PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Raja
kaget mengetahui kalau Tidak ada dan prajurit yang tidak bisa menemukan penyerang
desa dan membunuh jand atau penyintas dari serangan itu. Prajurit memberitahu Saksi
yang dipindahkan atas perintahnya tewas.
“Apa Kau
tetap gagal menemukan pelaku di balik itu? Lalu apa yang kau ketahui? Apa yang
bisa kau lakukan untukku? Aku bertanya apa yang bisa kamu lakukan untukku!”
ucap raja marah sambil mengancam dengan padang.
“Begini...
Aku diberi tahu bahwa kepala rumah gisaeng mengunjungi Tuan Heo pada hari
penyerangan.” Ucap Prajurit dan akhirnya berlutut memohon ampun. Raja sangat
marah karena semua gara-gara Tuan Heo Yoon.
Di
ruangan
Yool Moo
dengan wajah tegang bertanya pada Dan Oh apakah
Belum ada kabar tentang Dong Joo. Dan Oh mengaku Belum padahal sudah mencarinya ke mana-mana.
Yool Moo pikir harus menemukannya
“Jika dia
menolak datang, bawa dia kepadaku dengan paksa. Jika dia bersamanya, bunuh dia
di tempat.” Perintah Yool Moo. Dan Oh menganguk mengerti.
Beberapa
pelayan sedang dimasker, lalu memuji Dong Joo kalau Tangannya cukup terampil Bahkan
gerakan kuasnya pun berbeda. Salah satu dayang melihat barang yang dibawa Dong
Joo lalu bertanya Berapa harganya. Dong Joo memberi harga harga satu koin saja.
“Jika
kamu menjualnya dengan harga murah, bagaimana kau bisa hidup?” ucap si wanita
tak enak hati.
“Begini...
Aku bisa mencari nafkah jika kalian membantuku. Bisakah aku mendapat pekerjaan
sebagai pelayan di istana?” tanya Dong Joo penasaran.
Di pasar
Nok
Du berjalan dengan Tuan Jung dan Aeng Du
dengan gagah berani, lalu dikagetkan dengan Tuan Jung yang mengikuti dari
belakang. Nok Du mengeluh Sampai kapan
akan mengikutinya dan teringat kalau akan
menemani ke Hanyang.
“Kita
berpisah sekarang saja.” Ucap Nok Du. Tuan Yeon bertanya apakah mereka punya
tempat tinggal
“Kami
bisa mengurusnya... Selamat tinggal.” Ucap Nok Du lalu bergegas pergi.
“Apa Kau
tahu? Kenapa dia masih menatapmu dengan kesedihan di matanya?” komentar Tuan
Jung. Nok Du bingung.
“Benar.
Saat kau tidur semalam, dia menempel padamu. "Tidak. Itu tidak mungkin
benar." Dia bilang begitu.” Cerita Aeng Du
“Itu
konyol... Dia jelas-jelas tahu aku ini pria.” Kata Nok Du kesal dan tiba-tiba
Tuan Yeon sudah ada dibelakang lagi.
“Apa? Ada
apa? Apa?” tanya Nok Du kesal.
Dalam
sebuah ruangan, Aeng Du dan Tuan Jung sudah makan dengan lahap samgyetang. Tuan
Yeon melihat keduanya makan seperti orang yang kelaparan, Nok Du pun bertanya
apakah Tuan Yeon akan membantu mereka
memulai hidup di Hanyang.
“Apa Kau
pikir aku melakukan ini untukmu? Yang benar saja. Aku hanya membantumu karena
aku mengkhawatirkan pria tua ini dan Aeng Du. Apa Kalian tidak setuju? Aku
yakin kita sudah akrab.” Ucap Tuan Yeon
“Aku
merasa kita sudah seperti keluarga.” Kata Tuan Jung, Tuan Yeon pikir akan
memanggilnya kakak mulai sekarang. Tuan Jung menyetujuinya.
“Kami
tidak bisa merepotkanmu seperti itu. Setelah kejadian di desa para janda, kau
bisa saja dihukum.” Ucap Nok Du khawatir.
“Begini, aku
siap untuk menghadapi kemungkinan terburuk. "Hukuman", katamu? Jika
aku harus menerimanya, biarlah kuterima.Inilah yang kurasakan.” Jelas Tuan Yeon
terlihat santai.
“Hanyang
adalah kota dengan persaingan ketat, jadi, aku khawatir bagaimana kamu akan
mengatasinya. Meskipun aku tidak terlalu khawatir... Dengarkan aku. Aku akan
menagih biaya jasaku dengan bunga nanti. Mari pergi.” kata Tuan Yeon. Nok Du
bingung mereka akan pergi kemana.
“Kita
butuh tempat tinggal.” Ucap Nok Du. Tuan Yeon pikir tak perlu memikirkan itu.
“Kita
harus melakukan sesuatu dengan pakaian norak itu.” Kata Tuan Yeon.
Di sebuah
toko
Tuan Yeon
duduk menunggu didepan baju sutra yang digantung, lalu bertanya apakah belum selesai. Sementara Aeng Du dan
Tuan Jung sudah berganti pakaian layaknya seorang bangsawan. Tuan Jung pikir lalat akan terpeleset di pakaian ini. Tuan Yeon mengeluh kalau tidak sabar lagi.
“Astaga,
kau masih cantik.” Ucap Tuan Yeon saat melihat Nok Du keluar dengan pakaian
berwarna pink. Semua bingung mendengarnya.
“Maksudku
pakaianmu... Kini kamu mirip penduduk Hanyang... Akhirnya.” Ucap Tuan Yeon
memujinya.
“Apa Kau
yakin bisa menghabiskan uang sebanyak ini?” tanya Tuan Jung tak yakin.
“Aku
menakjubkan dalam banyak hal... Tapi aku punya banyak uang. Cukup banyak... Jadi,
jangan khawatir.” Kata Tuan Jung lalu mendekati Nok Du.
“Astaga,
kau tampak cukup sederhana, jadi, aku tidak tahu.” Komentar Tuan Yeon.
“Aku
tidak membutuhkan pakaian seperti ini.” Kata Nok Du merasa lebih senang dengan
pakaian sederhana.
“Kau akan
menjadi sepupuku yang sudah lama meninggalkan Hanyang. Saat usiamu kurang dari
10 tahun, kau pindah ke selatan karena rapuh. Lalu kita kehilangan kontak dan
Kini kamu kembali. Bagaimana?” cerita Tuan Yeon membuat cerita tentang Nok Du.
“Melihatmu
menyamar sebagai wanita di desa untuk janda, kau pasti punya cerita.” Jelas
Tuan Yeon.
“Apa Kau
yakin aku tidak merepotkanmu?” tanya Nok Du. Tuan Yeon pikir Jika bukan karena mereka pastti akan
mati.
“Aku
berutang kepada kalian... Kalian akan memakai nama keluarga kami. Kau akan
menjadi Yeon Soo... Baiklah, mari kita cari rumah.” Kata Tuan Yeon lalu
mengajak mereka pergi.
Nok Du
berjalan dan melewati ayunan lalu teringat saat Dong Joo menaikinya dengan
wajah bahagia, tapi sekarang Dong Joo malah pergi meninggalkanya. Ia mengeluh
Dong Joo itu Perempuan jahat, saat itu
tersadar ada seseorang yang lama di atas ayunan.
“Berapa
lama kamu akan menggunakannya?” sindir Nok Du, Raja sedang duduk merenung. Para
prajurit langsung datang melindungi raja.
Raja langsung menyuruh semua pergi saja.
“Aku
menunggu.” Kata Nok Du. Raja bertanya apakah
Untuk naik ayunan ini. Nok Du membenarkan.
“Kamu
ingin naik ayunan ini... Aku belum lama duduk di sini.” Kata Raja yang tadinya
sudah berdiri dan kembali duduk.
“Baiklah...
Aku akan menunggu sebentar lagi..” ucap Nok Du akhirnya duduk disebelah raja.
“Kau
tampak khawatir.” Komentar Raja. Nok Du membenarkan. Raja bertanya Bolehkah
menanyakannya.
“Aku
takut akan tahu tentang sesuatu yang tidak ingin kuketahui, meskipun harus”
akui Nok Du
“Kita
sama. Apa Kau akan melarikan diri?” tanya Raja. Nok Du mengaku tidak.
“Aku harus
menghadapinya dengan berani.” Kata Nok Du lalu berjalan pergi.
“Tunggu
sebentar... Apa kita pernah bertemu?”komentar Raja. Nok Du mengaku tak tahu
seperti tak ingat. Raja pun mempersilahkan Nok Du pergi. Nok Du pikir kalau takdir
bisa bertemu lagi.
“Kurasa
aku pernah melihatnya di suatu tempat” kata Raja melihat Nok Du
Nok Du
pergi ke tempat Tuan Heo Yoon dengan pedangnya mengancam kalau harus menjawab pertanyaannya
kali ini. Tuan Heo menyuruh Nok Du agar ikut denganya. Keduanya masuk ke rumah
dan Tuan Heo membuka pintu kamarnya. Nok Du kaget melihat ayahnya dan keduanya
saling berpelukan.
“Kau
pasti melewati banyak kesulitan.” Ucap Tuan Jung, Nok Du heran ayahnya seperti
dikurung dalam kamar.
“Ayah
tidak terkurung di sini. Dia teman lamaku. Dia tidak akan menyakiti kita lagi,
jadi, jangan khawatir.” Kata Tuan Jung menyakinkan.
“Apa Dia
teman? Kenapa teman Ayah mencoba membunuh kami? Dan sekarang, Apa dia tidak
akan mencoba menyakiti kita lagi? Apa karena... Aku...” ucap Nok Du dan Tuan
Jung langsung memeluknya dengan erat.
“Jangan
katakan apa pun. Jangan tanyakan apa pun.” Kata Tuan Jung memeluk anaknya.
“Aku
sangat membenci Ibu. Ibu selalu lebih memperhatikan Kak Hwang Tae.” Kata Nok Du
kesal
“Mari
kita pergi dan cari kakakmu bersama.” Kata Tuan Jung. Nok Du pikir Ibu
menjalani seluruh hidupnya dalam kehampaan dan meninggal tanpa menjalani
pengobatan.
“Mana
mungkin aku tidak punya pertanyaan? Siapa aku?” tanya Nok Du. Tuan Jung terdiam
“Tidak.. Aku
harus menghadapinya dengan berani. Apakah aku putra Yang Mulia?” tanya Nok Du
penasaran.
“Entah
apa yang kamu dengar, tapi itu tidak benar. Kau... Kau putra ayah.” Kata Tuan
Jung menyakinkan.
“Aku
tidak akan pernah tahu kebenarannya, bukan? Tidak dari Ayah maupun teman lama
Ayah.” Kata Nok Du menangis.
Tuan Jung
terlihat kebingungan, Nok Du pikir akan kembali. Tuan Jung pun bertanya mau ke
mana. Tuan Jung pkir akan meluruskan yang salah dan akan memastikan Ayah dan
Kak Hwang Tae hidup dengan terhormat, lalu meminta agar menJaga kesehatan.
“Jangan,
Nok Du!” kata Tuan Jung menahanya, Nok Du meminta agar melepaskan tangan.
Didepan
pintu sudah banyak prajurit yang berjaga memperingatan Nok Du tidak boleh pergi
dan ikuti saja dengan tenang. Nok Du menolaknya. Anak buah Tuan Heo akan
mengeluarkan pedangnya, Nok Du pun siap untuk mengeluarkan sesuatu dari dalam
bajunya.
Saat itu
terdengar bunyi suara pintu diketuk, akhirnya pandangan mereka teralihkan. Nok
Du pun bergegas kabur. Raja terus memukul pintu dengan wajah kesal. Akhirnya prajurit
yang membuka paksa, Anak buah Tuan Heo bingung melihat Raja menerobos masuk.
Di kamar
Tuan Jung
ingin tahu Berapa banyak yang diketahui Nok Du dan Berapa banyak yang diketahui
Tuan Heo tentang hal ini. Tuan Heo pun
bertanya Menurut Tuan Jung kenapa Yang Mulia ingin menyingkirkan putranya 20
tahun lalu.
“Dia
bahkan bersedia membunuhmu. Menurutmu kenapa?” tanya Tuan Jung
Beberapa
pria mengejar Nok Du dan ternyata Nok Du bersembunyi dalam sebuah "Penginapan" lalu bergegas pergi.
Saat itu Dong Joo baru saja keluar tanpa sadar kalau Nok Du tadi bersembunyi.
Raja berjalan masuk dan kaget melihat Tuan Jung masih hidup.
“Yang
Mulia...” ucap Tuan Jung langsung bersujud didepan Raja. Raja masih terlihat
gugup.
Tuan
Hwang terbangun dari tidurnya dan kaget melihat Nok Du yang duduk didalam
ruangan. Nok Du memberitahu Tuan Hwang kalau harus masuk ke istana dan harus
mencari tahu sendiri bahakn Harus melakukan sendiri.
Sementara
Tuan Jung dan Tuan Yeon sudah bersujud didepan raja, Raja ingin tahu apakah
hanya Tuan Jung yang selamat hari itu. Tuan Jung sempat terdiam sampai akhirnya
mnegaku Hanya ia saja yang masih hidup dan hanya ia saja yang bisa bertahan
hidup.
“Jika
perkataanmu ternyata bohong, maka aku akan mengakhiri hidupmu sendiri.” Ucap Raja
lalu keluar ruangan.
“Awasi
mereka berdua. Pastikan mereka tidak pergi ke mana pun.” Kata Raja pada
pengawal.
Nok Du
melihat dua ekor anak ayam dan mengajaknya bicara, karena sang anak ayam yang
tinggal ditempat yang tak nyaman.
“Kalian
juga tidak menyukainya, bukan? Yang dibuat Dong Joo bagus dan kukuh. Memangnya
kenapa kalau dia pandai membuat sesuatu? Dia berandal kejam yang tidak
bertanggung jawab.” Ucap Nok Du kesal
Di sebuah
ruangan
Dong Joo
memperlihatkan kotak yang dibawanya karena
Ini jelas sangat sulit didapatkan dan sudah berjanji, jadi harus menepatinya. Si
anak bangswan mendengar kulit Dong Joo menjadi
berkilau dan cerah begitu mencuci wajahnya dengan ini.
“Ini dia.
Kalian harus mencobanya.” Ucap Dong Joo membangikanya.
“Kau memberi
kami sesuatu yang berharga. Jika kau menyuap kami agar kau bisa mendapat
pekerjaan...” kata si wanita.
“Ya,
itulah yang kulakukan. Jadi, bisakah kamu...” ucap Dong Joo, dan si wanita
langsung bergegas pergi.
“Tapi aku
cakap melakukan apa pun.” Kata Dong Joo, Si wanita hanya membayarnya lalu pergi. Dong Joo mengumpat kesal menurutnya lebih mudah memanjat dinding istana.
Di sebuah
toko , Nok Du memberitahu kalau bersiap mengikuti ujian militer jadi butuh
busur untuk berlatih. Ia pun juga ingin beragam anak panah. Si Pria memilih
busur yang bagus, Dan untuk anak
panahnya, aku akan memberi yang terbuat dari kayu dan baja...
“Omong-omong,
Apa kau ingat pria yang membeli magnetit di sini? Dia kecil, pendek, dan
berkulit putih.” Tanya Nok Du penasaran.
“"Magnetit"?
Apa Pria yang berpenampilan cantik itu?” ucap si pria. Nok Du membenarkan.
“Apa dia
datang baru-baru ini?” tanya Nok Du. SI pria mengaku Tidak, karena itu kali
terakhir melihat Dong Joo
“Dia jarang
datang Tapi dia tetap datang sesekali. Pasti dia akan datang lagi.” Ucap Si
pria lalu memberikan semua jenis panah yang diminta.
“Hari
ini, aku akan membeli ini saja. Aku akan kembali besok dan lusa untuk membeli
sisanya.” Ucap Nok Du tersenyum penuh rencana.
“Baik,
tapi itu akan merepotkan.” Kata si pria. Nok Du seperti tak peduli hanya
membeli sebagian.
Dua orang
anak bangsawan melihat dari ayunan, lalu mengajak salah satu bermain ayunan. Temanya
mengeluh Memangnya anak kecil. Tapi
wanita lain merasa tidak bisa menahan diri. Si wanita lain berpikir kalau merke
harus pulang sebelum matahari terbenam.
“Permisi...
Apa Kamu menyewa ayunan itu? Anak-anak mengantre.” Teriak si wanita yang
berwarna hijau.
Nok Du
terbangun membiarkan anak-anak main, semua langsung bahagia. Si wanita berbaju
pink langsung terkesima melihat Nok Du berpura-pura terjatuh. Nok Du langsung
menahanya sebelum jatuh dan mereka saling menatap.
“Dia
baik, tapi tidak peduli. Dia sangat menarik.” Ungkap si wanita melihat Nok Du
yang membawa panah.
Nok Du pergi
ke toko buku memberitahu ingin membeli buku untuk persiapan ujian militer. Si paman
menyuruh agar masuk ke dalam saja. Saat itu raja mendengar suara Nok Du
langsung mengenalinya, dan langsung
menemui Nok Du.
“Kurasa
kita ditakdirkan bertemu lagi.” Komentar Raja. Nok Du pun bertanya kenapa
datang ke toko buku.
“Banyak
yang kupikirkan, tapi kupikir kau akan naik ayunan. Apa Kau bersiap mengikuti
ujian militer?” ucap Raja. Nok Du membenarkan.
“Aku
harus masuk ke istana. Kurasa aku akan lebih baik dalam hal ini daripada ujian
PNS.” Kata Nok Du. Raja kaget mendengar
"Istana"
“Kenapa
kamu harus masuk ke istana?” tanya Raja penasaran. Nok Du mengaku harus bertemu
Yang Mulia.
"Yang
Mulia"? Sepertinya bukan untuk alasan baik.” Komentar raja. Nok Du sedikit
berpikir
“Aku
harus bertemu dengannya agar aku bisa sukses. Aku ingin merebut hati Yang
Mulia.” Kata Nok Du.
“Siapa
namamu?” tanya Raja. Nok Du menjawab namanya Yeon Soo. Raja pikir mereka dari
keluarga yang sama dengan mantan sekretaris utama kerajaan. Nok Du membenarkan.
“Maka aku
harus memberimu sesuatu untuk mendukung kesuksesanmu. Kita bertemu di sini lagi
dalam lima hari sekitar pukul 15.00.” ucap Raja.Nok Du bingung.
Dong Joo
akan memakai sepatunya teringat saat Nok Du mengantikan kaos kakinya.
Flash Back
Nok Du
mengeluh Dong Joo sebodoh itu karena harus mengeringkan kakinya dahulu. Dong
Joo tak peduli mengajak pergi saja. Nok Du tetap ingin menganti kaos kaki jadi
pasti kedinginan, jadi akan terserang flu.
“Kamu akan
membuat hidupku lebih sulit. Nanti aku yang repot.” Ucap Nok Du.
Saat itu
Dong Joo seperti melihat Nok Du didepannya, tapi semua hanya bayangan. Dong Joo
hanya bisa menangis sambil mengeluh kalau tidak berhak menangis.
Saat itu
si wanita berpakaian pink datang menemui Dong Joo yang bisa melakukan apa pun.
Dong Joo bingung karena diminta untuk mencari
seorang pria. Si wanita mengaku berkeliaran di sana setiap kali keluar, tapi
sepertinya tidak bisa bertemu dengannya lagi.
“Tentu
saja, aku wanita milik Yang Mulia Tapi aku hanya ingin bicara dengannya. Karena
dia menyelamatkanku dari terluka, jadi aku hanya ingin memberinya hadiah kecil.”
Ucap si wanita. Dong Joo mengerti.
“Tapi ini
seperti mencari jarum di tumpukan jerami.” Kata Dong Joo. Si wanita mengaku
kalau sudah mengusir pelayan yang bekerja untuknya.
“Jadi Bagaimana
rupanya?” tanya Dong Joo bersemangat.
Akhirnya
Dong Joo pergi kepasar dengan petunjuk si pria yang dicarinya.
“Dia mengenakan jubah merah muda
yang indah. Dan dia memakai topi bertali mewah dengan ametis. Dia punya rahang
indah Kulitnya lebih putih daripada kulit wanita mana pun. Bukan itu saja.
Matanya... Matanya begitu dalam dan sedih dengan banyak kisah.”
“Setidaknya
dia harus terlihat seperti manusia.” ucap Dong Joo melihat gambar wajah pria.
Si wanita
berpesan “Aku bisa keluar lagi dalam empat hari. Suruh dia menemuiku di ayunan
malam itu.” Dong Joo pun heran pada si wanita yang harus bertemu di ayunan.
“Dia bisa
berganti memakai jubah baru. Tapi dia tidak akan sering mengganti tali
mewahnya.” Ucap Dong Joo melihat gambarnya, saat itu Nok Du lewat.
“Sial.
Ini membuatku gila. Aku harus menemukannya malam ini... Astaga. Aku harus menemukannya
apa pun yang terjadi.” Ucap Dong Joo yakin lalu melihat sosok pria berpakaian
warna pink.
Dong Joo
mengejar pria dengan pakaian warna kuning, sampai akhirnya menepuknya. Ternyata
Raja yang mengunakan pakaian pink, beberapa pengawal mendekat tapi raja
menyuruh pergi. Dong Joo memperlihatikan lebih dalam.
“Mata
yang memesona... Dagu yang indah. Kulitnya bisa dianggap cukup putih.. Dia
mungkin pria itu. Merah muda dan ametis.” Gumam Dong Joo menatap dalam Raja.
“Apa Kau
sudah selesai?” tanya raja. Dong Joo meminta maaf lalu bertanya apakah pernah
ke ayunan di sekitar sini beberapa hari lalu.
“Ayunan
beberapa hari lalu? Ya. Aku ke sana.” Kata Raja. Dong Joo tersenyum
mendengarnya.
“Aku meminta
ini pada Anda memang tidak sopan. Apa Anda bisa ke ayunan malam ini sekitar
pukul 23.00? Ada seorang wanita yang ingin bertemu dengan Anda.” Kata Dong Joo.
Raja kaget mendengarnya.
“Dia hanya
ingin memberi Anda hadiah.. Dia hanya ingin bicara dengan Anda.” Ucap Dong Joo.
Raja bingung kalau ada seseorang yang ingin bertemu denganya.
“Aku
mohon... Datanglah sekitar pukul 23.00. Jangan lupa. Kuanggap Anda setuju dan
aku akan memberitahunya. Anda sudah berjanji.” Ucap Dong Joo
Nok Du
bergegas menemui Raja meminta maaf karena menunggu lalu kaget melihat baju yang
digunakan Raja. Raja mengaku Bukan hanya takdir kita yang sama, tapi selera
pakaian kita sama lalu memberikan sebuah kotak. Nok Du binggung apa itu.
“Ini
gulali... Kuharap ujianmu lulus.” Ucap Raja. Nok Du pun mengucapkan Terima kasih.
“Aku
tidak tahu cara membalasnya.” Kata Nok Du. Raja pikir Nok Du bisa membalasnya dengan lulus ujian.
“Jika kau
lulus, jangan menjadi orang asing.” Kata Raja. Nok Du menganguk mengerti. Raja pu
mempersilahkan untuk pergi.
“Kau
pasti sibuk dengan persiapan ujian.” Ucap Raja Nok Du menganguk mengerti.
Pengawal datang,
Raja bertanya Bagaimana keadaan kanselir. Pegawai pikir dia diam saja dan Raja
yang menyuruh untuk menyelidiki cucu keluarga Yeon, lalu memberitahu kalau Fisiknya
sangat lemah. Jadi, dia pergi ke area perdesaan untuk menjaga kesehatannya.
“Mereka
belum mendengar kabarnya sejak saat itu.” Kata Pengawal. Raja kaget mengetahui Mereka
belum mendengar kabarnya lalu menatap Nok Du yang sudah berjalan pergi.
Nok Du
berlatih pedang dengan kayu tap kayunya kembali patah. Tuan Yeon menyuruh Nok
Du agar jangan lakukan gerakan yang kaku. Nok Du menganguk mengerti lalu melihat
barang yang dibawa Tuan Hwang.
“Kau
menyebutkan bunga lonceng dari pulau. Bunga lonceng ada di pulau kita, tapi
sulit menemukannya di sini. Ini mengingatkanku pada ayahmu. Dahulu dia sering
makan ini karena batuknya. Benar, kan?” ucap Tuan Hwang.
“Omong-omong,
kenapa kau menginginkan ini?” tanya Tuan Hwang heran.
Nok Du
mencoba masuk ke dalam rumah, tapi beberapa penjaga menghadangnya lalu bertanya
Siapa itu jadi menyuruh agar Ikut dengan tenang. Nok Du mencoba tetap diam,
Tuan Jung membuka pintu dan kaget melihat Nok Du. Akhirnya Nok Du melawan prajurit dan
kabur.
“Dia pria
bertopeng hitam. Aku memotong lengan bajunya.” Ucap Pengawal. Ketua menyuruh
agar mengejarnya.
Dong Joo
sudah ada menunggu didepan ayunan, dengan wajah bahagai memberitahu pria itu
sudah datang. Si wanita dengan wajah bahagia
tak sabar menunggu Nok Du tapi saat melihat pria makin dekat wajahnya
panik melihat ternyata raja den mencoba kabur.
“Kau
memintaku datang ke sini. Kau mau ke mana?” tanya Raja. Dong Joo terlihat
bingung.
“Kurasa
aku salah. Kurasa kau bukan pria yang kucari.” Jelas Dong Joo. Si Raja pun
ingin tahu siapa yang dicarinya.
“Begini,
itu tentang cinta antara pria dan wanita. Sulit memberitahumu secara detail.
Pokoknya, maafkan aku. Aku akan pergi sekarang. Maafkan aku.” Ucap Dong Joo
lalu bergegas pergi. Raja bingung karena ditinggalkan begitu saja.
Pengawal
datang menemui Raja memberitahu Seorang pria datang mengunjungi Jung Yun Jeo
dan bergegas pergi. Raja bertanya apakah melihat wajahnya. Pengawal mengaku
tidak punya kesempatan, tapi lengan bajunya dipotong dan namanya Nok Du.
"Nok
Du"? ucap Raja mencoba mengingat-ingat lalu menyuruh mereka harus menangkapnya bagaimanapun caranya. Pengawal
mengerti.
Dong Joo
berjalan pulang melihat beberapa prajurit sedang mencari- cari seseorang. Ia
lalu melihat sosok pria sedang bersembunyi dan berpikir kalau itu Nok Du lalu
mencoba mengelabuhi petugas melihat seorang pria yang mencurigakan pergi ke
sana. Prajurit pun pergi.
Akhirnya
Dong Joo mencari ke dalam gerobak ternyata sudah tak ada orang disana. Ia
mencoba mencari di rumah dan saat itu seseorang menarik tanganya. Dong Joo
kaget ternyata Nok Du yang dicari lalu berpikir harus pergi dari sini. Nok Du
menahanya.
“Aku akan
menarik perhatian mereka... Kau harus bersembunyi di sini.” Kata Dong Joo
“Tidak...
Aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi. Tidak akan pernah.” Tegas Nok Du.
Dong Joo
melangkah mundur dan saat itu mangkuk jatuh ke lantai dan mengeluarkan bunyi.
Pengawal bisa mendengarnya mencoba mendekat, raja datang membawa obor, Nok Du
dan Don Joo panik melihat seseorang yang
datang.
Bersambung
ke episode 9
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar