan pada dua seniornya,
“Aku datang untuk menjadi
penganggu.” Ucap Seo Woo
“Aissh, kau bukan penganggu. Ini surga bagi orang yang tidak
punya rumah.” Kata In Joo duduk disofa
Pa Ran mengucapkan Selamat
datang di surga pada Seo Woo. Seo Woo pun mengucapkan terimakasih pada keduanya. Yoon
Do melihat ketiganya yang duduk disofa merasa kalau ini berlebihan karena punya hal yang disebut privasi lalu meminta pamanya agar mengajak keduanya pergi. In
Joo menyuruh Yoon Do saja yang pergi, Seo Woo setuju. Pa Ran mengatakan mereka akan
nyaman disini jika Yoon Do pergi.
Yoon Do menjerit kesal karena rumah ini miliknya, In Joo
menyuruh Yoon Do Berhenti mengaku ini rumahnya taoi tidak begitu sedih karena punya
rumah milik sendiri. Yoon Do akhirnya memilih untuk pergi dan menyindir agar
semuanya bahagia. Pa Ra bertanya apakah Yoon Do ingin
tahu Password pintu Ji Hong. Yoon Do balik bertanya
apakah pamanya tahu.
Ji Hong baru pulang melihat ada sepatu pria didepan rumah
dan dikagetkan dengan Yoon Do baru selesai mandi dengan handuk di lehernya. Ia
bertanya apa yang sedang dilakukan dalam rumahnya. Yoon Do mengaku di
usir dari rumahnya. Ji Hong pikir itu rumah
milik juniornya, Yoon Do merasa dalam hal ini Siapa
cepat maka orang itu yang akan mendapat.
“Tetap saja, bagaimana kau bisa
masuk kesini? Aissh!” ucap Ji Hong ingin memukulnya.
“Apa Kau pikir itu akan membuatku
pergi? Aku lebih
suka dipukuli sampai mati
disini... daripada
tidur di tempat yang sama dengan
para penganggu itu Aku
tidak membuka kulkasmu. Aku
pikir kita belum terlalu dekat.” Kata Yoon Do
“Kita tidak dekat sama sekali, dan sekarang kau akan tidur dirumahku. “ balas Ji Hong mengomel
“Kita bisa lebih dekat sekarang. Kau adalah manusia satu-satunya di bangunan
ini. Jadi Manusia harus rukun. Aku akan membuka kulkasnya. Apa Kau mau sesuatu?” ucap Yoon Do dengan mengangkat tanganya seperti saat
masuk ruang operasi, Ji Hong tersenyum meminta dibawakan bir.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Aduhhhh ngakak yakin liat tingkah y paman y yong do sama in joo tingkah y it loh lucu bgt hahahahaaaaa.
BalasHapusLanjut y eonni bikin sinopsis y....gomawooo
Eonni part 2 y kapan ko ga muncul muncul
BalasHapus