PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 18 Oktober 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 19

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 



Dong Baek dengan wajah bahagia memperlihatkan keset bertuliskan “SELAMAT DATANG” lalu menyuruh agar memberitahu mereka. Yong Sik tersenyum bergumam “Aku hanya sangat  mengaguminya. Aku tak lagi...” tiba-tiba Dong Baek mencium pipi Yong Sik.
“Kau yang lebih dahulu.” Kata Yong Sik akhirnya berani mencium Dong Baek sambil bergumam “Aku tak ingin lagi jadi pria baik.”
“Udara tampak berhenti, dan butiran salju tampak turun dari langit. Tak ada yang masuk akal.” Gumam Dong Baek matanya terbuka melihat salju turun.
Berita di TV “Area sentral dekat pantai barat turun salju pertama tahun ini, dua pekan lebih awal dari tahun lalu. Karena udara dingin dari barat laut, suhu rendah tak biasa diduga akan terus berlanjut.” 

Keduanya duduk diam didepan kedai pangsit, tatapan mereka kosong seperti mengingat percakapan sebekumnya. Dong Baek berkata “Hanya diperlukan uap untuk memasak pangsit. Kau tak perlu merebusnya. Lupakan api.Kenapa kita tidak pelan-pelan dan hangat saja bersama?”
“Pangsit sebenarnya matang lebih cepat dari yang kau kira. Lalu suhu di antara  kita mulai meninggi. Berani dan menempuh risiko mengalahkan pelan-pelan dan jalani saja. Mungkin itu strategi menang terhebat.” Gumam Yong Sik dan keduanya ternyata bergenggam tangan dibawah meja.
[ORANG BAIK TAK BISA BERUNTUNG]

Yong Sik mengantar Dong Baek menyuruh masuk dan memperhatikan tangganya. Dong Baek tersenyum melihat tingkah Yong Sik, wajahnya terlihat sangat bahagia.  Yong Sik kembali bicara dengan Dong Baek dengan sangat yakin mengatakan perasaanya.
“Aku menyukaimu.” Kata Yong Sik. Dong Baek mengaku tahu dan Semua orang di Ongsan juga tahu. Yong Sik pikir benar juga.
“Kata orang tak boleh mudah mengatakannya. Tapi menurutku tak benar menyimpannya hanya untuk kesempatan khusus, seperti makan daging sapi di hari spesial.” Ungkap Yong Sik.
“Kenapa? Apa yang ingin kau katakan?” kata Dong Baek penasaran. Yong Sik terlihat gugup mengatakannya.
“Begini, kau tahu... Aku sudah melewati tahap hanya menyukaimu. Aku hampir... Aku hampir... Maksudku...” ucap Yong Sik yang langsung di potong Dong Baek.
“Astaga... Tolong jangan. Kau tak perlu mengatakannya.” Kata Dong Baek panik.
“Tidak, aku bisa melakukannya. Aku... Maksudku, ini hampir... Aku sungguh... Kau tahu. Ini hampir... Yang ingin kukatakan adalah...” ucap Yong Sik gugup dan tiba-tiba kurir pengantar ayam goreng datang. 
Yong Sik bertanya apakah Dong Baek memesan ayam. Dong Baek mengelengkan kepala. Tapi kurir yakin  Seseorang pesan ke alamat ini. Yong Sik memberitahu In Goo kalau  Dong Baek bilang tak memesannya. Tiba-tiba Nyonya Jung keluar dari rumah.
“Sudah berapa lama kau berdiri di sana?” tanya Yong Sik kaget, Nyonya Jung mengambil pesanan sambil berkomentar.
“Kenapa kau terus gagap?” sindir Nyonya Jung, Yong Sik bingung. Nyonya Jung akhirnya masuk sambil menutup pintu.
“Kenapa kau menutup pintu? Aku mau masuk.” Komentar Dong Baek bingung.
“Aku sangat sulit, 'kan?” komentar Dong Baek sedih,  Yong Sik mengaku tidak seperti itu.
“Ahh... Kau seperti itu lagi. Jangan hilang percaya diri.” Tegas Yong Sik. Dong Baek mengaku Tidak akan.
“Takkan kubiarkan orang menjatuhkanku. Aku akan hidup semauku.” Ucap Dong Baek. Yong Sik tersenyum bahagia. 

Nyonya Jung sibuk memisahkan daging dengan tulang ayam lalu memberikan pada Pil Goo. Dong Baek mengatakan pada ibunya agar menunjukkan pada semua lalu mengaku akan menjadi berani dan hidup semaunya.
“Hidupmu jelas bisa berubah. Kepribadianmu menentukan bagaimana hidupmu. Jika kau berlaku seperti keset, semua akan menginjakmu. Jika tertawa setiap hari, banyak yang bisa ditertawakan.” Kata Dong Baek.
“Dia cerewet saat mabuk.” komentar Ibu Jung melihat anaknya dan masih sibuk mengurus cucunya.
“Di musim semi, aku akan hidup seperti bunga menari terkena angin. Di musim panas, aku akan seperti Pil-gu di hari pertama liburan. Di musim gugur, aku melankolis seperti pria kaya yang tak ada kegiatan lain. Di musim dingin, aku anjing yang berguling di salju.” Ungkap Dong Baek.
“Lalu bukankah hidup akan damai dan menyenangkan, Bu?” tanya Dong Baek, Pil Goo meminta ibunya diam karena tak bisa mendengar TV.
Nyonya Jung menyingkirkan garam dari Pil Goo, karena ayamnya nanti terlalu asin.  Dong Baek menegaskan akan coba jalani seumur hidup seperti itu dan  Akan menunjukkan pada semua. Nyonya Jung yang mendengarnya tak bisa menahan senyuman bahagia.
Malam hari, di kamar Pil Goo, Nyonya Jung seperti menyembunyikan sesuatu dan mengambilnya.



Semua bibi melonggo melihat yang ada didepanya. Dong Baek berjalan dengan gaun merah dan percaya diri. Semua tak percaya melihat Dong Baek tak seperti biasanya, karena sangat berani sambil gumam “Aku hanya ingin hidup seperti yang kumau.”
“Halo... Salju pertama turun kemarin.” Sapa Dong Baek, Semua bibi menganguk
“Pertemuan warga akan diadakan di akhir bulan, 'kan?”kata Dong Baek. Semua menganguk kembali.
“Aku akan datang. Aku janji.”kata Dong Baek. Semua kembali menganguk seperti masih tak percaya Dong Baek itu berubah.
“Aku rasa dia suntik botoks.” Komentar Bibi Park. Bibi Kim tak percaya kalau Dong Baek selalu secantik itu”
“Dia belum pernah tersenyum seperti itu.” Komentar Bibi lainya. Dong baek akhirnya pergi ke KEDAI KOPI DOL
“Mulai kini, kulakukan yang kumau.” Ucap Dong Baek dengan wajah penuh semangat. 


Yong Sik sibuk mencari informasi tentang makanan kucing. Hyang Mi mengaku tak tahu soal makanan kucing itu dan merasa seseorang menaruhnya di sana.
“Jadi, Apa kau tak pernah melihat seseorang menaruh makanan kucing di sana?” tanya Yong Sik.
“Apa itu?” tanya Hyang Mi bingung, Yong Sik melihat Dong Baek datang dengan menuntun sebuah motor. 

Dong Baek dengan wajah bahagia membawa motor berlabel “KEDAI KOPI DOL” lalu memberitahu kalau  ingin mulai mengantar makanan ke pelanggannya juga. Hyang Mi pikir motor itu Mi-sun. Dong Baek pikir Mi Sun sangat baik.
“Dia menutup kedai kopinya dan pada dasarnya memberiku ini gratis.” Kata Dong Baek.  Hyang Mi bingung apa maksudnya  "Pada dasarnya?"
“Jadi, kau beri dia uang untuk ini?” tanya Hyang Mi. Dong Baek menceritakan Mi Sun  bilang bayar saja 300.000 won alih-alih 500.000 won.
“Dia membeli sepeda motor bekas ini hanya 150.000 won tahun lalu.” Kata Hyang Mi. Dong Baek kaget harganya hanya 150.000 won.
“Kau membeli sepeda motor bekas seharga dua kali lipat.” Kata Hyang Mi sambil menghela nafas lalu masuk ke dalam bar. 

Yong Sik melihat dibagian depan mengeluarkan helm dan bertanya  kenapa membeli helm juga. Dong Baek menceritakan kalau kakak Mi-sung, Mi Jung  mematahkan rahangnya saat mengendarai sepeda motor jadi membeli helm yan menutupi wajahnya.
“Kau tahu cara mengendarai ini, 'kan?” tanya Yong Sik. Dong Baek pun tahu dari Mi Sun  siapa pun yang bisa naik sepeda tahu caranya.
“Apa Kau tahu nomor KTP-nya? Dia jelas menipumu.” Keluh Yong Sik lalu tak sengaja memukul Counter bagian belakan dan langsung terjatuh begitu saja.
“Astaga. Bagaimana ini? Apa Ini rusak? Bagaimana memperbaikinya?” ucap Dong Baek panik melihat counter yang copot.
“Walau itu hanya bara, Dongbaek berusaha keras mempertahankan apinya. Dan apiku terus membara liar.” Gumam Yong Sik menatap Dong Baek. 

Yong Sik masuk ke dalam kantor polisi dengan penuh semangat memberitahu dapat nomor pemilik gedung. Tuan Byun heran  Bagaimana  Yong Sik dapat nomor pemilik gedung dengan mudah. Yong Sik memberitahu  Heung-sik dahulu bekerja membersihkan gedung.
“Lalu tempat kudapan In-gu dahulu di lantai pertama gedung itu. Kau tahu siapa In-gu? Dia sepupu sahabatku, Cheol-gu.” Cerita Yong Sik bangga.
“Koneksimu lebih berguna daripada pangkalan data polisi.” Ejek Tuan Byun.  Yong Sik tak ingin mendengarnya dan mencoba menelp pemilik gedung 

Mereka akhirnya melihat CCTV kembali, Tuan Byun merasa Aku tak percaya ini karena pemilik gedung berkata tak ada jalan masuk lain Yong Sik memikirkan tak ada jalan tapi Ternyata tak ada yang datang atau masuk ke gedung.
“Tapi ini tampak seperti ditutup seseorang.” Kata Yong Sik penasaran, Semua serius ingin melihat rekaman CCTV, saa itu sebuah mobil pemadam kebakaran keluar dari gedung. Semua hanya bisa melonggo. 

Pil Goo hanya terdiam memainkan batu menunggu mereka latihan melompat. Dae Song menceritakan  bunya berkata Pil-gu satu-satunya di kelasnya yang punya 2A1I. Temanya bertanya  Apa itu  maksud dari "2A1I?" Dae Song memberitahu A untuk Ayah dan I untuk Ibu.
“Dengan kata lain, dia punya dua ayah dan satu ibu.” Ucap Dae Sung. Pil Goo masih tetap saja diam.
“Karena ibu Shin Cung-jae menikah lagi, apa dia juga 2A1I?” tanya temanya lain.
“Ya, bisa dibilang begitu. Nama keluarganya mungkin berubah dari Kang menjadi Hwang.” Ucap Dae Sung dengan nada mengejek.
Pil Goo masih tetap diam, Dae Sung maju ingin melompat. Saat  itu Pil Goo memanggilnya “Gendut.” Dan langsung menyerangnya. 

Di gedung transportasi, terjadi kabakaran. Petugas kebakaran membahas  Kebakaran saat penghancuran biasanya disebabkan hubungan pendek arus listrik. Tapi petugas lain berpikir ketuanya juga  melihatnya tadi. Ketua menyurun anak buahnya Jangan bicara tak masuk akal saat tak yakin.
“Ada apa? Apa yang kau lihat?” tanya Tuan Byun mendengarnya, sementara Yong Sik sibuk mengambil gambar TKP.
“Pria ini katakan omong kosong soal kebakaran pekan lalu, dan kini bicara masalah asuransi, serta investigasi. Mereka minta kita tulis laporan. Jangan buat aku kesal.” Jelas Ketua.
“Tunggu, ada kebakaran pekan lalu? Di mana?” tanya Tuan Byun, petugas menjawab Di sana, tempat terowongan dibangun.
“Namun, hanya kebakaran kecil. Pemantik dan mi instan ditemukan di TKP. Tampaknya api disulut tunawisma.” Jelas Ketua. Tuan Byun mendengar pemicunya Pemantik.
“Api mengambang sedikit di sini dan di terowongan. Jika api mengambang walau disemprot air, artinya ada minyak, jadi, kita harus periksa kemungkinan pembakaran dahulu...” jelas petugas.
“Hei.. Kau belum cukup melihat TKP kebakaran untuk berkata seperti itu.” Teriak kepala pada anak buahnya.
“Hei, Berandal! Hentikan sikapmu itu!” balas Tuan Byun membela dan saat itu Yong Sik melihat sesuatu di TKP. 



Petugas pemadam pun pergi,  Yong Sik keluar dari gedung melihat ada tempat makan kucing yang sudah terisi penuh.  Tuan Byun melihat pecahan korek dan ingin tahu Apa yang terjadi, lalu merasa Firasatnya buruk soal ini.
“Siapa yang terus mengisi mangkuk itu dengan makanan kucing? Apa Kau pernah lihat seseorang mengisi itu?” tanya Yong Sik penasaran.
“Kenapa terus tanya makanan kucing di situasi ini? Apa Kau juga mau beri makan?” keluh Tuan Byun.
“Aku hanya merasa ini sangat aneh.  Kepala, walau aku sebentar tinggal di Seoul, aku melihat lebih banyak kucing daripada di sini. Aku jarang melihat kucing di lingkungan ini entah kenapa, tapi seseorang terus mengisi makanan kucing. Apa Kau pikir itu tak aneh?” komentar Yong Sik. 

Jessica mengajak foto bersama dengan teman-temanya, senyuman mereka terlihat bahagia. Ia lalu membuat caption “Para istri pemain Ligers membuat kimchi bagi orang miskin. Tapi setelah itu mereka terlihat saling berjauhan dan sibuk dengan ponselnya.
“Siapa K yang disebutkan di tabloid?” tanya salah satu istri pemain. Wanita lain mendengar seseorang di tim mereka.
“Siapa?” tanya si wanita penasaran, Wanita itu juga tak tahu menurutnya Ini memalukan. Temanya pikir mereka masih menganggap itu simpanan padahal ini tahun 2019.
“Itu menjijikkan... Ini bahkan bukan seseorang di LA. Dia di kota terpencil.” Kata si wanita. Temanya menyebut di Provinsi Chungcheong.
“Ya, Ongsan. Terkenal dengan kepiting...” kata si wanita dan Jessica yang mendengarnya langsung tersedak dan mengumpat kesal. 

Jong Ryul menunggu di depan sekolah Ongsan, lalu mengeluh karena  , banyak orang tua di sini. Ia melihat Pil Goo pulang dengan Jung Gi, tapi  panik melihat wajah anaknya terluka dan langsung turun dari mobil. Ia bertanya  Kenapa wajah anaknya.
“Beri tahu apa yang terjadi. “ kata Jong Ryul. Pil Goo yang kesal meminta agar melepaskan tanganya.
“Hei, seseorang memukulnya? Apa Dia dirundung? Dikucilkan?”tanya Jong Ryul. Saat itu Jung Gi menunjuk dengan matanya ke arah Dae Song. 

Dae Song menelp ibunya karena menyebut Pil Goo itu  2A1I. Sepertinya sang ibu memarahinya, Dae Song pun marah karean ibunya tak pernah bilang kalau tak boleh cerita. Jung Ryul akhirnya berjalan mengikuti Pil Goo dan Jung Gi.
“Hei, kenapa kau berkelahi dengan teman? Bagaimana jika orang tuanya menuntut?” tanya Jong Ryul.
“Dia yang mulai. Dia memanggil Pil-gu 2A1I.” Ucap Jung Gi. Jong Ryul bingung.
“Memang kenapa julukan itu? Tak ada salahnya temanmu memberimu julukan. Hei, itu hanya julukan. Aku yakin artinya tidak buruk.” Komentar Jong Ryul
“Bagaimana cara buat anak delapan tahun jadi ceria?” gumam Jung Ryul memikirkan caranya.
“Julukanku Sepuluh Juta Jong-ryeol. Apa Kau pernah dihina sepuluh juta orang? Kau tak punya alasan membuat hidung temanmu berdarah. Dari mana kau dapat sifat pemarah itu?” keluh Jong Ryul
“Aku tak sengaja mengatakannya.” Gumam Jong Ryul merasa bersalah. Pil Goo hanya diam saja.
“Kendalikan amarahmu atau kau akan kesulitan di militer.” Tegas Jong Ryul menasehati.
“Dua ayah dan satu ibu... Itu arti 2A1I. Dia mulai mengejekku dengan menyebutku 2A1I. Dia juga berkata aku kini Hwang Pil-gu, bukan Kang Pil-gu. Apa Aku tak boleh meninju hidungnya? Dia pantas mendapatkannya. Aku harus meninjunya!” teriak Pil Goo marah.
“Hei... Kau! Kemari. Ayo kemari!’ teriak Jong Ryul memanggil Dae Sung dengan temanya terlihat ingin balas dendam. 



Tapi ternyata Jong Ryul mengajak semua makan bersama, Pil Goo duduk disamping Dae Song. Ia menasehati semuanya kalau harus rukun dengan sesama teman dan belajar keras untuk menikmati prasmanan seperti ini. Semua seperti tak peduli sibuk makan.
“Apa lagi? Benar, Sinterklas akan memberi kalian hadiah juga. Jadi Aku benar atau tidak? Hei... Kalian mendengarkan, 'kan?” ucap Jong Ryul. Semua sibuk makan dan ingin tahu Di mana sate ayamnya
“Pil-gu, kau harus berhenti menyebut Dae-song gendut... Dae-song, kau juga... Beri tahu ibumu jangan beri tahu hal seperti itu...” ucap Jong Ryul.
“Aku melihat barbeku iga! Kawan, cepat!’ teriak Dae Sung semua bergegas pergi sementara Pil Goo hanya diam saja. 

“Apa Kau juga mau iga?” tanya Jong Ryul. Pil Goo menolak karena  tak mau. Jong Ryul menyuruh makan karena Ini enak. Pil Goo makan seperti sedang tak mood.
“Apa gusimu luka? Biar kulihat... Jangan bergerak, Anak Nakal. Gigi gingsul itu harus dirawat.” Kata Jong Ryul.
“Tidak mau.” Kata Pil Goo. Jong Ryul menasehati kalau  Lebih cepat dilakukan, lebih baik. Pil Goo tetap menolaknya.
“Jika pakai kawat gigi saat dewasa, akan tampak buruk. Kau Tak bisa makan haring kering atau minum alkohol. Apa Pernah makan haring kering? Kau akan ketagihan setelah mencobanya. Sekarang sedang musim.” Ucap Jong Ryul. Pil Goo tiba-tiba menangis
“Hei, kenapa kau tiba-tiba menangis?” kata Jong Ryul panik. Pil Goo mengaku tak pernah makan haring kering!
“Aku juga benci barbeku iga... Aku tak mau kawat gigi. Aku juga tak menyukaimu. Aku benci segalanya. Kenapa kau terus bicara denganku? Kenapa?” ungkap Pil Goo sambil terus menangis.
“Anak ini..” gumam Jong Ryul menatap anaknya. Pil Goo masih terus menangis ingin tahu alasan Jong Ryul  membawanya ke prasmanan ini
“Kenapa kau membelaku? Kenapa?” tanya Pil Goo terus menangis. Jong Ryul terdiam karena Pil Goo pasti tahu dengan nama “KANG PIL GOO” 


Dong Baek sibuk membuat hiasan pada tulisan Menu Baru [PANGSIT, HOT POT PANGSIT, SUP PANGSIT]  Hyang Mi mengejek Dong Baek itu  jatuh hati padanya karena Restoran babi tumis berubah menjadi tempat pangsit karena Yong-sik suka pangsit.
“Tidak, aku juga suka pangsit.” Kata Dong Baek mengelak. Hyang Mi pikir sudah memberitahu Dong Baek harus terus jual mahal.
“Pria tergila-gila dengan wanita yang tak menyukai mereka. Kau tak punya strategi sama sekali.” keluh Hyang Mi
“Kenapa harus? Hidup sudah cukup rumit. Aku takkan mau jika harus begitu.” Komentar Dong Baek.
“Kenapa tak bisa jual mahal jika kau sangat dingin?” ucap Hyang Mi. Dong Baek pikir tak ada alasan dirinya  harus jual mahal.
“Aku kesepian... Aku tak punya keluarga atau teman. Aku terasing sepanjang hidupku. Aku sudah lama kesepian. Jadi, bagaimana bisa aku jual mahal? Jika kulakukan, itu dusta.” Ungkap Dong Baek. Nyonya Jung tak enak hati mendengarnya.
“Kau hanya terlalu jujur kadang-kadang.” Ejek Hyang Mi. Dong Baek mengaku kalau Ia bisa jujur dengan Yong-sik.
“Dia pria baik. Aku nyaman di dekatnya.” Ungkap Dong Baek. Hyang Mi menasehati agar Dong Baek Tetap jangan percaya sepenuhnya.
“Pria sepertinya yang cepat jatuh cinta mudah mencintai wanita. Siapa tahu? Dia mungkin cinta wanita lain tak lama lagi. Jika Yong-sik melihatku sebelum bertemu denganmu, maka dia pada dasarnya akan koma sekarang.” Ucap Hyang Mi merasa dirinya lebih mengoda.
Dong Baek menatap Hyang Mi lalu menganguk setuju. Hyang Mi tak percaya mendengarnya, lalu berpikir kalau akan pinjam uang dari Yong Sik dan yakin bisa pinjam 100.000 won darinya setiap lima menit.


Yong Sik melihat makanan kucing ditanganya lalu menjerit kaget. Tuan Byun mengaku tak mau memberitahu karena tahu  Yong Sik pasti akan menatapnya begitu. Tuan Byun memberitahu ada Empat kebakaran terjadi sebelum Pengusil membunuh orang.
“Semuanya kebakaran kecil, jadi, tak menyebabkan masalah. Namun, saat kebakaran besar terjadi di pemandian, korban pertama dibunuh.” Cerita Tuan Byun
“Seharusnya kau beri tahu aku lebih awal.” Keluh Yong Sik marah dan tiba-tiba papan nama “AKADEMI HANBIT, TRANSPORTASI ONGSAN” jatuh dan hampir menimpa keduanya. Keduanya kaget dan menghindarnya.
“Jika tandanya rusak, mereka seharusnya menurunkannya. Kami hampir terluka. Bagaimana jika yang lain melintas?” teriak Tuan Byun marah ke arah lantai atas.
“Tidak, sebenarnya... Kita mungkin bisa menangkap Pengusil saat ini.” Kata Yong Sik menatap ke lantai atas. Tuan Byun binggung.
“Coba Lihat... Kurasa tadinya ada di sana.” Kata Yong Sik. Tuan Byun berpikir yang dimaksud Akademi
“Apa Kau tak membaca laporan dahulu ada akademi di sana?” komentar Tuan Byun. Yong Sik memberitahu bukan itu.
“Coba Lihat ke arah sana. Tanda itu berarti dahulu ada kamera pengawas. Kamera pengawas di bar Dongbaek meninggalkan bekas yang sama saat dilepaskan.” Ucap Yong Sik mengingat ada bekas CCTV yang dilepas. 


Yong Sik gugup di dalam bar dengan mengigit kukunya, Hyang Mi menceritakan tentang Suk-hui berakhir menjadi asisten termuda nyonya itu di usia 24 tahun dan merasa temanya itu dianggap sangat kompeten di bidang itu.
“Masalahnya, dia hanya minum vodka. Karena dia mulai menenggak vodka sejak usia 24 tahun, levernya tak mampu menahannya. Jadi, dia terkena kanker. Pikirkan betapa sedihnya aku sebagai temannya sepuluh tahun.”Cerita Hyang Mi.
“Pekerja lepas seperti Suk-hui tak punya pendapatan saat terbaring Jadi, aku bisa apa? Aku harus membantunya.” Cerita Hyang Mi sedih. Yong Sik menganguk-angguka kepalanya.
“Hyang-mi, kau teman yang setia... Baik sekali kau menggalang dana untuk membantu teman SMA-mu.” Komentar Yong Sik memujinya.
“Hyang-mi tidak sekolah SMA.” Komentar Dong Baek, Yong Sik kaget mendengarnya.
“Kenapa kau mendengarkan ceritanya? Aku tak percaya kau mengangguk saat dia memintamu pinjamkan 100.000 won untuk membantu temannya. Temannya, Suk-hui, sekarang kaya. Apa Kau tahu Nonhyeon-dong? Dia punya ruang karaoke di sana.” Jelas Dong Baek.
“Tidak. Dia punya bar karaoke, bukan lounge” tegas Hyang Mi. Dong Baek pun menduga Yong-sik pernah kena penipuan uang. Hyang Mi juga setuju.
“Entah kenapa ibunya sangat bangga padanya.” Komentar Nyonya Jung sambil memotong wortel. 


Pil Goo duduk ditepi pantai memegang ponsel yang diberikan Jong Ryul. Ia mengaku tahu kalau Jong Ryul itu adalah ayahnya dan Karena itu memberi ponselnya.  Jong Ryul dengan gugup ingin tahu bagaimana perasaanya. Pil Goo bertanya apakah dirinya ingin jujur atau harus bersikap sopan.
“Jujur saja, kau bukan tipe yang sopan, jadi, kau bisa ceritakan perasaanmu dengan jujur.” Ucap Jong Ryul
“Aku tak pernah bertemu kau, jadi, aku tak pernah merindukanmu. Aku juga tak sesenang itu bertemu denganmu. Entah kenapa, aku merasa lebih bahagia pekan lalu saat tak tahu kau ayahku.” Ungkap Pil Goo.
“Kenapa begitu? Apa Kau tak menyukaiku?” tanya Jong Ryul kaget.  Pil Goo mengaku Hanya terasa sedikit aneh.
“Apa yang aneh?” tanya Jong Ryul. Pil Goo merasa Jong Ryul  seperti Superman. Jong Ryul bingung.
“Bisnis ayah Chung-jae bangkrut. Orang tuanya bercerai karena utang. Rata-rata pukulanmu 0,280, kau tinggal di apartemen dan mengagumi putrimu. Ini aneh, itu saja.” Jelas Pil Goo.
“Pil Goo, andai aku tahu tentangmu, aku akan lakukan hal yang benar...” kata Jong Ryul yang langsung disela oleh Pil Goo.
“Aku bicara soal ibuku. Kenapa kau meninggalkannya? Itu sungguh murahan.” Kata  Pil Goo



Flash Back
Pil Goo yang masih kecil melihat acara kartu dengan seorang anak bersama sang ayah lalu menganti channelnya. Dong Baek bingung karena Anak tujuh tahun biasanya tak menonton berita.  Pil Goo menegaskan Semua kartun kekanak-kanakan.
“Aku bahkan benci mendengar kata "ayah". Mustahil ini dilakukan sendiri, Ini bukan karena aku rindu ayahku. Aku tak ingin Ibu menangis”

Pil Goo menyanyi diatas panggung sambil menari, lalu tentang ayah. Ia menyanyi dengan penuh semangat sambil menatap ibunya. Dong Baek tersenym menatap anaknya yang sudah pintar menyanyi dan menari, lalu tiba-tiba menangis haru.
“Aku tak bisa menonton kartun atau menyanyikan lagu itu. Kau buat ibuku menangis 100 kali lebih.”
Pil Goo melihat ibunya yang menangis akhirnya hanya bisa terdiam. Dong Baek mencoba menutupi dengan memalingkan wajahnya. Tapi Pil Goo masih bisa melihat ibunya menangis. 

“Jadi, maksudku aku tak pernah suka ayahku. Aku tak ingin ponsel baru ini atau makan prasmanan. Aku tak ingin Superman sebagai ayah.” Ucap Pil Goo lalu menaruh ponsel dan pergi. Jong Ryul yang melihatnya hanya bisa menangis.
Bersambung ke episode 20

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar