PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Dong Baek
dan Yong Sik berjalan pulang dengan payung yang sama menyusuri jalan dengan
hujan yang turun deras.
“Aku
janji tak akan pernah membuatmu atau Pil-gu menangis.” Ucap Yong Sk menyakinan
Dong Baek tentang perasaanya.
“Yong-sik,
kau sungguh harus hati-hati. Bagaimana jika aku berakhir menyukaimu?” kata Dong
Baek sambil menangis.
Yong Sik
terlihat gugup lalu berbicara lebih dulu karena berpikir Dong Baek suka
pangsit. Dong Baek membenarkan dan memberitahu kalau Pil-gu juga suka,
menurutnya tak ada orang yang tak suka pangsit. Yong Sik pikir juga seperti itu
dengan waja malu.
“Apa Kita
ke Pulau Gaebu akhir pekan depan untuk makan pangsit raksasa?” ucap Yong Sik.
Dong Baek mengeluh mendengarnya.
“Kenapa
pergi jauh-jauh ke sana hanya untuk makan pangsit?” kata Dong Baek.
“Tidak
hanya untuk pangsit.” Ucap Yong Sik. Dong Baek pun ingin tahu untuk apa lagi
kesana. Yong Sik terlihat bingung
“Astaga.
Ada sangat banyak restoran pangsit. Kenapa kita harus pergi ke pulau?” ucap
Dong Baek heran.
“Kuharap
kau tahu hal seperti tertinggal feri terlalu klise.” Ucap Yong Sik. Dong Baek
pikir kalau Yong Sik memang lucu, tapi yang tadi menurutnya tak keren sama
sekali.
“Dongbaek,
jembatan ke Pulau Gaebu dibangun sepuluh tahun lalu.” Kata Yong Sik. Dong baek
seperti tak tahu mendengarnya.
“Dongbaek,
Pulau Gaebu dahulu adalah pulau yang sulit dijangkau, seperti katamu. Namun,
keadaan berubah sejak jembatan dibangun. Kau bisa berkendara ke sana, sebagian
malah berjalan.” Kata Yong Sik mencoba merayu Dong Baek.
Tiba-tiba
di pesimpangan, Pil Goo datang dengan payung lalu menatap sinis pada Ibu dan
juga Yong Sik. Yong Sik kaget karena tiba-tiba bertemu Pil Goo saat sedang
mendekati ibunya. Akhirnya mereka bertukar payung, Yong Sik mengunakan payung
Pil Goo dan berjalan dibelakang.
“Ibu, Apa
kau dekat dengannya? Kenapa dia jauh-jauh ikut kemari denganmu?” tanya Pil Goo
pada ibunya.
“Aku juga
tinggal di lingkungan ini.” Kata Yong Sik yang menjawabnya. Pil Goo ingin tahu
Di mana di lingkungan itu.
“Di sana.”
Ucap Yong Sik menunjuk ke arah samping. Pil Goo kembali bertanya disana dimana
“Pil-gu,
seharusnya kau menjadi penyidik TKP saat besar nanti.” jelas Yong Sik mencoba
mencari alasan.
“Apa Kau
suka ibuku?” tanya Pil Goo, Yong Sik terlihat gugup dan bingung.
“Jika
benar, berhentilah datang ke bar kami.” Tegas Pil Goo. Yong Sik ingin tahu
alasannya dan berpikir Pil Goo tak suka dirinya.
“Aku tak
suka.” Kata Pil Goo. Yong Sik kaget Pil Goo yang terlalu blak-blakan. Dong Baek
pun hanya diam saja.
“Hei, kau
bahkan memintaku membantu ibumu hari itu, ingat?” ucap Yong Sik kesal
“Aku
benci semua pria yang menyukai ibuku. Tuan No Gyu-tae, ayah Jun-gi, pemilik
toko kue beras. Mereka bicara santai pada ibuku, lalu mengaku suka. Namun,
mereka tak berbuat apa pun saat ibu Jun-gi mendorongnya. Apa Itu maksud kalian dengan
"menyukai" seseorang.” Ucap Pil Goo marah
“Pil-gu, kenapa
kau cepat sekali dewasa? Bicaranya fasih sekali. Astaga.” Kata Dong Baek tak
percaya anaknya membela dirinya.
“Pil- Goo
Kau tahu, bukan begitu perasaanku pada ibumu... Denganku, berbeda.” Kata Yong
Sik mencoba menyakinkan.
“Semua
sama saja. Ibu, kau bilang Ayah tinggi dan pintar bahkan Ayahku cendekiawan
terkenal. Dia mendapat sepuluh gelar doktor di Tiongkok. Meski ayahku, seorang
pria menakjubkan, menyukai ibuku, tapi dia hidup baik sendirian di Tiongkok.”
Keluh Pil Goo
“Aku
benci semua pria yang tertarik pada ibuku.” Tegas Pil Goo. Dong Baek hanya bisa
diam saja dan Yong Sik tak bisa membalas ucapan Pil Goo.
Di rumah
Jung Ryul
melihat TAGIHAN KARTU KREDIT lalu datang ke rumah Jessica sambil mengeluh kalau
ingin masuk tim nasional jadi menghabiskan lima juta won untuk Pilates. Jessica
mengaku Ibu dan ibunya ikut kelas
bersama.
“Sekalipun
untuk dua orang, menghabiskan lima juta won untuk Pilates itu gila.” Keluh Jung
Ryul
“Apa Kau
berharap aku ikut kelas grup dengan orang-orang lain? Aku harus mengambil kelas
privat.” Kata Jessica.
“Apa Karena
kau Jessica?” keluh Jung Ryul. Jessica membenarkan karena dirinya seorang Jessica
tak bisa ikut kelas grup.
Saat itu
ibu Jessica keluar kamar melhat Jung Ryul seperti mabuk. Jung Ryul pun menyapa
ibu Jessica yang ternyata belum tidur. Ibu Jessica mengaku tak berniat
mengatakan ini kepada Jung Ryul.
“Tapi
bahkan menteri dan ahli bedah plastik di Cheongdam-dong ingin Jessica menjadi
menantunya.” Sindir Ibu Jessica.
“Ya, aku
tahu. Kau membahasnya tiap kita melewati persimpangan Cheongdam.” Ucap Jung
Ryul
“Sebelum
dia bertemu denganmu, dia gadis muda naif yang hanya belajar. Jangan
berani-berani membawa tagihan kartu kreditmu kemari jika kau punya malu.” Kata
Ibu Jessica.
“Ibu,
tolong dengarkan aku. Ada orang-orang yang tak bisa pergi ke Qingdao karena tak
punya 480.000 won.” Kata Jung Ryul
Jessica
bingung apa maksudnya Qingdao, ibunya pikir Jessica tak perlu membahasnya
karena Jung Ryul mungkin minum bir. Ibu Jessica pun menyuruh agar Pulang dan
tidur saja jika mabuk. Jung Ryul masih tak percaya dirinya menghabiskan lima
juta won
“Aku
menghabiskan untuk kelas Pilates istrinya, sementara seseorang tak bisa pergi
ke Qingdao karena tak punya 480.000 won. Ini... Ini sungguh... membuatku gila.”
Ungkap Jung Ryul tak percaya.
Tuan No
mengemudikan mobilnya dengan mengikuti petunjuk GPS. Hyang Mi bertanya Apa Tuan
No atlet saat masih sekolah. Tuan No mengaku hanya belajar dan masuk kelas lari
kampus biasa. Hyang Mi pikir merasa sudah menduganya.
“kukira
kau kutu buku di sekolah karena kau punya kosakata mengesankan, tapi kenapa kau
cepat menguasai wakeboarding? Kau sungguh luar biasa.” Puji Hyang Mi
“Aku
hanya pria biasa.” Kata Tuan No merendahkan hati. Hyang Mi pun mengira Tuan No
akan membagi tagihanny menjadi cicilan bulanan,
“tapi kau
membayar lunas semuanya... Kukira kau Pimpinan Jeong Mong-ju.” Puji Hyang Mi
“Hyang-mi..
Jeong Mong-ju adalah cendekiawan dari era Goryeo.” Kata Tuan No seperti agak
tak nyaman.
“Jika kau
calon gubernur, aku pasti memilihmu.” Ucap Hyang Mi terus merayu. Tuan No
tersenyum dan ingin tahu alasan memilhnya.
“Apa itu
berarti kau...” kata Tuan No,Hyang Mi membenarkan kalau ia menghormati Tuan No.
“Anggap
aku mentormu mulai sekarang. Semoga kau nyaman di dekatku. Jangan
terintimidasi.” Ucap Tuan No bangga
“Aku tak
merasa terintimidasi... Ayolah. Kita cukup dekat.” Kata Hyang Mi. Tuan No tak
percaya mendengarnya.
Dong Baek
akan masuk rumah dengan anaknya, Yong Sik memanggil Pil Go menegaskan kalau ia
tak tahu dengan yang lain, tapi ia berjanji tak akan lakukan yang tak Pil Goo sukai.
Pil Goo tak peduli hanya meminta agar Dong Baek Berhenti datang ke bar mereka.
“Jangan
juga sapa aku di arkade.” Tegas Pil Goo seperti tak ingin mengenal Yong Sik
lagi.
“Aku
ingat berusaha keras melindungi ibuku saat aku seusiamu. Aku tahu betapa keras
kau berusaha melindungi ibumu, jadi, kenapa aku membuatmu cemas dan kesal?”
ucap Yong Sik
“Jangan
bohong hanya agar tampak baik. Kenapa melindungi Nyonya Kwak? Dia tak butuh
dilindungi.” Kata Pil Goo. Yong Sik kaget mendengarnya.
“Bagaimanapun...
Aku ingin mengatakan tidurlah yang nyenyak. Anak seusiamu seharusnya makan,
bermain, dan tidur sebanyak yang kau mau, jadi, tidur yang nyenyak. Aku tak
akan pernah menghancurkan hidup menyenangkan anak delapan tahun.” Ucap Young
Sik
“Kau
keluar jika aku tak suka kau.” Ucap Pil Goo, Yong Sik mengaku sangat mengerti.
“Aku akan
hanya berusaha tampak baik dengan caraku sendiri.”kata Yong Sik. Pil Goo akhirnya masuk meminta ibunya agar
membawakan pangsit miliknya.
“Harus
kukatakan, Pil Goo...” kata Yong Sik yang langsung disela oleh Dong Baek kalau
akan mengambil pangsitny dan akhirnya pamit pergi.
“Hyang-mi, kau suka ikan trout?” tanya Tuan No
dengan senyuman penuh rencana.
Di rumah,
Jung Ryul duduk lemas lalu berkomentar kalau
Ibu dan putranya... Mereka sungguh mengganggunya. Sementara Yong Sik
setelah mengantar Dong Baek merasa Ibu dan putranya sama-sama menggemaskan.
Ketiganya
“KEINGINAN, PERSELINGKUHAN, DAN KEKACAUAN”
Yong Sik
berjalan pergi pulang lalu melihat botol minuman energi yang bergulir
didepanya, lalu seseorang berlari cepat dengan jubah dari belakang.
“Tak ada
apa pun di sini. Dia sedang apa?” ucap Yong Sik bingung lalu melihat ada jejak
kaki seperti sepatu boots, lalu meraskan ada suatu yang mencuriganya.
Tuan No
membahas kalau Hanya teman terdekatnya yang tahu tempat ikan trout itu dan tak
mengajak sembarang orang ke restoran itu. Hyang Mi mengartikan Dengan kata lain, ia adalah teman terdekat
Tuan No sekarang.
“Hanya
sedikit orang terpilih yang tahu restoran itu. Saat kau punya waktu, mari ajak
temanmu dan...” kata Tuan No yang langsung disela oleh Hyang Mi.
“Oppa... Apa
aku akan menjadi Ibu Wilayah Ongsan saat kau terpilih?” tanya Hyang Mi. Tuan No
terlihat kaget.
“Kita
pacaran, 'kan?” ucap Hyang Mi. Tuan No kebingunga mendengarnya. Hyang Mi pikir
Tuan No tak mendengarnya.
“Ini hari
pertama kita pacaran. Kita pacaran mulai hari ini, artinya aku akan menjadi Ibu
Wilayah Ongsan.” Kata Hyang Mi yakin
“Astaga. Hyang-mi,
selera humormu bagus.” Kata Tuan No sambil tertawa. Hyang Mi mengaku tidak
mencoba melucu.
“Apa kau
mengajak gadis ke Yangpyeong walau tak berpacaran? Hingga ke Yangpyeong?”
sindir Hyang Mi. Tuan No makin kebingungan lalu terlihat kesal melihat mobilnya
seperti rusak sambil memukulnya.
Nyonya
Hong dirumah melihat jam sudah pukul 6 dan mata hari mulai terbit, lalu menatap
kearah jendela.
“Seperti
biasa, matahari terbit. Bedebah itu tak pulang semalam.</i Aku tak bisa
menjadi Hong Ja-yeong yang sama.” Gumam Nyonya Hong
Di mesin
printer terlihat lembaran transaksi TAGIHAN KARTU KREDI lalu terlihat
pengeluaran di SKI AIR YANGPYEONG OLAHRAGA AIR YANGPYEONG dan ada beberapa yang
sudah distabilo oleh Nyonya Hong.
Tuan No
makan di pinggir pantai sambil makan sosis mengajak mereka mengobrol sewaktu-waktu sebagai teman yang
saling menghormati. Hyang Mi seperti tak
peduli hanya duduk sambil menghabiskan udon dimangkuknya.
“Lalu...Soal
kita main ski air bersama hari ini, mari biarkan saja. Kita bermain ski air,
tapi ini bukan selingkuh.” Tegas Tuan No
“Kita
pergi ke Yangpyeong, tapi tak pacaran. Gyu-tae, pendusta tak bisa terpilih menjadi
gubernur.” Ejek Hyang Mi
“Kenapa
kau selalu sangat agresif? Ini terlalu mendadak. Apa Perlu kupanggil kau Nona
Agresif?” ucap Tuan No
“Kita
semalaman bersama. Kenapa kau bilang ini tiba-tiba?” keluh Hyang Mi kesal
“Itu
karena mobilnya rusak. Kenapa kau membuatnya terdengar aneh? Soal ski air, itu
olahraga. Itu hanya olahraga untuk kebugaran.” Tegas Tuan No
“Maka
seharusnya ajak istrimu. Kenapa malah mengajakku? Karena kita berpacaran.” Ucap
Hyang Mi
“Kenapa
kau langsung lompat pada kesimpulan? Seperti yang kau tahu, aku...”keluh Tuan
No kebingungan untuk bicara.
“Apa? Kau
menikah? Memang kenapa? Kenapa? Apa Kau cemas orang-orang akan menyerang kita
karena berselingkuh? Apa Orang akan menyebutmu berengsek karena berselingkuh?
Namun, kau tahu? Dunia ini tak selalu seperti itu.” Jelas Hyang Mi
“Apa aku
menginjak ranjau?” gumam Tuan No tak bisa berkata-kata lagi
Nyonya
Kwak seperti sedang kesal dan memilih untuk berbaring dengan wajah cemberut.
Bibi Park berpikir Sekalipun mereka tahu tapi tak bisa memberitahu karena tahu
kalau Nyonya Kwak akan sangat kesal. Nyonya Jung menceritakan klau Yong-sik
seperti tinggal di Camellia sejak pindah kembali.
“Mungkin
Dongbaek memberinya kacang gratis.”kata Bibi Park. Bibi Jung juga berpikiran
yang sama.
“Apa
Kalian bersenang-senang? Apa Kalian kira ini menghibur?!!” teriak Nyonya Kwak
kesal akhirnya bangun.
“Astaga,
jangan salah paham. Maksudku, jangan berbaring saja seperti ini.” Ucap Nyonya
Park
“Itu
benar. Kau harus bertindak sebelum mereka berbuat sesuatu yang tak bisa dibatalkan.”
Ucap Nyonya Jung
“Katakan
padanya kau akan mati.” Ucap Nyonya Park. Nyonya Kwak tak percaya kalau mereka
itu licik.
“Lebih
baik aku memukulinya. Kenapa berbuat semacam itu? Tak bisa begitu! Kau harus
meminta, "Dongbaek atau aku? Kau harus pilih satu." Saran Nyonya
Park. Nyonya Jung setuju.
“Kau
jelas tak bisa menang setelah mereka melakukannya.” Kata Nyonya Park.
“Kau
bilang "Melakukannya?" Pergi saja!” terika Nyonya Kwak kesal.
Di kantor
polisi
Tuan Byun
sibuk memijat bingungnya dengan alat pemijat sambil menutup mata. Yong Sik
berjalan mondar mandi sambil berkata Jika mereka bisa menemukan bukti seperti
air liur atau sidik jari, jad Kenapa tak mencoba mengambil bukti dari... Di
CSI: Miami..
“Apa kita
di Miami? Kenapa kau tak pindah ke Miami jika sangat suka di sana?” ucap Tuan
Byun kesal
“Kenapa
kau tak bisa minta mereka bekerja sama? Apa yang harus kukatakan saat
menyerahkan ini?” kata Yong Sik memperlihatka minuman diatas meja.
“Apa ini
untuk kasus spesifik? Apa ini dari TKP?” keluh Tuan Byun. Yong Sik menegaskan
kalau ia menemukan ini.
“Namun,
ini memicu rasa penasaranku.” Tegas Yong Sik. Tuan Byun pikir kala Tim Forensik
ada untuk memuaskan penasarannya.
“Tak ada
apa pun di gang itu, bahkan tak ada satu restoran pun. Namun, aku melihat
seseorang minum ini dan berdiri di sana cukup lama. Aku juga melihat jejak
kakinya di mana-mana...” cerita Yong Sik
“Berhenti
memungut botol kosong dan...” kata Tuan Byun yang langsung disela oleh Yong Sik
“Tidak!
Aku tak akan ke tempat Yeong-sim.” Tegas Yong Sik dan Tuan Byun sibuk mencari
sesuatu di lemar.
Tuan Byun
melihat sebuah kotak berisi BERKAS KASUS PEMBUNUHAN KARAOKE KASUS PERTAMA
PENGUSIL, tapi mengambil satu kasus dan memberikan yang lainya pada Yong Sik.
“Periksa
ini. Ini berkas kasus Pengusil.”ucap Tuan Byun. Yong Sik terlihat binggung dan
kaget karena Tuan Byun yang membagi ini dengannya.
Tuan No
akhirnya pulang dan makan bibimbap dengan lahap, saat itu Nyonya Hong tiba-tiba
datang bertanya Apa rasanya enak. Tuan No kaget mengeluh kalau Nyonya Hong itu
menakutinya lalu bertanya apakah tak bekerja
“Apa Kau menikmati
semur kepala ikan kod buatan ibuku?” tanya Nyonya Hong, Tuan No menganguk
sambil terus makan.
“Apa dia
ahli semur kepala ikan kod?” ucap Tuan No bangga. Nyonya Hong pikir Bahkan saat
ibu Tuan No datang tiga kali sepekan, ia selalu buatkan lima lauk dan sup.
“Ibuku
berkunjung kurang dari tiga kali setahun, dan apa kau harus ke pemakaman di
hari itu? Walau begitu, ibuku membawakan semur kepala ikan kod, kesukaanmu,
juga kimchi sawi hijau. Lalu istri temanmu kebetulan meninggal hari itu, benarkan?”
ucap Nyonya Hong menyindir.
“Kau
tahu, kanker hati menakutkan.” Kata Tuan No, Nyonya Hong mengingat kalau Tuan
No mengatakan kanker usus besar.
“Benar,
usus besar... Karena itu istrinya tiba-tiba... Begini, temanku...” ucap Tuan No
kebingungan. Nyonya Hong menyebut nama Seok-geun.
“Ya.
Karena itu istri Seok-geun tewas di tempat.” Kata Tuan No masih terus saja
makan.
“Dia
sangat dungu dan dahulu itu membuatku tertarik.” Gumam Nyonya Hong mantap
suaminya.
Flash Back
AKADEMI
PERSIAPAN KULIAH, 2001
Seorang
wanita memarahi Tuan No yang masih remaja sambil memukulnya. Tuan No mengaku
kalau itu anak-anak SMA pertanian dan berniat membayar biaya kelas, tapi mereka
mengambil semua uangnya dan yakin kebalikannya.
“Bagaimana
caranya?” tanya si wanita. Tuan No pikir tak mungkin bisa karena Mereka semua
gangster.
“Katamu
mereka anak SMA! Dasar bodoh. Kau bahkan tak bisa menipu orang karena kau
sungguh bodoh.” Ucap Si wanita.
“Seharusnya
kau membelikanku ponsel Motorola yang kuminta.” Kata Tuan No. Si wanita mengumpat
kesal kalau Tuan No membuatnya kesal.
Tuan No
tak enak hati karena semua orang melihat mereka dan mengajak perg keluar saja.
Di bangku terlihat sosok Nyonya Hong yang sedari tadi terganggu melihat kearah
Tuan No.
“Tak
sepertiku yang tak pernah terbuka, Gyu-tae sangat mudah dibaca. Bagiku itu menyegarkan.
Namun, masalahnya... Dia tak bisa sembunyikan perselingkuhan.” Gumam Nyonya
Hong menatap temanya.
“Senang
bertemu semuanya. Pria-pria yang satu akademi Tak berguna. Kematiannya
membuatku merasa hidup percuma saja. Kita harus lebih sering menonton Mysteries
of the Human Body.” Kata Tuan No terus mengoceh.
“Kau ke
pemakaman di malam hari. Kenapa memakai banyak tabir surya?” sindir Nyonya
Hong, Tuan No terlihat kebingungan.
“Untuk
apa pakai kacamata hitam? Apa Kau pakai itu ke pemakaman?” ucap Nyonya Hong.
Tuan No hanya terdiam dan wajahnya panik.
“Meski
Alkitab berkata air curian terasa manis, roti yang dimakan diam-diam enak. Namun,
jika kau kecanduan pada rasanya, kau mungkin menjadi semur kepala ikan kod di
dasar neraka.” Tegas Nyonya Hong, Tuan No makin terdiam.
Tuan Byun
hanya duduk diam dibangkunya, Yong Sik sibuk melihat BERKAS KASUS PEMBUNUHAN KARAOKE, KASUS
PENGUSIL. Ia melihat semua barang bukti
tulisan “JANGAN USIL...”
Lalu ia
melihat foto jejak kaki dan teringat jejak kaki yang sama saat si pelaku
membuang botol air minum energinya. Ia melihat keterangan dibawah gambar “JEJAK
KAKI UKURAN 40 KEMUNGKINAN ADA KAKI TANGAN” lalu merasa ada sesuatu yang tak
enak.
Dong Baek
membereskan botol kosong didepan bar, lalu mengelu Siapa yang terus melempar boto minuman energi
ke tempatnya dan sungguh benci ini lalu bertanya-tanya Siapa pelakunya. Hyang Mi tiba-tiba berbicara
serius pada Dong Baek.
“Kau dan
Petugas Hwang seperti Brangelina dari Ongsan. Kalian gosip daerah ini.” Ucap Hyang
Mi
“Aku tak
tahu cara menghadapi Nyonya Kwak.” Keluh Dong Baek sambil melihat jam tangan.
Hyang Mi mengeluh kalau Don Baek juga tertarik padanya.
“Hei, kau
bicara apa?” tanya Dong Baek tak mendengar ucapan Hyang Mi, Hyang Mi heran Dong
Baek terus melihat jam.
“Apa Kau
cemas karena Yong-sik belum kemari? Apa Kau bersemangat soal sesuatu?” goda
Hyang Mi
“Biar
kulihat. Berapa puntung rokok yang kau buang?” keluh Dong Mi ingin Hyang Mi
berkerja keras.
“Jangan
cemas. Siapa yang mendengarkan ibunya sekarang ini? Pasangan berpisah karena
orang tuanya tidak realistis bahkan di sinetron.” Tegas Hyang Mi
“Kenapa?
Aku akan putus. Itu Hanya saat terjadi padamu kau sadar ini kotor dan
menjijikkan.” Kata Dong Baek santai.
“Ayah
Pil-gu? Apa Karena itu kalian putus?” kata Hyang Mi penasaran. Dong Baek heran
Dong Baek penasaran soal ayah Pil-gu
“Dongbaek,
aku selalu katakan ini Aku orang sempurna untuk berbagi rahasiamu. Aku tak
berpikir dan ingatanku buruk. Jadi Ceritakan semua kepadaku.” kata Hyang Mi
Dong Baek
pikir Tak ada yang perlu diceritakan dan
akan anggap kesialan terjadi. Hyang Mi pikir Tak ada yang namanya putus
baik-baik dan neurutnya Semua perpisahan buruk. Dong Baek pun mengaku Itu
memang perpisahan yang buruk. Hyang Mi tak percaya mendengarnya.
“Apa aku
terlalu cinta? Aku tak bisa sungguh mengerti dan memaafkannya, tak seperti
biasanya.” Ucap Dong Baek.
Flash Back
Dong Baek
berjalan dibelakang teman-temanya yang sedang mengantri, setelah itu gurunya
memberikan susu sambil berkata kalau Dong Baek tak perlu membayar program susu.
“Aku tak pernah merasa diterima
sejak masih kecil, jadi, aku terbiasa menerima dan mengerti. Teman sekelasku
dan orang tua mereka tak menyukaiku karena aku yatim piatu.”
Saat pulang
sekolah, beberapa anak berlari menghampiri ibunya yang menjemput. Dong Baek
berjalan dengan temanya, salah satu ibu didalam mobil memanggil A-reum
karena akan mengantarnya pulang. Dong
Baek hanya bisa menghapus keringat yang mengalir dimusim panas.
“Mereka menghindariku si anak yatim
piatu seakan punya penyakit menular. Mereka semua mengasihaniku dan berkata,
"Kasihan kau," tapi tak ada yang membiarkanku masuk mobil mereka. Lalu
aku bertemu dengannya saat usiaku 22 tahun. Dan dia menjadi semestaku.”
Jung Ryul
menarik tangan Dong Baek bertanya mau kemana didepan stasiun subway. Dong Baek
mengeluh agar melepaskanya, Jung Ryul pikir kalau akan menjelaskanya. Dong Baek pikir
kalau Jung Ryul tak mencintainya lagi jadi lebih baik putus saja.
“Aku termakan cinta yang hanya bisa
dirasakan saat berusia 22 tahun.”
“Kenapa
kau seperti ini? Gamenya tiba-tiba membaik. Itu yang terjadi.” Ungkap Jung Ryul
yang langsung menangis.
“Hei,
kenapa kau menangis?” kata Dong Baek heran dan tak bisa menahan tangisnya juga.
“Aku... Aku
tak akan mengajak ke kafe internet lagi. Aku janji padamu, aku tak akan bermain
StarCraft lagi saat bersamamu. Jadi, jangan katakan hal seperti itu. Aku tak
bisa hidup tanpamu.” Ucap Jung Ryul
“Hei, kau
pikir aku bisa hidup tanpamu?” kata Dong Baek ikut menangis.
Keduanya
akhirnya sama-sama menangis didepan stasiun, Jung Ryul pun akhirnya memeluk
Dong Baek menyuruhnya agar Jangan menangis.
“Aku tak bisa melihat yang lain, jadi,
aku lupa bahwa dia juga punya ibu,</i sama seperti yang lain.”
[2010, DONGBAEK USIA 25 TAHUN]
Dong Baek
hanya bisa tertunduk di sebuah restoan, Ibu Jung Ryul seperti tak enak hati
lalu dengan helaan nafas mengaku sudah cukup berpikir Ia juga mengaku ada uang
untuk Dong Baek dan tak bisa bicara elegan. Dengan blak-blakan ibu Jung Ryul
mengaku hanya sangat membencinya.
“Aku
sungguh-sungguh... Aku sangat membencimu. Bagaimana aku bisa tahan denganmu jika
aku sangat membencimu?” ucap Ibu Jung Ryul. Dong Baek hanya bisa tersenyum
menaarn rasa sedihnya.
“Apa Kau
tersenyum atau menangis? Kenapa kau berwajah sedih? Kenapa harus Jong-ryeol?
Kenapa?” keluh Ibu Jung Ryul. Dong Baek hanya bisa terdiam.
“Bagiku, kau
seperti...” kata Ibu Jung Ryul menatap wajah Dong Baek.
Dong Baek
hanya bisa tertidur di kamarnya, Jung Ryul ingin tahu apa yang dikatakan ibunya
apakah mengatakan Dong Baek anak yatim,
memakinya atau memukulnya. Dong Baek mengaku
Sangat menyedihkan dibenci, khususnya oleh ibu Jung Ryul.
“Hei,
ayolah. Aku bisa menang melawannya.” Tegas Jung Ryul menenangkan Dong Baek.
“Dibenci ibu
orang yang kau sukai itu berat. Aku tak bisa terima. Bukannya aku tak punya ibu
tapi karena aku tak mau.” Kata Dong Baek
“Benar.
Jadi, beri tahu yang dikatakannya... Maukah kau beri tahu aku yang dikatakan
ibuku?” ucap Jung Ryul frustasi.
Dong Baek
mengingat saat ibu Jung Ryul mengatakan “Bagiku, kau
seperti... Kau tahu, seperti setumpuk kuman.” Akhirnya Dong Baek
memberitahu Jung Ryul kalau ibunya mengangap dirinya itu Setumpuk kuman.Jung Ryul terlihat kaget dan
terdiam.
“Aku
setumpuk kuman baginya. Rasanya aneh aku terus memikirkan ibuku saat sedang bersama
ibumu. Jika aku punya ibu, apa dia akan membelaku?” ungap Dong Baek. Jung Ryul
hanya bisa diam saja.
Hyang Mi
pun ingin tahu apakah Dong Baek meninggalkannya
setelah ibunya meminta menjauh. Dong Baek mengaku tidak. Tapi Jung Ryul yang Pada
akhirnya melangkah mundur dan pergi. Hyang Mi yang mendengarnya yakin kalau
pria itu pasti berselingkuh sambil mengumpat.
“Kau tak
perlu memanggilnya berengsek. Aku tak menyalahkannya. Kurasa kami bisa anggap
impa karena dia meninggalkan Pil-gu denganku.” Ucap Dong Baek tersenyum
“Kau bisa
anggap itu impas? Apa Kau begitu menyukai Pil-gu?” keluh Hyang Mi kesal
“Cobalah kau
punya anak.” Kata Dong Baek merasa anaknya itu adalah anugerah terindah.
“Jika
ibumu atau ibuku sepertimu, maka Dongbaek dan Hyang-mi tak akan duduk di sini
memandangi puntung rokok.” Kata Hyang Mi.
Yong Sik
mengajak Tuan Byun duduk bersama, lalu
bertanya Apa konflik antara mertua dan menantu sangat merepotkan. Tuan Byun
pikir Jangan cemaskan berlari jika belum bisa berjalan, tap ia heran Yong Sik
bertanya padahal tak punya pacar.
“Kukira
akan lebih baik jika pacaran dengan seseorang yang dekat dengan ibuku.” Ucap Yong
Sik
“Itu
idealnya. Jika tak ada konflik antara mertua dan menantu angka harapan hidup lelaki
bisa mencapai 90 tahun.” Ucap Tuan Byun
“Katanya
mereka sahabat.” Ucap Yong Sik berbisik. Tuan Byun kembali bicara membuat Yong
Sik terlihat serius.
“Namun, tak
ada keluarga tanpa konflik. Jika ada keluarga seperti itu, mereka pasti tinggal
di kota maya, surga, atau mungkin tempat yang jauh seperti dongeng tradisional.”
Kata Tuan Byun. Yong Sik langsung mengajak Tuan Byun untuk makan.
Mereka pun
makan di restoran Nyonya Kwak. Tuan Byun
pikir Ini karena dia ‘kan. Yong Sik ingin tahu siapa yang dimasud. Tuan Byun
yakin kalau Yong Sik baru menatap Helena
dan sudah punya firasat. Yong Sik hanya bisa menghela nafas mengingat ucapan
Tuan Byun.
“Kepala
Byun, aku suka Dongbaek... Aku jatuh cinta pada pandangan pertama.” Akui Yong
Sik. Tuan Byun kaget mendengarnya.
“Aku
mengejarnya 10 kali sehari. Bahkan Seluruh lingkungan tahu.” Tegas Yong Si.
“Apa
ibumu tahu?” tanya Tuan Byun panik. Nyonya Kwok sedang lewat dengan sengaja
menyenggol anaknya dengan siku tanganya. Yong Sik mengeluh kesakitan.
“Dia
jelas tahu... Karena itu dia memakai sikunya.” Ucap Tuan Byun tahu kalau Nyonya
Kwak marah.
Nyonya
Hong berada diseberang jalan melihat baju yang dikenalnya lalu berjalan ke
tempat laundry, sambil bergumam “Aku ingin menyembunyikan perasaan yang melukai
harga diriku ini” Seorang ibu berteriak memanggil Nyonya Hong yang menyeberang
jalan.
“Aku
terlambat. Aku harus cepat.” Teriak si ibu. Nyonya Hong tak peduli ingn melihat
baju yang digantung.
“Namun,
di titik ini, aku tak bisa terus berpura-pura.” Gumam Nyonya Hong lalu melihat
name tag [NAMA PELANGGAN: CAMELLIA] wajahnya langsung terlihat kaget.
Di dalam
mobil
Ibu Tuan
No menceritakan Menantu temanyanya membuat jamuan untuk ulang tahunnya bahkan
membuat sembilan hidangan dan hot pot mewah sendiri dan menurutnya itu luar
biasa. Nyonya Hong menceritakan kalau ia sedang tak ingin membuat sembilan
hidangan untuk ulang tahunnya.
“Aku akan
bicara dengan suamiku dan cari prasmanan.” Ucap Nyonya Hong menahan amarahnya.
“Kenapa
aku harus peduli pada perasaanmu di hari ulang tahunku? Tentu saja... Ulang
tahun ibu mertua tak penting sama sekali. Perasaan menantu lebih penting.” Sindir
Ibu Tuan No.
“Ibu,
suamiku...” kata Nyonya Hong. Ibu Tuan No tahu alau putrnya yang ingin ke prasmanan,
bukan Nyonya Hong yang menginginkanya.
“Bukan
begitu, ini... Lupakan saja.” Ucap Nyonya Hong mencoba menahan emosinya. Ibu
Tuan No pun ingin tahu ada apa.
“Kenapa
kau berhenti bicara di tengah?” tanya ibu Tuan No, Nyonya Hong mengeluh kalau
ibu mertuanya itu sedang meledeknya.
“Aku akan
memberitahumu garis besar alasan aku tak ingin membuat semua hidangan itu.” Ucap
Nyonya Hong
“Kenapa
kau memberitahuku garis besarnya? Apa ini lelucon?” keluh Ibu Tuan No
“Dia
mirip ayahnya. Dia seusia Gyu-tae sekarang saat memberi cincinmu kepada Ae-sil,
gadis di pub, benar?” kata Nyonya Hong. Ibu Tuan No merasa kalau itu hanya
Omong kosong.
“Gyu-tae
mirip aku!” tegas ibu Tuan No. Nyonya Hong bisa mengerti kalau hanya berkata saja.
Nyonya
Hong pikir kalau ibu Tuan No bisa berjalan dari sana. Ibu Tuan No heran kenapa harus berjalan
karena Orang kelas kaligrafi selalu melihat anak menantunya mengantar. Nyonya
Hong mengaku harus segera ke suatu tempat.
Ibu Tuan
No panik Ke mana Nyonya Hong akan pergi. Nyonya Hong menjawab ingin ke salon.
Yong Sik
membantu ibunya membersihkan ikan asin, Ibunya sibuk menumbuk bawang di meja
sebelah. Yong Sik pun mendekati ibunya memberitahu kalau Dong Baek orang baik
dan ibunya juga sudah mengenalnya bahkan menjadi sahabatnya. Ibunya hanya diam
saja.
“Maksudku
dia sangat baik dan hidupnya menyedihkan. Aku merasa sangat iba padanya.” Ucap Yong
Sik
“Lalu
Bagaimana denganku? Apa Kau tak iba pada ibumu? Ini bukan kompetisi untuk
melihat hidup siapa yang lebih buruk. Aku sungguh tak ingin katakan ini karena
membuatku tampak buruk, tapi kau pilih ibumu atau Dongbaek?” kata Nyonya Kwak
marah.
“Omong
kosong apa ini?”keluh Yong Sik. Nyonya Kwak menyuruh Yong Sik segera pilih
satu.
“Ayolah,
itu murahan.” Keluh Yong Sik. Nyonya Kwak ingin memukul anaknya merasa kalau
anaknya yang murahan.
“Tunggu,
jangan gunakan kata kasar. Kita bisa bicarakan ini.” Kata Yong Sik mencoba
menenangkan ibunya.
“Apa kau
tak tahu, kau lahir setelah ayahmu wafat dan aku kerja seumur hidup
membesarkanmu? Apa Kau tahu berapa banyak uang damai yang kubayar setiap musim?”
ucap Nyonya Kwak
“Bahkan Aku
ke kuil Buddha untuk bersujud 3.000 kali berulang-ulang. Aku kehilangan semua tulang
rawan lututku karena itu. Jika kau punya nurani, maka kau tak boleh begini
padaku.”tegas Nyonya Kwak marah
“Katamu
Dongbaek baik, cantik, dan dia sahabatmu.” Kata Yong Sik Nyonya Hong tahu Dong Baek baik tap malang dan
cantik.
“Namun,
pada akhirnya, dia tak seharusnya punya putra, 'kan? Apa aku meminta terlalu
banyak sekarang?” kata Nyonya Kwak kesal.
“Ibu,
anggap ini beli satu gratis satu. Kau bisa dapat menantu dan cucu sekaligus.” Kata
Yong Sik. Ibunya sudah siap akan memukul dengan palu.
“Astaga.
Kenapa kau harus menumbuk bawang putih sekarang?” keluh Yong Sik ketakutan.
“Aku tak
akan menyalahkannya. Aku tak mau ke Camellia
dan mengatakan sesuatu kepadanya. Aku mengerti Dongbaek tak punya hati padamu,
tapi kau terobsesi padanya. Aku hanya akan fokus padamu. Jadi, kau dan aku
harus memutuskan. Pilih sekarang!” ucap Nyonya Kwak.
“Maksudku,
aku... Aku tak bisa memilih satu seperti memilih makanan yang kusuka, antara
jjampong atau jajangmyeon” jerit Yong Sik frustasi.
Nyonya Kwak
yang kesal keluar dari restoran, Yong Sik mengejarnya memutuskan untuk memilih Separuh-separuh.
Nyonya Kwak meminta anaknya Jangan
konyol karena Itu bukan pilihan. Yong Si
mengaku sangat menyukainya jadi tak bisa
melakukanya.
“Aku ingin
melihatnya begitu aku bangun. Aku juga ingin lari untuk bertemu dengannya
sekarang. Kakiku adalah kutub utara magnet dan Camellia adalah kutub selatan.” Jelas
Yong Sik
“Apa
analogi itu masuk akal? Omong kosong. Apa kau Perlu kutendang agar pikiranmu
jernih?” ucap Nyonya Kwak masih marah
“Aku tak
bisa menghentikan perasaanku dan kakiku membawaku ke sana.” Rengek Yong Sik
“Maka kau
bisa berhenti menemuinya dua bulan saja. Jika kau masih merasakan hal yang
sama, maka aku akan memaklumi tindakanmu.” Tegas Nyonya Kwak
“Apa Kau
pikir cintaku hanya bertahan beberapa bulan? Ini akan bertahan selamanya!”
tegas Yong Sik melihat ibunya sudah berjalan pergi.
Bersambung
ke EPISODE 10
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar