PS : All
images credit and content copyright : SBS
Tuan Kim menatap istrinya yang masih terbaring di ICU,
lalu memegang dahinya seperti merasakan
perbedaan dan memegang bagian tanganya
juga. Dengan wajah panik memanggil dokter kalau suhu badan istrinya yang panas.
Dokter Kang dan Seo Woo sedang ada di receptionist bergegas menemui pasienya.
Dokter Kang memeriksa dengan termometer di bagian
telinga, suhunya sampai 39°C. Seo Woo melihat suhu badan Sangat
tinggi, jadi Fatal sekali kalau sampai bayi
yang terkena, menurutnya Dibanding obat penurun panas, gunakan
kompres saja. Tuan Kim terlihat sangat khawatir dengan
keadaan istrinya yang sedang koma dalam keadaan mengandung.
“Jangan terlalu khawatir. Kami bisa menurunkan suhu
tubuhnya.” Kata Seo Woo, Tuan Kim meminta izin
untuk bisa mengompres istrinya.
Seo Woo pun memperbolehkanya.
Hye Jung menerima telp dari Dokter Kang, Dokter Kang
memberitahu kalau Suami Pasien Lee Hae Young ingin bicara dengannya. Hye Jung pun meminta Dokter Kang memberikan
ponselnya pada Tuan Kim.
“Halo, ini Dr Yoo. Maafkan aku tidak bisa ke sana
karena ada masalah pribadi. Aku
tidak bisa memenuhi tanggung jawabku.” Kata Hye
Jung
“Aku ingin melepaskan... alat bantu pernapasan Istriku.” Ucap Tuan Kim terdengar sudah pasrah. Hye Jung kaget
mendengarnya.
Hye Jung menemui tuan Kim di ruangan tunggu. Tuan Kim
tertunduk sambil menangis, lalu mengatakan bahwa mencintai istrinyalebih dari siapa pun di dunia
ini.Tapi justru memberinya rasa sakit yang paling besar. Menurutnya Hae Young
tidak setangguh yang terlihat dan membuatnya terlihat sangat egois.
“Jika kau memang egois, maka kau tidak akan membawanya kemari.” Ucap Hye Jung menenangkan
“Aku ingin menyerah. Aku ingin menyerah dan... membuatnya beristirahat dalam
damai.” Kata Tuan Kim
“Jika kau menyerah sekarang, maka semua upayanya untuk
mempertahankan si bayi akan menjadi sia-sia.” Tegas Hye
Jung mencoba menyakinkan. Tuan Kim bertanya apakah istrinya itu akan setuju.
“Dia bertahan sampai sejauh ini
karena kalian berdua. Karena
dia mencintaimu dan bayi kalian. Jadi Kau
sebagai suaminya harus
tetap kuat.” Kata Hye Jung.
Tuan Kim mengompres badan istrinya agar bisa menurunkan
suhu badanya, sambil menatapnya berkata kalau memang istrinya kuat maka ia juga
akan kuat menghadapinya, lalu mengungkapkan rasa cintanya pada sang istri.
Young Soo memberikan sesuatu pada sang kakak. Kang Soo
bertanya apa yang diberikan adiknya. Young Soo memberikan buka tabungan untuk
membaya semua biaya rumah sakit kakaknya. Kang Soo merasa adiknya itu ingin
membuatnya marah.
“Memangnya kenapa? Aku
bahkan tidak jajan agar bisa menabung. Apakah
jumlahnya terlalu kecil?” kata Young Soo
“Gunakan uang ini untuk keperluanmu sendiri, dasar idiot. Aku memberimu keleluasaan, dan kau justru melakukan hal yang
bodoh begini.” Ucap Kang Soo marah
“Kau ini kenapa ?Aku hanya ingin melakukan
sesuatu untuk membantumu.” Ucap Young Soo
“Young Soo.... Jika kau ingin melakukan sesuatu
untuk membantuku, bisakah
kau lebih produktif?” kata Kang Soo, Young Soo
bingung.
Kang Soo menyuruh mengambil saja buku tabungan dan
berbelaja, bahkan bisa makan yang dinginkanya, sehingga tak perlu terlihat menyedihkan. Ia memberitahu dirinya seorang dokter jadi bisa mendapatkan diskon 50% dan
gaji tahunannya mencapai
50 juta won, dengan bangga kalau dirinya itu hebat.
Young Soo tahu mengenai kakaknya yang hebat.
“Tapi Kau harus mencari tempat tinggal. Kau kan tidak bisa bekerja
sementara waktu ini.” ucap Young Soo khawatir
“Berhenti mencemaskan hal yang
tidak penting dan berbelanja
saja sana!” tegas Kang Soo dengan nada tinggi.
Young Soo pun tak menolaknya, merasa senang karena tabungannya jadi utuh.
“Hyungnim... Jangan sampai sakit. Kau benar-benar membuatku takut.” Kata Young Soo menahan rasa sedihnya.
“Hei... Apa
yang kau takutkan? Memangnya
kakakmu ini pecundang?” ucap Kang Soo memegang
leher adiknya, Young Soo tahu sudah pasti bukan lalu memberikan hormat layaknya
tentara, Kang Soo pun membalasnya hormat dengan senyumanya. Young Soo pamit
pergi, Kang Soo pun mengantar adiknya sampai ke depan rumah sakit.
Kang Soo akan kembali ke kamarnya melihat Dokter Kim yang
baru keluar kamar. Dokter Kim mengatakan sengaja datang untuk
menjenguk tapi ternyata Kang Soo sedang tak ada dikamar. Kang Soo
memberitahu baru saja mengantar adiknya
pulang.
“Apa yang akan kau lakukan saat
sudah diperbolehkan pulang?” tanya Dokter Kim, Kang
Soo mengatakan belum memiliki rencana apa pun.
“Apa Kau mau bekerja untuk Departemen
Bedah Syaraf?” ucap Dokter Kim menawarkan. Kang Soo
kaget mendengarnya lalu bertanya posisinya.
“Sebagai sekretaris sementara, karena Posisinya sedang kosong sekarang. Kau belum bisa menyelesaikan masa
residensi mu saat ini. Adi Kau bisa
mengisi posisi itu selama enam bulan selama pemulihan. Setelah itu selesaikan residensi
mu.” Jelas Dokter Kim
Kang Soo berkaca-kaca dan langsung mengucapkan
terimakasih, Dokter Kim pikir tak perlu
dan berpesan agar Bekerjalah dengan baik. Kang Soo memeluk Dokter Kim sebelum pergi, Dokter Kim
tertawa melihat tingkah juniornya dan berpesan agar menjaga
kesehatannya. Kang Soo kembali bersemangat karena
bisa mendapatkan pekerjaan selama masa pemulihan.
Ji Hong sedang membaca berkas diruanganya, Dokter Kim
datang mengatakan sudah dengar beritanya dan ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi. Ji Hong
meminta maaf karena sudah berhutang
maaf pada seniornya. Dokter Kim ingin tahu alasanya.
“Bagaimana bisa seseorang
sepertimu menyerah atas karirmu sebagai ahli bedah demi
menjadi... seorang
Kepala Pusat Penelitian?” kata Dokter Kim tak masuk
akal.
“Aku hanya menganggapnya sebagai
masa istirahat.” Ucap Ji Hong santai
“Apa kau sungguh berpikir bisa
hidup tanpa para pasien?” kata Dokter Kim, Ji Hong
menegaskan kalau Hanya
untuk sementara waktu saja.
“Tentang gedung baru Rumah Sakit,
apakah Direktur sudah menemukan sesuatu?” tanya Ji
Hong
“Dia mengumpulkan dana secara
pribadi. Kalau
mau, kita bisa menemukan banyak bukti.” Ucap
Dokter Kim
Ji Hong pikir Informasi
soal aset dan properti milik Ketua Jin ada. Menurutnya Jika mereka memeriksa rinciannya, maka mereka bisa menemukan sumber uangnya. Dokter Kim melihat Sudah
lebih dari satu dekade, jika
Ketua Jin menggelapkan uang RS, sudah pasti terdapat
lubang dimana-mana dan mungkin Ketua Jin takut
Tuan Hong mengetahui
hal tersebut. Ji Hong pikir kemungkinan lebih besar
dan mengajak Dokter Kim untuk segera menyelidikinya.
“Baiklah.... Apakah
kau tidak akan menghadiri rapat dewan direksi?”
tanya Dokter Kim
“Aku harus tetap hadir di sana, karena harus lihat proses pemungutan
suaranya.” Ucap Ji Hong, Dokter Kim mengajak
mereka segera pergi bersama.
Didepan ruang rapat, Dokter Jin memastikan pada ayahnya
kalau mereka akan
mendapatkan cukup suara, Tuan Jin menegaskan kalau
dirinya itu Kepala Rumah Sakit. Keduanya
menyapa dewan direksi saat masuk ruangan. Dokter Kim dan Ji Hong datang
bersamaan, Dokter Jin melirik dan Ji Hong hanya menyapa sebentar lalu segera
masuk ke dalam ruangan.
Yoon Do pun ikut datang, Tuan Jin senang melihat Yoon Do
akhirnya ikut dalam jajaran dewan direksi lalu mengajaknya untuk segera masuk
ke dalam ruang rapat.
Ruang rapat
Dokter Kim memulai rapat dengan memiliki
dua hal dalam agenda rapat Yang pertama soal
pembangunan gedung baru RS dan Satu
lagi tentang metode penghitungan biaya RS pasien. Yoon
Do terlihat duduk disamping Dokter Jin didepan Ji Hong.
“Kami menjelaskan kedua rencana
tsb secara mendetail dalam rapat sebelumnya, jadi kami tidak akan
menjelaskannya kembali. Tolong
berikan pendapat pada kertas di hadapan kalian semua.” Jelas Dokter Kim, dibelakang Tuan Jin terlihat spanduk
[RAPAT DIREKSI KE-59 RUMAH SAKIT GUKIL]
“Mari mulai pengambilan suara saja” kata Dokter Jin tak ingin berlama-lama, Dokter Kim
pun setuju agar mereka segera melakukanya.
Lembaran pun dibagian dengan pilihan [PENGEMBANGAN
RS atau METODE PEMBAYARAN TAGIHAN PASIEN] Ji Hong terlihat tegang ingin tahu hasil dari pemilihan
suara dewan direksi. Yoon Do yang baru dalam jajaran direksi pun akan
memberikan suara pertamanya.
[TIGA MINGGU KEMUDIAN]
Pasien gawat darurat datang, Dokter Ahn pun mendekati
mendorong meja dengan pasien yang tak sadarkan diri. Petugas ambulance
memberitahu pasien pingsan sepulang dari gereja. Dokter Ahn pun mengerti akan akan memeriksanya dan bertanya keadaaan pasienya lebih dulu, tapi pasien
terlihat tak sadarkan diri
“Apakah dia ditemukan dalam
kondisi tidak sadarkan diri?” tanya Dokter Ahn,
Petugas membenarkan.
Hye Jung sudah kembali bertugas memeriksa pasien sambil
bertanya apakah sudah melakukan CT Scan. Dokter Ahn memberitahu Kelihatannya
subarachnoid haemorrhage. Hye Jung mulai memeriksa
bagian mata dan reaksi tanganya, lalu bertanya apakah sudah mengubungi walinya.
Dokter Ahn mengatakan sudah menghubungi dan akan
segera kemari.
“Hubungi Departemen Anastesi dan
pesan ruang operasi.” Perintah Hye Jung, Dokter
Ahn bertanya Profesor mana yang harus dihubungi
“Prof. Hong tidak akan melakukan
operasi lagi jadi Hubungi
Dr. Jung.” Kata Hye Jung, Dokter Ahn pun mengerti
lalu keluar dari ruangan.
Dokter Jin berserta ayah dan Direktur Choi masuk ke dalam
rumah sakit. Tuan Jin bertanya Bagaimana
dengan rencana pembangunan gedung baru RS. Dokter Jin
memberitahu Tim perencana akan segera menyelesaikan rincian
dananya.
Ji Hong tak sengaja berpapasan, Dokter Jin pun
menyapanya. Direktur Choi terlihat tertunduk tak enak hati karena memberikan
dukungan pada Dokter Jin bukan pada Ji Hong. Dokter Jin bertanya apakah penelitiannya berjalan lancar. Ji Hong mengangguk lalu pamit pergi lebih dulu.
“Kita sudah mengumpulkan semua
dana yang kita butuhkan, kan?” ucap Tuan Jin khawatir
“Kita akan mendapat sponsor
sesegera mungkin begitu kita memiliki desain bangunannya. Selain itu Jumlah pekerja sudah
ditambahkan, jadi akan
segera selesai.” Kata Dokter Jin
menyakinkan.
Tuan Jin sedikit tak khawatir. Ji Hong melambaikan tangan
pada Dokter Kim yang sudah menunggunya. Dokter Kim melihat ketiganya mengumpat
kesal karena benar-benar menjengkelkan. Ji Hong pikir walaupun begitu Dokter Jin yang
menang. Dokter Kim memberitahu sudah mengumpulkan
bukti yang mereka
butuhkan.
Dokter Kim memberikan USB, yaitu catatan pekerja
kontrak dari proyek tapi dikeluarkan secara mendadak. Sementara Gaji mereka, tidak dibayarkan. Ji Hong bertanya
berapa total uangnya. Dokter Kim menyebut
500 juta won sampai
tahun lalu. Ji Hong sempat melonggo mendengar
nominal 500juta Won.
“Jumlah itu belum cukup untuk
menjegal Ketua Jin.”ucap Ji Hong
“Dia pasti bisa lolos kalau
sejumlah itu.” Kata Dokter Kim sudah mengenal
seniornya.
Ketua Jin menanyakan totalnya, Dokter Jin menyebut 10
milyar won. Ketua Jin merasa itu jumlah yang sangat
banyak lalu bertanya Apakah DBS Sensor Ji Hong
begitu inovatif. Dokter Jin melihat kalau
project itu akan sangat membantu kalau nanti berhasil.
“Omong-omong, kenapa kau tidak
membiarkan dia melakukan operasi? Hapus
saja dia dari daftar direksi.” Ucap Tuan Jin
“Ayah tidak memahami cara berpikir
ahli bedah, kan? Mereka lebih senang menangani
pasien langsung, Bukan
mengerjakan urusan manajemen. Jika
dia terus mengoperasi pasien, maka kita
tidak akan bisa melawan ketrampilannya.” Jelas
Dokter Jin
“Ya, kita bisa menggunakan
sebagian investasi yang didapatkan Ji Hong, sebagai tambahan dana pembangunan
RS, kan?” kata Tuan Jin licik, Dokter Jin terdiam memikirkanya.
Dokter Kim merasa keduanya menggunakan keuntungan dari
proyek semacam itu. Ji Hong bertanya
Mulai kapan tepatnya.
Dokter Kim yakin sudah sejak lama, karena Rumah tempat penyimpanan abu di RS
dibuka dua dekade lalu oleh keduanya.
“Aku masih ingat... Ayah memiliki rincian uang yang
mereka gelapkan.” Ucap Ji Hong
“Mari coba memikirkan kronologi
kejadiannya. PresDir
Jin menyerang Ayahmu duluan soal saham. Setelah itu, rumah sakit pun
diaudit. Dan Ayahmu menyerang balik dengan menolak mundur dari direksi. Setelah itu, PresDir Jin
mengundurkan diri dan Serangan
Ayahmu pastilah efektif.” Jelas Dokter Kim
mengurutkan kejadianya.
“Sudah pasti seperti itu, Pasti senjata Ayah begitu
kuat sampai PresDir Jin mengundurkan diri dengan sukarela.” Kata Ji Hong
“Lalu apa yang mereka perdebatkan
selama 20 menit di ruangan waktu itu? Apakah
mereka mencuri data tentang penggelapan dana itu darinya? Dia membuat PresDir Jin
mengundurkan diri, tapi
PresDir Jin membuat serangan balik juga.” Ucap
Dokter Kim
Ji Hong pikir Kedengarannya
masuk akal. Dokter Kim merasa keduanya itu memahami Ayahnya
dengan baik. Ji Hong juga tahu, lalu keduanya
berpikir dan sama-sama menyebut “Pasti ada salinan lain.” Dokter Kim yakin ada
salinan lain data tersebut menurutnya Tidak
mungkin hanya ada satu salinan dan Ji Hong sendiri tidak
akan seceroboh itu.
Ji Hong pun punya kebiasaan akan
membuat beberapa salinan dan menyembunyikannya di tempat berbeda-beda. Dokter Kim meminta agar Ji Hong segera mencarinya karena
yakin ada disekitarnya. Ji Hong pun meminta Direktur Kim untuk mencarinya jaga.
Dokter Kim yakin jika mereka menemukan
rincian informasi penggelapan dana keluarga Jin
maka, akan bisa mengakhiri perang membosankan ini.
Yoon Do memegang sebuah amplop, Dokter Jin datang
menemuinya di lorong padahal sudah menyuruhnya ke ruangan tapi malah meminta
agar bertemu di lorong. Yoon Do mendengar Dokter Jin yang sedang dengan ayahnya
padahal ingin bicara berdua saja
“Kenapa? Kau ingin minta maaf? Bagaimana bisa kau mendukung
Prof. Hong saat meminta bantuanku bergabung dalam direksi?” sindir Dokter Jin
“Aku memilih yang sesuai
keyakinanku. Maaf
karena mengecewakan Anda.” Kata Yoon Do
“Tak masalah, hanya tiga anggota direksi yang
memihaknya. Apa Kau suka
di pihak yang kalah?Ayahmu tidak menyukainya.”
Ucap Dokter Jin kembali menyindir
“Aku menyukai kemenangan juga. Jadi aku mencari tahu soal ini.” kata Yoon Do lalu menyerahkan sebuah amplop. Dokter Jin
bertanya apa isinya.
“Detail agensi pekerja yang kita
gunakan dan ada banyak keganjilan soal
pembayaran pekerja.” Ucap Yoon Do, Dokter Jin
terkejut.
“Aku tidak bisa melakukan sesuatu
yang luar biasa, tapi
setidaknya aku bisa menekan Anda dengan ini.” tegas Yoon
Do
Dokter Jin berteriak marah pada Yoon Do, Yoon Do
memperingatakan Dokter Jin untuk tak mengusik Hye Jung lagi, maka ia tidak
akan mengusik hal ini. Dokter Jin terdiam menahan
amarah karena bisa dikalahkan Yoon Do dengan catatan keburukanya.
Seo Woo bertanya apakah Pasien
Hong Sang Tae sudah dipindahkan ke ruang rawat,
Dokter kang mengatakan akan memindahkannya segera mungkin.Seo Woo meminta juniornya untuk Sering-seringlah
memeriksanya dan
hubungi Departemen Rehabilitasi untuk latihan fisiknya. Dokter Kang mengerti.
“Hei...Dr Choi! Apa kau juga membelikan untuk kami?” tanya Perawat Hyun senang melihat kedatangan Kang Soo.
Kang Soo pun memberikan sekotak kopi
“Kau seharusnya membelikan kami
camilan.” Keluh Dokter Kang, Kang Soo dengan senang hati membuka
plastiknya, toppoki dan juga sondae.
“kau memang yang
terbaik! Kau
sungguh sekretaris yang hebat.” Puji Dokter kang
tersenyum bahagia. Kang Soo pun menawarkan Seo Woo untuk memakanya juga.
“Bagus sekali. Kau sangat multi
talent.” Komentar Hye Jung datang melihat Kang Soo sekarang
berkerja di bagian sekertaris.
Semua menjerit bahagia melihat Hye Jung akhirnya kembali
berkerja di rumah sakit. Dokter Kang pun menyarankan untuk makan tahu. Hye Jung
mengejek memangnya dirinya itu baru keluar dari penjara, Dokter Kang langsung
meminta maaf. Hye Jung tersenyum lalu bertanya
Apakah pasien extradural haemorrhage baik-baik
saja. Dokter Kang mengingat
Pasien Oh Chang Shik dan
memberitahu keadaanya baik-baik saja.
Seo Woo hanya diam melihat keakraban Hye Jung dengan
semua juniornya. Hye Jung lalu melihat Rambut Kang Soo yang sudah tumbuh. Kang
Soo membuka topinya menurutnya Sudah cukup panjang. Semua tertawa, Dokter Kang mengejek kalau kepala Kang
Soo Kelihatan seperti biji kacang. Seo Woo tertunduk seperti menahan rasa sedihnya.
Hye Jung masuk ruangan diikuti oleh Seo Woo dengan
menanyakan keadaan Hye Jung yang kembali berkerja. Hye Jung mengatakan kalau
baik-baik saja. Suasana terasa canggung dan Seo Woo memilih untuk duduk
dimejanya.
Di dalam ruangan terasa dingin, Seo Woo sibuk mengaris
bawahi e-book dari ponselnya. Ayahnya tiba-tiba menelp memberitahu akan
makan dengan Kakeknya jadi anaknya harus ikut.
Hye Jung melirik mendengar Seo Woo sedang bicara dengan ayahnya. Seo Woo
menolak mengatakan tak bisa ikut karena ada
jadwal operasi. Hye Jung akan keluar dari
ruangan dan Seo Woo mengajaknya bicara.
“Hei,
omong-omong... apakah terjadi
sesuatu antara kau dan Ayahku?” tanya Seo Woo, Hye
Jung balik bertanya kenapa Seo Woo menanyakan hal itu.
“Aku hanya merasa aneh. Dia sebelumnya menyukaimu. Tapi tiba-tiba sikapnya padamu
berubah, dan dia
jadi begitu keras terhadapmu.” Kata Seo Woo, Hye Jung
pikir tanyakan saja sendiri pada ayahnya.
“Aku sudah melakukannya, tapi dia
tidak mau menjawab. Jadi kenapa?” ucap Seo Woo
makin penasaran
“Jika aku melukaimu, apakah kau berpikir itu akan
menyakiti ayahmu juga?” tanya Hye Jung
Seo Woo pikir Hye Jung ingin menyakiti ayahnya, Hye Jung
pun akhirnya meminta maafkan menurutnya masalah ini sama
sekali tidak ada hubungannya dengan Seo Woo.
Seo Woo pikir Hye Jung bisa
menyakiti kedua orang tuanya dengan cara menyakitinya, jadi meminta agar memberitahu yang
terjadi antara Hye Jung
dan Ayahnya. Hye Jung mengaku setiap kali melihat Seo Woo
maka teringat
saat-saat kita menghabiskan waktu bersama ketika SMU karena dulu tidak berpikir untuk menjadi seorang dokter lalu keluar ruangan.
Flash Back
Mereka pergi foto box
bersama dan karaoke setelah ujian, lalu makan es krim dengan main ke
taman bunga. Soon Hee terlihat senang melihat mawar yang sangat cantik, Seo Woo
meminta Soo Hee berhati-hati ketika ingin memegangnya.
“Apa Kau mengerjakan ujian dengan
baik?” tanya Seo Woo, Hye Jung tak tahu karena belum
pernah melakukan selama ini.
“Aku sangat baik dan Sangat
baik dalam menyerah soal matematika. Ah.... Bagaimana
bisa kau begitu pintar dalam matematika?” ucap Soon
Hee gemas pada Seo Woo
“Aku belajar dengan keras, sementara kau tak melaukanya. Tak ada
yang bisa mengalahkanmu jika kau sampai bekerja keras.” Ucap Seo Woo
“Itulah yang dikatakan ayahku. Aku tidak sabar lulus SMU dan menikah. Aku hanya ingin satu anak. Aku tidak akan pernah mau
memiliki anak di usia tua. Diantara
kita bertiga, kurasa
Seo Woo akan jadi yang paling dulu menikah.” Kata Soon
Hee
“Itu tidak benar. Aku harus menjadi dokter seperti
Ayahku dan aku harus lulus sekolah
kedokteran sebelum menikah. Apa kalian tahu, Masa
pendidikannya saja enam tahun. Dan Kau ingin jadi apa, Hye
Jung?” ucap Seo Woo
“Aku akan membantu Nenek
menjalankan restorannya dan akan membuka
cabang restoran itu, menghasilkan
banyak uang dan memberikan apa pun yang diinginkan Nenek.” Kata Hye Jung bahagia.
Soon Hee pun meminta untuk bisa membuka
cabang ketiga dan akan membayarnya. Seo Woo ikut akan
membuka cabang keempat lalu setelah jadi dokter menambah akan membuka cabang ke
lima. Semua terlihat tertawa bahagia dengan impian mereka. Seo Woo berkaca-kaca mengingat cita-cita Hye Jung yang
sangat sederhana akhirnya malah menjadi seorang dokter seperti dirinya.
Seo Woo dan Young Guk baru selesai operasi. Seo Woo
bertanya Apakah orang-orang membenci ayahnya. Young Gun yakin tidak semua orang bisa menyukainya tapi
menurutnya sebagian orang seperti itu. Seo Woo mengeluh tidak
ingin mendengar tentang hal itu dan akan
mengakhiri semuanya di sini. Young Guk bingung
melinat tatapan Seo Woo dan mengikutinya dari belakang.
Hye Jung sedang melihat komputernya, ketukan pintu
terdengar. Yoon Do datang mengunjungi Hye Jung diruanganya bertanya apakah tidak
makan siang. Hye Jung pikir akan makan siang. Yoon
Do pun mengajak untuk makan siang bersama.
“Coba Pikirkan yang telah kulakukan
untukmu. Aku
bergabung dengan dewan direksi. Tidak
bisakah teman makan siang bersama? Kita
teman sekarang.” Ucap Yoon Do, Hye Jung setuju mereka untuk makan malam
bersama.
“Lalu bagaimana balas dendamnya?” tanya Yoon Do, Hye Jung mengaku sudah pergi entah
kemana.
“Satu-satunya yang bisa kulakukan
sekarang adalah bekerja setiap hari.” Kata Hye
Jung, Yoon Do memujinya lalu mengajak mereka untuk segera makan bersama.
Yoon Do dan Hye Jung berjalan pergi ke kantin, saat di
lobby Tuan Jin memanggil Yoon Do bertanya mau kemana. Yoon Do mengatakan akan makan siang dan bertanya balik.
Ketua Jin mengatakan akan makan juga. Dokter Jin dan Hye Jung saling menatap
sinis.
“Apa Kalian saling kenal?” tanya Ketua Jin
“Kami berdua di Departemen Bedah
Syaraf.” Ucap Yoon Do lalu pamit pergi, Hye Jung pun dengan
sopan pamit pergi
Ketua Jin melihat Dokter
yang diskorsing itu sudah kembali dan
mengungkapan sangat menyukainya karena Hye Jung yang energik. Dokter Jin mengaku Yoon Do
mulai membuatnya
terganggu dan akan
menendangnya keluar entah bagaimana caranya, dengan
penuh amarah pasti sudah menyingkirkan Yoon Do jika bukan karena Ayahnya.
“Hei... Kau pasti sangat stres. Kenapa kau marah pada semua
orang? Apa yang
membuatmu ketakutan?” tanya Ketua Jin,
“Siapa bilang aku ketakutan?” ucap Tuan Jin menyangkal.
“Aku bisa melihatnya dari
tingkahmu. Seolah
ada yang sedang memburumu.” Kata Ketua Jin, Tuan
Jin tak merasa seperti itu, Ayahnya berkata kalau bisa
melihatnya.
“Kau Tidak perlu begitu, karena Kau berada di puncak dunia
sekarang.” Ucap ayahnya menenangkan lalu mengajak
untuk pergi.
Ji Hong membawa kotak kardus peninggalan ayahnya yang ada
diruangan, mengeluarkan foto bahkan mengecek kotak mungkin bisa menemukan
sesuatu. Dan mulai melihat buku dan juga dompet.
“ternyata Tidak ada di sini. Aku seharusnya tidak
menganggapnya terlalu mudah.” Kata Ji Hong melihat
kotak kardusnya.
Dokter Jin melihat keluar jendela mengingat perkataan Hye
Jung sebelumnya “ Aku akan... membunuhmu Aku akan kembali bekerja setelah
skorsingku selesai. Aku
akan tetap di rumah sakit ini sampai akhir dan akan
tetap di sini sampai melihatmu
jatuh.”
Ketukan pintu terdengar Dokter Jin pun menyuruh masuk,
Hye Jung masuk ke dalam ruangan. Keduanya saling menatap dingin. Dokter Jin pun
menyuruh Hye Jung untuk duduk di ruanganya.
Seo Woo keluar dari ruang operasi terlihat penasaran,
lalu menelp Soon Hee. Soon Hee dengan rambut terurai tidak
mengira Seo Woo akan menelepon dan ingin tahu kenapa menelpnya. Seo Woo mengatakan
memiliki pertanyaan. Soon Hee pun ingin tahu apa pertanyaan.
“Jika kau pernah menganggapku
sebagai teman, mak aku harap
kau memberitahu kebenarannya.” Ucap Seo Woo ingin
tahu hubungan Hye Jung dengan ayahnya.
Dokter Jin menyuguhkan teh untuk Hye Jung tak percaya
ternyata Hye Jung benar-benar kembali bekerja dan tidak berpikir kalauakan melakukannya. Hye Jung menegaskan selalu
menepati kata-katanya. Dokter Jin menyindir
bagaimana bisa seseorang menepati semua perkataannya, menurutnya Kata-kata
sebatas kata-kata.
“Kita memiliki pandangan berbeda.” Kata Hye Jung
“Apa Kau bekerja untuk seseorang
dengan pandangan berbeda semacam itu?” ucap
Dokter Jin
“Aku pernah dipenjara sekali. PresDir pasti mengetahuinya
karena melakukan pemeriksaan latar belakang. Lalu Nenek
mengunjungiku dengan membawa makanan. Aku
bilang tidak bisa makan karena tak punya selera. Tapi Nenek bilang aku bicara
omong kosong. Dia
mengatakan bahwa semua orang yang bernapas butuh makan. Jadi Aku bekerja keras untuk sukses dan Tidak seorang pun membantuku. Selama itu aku membangun prinsip
dan pandanganku sendiri. Pandangan
PresDir tidak berarti apa-apa bagiku.” Ucap Hye
Jung dingin
“Kau sungguh luar biasa maka Tidak heran kau sampai sejauh ini
. Apa Kau pikir kau lebih baik dari
orang lain? Apa Kau pikir
aku membiarkanmu begitu saja? Tolong
tunjukkan sedikit sopan santun. Jika
tidak, kita mungkin tak akan bisa menyelesaikan percakapan ini.” kata Dokter Jin
“Apa Kau tahu kenapa Prof. Hong
memilih pergi ke Pusat Penelitian? Itu semua Karenamu. Tentang Masa lalumu dan Masa sekarang Mereka
semua penghalang untuk Prof. Hong. Apa Kau
tahu siapa yang mengambil tanggung jawab... atas tindakan kurang ajarmu? Prof. Hong.” Ucap Dokter Jin membuka semuanya.
Hye Jung berkaca-kaca mendengarnya, Dokter Jin pun
menyuruh Hye Jung untuk pergi dan Berhenti
bersikap kasar pada orang lain. Hye Jung bertanya
apakah Dokter Jin ingin dirinya pergi tapi karena itulah tidak
mau dan sudah memberitahu bahwa ia selalu
memegang kata-katanya. Dokter Jin terdiam
melihat Hye Jung yang berani menatapnya. Hye Jung pun keluar ruangan tanpa
pamit.
Hye Jung terlihat menahan tangisnya didepan ruangan
Dokter Jin. Ji Hong didalam rumah terus mencari sesuatu yang ditinggalkan oleh
ayahnya. Satu persatu semua kardus dikeluarkan dari isinya. Tanpa pantang
menyerah mencari semuanya sampai ke tempat peralatan mancing ayahnya, tapi
tetap tak menemukanya. Hye Jung sudah berjalan ke parkiran dan meninggalkan
rumah sakit.
Ji Hong seperti sudah pasrah akhirnya membaringkan
tubuhya di lantai, semua barang-barang ayahnya pun berserakan. Tanganya melihat
pancingan yang biasa di pakain ayahnya, tiba-tiba matanya tertuju pada ujung
tongkah seperti ada sebuah gantungan. Ji Hong menjerit tak percaya pada ayahnya
ternyata memang menyimpanya. Hye Jung terlihat menyetir mobilnya dengan menahan
rasa sedihnya.
Ji Hong langsung membuka isi USB dalam laptopnya, folder
bertuliskan [DANA
RAHASIA TERUNGKAP] lalu melihat laporan [DANA
PINJAMAN DARI RS GUKIL] sementara dibagian bawah TOTAL
DEPOSIT JJ MEDICOM PADA 2015] dengan tanda merah sebesa
5 Milliar seperti sengaja di gelapkan, wajahnya terlihat geram.
Terdengar bunyi bel rumahnya, Ji Hong bertanya siapa yang
datang. Hye Jung memberitahu yang datang. Ji Hong membuka pintu lalu mengajak
Hye Jung untuk masuk, merasa pacarnya itu bisa membaca
pikiran karena ia juga sangat ingin bertemu dengannya.
“Ini tidak adil.” Ucap Hye Jung, Ji Hong bertanya apa maksudnya. Hye Jung
mengatakan Segalanya. Ji Hong
bertanya ada apa sebenarnya.
“Kenapa aku tidak bisa membantumu? Kenapa aku selalu membuatmu
kesulitan? Apa yang
PresDir Jin katakan sampai kau ke Pusat Penelitian? Kenapa kau tidak memberitahuku?” ucap Hye Jung menahan tangisnya.
“Berapa banyak pertanyaan itu? Apa Aku harus menjawab semuanya?” kata Ji Hong dengan senyumanya.
“Aku merasa malu. Aku
bener-benar merasa malu
padamu. Aku ingin
menjadi percaya diri di depanmu.”kata Hye
Jung sedih
“Kau mengajariku untuk melakukan
ini di saat begini. Lebarkan
kedua lenganmu dan lingkarkan di pinggangku.” Ucap Ji
Hong dengan menaruh tangan Hye Jung di pingangnya.
Keduanya saling menatap, Hye Jung terlihat masih menahan
air matanya. Ji Hong mengelus rambut Hye Jung dengan senyumanya. Hye Jung tetap
menatanya dengan sedih. Ji Hong akhirnya menciumnya, Hye Jung pun menerima
ciuman Ji Hong seperti menerima pengorbanannya.
“Keadilan berjalan
seperti riak sungai di tempat yang tak dapat kita lihat. Tidak akan tampak oleh mata kita.” Gumam Ji
Hong
bersambung ke episode 19
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
suka...semangat mba di tunggu kelanjutannya
BalasHapusFighting unnie ^^
BalasHapusDi tunggu kelanjutannya, makin penasaran xD
Keren . Jd gk sabar pengen lanjutin .. next episode selanjutnya
BalasHapusIya bagusan baca sinopsis dr pd nonton langsung..terlalu banyak percakapan yang tidak penting😩
BalasHapus