PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 03 Oktober 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 9

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Dong Baek dan Yong Sik berjalan pulang dengan payung yang sama menyusuri jalan dengan hujan yang turun deras.
“Aku janji tak akan pernah membuatmu atau Pil-gu menangis.” Ucap Yong Sk menyakinan Dong Baek tentang perasaanya.
“Yong-sik, kau sungguh harus hati-hati. Bagaimana jika aku berakhir menyukaimu?” kata Dong Baek sambil menangis. 

Yong Sik terlihat gugup lalu berbicara lebih dulu karena berpikir Dong Baek suka pangsit. Dong Baek membenarkan dan memberitahu kalau Pil-gu juga suka, menurutnya tak ada orang yang tak suka pangsit. Yong Sik pikir juga seperti itu dengan waja malu.
“Apa Kita ke Pulau Gaebu akhir pekan depan untuk makan pangsit raksasa?” ucap Yong Sik. Dong Baek mengeluh mendengarnya.
“Kenapa pergi jauh-jauh ke sana hanya untuk makan pangsit?” kata Dong Baek.
“Tidak hanya untuk pangsit.” Ucap Yong Sik. Dong Baek pun ingin tahu untuk apa lagi kesana. Yong Sik terlihat bingung
“Astaga. Ada sangat banyak restoran pangsit. Kenapa kita harus pergi ke pulau?” ucap Dong Baek heran.
“Kuharap kau tahu hal seperti tertinggal feri terlalu klise.” Ucap Yong Sik. Dong Baek pikir kalau Yong Sik memang lucu, tapi yang tadi menurutnya tak keren sama sekali.
“Dongbaek, jembatan ke Pulau Gaebu dibangun sepuluh tahun lalu.” Kata Yong Sik. Dong baek seperti tak tahu mendengarnya.
“Dongbaek, Pulau Gaebu dahulu adalah pulau yang sulit dijangkau, seperti katamu. Namun, keadaan berubah sejak jembatan dibangun. Kau bisa berkendara ke sana, sebagian malah berjalan.” Kata Yong Sik mencoba merayu Dong Baek. 


Tiba-tiba di pesimpangan, Pil Goo datang dengan payung lalu menatap sinis pada Ibu dan juga Yong Sik. Yong Sik kaget karena tiba-tiba bertemu Pil Goo saat sedang mendekati ibunya. Akhirnya mereka bertukar payung, Yong Sik mengunakan payung Pil Goo dan berjalan dibelakang.
“Ibu, Apa kau dekat dengannya? Kenapa dia jauh-jauh ikut kemari denganmu?” tanya Pil Goo pada ibunya.
“Aku juga tinggal di lingkungan ini.” Kata Yong Sik yang menjawabnya. Pil Goo ingin tahu Di mana di lingkungan itu.
“Di sana.” Ucap Yong Sik menunjuk ke arah samping. Pil Goo kembali bertanya disana dimana
“Pil-gu, seharusnya kau menjadi penyidik TKP saat besar nanti.” jelas Yong Sik mencoba mencari alasan.
“Apa Kau suka ibuku?” tanya Pil Goo, Yong Sik terlihat gugup dan bingung.
“Jika benar, berhentilah datang ke bar kami.” Tegas Pil Goo. Yong Sik ingin tahu alasannya dan berpikir Pil Goo tak suka dirinya.
“Aku tak suka.” Kata Pil Goo. Yong Sik kaget Pil Goo yang terlalu blak-blakan. Dong Baek pun hanya diam saja.
“Hei, kau bahkan memintaku membantu ibumu hari itu, ingat?” ucap Yong Sik kesal
“Aku benci semua pria yang menyukai ibuku. Tuan No Gyu-tae, ayah Jun-gi, pemilik toko kue beras. Mereka bicara santai pada ibuku, lalu mengaku suka. Namun, mereka tak berbuat apa pun saat ibu Jun-gi mendorongnya. Apa Itu maksud kalian dengan "menyukai" seseorang.” Ucap Pil Goo marah
“Pil-gu, kenapa kau cepat sekali dewasa? Bicaranya fasih sekali. Astaga.” Kata Dong Baek tak percaya anaknya membela dirinya.
“Pil- Goo Kau tahu, bukan begitu perasaanku pada ibumu... Denganku, berbeda.” Kata Yong Sik mencoba menyakinkan.
“Semua sama saja. Ibu, kau bilang Ayah tinggi dan pintar bahkan Ayahku cendekiawan terkenal. Dia mendapat sepuluh gelar doktor di Tiongkok. Meski ayahku, seorang pria menakjubkan, menyukai ibuku, tapi dia hidup baik sendirian di Tiongkok.” Keluh Pil Goo
“Aku benci semua pria yang tertarik pada ibuku.” Tegas Pil Goo. Dong Baek hanya bisa diam saja dan Yong Sik tak bisa membalas ucapan Pil Goo. 




Di rumah
Jung Ryul melihat TAGIHAN KARTU KREDIT lalu datang ke rumah Jessica sambil mengeluh kalau ingin masuk tim nasional jadi menghabiskan lima juta won untuk Pilates. Jessica mengaku  Ibu dan ibunya ikut kelas bersama.
“Sekalipun untuk dua orang, menghabiskan lima juta won untuk Pilates itu gila.” Keluh Jung Ryul
“Apa Kau berharap aku ikut kelas grup dengan orang-orang lain? Aku harus mengambil kelas privat.” Kata Jessica.
“Apa Karena kau Jessica?” keluh Jung Ryul. Jessica membenarkan karena dirinya seorang Jessica tak bisa ikut kelas grup.

Saat itu ibu Jessica keluar kamar melhat Jung Ryul seperti mabuk. Jung Ryul pun menyapa ibu Jessica yang ternyata belum tidur. Ibu Jessica mengaku tak berniat mengatakan ini kepada Jung Ryul.
“Tapi bahkan menteri dan ahli bedah plastik di Cheongdam-dong ingin Jessica menjadi menantunya.” Sindir Ibu Jessica.
“Ya, aku tahu. Kau membahasnya tiap kita melewati persimpangan Cheongdam.” Ucap Jung Ryul
“Sebelum dia bertemu denganmu, dia gadis muda naif yang hanya belajar. Jangan berani-berani membawa tagihan kartu kreditmu kemari jika kau punya malu.” Kata Ibu Jessica.
“Ibu, tolong dengarkan aku. Ada orang-orang yang tak bisa pergi ke Qingdao karena tak punya 480.000 won.” Kata Jung Ryul
Jessica bingung apa maksudnya Qingdao, ibunya pikir Jessica tak perlu membahasnya karena Jung Ryul mungkin minum bir. Ibu Jessica pun menyuruh agar Pulang dan tidur saja jika mabuk. Jung Ryul masih tak percaya dirinya menghabiskan lima juta won
“Aku menghabiskan untuk kelas Pilates istrinya, sementara seseorang tak bisa pergi ke Qingdao karena tak punya 480.000 won. Ini... Ini sungguh... membuatku gila.” Ungkap Jung Ryul tak percaya. 


Tuan No mengemudikan mobilnya dengan mengikuti petunjuk GPS. Hyang Mi bertanya Apa Tuan No atlet saat masih sekolah. Tuan No mengaku hanya belajar dan masuk kelas lari kampus biasa. Hyang Mi pikir merasa sudah menduganya.
“kukira kau kutu buku di sekolah karena kau punya kosakata mengesankan, tapi kenapa kau cepat menguasai wakeboarding? Kau sungguh luar biasa.” Puji Hyang Mi
“Aku hanya pria biasa.” Kata Tuan No merendahkan hati. Hyang Mi pun mengira Tuan No akan membagi tagihanny menjadi cicilan bulanan,
“tapi kau membayar lunas semuanya... Kukira kau Pimpinan Jeong Mong-ju.” Puji Hyang Mi
“Hyang-mi.. Jeong Mong-ju adalah cendekiawan dari era Goryeo.” Kata Tuan No seperti agak tak nyaman.
“Jika kau calon gubernur, aku pasti memilihmu.” Ucap Hyang Mi terus merayu. Tuan No tersenyum dan ingin tahu alasan memilhnya.
“Apa itu berarti kau...” kata Tuan No,Hyang Mi membenarkan kalau ia  menghormati Tuan No.
“Anggap aku mentormu mulai sekarang. Semoga kau nyaman di dekatku. Jangan terintimidasi.” Ucap Tuan No bangga
“Aku tak merasa terintimidasi... Ayolah. Kita cukup dekat.” Kata Hyang Mi. Tuan No tak percaya mendengarnya. 


Dong Baek akan masuk rumah dengan anaknya, Yong Sik memanggil Pil Go menegaskan kalau ia tak tahu dengan yang lain, tapi ia berjanji tak akan lakukan yang tak Pil Goo sukai. Pil Goo tak peduli hanya meminta agar Dong Baek Berhenti datang ke bar mereka.
“Jangan juga sapa aku di arkade.” Tegas Pil Goo seperti tak ingin mengenal Yong Sik lagi.
“Aku ingat berusaha keras melindungi ibuku saat aku seusiamu. Aku tahu betapa keras kau berusaha melindungi ibumu, jadi, kenapa aku membuatmu cemas dan kesal?” ucap Yong Sik
“Jangan bohong hanya agar tampak baik. Kenapa melindungi Nyonya Kwak? Dia tak butuh dilindungi.” Kata Pil Goo. Yong Sik kaget mendengarnya.
“Bagaimanapun... Aku ingin mengatakan tidurlah yang nyenyak. Anak seusiamu seharusnya makan, bermain, dan tidur sebanyak yang kau mau, jadi, tidur yang nyenyak. Aku tak akan pernah menghancurkan hidup menyenangkan anak delapan tahun.” Ucap Young Sik
“Kau keluar jika aku tak suka kau.” Ucap Pil Goo, Yong Sik mengaku sangat mengerti.
“Aku akan hanya berusaha tampak baik dengan caraku sendiri.”kata Yong Sik. Pil  Goo akhirnya masuk meminta ibunya agar membawakan pangsit miliknya.
“Harus kukatakan, Pil Goo...” kata Yong Sik yang langsung disela oleh Dong Baek kalau akan mengambil pangsitny dan akhirnya pamit pergi. 


 “Hyang-mi, kau suka ikan trout?” tanya Tuan No dengan senyuman penuh rencana.
Di rumah, Jung Ryul duduk lemas lalu berkomentar kalau  Ibu dan putranya... Mereka sungguh mengganggunya. Sementara Yong Sik setelah mengantar Dong Baek merasa Ibu dan putranya sama-sama menggemaskan.
Ketiganya “KEINGINAN, PERSELINGKUHAN, DAN KEKACAUAN” 

Yong Sik berjalan pergi pulang lalu melihat botol minuman energi yang bergulir didepanya, lalu seseorang berlari cepat dengan jubah dari belakang.
“Tak ada apa pun di sini. Dia sedang apa?” ucap Yong Sik bingung lalu melihat ada jejak kaki seperti sepatu boots, lalu meraskan ada suatu yang mencuriganya.
Tuan No membahas kalau Hanya teman terdekatnya yang tahu tempat ikan trout itu dan tak mengajak sembarang orang ke restoran itu. Hyang Mi mengartikan  Dengan kata lain, ia adalah teman terdekat Tuan No sekarang.

“Hanya sedikit orang terpilih yang tahu restoran itu. Saat kau punya waktu, mari ajak temanmu dan...” kata Tuan No yang langsung disela oleh Hyang Mi.
“Oppa... Apa aku akan menjadi Ibu Wilayah Ongsan saat kau terpilih?” tanya Hyang Mi. Tuan No terlihat kaget.
“Kita pacaran, 'kan?” ucap Hyang Mi. Tuan No kebingunga mendengarnya. Hyang Mi pikir Tuan No tak mendengarnya.
“Ini hari pertama kita pacaran. Kita pacaran mulai hari ini, artinya aku akan menjadi Ibu Wilayah Ongsan.” Kata Hyang Mi yakin
“Astaga. Hyang-mi, selera humormu bagus.” Kata Tuan No sambil tertawa. Hyang Mi mengaku tidak mencoba melucu.
“Apa kau mengajak gadis ke Yangpyeong walau tak berpacaran? Hingga ke Yangpyeong?” sindir Hyang Mi. Tuan No makin kebingungan lalu terlihat kesal melihat mobilnya seperti rusak sambil memukulnya. 

Nyonya Hong dirumah melihat jam sudah pukul 6 dan mata hari mulai terbit, lalu menatap kearah jendela.
“Seperti biasa, matahari terbit. Bedebah itu tak pulang semalam.</i Aku tak bisa menjadi Hong Ja-yeong yang sama.” Gumam Nyonya Hong
Di mesin printer terlihat lembaran transaksi TAGIHAN KARTU KREDI lalu terlihat pengeluaran di SKI AIR YANGPYEONG OLAHRAGA AIR YANGPYEONG dan ada beberapa yang sudah distabilo oleh Nyonya Hong. 

Tuan No makan di pinggir pantai sambil makan sosis mengajak mereka  mengobrol sewaktu-waktu sebagai teman yang saling menghormati.  Hyang Mi seperti tak peduli hanya duduk sambil menghabiskan udon dimangkuknya.
“Lalu...Soal kita main ski air bersama hari ini, mari biarkan saja. Kita bermain ski air, tapi ini bukan selingkuh.” Tegas Tuan No
“Kita pergi ke Yangpyeong, tapi tak pacaran. Gyu-tae, pendusta tak bisa terpilih menjadi gubernur.” Ejek Hyang Mi
“Kenapa kau selalu sangat agresif? Ini terlalu mendadak. Apa Perlu kupanggil kau Nona Agresif?” ucap Tuan No
“Kita semalaman bersama. Kenapa kau bilang ini tiba-tiba?” keluh Hyang Mi kesal
“Itu karena mobilnya rusak. Kenapa kau membuatnya terdengar aneh? Soal ski air, itu olahraga. Itu hanya olahraga untuk kebugaran.” Tegas Tuan No
“Maka seharusnya ajak istrimu. Kenapa malah mengajakku? Karena kita berpacaran.” Ucap Hyang Mi
“Kenapa kau langsung lompat pada kesimpulan? Seperti yang kau tahu, aku...”keluh Tuan No kebingungan untuk bicara.
“Apa? Kau menikah? Memang kenapa? Kenapa? Apa Kau cemas orang-orang akan menyerang kita karena berselingkuh? Apa Orang akan menyebutmu berengsek karena berselingkuh? Namun, kau tahu? Dunia ini tak selalu seperti itu.” Jelas Hyang Mi
“Apa aku menginjak ranjau?” gumam Tuan No tak bisa berkata-kata lagi 


Nyonya Kwak seperti sedang kesal dan memilih untuk berbaring dengan wajah cemberut. Bibi Park berpikir Sekalipun mereka tahu tapi tak bisa memberitahu karena tahu kalau Nyonya Kwak akan sangat kesal. Nyonya Jung menceritakan klau Yong-sik seperti tinggal di Camellia sejak pindah kembali.
“Mungkin Dongbaek memberinya kacang gratis.”kata Bibi Park. Bibi Jung juga berpikiran yang sama.
“Apa Kalian bersenang-senang? Apa Kalian kira ini menghibur?!!” teriak Nyonya Kwak kesal akhirnya bangun.
“Astaga, jangan salah paham. Maksudku, jangan berbaring saja seperti ini.” Ucap Nyonya Park
“Itu benar. Kau harus bertindak sebelum mereka berbuat sesuatu yang tak bisa dibatalkan.” Ucap Nyonya Jung
“Katakan padanya kau akan mati.” Ucap Nyonya Park. Nyonya Kwak tak percaya kalau mereka itu licik.
“Lebih baik aku memukulinya. Kenapa berbuat semacam itu? Tak bisa begitu! Kau harus meminta, "Dongbaek atau aku? Kau harus pilih satu." Saran Nyonya Park. Nyonya Jung setuju.
“Kau jelas tak bisa menang setelah mereka melakukannya.” Kata Nyonya Park.
“Kau bilang "Melakukannya?" Pergi saja!” terika Nyonya Kwak kesal. 


Di kantor polisi
Tuan Byun sibuk memijat bingungnya dengan alat pemijat sambil menutup mata. Yong Sik berjalan mondar mandi sambil berkata Jika mereka bisa menemukan bukti seperti air liur atau sidik jari, jad Kenapa tak mencoba mengambil bukti dari... Di CSI: Miami..
“Apa kita di Miami? Kenapa kau tak pindah ke Miami jika sangat suka di sana?” ucap Tuan Byun kesal
“Kenapa kau tak bisa minta mereka bekerja sama? Apa yang harus kukatakan saat menyerahkan ini?” kata Yong Sik memperlihatka minuman diatas meja.
“Apa ini untuk kasus spesifik? Apa ini dari TKP?” keluh Tuan Byun. Yong Sik menegaskan kalau ia menemukan ini.
“Namun, ini memicu rasa penasaranku.” Tegas Yong Sik. Tuan Byun pikir kala Tim Forensik ada untuk memuaskan penasarannya.
“Tak ada apa pun di gang itu, bahkan tak ada satu restoran pun. Namun, aku melihat seseorang minum ini dan berdiri di sana cukup lama. Aku juga melihat jejak kakinya di mana-mana...” cerita Yong Sik
“Berhenti memungut botol kosong dan...” kata Tuan Byun yang langsung disela oleh Yong Sik
“Tidak! Aku tak akan ke tempat Yeong-sim.” Tegas Yong Sik dan Tuan Byun sibuk mencari sesuatu di lemar.
Tuan Byun melihat sebuah kotak berisi BERKAS KASUS PEMBUNUHAN KARAOKE KASUS PERTAMA PENGUSIL, tapi mengambil satu kasus dan memberikan yang lainya pada Yong Sik.
“Periksa ini. Ini berkas kasus Pengusil.”ucap Tuan Byun. Yong Sik terlihat binggung dan kaget karena Tuan Byun yang membagi ini dengannya. 



Tuan No akhirnya pulang dan makan bibimbap dengan lahap, saat itu Nyonya Hong tiba-tiba datang bertanya Apa rasanya enak. Tuan No kaget mengeluh kalau Nyonya Hong itu menakutinya lalu bertanya apakah tak bekerja
“Apa Kau menikmati semur kepala ikan kod buatan ibuku?” tanya Nyonya Hong, Tuan No menganguk sambil terus makan.
“Apa dia ahli semur kepala ikan kod?” ucap Tuan No bangga. Nyonya Hong pikir Bahkan saat ibu Tuan No datang tiga kali sepekan, ia selalu buatkan lima lauk dan sup.
“Ibuku berkunjung kurang dari tiga kali setahun, dan apa kau harus ke pemakaman di hari itu? Walau begitu, ibuku membawakan semur kepala ikan kod, kesukaanmu, juga kimchi sawi hijau. Lalu istri temanmu kebetulan meninggal hari itu, benarkan?” ucap Nyonya Hong menyindir.
“Kau tahu, kanker hati menakutkan.” Kata Tuan No, Nyonya Hong mengingat kalau Tuan No mengatakan kanker usus besar.
“Benar, usus besar... Karena itu istrinya tiba-tiba... Begini, temanku...” ucap Tuan No kebingungan. Nyonya Hong menyebut nama Seok-geun.
“Ya. Karena itu istri Seok-geun tewas di tempat.” Kata Tuan No masih terus saja makan.
“Dia sangat dungu dan dahulu itu membuatku tertarik.” Gumam Nyonya Hong mantap suaminya. 
Flash Back
AKADEMI PERSIAPAN KULIAH, 2001
Seorang wanita memarahi Tuan No yang masih remaja sambil memukulnya. Tuan No mengaku kalau itu anak-anak SMA pertanian dan berniat membayar biaya kelas, tapi mereka mengambil semua uangnya dan yakin kebalikannya.
“Bagaimana caranya?” tanya si wanita. Tuan No pikir tak mungkin bisa karena Mereka semua gangster.
“Katamu mereka anak SMA! Dasar bodoh. Kau bahkan tak bisa menipu orang karena kau sungguh bodoh.” Ucap Si wanita.
“Seharusnya kau membelikanku ponsel Motorola yang kuminta.” Kata Tuan No. Si wanita mengumpat kesal kalau Tuan No membuatnya kesal.
Tuan No tak enak hati karena semua orang melihat mereka dan mengajak perg keluar saja. Di bangku terlihat sosok Nyonya Hong yang sedari tadi terganggu melihat kearah Tuan No. 



“Tak sepertiku yang tak pernah terbuka, Gyu-tae sangat mudah dibaca. Bagiku itu menyegarkan. Namun, masalahnya... Dia tak bisa sembunyikan perselingkuhan.” Gumam Nyonya Hong menatap temanya.
“Senang bertemu semuanya. Pria-pria yang satu akademi Tak berguna. Kematiannya membuatku merasa hidup percuma saja. Kita harus lebih sering menonton Mysteries of the Human Body.” Kata Tuan No terus mengoceh.
“Kau ke pemakaman di malam hari. Kenapa memakai banyak tabir surya?” sindir Nyonya Hong, Tuan No terlihat kebingungan.
“Untuk apa pakai kacamata hitam? Apa Kau pakai itu ke pemakaman?” ucap Nyonya Hong. Tuan No hanya terdiam dan wajahnya panik.
“Meski Alkitab berkata air curian terasa manis, roti yang dimakan diam-diam enak. Namun, jika kau kecanduan pada rasanya, kau mungkin menjadi semur kepala ikan kod di dasar neraka.” Tegas Nyonya Hong, Tuan No makin terdiam. 


Tuan Byun hanya duduk diam dibangkunya, Yong Sik sibuk melihat  BERKAS KASUS PEMBUNUHAN KARAOKE, KASUS PENGUSIL.  Ia melihat semua barang bukti tulisan “JANGAN USIL...”
Lalu ia melihat foto jejak kaki dan teringat jejak kaki yang sama saat si pelaku membuang botol air minum energinya. Ia melihat keterangan dibawah gambar “JEJAK KAKI UKURAN 40 KEMUNGKINAN ADA KAKI TANGAN” lalu merasa ada sesuatu yang tak enak.

Dong Baek membereskan botol kosong didepan bar, lalu mengelu  Siapa yang terus melempar boto minuman energi ke tempatnya dan sungguh benci ini lalu bertanya-tanya  Siapa pelakunya. Hyang Mi tiba-tiba berbicara serius pada Dong Baek.
“Kau dan Petugas Hwang seperti Brangelina dari Ongsan. Kalian gosip daerah ini.” Ucap Hyang Mi
“Aku tak tahu cara menghadapi Nyonya Kwak.” Keluh Dong Baek sambil melihat jam tangan. Hyang Mi mengeluh kalau Don Baek juga tertarik padanya.
“Hei, kau bicara apa?” tanya Dong Baek tak mendengar ucapan Hyang Mi, Hyang Mi heran Dong Baek terus melihat jam.
“Apa Kau cemas karena Yong-sik belum kemari? Apa Kau bersemangat soal sesuatu?” goda Hyang Mi
“Biar kulihat. Berapa puntung rokok yang kau buang?” keluh Dong Mi ingin Hyang Mi berkerja keras.
“Jangan cemas. Siapa yang mendengarkan ibunya sekarang ini? Pasangan berpisah karena orang tuanya tidak realistis bahkan di sinetron.” Tegas Hyang Mi
“Kenapa? Aku akan putus. Itu Hanya saat terjadi padamu kau sadar ini kotor dan menjijikkan.” Kata Dong Baek santai.
“Ayah Pil-gu? Apa Karena itu kalian putus?” kata Hyang Mi penasaran. Dong Baek heran Dong Baek  penasaran soal ayah Pil-gu
“Dongbaek, aku selalu katakan ini Aku orang sempurna untuk berbagi rahasiamu. Aku tak berpikir dan ingatanku buruk. Jadi Ceritakan semua kepadaku.” kata Hyang Mi
Dong Baek pikir  Tak ada yang perlu diceritakan dan akan anggap kesialan terjadi. Hyang Mi pikir Tak ada yang namanya putus baik-baik dan neurutnya Semua perpisahan buruk. Dong Baek pun mengaku Itu memang perpisahan yang buruk. Hyang Mi tak percaya mendengarnya.
“Apa aku terlalu cinta? Aku tak bisa sungguh mengerti dan memaafkannya, tak seperti biasanya.” Ucap Dong Baek. 




Flash Back
Dong Baek berjalan dibelakang teman-temanya yang sedang mengantri, setelah itu gurunya memberikan susu sambil berkata kalau Dong Baek tak perlu membayar program susu.
“Aku tak pernah merasa diterima sejak masih kecil, jadi, aku terbiasa menerima dan mengerti. Teman sekelasku dan orang tua mereka tak menyukaiku karena aku yatim piatu.”
Saat pulang sekolah, beberapa anak berlari menghampiri ibunya yang menjemput. Dong Baek berjalan dengan temanya, salah satu ibu didalam mobil memanggil A-reum karena  akan mengantarnya pulang. Dong Baek hanya bisa menghapus keringat yang mengalir dimusim panas.
“Mereka menghindariku si anak yatim piatu seakan punya penyakit menular. Mereka semua mengasihaniku dan berkata, "Kasihan kau," tapi tak ada yang membiarkanku masuk mobil mereka. Lalu aku bertemu dengannya saat usiaku 22 tahun. Dan dia menjadi semestaku.”

Jung Ryul menarik tangan Dong Baek bertanya mau kemana didepan stasiun subway.  Dong Baek  mengeluh agar melepaskanya, Jung Ryul pikir kalau  akan menjelaskanya. Dong Baek pikir kalau  Jung Ryul tak mencintainya  lagi jadi lebih baik putus saja.
“Aku termakan cinta yang hanya bisa dirasakan saat berusia 22 tahun.”
“Kenapa kau seperti ini? Gamenya tiba-tiba membaik. Itu yang terjadi.” Ungkap Jung Ryul yang langsung menangis.
“Hei, kenapa kau menangis?” kata Dong Baek heran dan tak bisa menahan tangisnya juga.
“Aku... Aku tak akan mengajak ke kafe internet lagi. Aku janji padamu, aku tak akan bermain StarCraft lagi saat bersamamu. Jadi, jangan katakan hal seperti itu. Aku tak bisa hidup tanpamu.” Ucap Jung Ryul
“Hei, kau pikir aku bisa hidup tanpamu?” kata Dong Baek ikut menangis.
Keduanya akhirnya sama-sama menangis didepan stasiun, Jung Ryul pun akhirnya memeluk Dong Baek menyuruhnya agar Jangan menangis.


“Aku tak bisa melihat yang lain, jadi, aku lupa bahwa dia juga punya ibu,</i sama seperti yang lain.”
[2010, DONGBAEK USIA 25 TAHUN]
Dong Baek hanya bisa tertunduk di sebuah restoan, Ibu Jung Ryul seperti tak enak hati lalu dengan helaan nafas mengaku sudah cukup berpikir Ia juga mengaku ada uang untuk Dong Baek dan tak bisa bicara elegan. Dengan blak-blakan ibu Jung Ryul mengaku  hanya sangat membencinya.
“Aku sungguh-sungguh... Aku sangat membencimu. Bagaimana aku bisa tahan denganmu jika aku sangat membencimu?” ucap Ibu Jung Ryul. Dong Baek hanya bisa tersenyum menaarn rasa sedihnya.
“Apa Kau tersenyum atau menangis? Kenapa kau berwajah sedih? Kenapa harus Jong-ryeol? Kenapa?” keluh Ibu Jung Ryul. Dong Baek hanya bisa terdiam.
“Bagiku, kau seperti...” kata Ibu Jung Ryul menatap wajah Dong Baek. 

Dong Baek hanya bisa tertidur di kamarnya, Jung Ryul ingin tahu apa yang dikatakan ibunya apakah mengatakan Dong Baek  anak yatim, memakinya atau memukulnya. Dong Baek mengaku  Sangat menyedihkan dibenci, khususnya oleh ibu Jung Ryul.
“Hei, ayolah. Aku bisa menang melawannya.” Tegas Jung Ryul menenangkan Dong Baek.
“Dibenci ibu orang yang kau sukai itu berat. Aku tak bisa terima. Bukannya aku tak punya ibu tapi karena aku tak mau.” Kata Dong Baek
“Benar. Jadi, beri tahu yang dikatakannya... Maukah kau beri tahu aku yang dikatakan ibuku?” ucap Jung Ryul frustasi.
Dong Baek mengingat saat ibu Jung Ryul mengatakan “Bagiku, kau seperti... Kau tahu, seperti setumpuk kuman.” Akhirnya Dong Baek memberitahu Jung Ryul kalau ibunya mengangap dirinya itu  Setumpuk kuman.Jung Ryul terlihat kaget dan terdiam.
“Aku setumpuk kuman baginya. Rasanya aneh aku terus memikirkan ibuku saat sedang bersama ibumu. Jika aku punya ibu, apa dia akan membelaku?” ungap Dong Baek. Jung Ryul hanya bisa diam saja. 


Hyang Mi pun ingin tahu apakah Dong Baek  meninggalkannya setelah ibunya meminta menjauh. Dong Baek mengaku tidak. Tapi Jung Ryul yang Pada akhirnya melangkah mundur dan pergi. Hyang Mi yang mendengarnya yakin kalau pria itu pasti berselingkuh sambil mengumpat.
“Kau tak perlu memanggilnya berengsek. Aku tak menyalahkannya. Kurasa kami bisa anggap impa karena dia meninggalkan Pil-gu denganku.” Ucap Dong Baek tersenyum
“Kau bisa anggap itu impas? Apa Kau begitu menyukai Pil-gu?” keluh Hyang Mi kesal
“Cobalah kau punya anak.” Kata Dong Baek merasa anaknya itu adalah anugerah terindah.
“Jika ibumu atau ibuku sepertimu, maka Dongbaek dan Hyang-mi tak akan duduk di sini memandangi puntung rokok.” Kata Hyang Mi. 

Yong Sik mengajak Tuan Byun duduk bersama,  lalu bertanya Apa konflik antara mertua dan menantu sangat merepotkan. Tuan Byun pikir Jangan cemaskan berlari jika belum bisa berjalan, tap ia heran Yong Sik bertanya padahal tak punya pacar.
“Kukira akan lebih baik jika pacaran dengan seseorang yang dekat dengan ibuku.” Ucap Yong Sik
“Itu idealnya. Jika tak ada konflik antara mertua dan menantu angka harapan hidup lelaki bisa mencapai 90 tahun.” Ucap Tuan Byun
“Katanya mereka sahabat.” Ucap Yong Sik berbisik. Tuan Byun kembali bicara membuat Yong Sik terlihat serius.
“Namun, tak ada keluarga tanpa konflik. Jika ada keluarga seperti itu, mereka pasti tinggal di kota maya, surga, atau mungkin tempat yang jauh seperti dongeng tradisional.” Kata Tuan Byun. Yong Sik langsung mengajak Tuan Byun untuk makan. 


Mereka pun makan di restoran Nyonya Kwak.  Tuan Byun pikir Ini karena dia ‘kan. Yong Sik ingin tahu siapa yang dimasud. Tuan Byun yakin kalau Yong Sik  baru menatap Helena dan sudah punya firasat. Yong Sik hanya bisa menghela nafas mengingat ucapan Tuan Byun.
“Kepala Byun, aku suka Dongbaek... Aku jatuh cinta pada pandangan pertama.” Akui Yong Sik. Tuan Byun kaget mendengarnya.
“Aku mengejarnya 10 kali sehari. Bahkan Seluruh lingkungan tahu.” Tegas Yong Si.
“Apa ibumu tahu?” tanya Tuan Byun panik. Nyonya Kwok sedang lewat dengan sengaja menyenggol anaknya dengan siku tanganya. Yong Sik mengeluh kesakitan.
“Dia jelas tahu... Karena itu dia memakai sikunya.” Ucap Tuan Byun tahu kalau Nyonya Kwak marah. 

Nyonya Hong berada diseberang jalan melihat baju yang dikenalnya lalu berjalan ke tempat laundry, sambil bergumam “Aku ingin menyembunyikan perasaan yang melukai harga diriku ini” Seorang ibu berteriak memanggil Nyonya Hong yang menyeberang jalan.
“Aku terlambat. Aku harus cepat.” Teriak si ibu. Nyonya Hong tak peduli ingn melihat baju yang digantung.
“Namun, di titik ini, aku tak bisa terus berpura-pura.” Gumam Nyonya Hong lalu melihat name tag [NAMA PELANGGAN: CAMELLIA] wajahnya langsung terlihat kaget.
Di dalam mobil
Ibu Tuan No menceritakan Menantu temanyanya membuat jamuan untuk ulang tahunnya bahkan membuat sembilan hidangan dan hot pot mewah sendiri dan menurutnya itu luar biasa. Nyonya Hong menceritakan kalau ia sedang tak ingin membuat sembilan hidangan untuk ulang tahunnya. 

“Aku akan bicara dengan suamiku dan cari prasmanan.” Ucap Nyonya Hong menahan amarahnya.
“Kenapa aku harus peduli pada perasaanmu di hari ulang tahunku? Tentu saja... Ulang tahun ibu mertua tak penting sama sekali. Perasaan menantu lebih penting.” Sindir Ibu Tuan No.
“Ibu, suamiku...” kata Nyonya Hong. Ibu Tuan No tahu alau putrnya yang ingin ke prasmanan, bukan Nyonya Hong yang menginginkanya.
“Bukan begitu, ini... Lupakan saja.” Ucap Nyonya Hong mencoba menahan emosinya. Ibu Tuan No pun ingin tahu ada apa.
“Kenapa kau berhenti bicara di tengah?” tanya ibu Tuan No, Nyonya Hong mengeluh kalau ibu mertuanya itu sedang meledeknya.
“Aku akan memberitahumu garis besar alasan aku tak ingin membuat semua hidangan itu.” Ucap Nyonya Hong
“Kenapa kau memberitahuku garis besarnya? Apa ini lelucon?” keluh Ibu Tuan No
“Dia mirip ayahnya. Dia seusia Gyu-tae sekarang saat memberi cincinmu kepada Ae-sil, gadis di pub, benar?” kata Nyonya Hong. Ibu Tuan No merasa kalau itu hanya Omong kosong.
“Gyu-tae mirip aku!” tegas ibu Tuan No. Nyonya Hong bisa mengerti kalau  hanya berkata saja.
Nyonya Hong pikir kalau ibu Tuan No bisa berjalan dari sana.  Ibu Tuan No heran kenapa harus berjalan karena Orang kelas kaligrafi selalu melihat anak menantunya mengantar. Nyonya Hong mengaku harus segera ke suatu tempat.
Ibu Tuan No panik Ke mana Nyonya Hong akan pergi. Nyonya Hong menjawab ingin ke salon. 


Yong Sik membantu ibunya membersihkan ikan asin, Ibunya sibuk menumbuk bawang di meja sebelah. Yong Sik pun mendekati ibunya memberitahu kalau Dong Baek orang baik dan ibunya juga sudah mengenalnya bahkan menjadi sahabatnya. Ibunya hanya diam saja.
“Maksudku dia sangat baik dan hidupnya menyedihkan. Aku merasa sangat iba padanya.” Ucap Yong Sik
“Lalu Bagaimana denganku? Apa Kau tak iba pada ibumu? Ini bukan kompetisi untuk melihat hidup siapa yang lebih buruk. Aku sungguh tak ingin katakan ini karena membuatku tampak buruk, tapi kau pilih ibumu atau Dongbaek?” kata Nyonya Kwak marah.
“Omong kosong apa ini?”keluh Yong Sik. Nyonya Kwak menyuruh Yong Sik segera pilih satu.
“Ayolah, itu murahan.” Keluh Yong Sik. Nyonya Kwak ingin memukul anaknya merasa kalau anaknya yang murahan.
“Tunggu, jangan gunakan kata kasar. Kita bisa bicarakan ini.” Kata Yong Sik mencoba menenangkan ibunya.
“Apa kau tak tahu, kau lahir setelah ayahmu wafat dan aku kerja seumur hidup membesarkanmu? Apa Kau tahu berapa banyak uang damai yang kubayar setiap musim?” ucap Nyonya Kwak
“Bahkan Aku ke kuil Buddha untuk bersujud 3.000 kali berulang-ulang. Aku kehilangan semua tulang rawan lututku karena itu. Jika kau punya nurani, maka kau tak boleh begini padaku.”tegas Nyonya Kwak marah
“Katamu Dongbaek baik, cantik, dan dia sahabatmu.” Kata Yong Sik  Nyonya Hong tahu Dong Baek baik tap malang dan cantik.
“Namun, pada akhirnya, dia tak seharusnya punya putra, 'kan? Apa aku meminta terlalu banyak sekarang?” kata Nyonya Kwak kesal.
“Ibu, anggap ini beli satu gratis satu. Kau bisa dapat menantu dan cucu sekaligus.” Kata Yong Sik. Ibunya sudah siap akan memukul dengan palu.
“Astaga. Kenapa kau harus menumbuk bawang putih sekarang?” keluh Yong Sik ketakutan.
“Aku tak akan menyalahkannya.  Aku tak mau ke Camellia dan mengatakan sesuatu kepadanya. Aku mengerti Dongbaek tak punya hati padamu, tapi kau terobsesi padanya. Aku hanya akan fokus padamu. Jadi, kau dan aku harus memutuskan. Pilih sekarang!” ucap Nyonya Kwak.
“Maksudku, aku... Aku tak bisa memilih satu seperti memilih makanan yang kusuka, antara jjampong atau jajangmyeon” jerit Yong Sik frustasi. 




Nyonya Kwak yang kesal keluar dari restoran, Yong Sik mengejarnya memutuskan untuk memilih Separuh-separuh. Nyonya Kwak meminta anaknya  Jangan konyol karena  Itu bukan pilihan. Yong Si mengaku  sangat menyukainya jadi tak bisa melakukanya.
“Aku ingin melihatnya begitu aku bangun. Aku juga ingin lari untuk bertemu dengannya sekarang. Kakiku adalah kutub utara magnet dan Camellia adalah kutub selatan.” Jelas Yong Sik
“Apa analogi itu masuk akal? Omong kosong. Apa kau Perlu kutendang agar pikiranmu jernih?” ucap Nyonya Kwak masih marah
“Aku tak bisa menghentikan perasaanku dan kakiku membawaku ke sana.” Rengek Yong Sik
“Maka kau bisa berhenti menemuinya dua bulan saja. Jika kau masih merasakan hal yang sama, maka aku akan memaklumi tindakanmu.” Tegas Nyonya Kwak
“Apa Kau pikir cintaku hanya bertahan beberapa bulan? Ini akan bertahan selamanya!” tegas Yong Sik melihat ibunya sudah berjalan pergi.
Bersambung ke EPISODE 10

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar