PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Dong Baek
dengan wajah bahagia memperlihatkan keset bertuliskan “SELAMAT DATANG” lalu
menyuruh agar memberitahu mereka. Yong Sik tersenyum bergumam “Aku hanya
sangat mengaguminya. Aku tak lagi...”
tiba-tiba Dong Baek mencium pipi Yong Sik.
“Kau yang
lebih dahulu.” Kata Yong Sik akhirnya berani mencium Dong Baek sambil bergumam
“Aku tak ingin lagi jadi pria baik.”
“Udara
tampak berhenti, dan butiran salju tampak turun dari langit. Tak ada yang masuk
akal.” Gumam Dong Baek matanya terbuka melihat salju turun.
Berita di
TV “Area sentral dekat pantai barat turun salju pertama tahun ini, dua pekan lebih
awal dari tahun lalu. Karena udara dingin dari barat laut, suhu rendah tak
biasa diduga akan terus berlanjut.”
Keduanya
duduk diam didepan kedai pangsit, tatapan mereka kosong seperti mengingat
percakapan sebekumnya. Dong Baek berkata “Hanya diperlukan uap untuk memasak
pangsit. Kau tak perlu merebusnya. Lupakan api.Kenapa kita tidak pelan-pelan dan
hangat saja bersama?”
“Pangsit
sebenarnya matang lebih cepat dari yang kau kira. Lalu suhu di antara kita mulai meninggi. Berani dan menempuh
risiko mengalahkan pelan-pelan dan jalani saja. Mungkin itu strategi menang
terhebat.” Gumam Yong Sik dan keduanya ternyata bergenggam tangan dibawah meja.
[ORANG BAIK TAK BISA BERUNTUNG]
Yong Sik
mengantar Dong Baek menyuruh masuk dan memperhatikan tangganya. Dong Baek
tersenyum melihat tingkah Yong Sik, wajahnya terlihat sangat bahagia. Yong Sik kembali bicara dengan Dong Baek
dengan sangat yakin mengatakan perasaanya.
“Aku
menyukaimu.” Kata Yong Sik. Dong Baek mengaku tahu dan Semua orang di Ongsan
juga tahu. Yong Sik pikir benar juga.
“Kata
orang tak boleh mudah mengatakannya. Tapi menurutku tak benar menyimpannya hanya
untuk kesempatan khusus, seperti makan daging sapi di hari spesial.” Ungkap
Yong Sik.
“Kenapa?
Apa yang ingin kau katakan?” kata Dong Baek penasaran. Yong Sik terlihat gugup
mengatakannya.
“Begini,
kau tahu... Aku sudah melewati tahap hanya menyukaimu. Aku hampir... Aku
hampir... Maksudku...” ucap Yong Sik yang langsung di potong Dong Baek.
“Astaga...
Tolong jangan. Kau tak perlu mengatakannya.” Kata Dong Baek panik.
“Tidak,
aku bisa melakukannya. Aku... Maksudku, ini hampir... Aku sungguh... Kau tahu.
Ini hampir... Yang ingin kukatakan adalah...” ucap Yong Sik gugup dan tiba-tiba
kurir pengantar ayam goreng datang.
Yong Sik
bertanya apakah Dong Baek memesan ayam. Dong Baek mengelengkan kepala. Tapi
kurir yakin Seseorang pesan ke alamat
ini. Yong Sik memberitahu In Goo kalau
Dong Baek bilang tak memesannya. Tiba-tiba Nyonya Jung keluar dari
rumah.
“Sudah
berapa lama kau berdiri di sana?” tanya Yong Sik kaget, Nyonya Jung mengambil
pesanan sambil berkomentar.
“Kenapa
kau terus gagap?” sindir Nyonya Jung, Yong Sik bingung. Nyonya Jung akhirnya
masuk sambil menutup pintu.
“Kenapa
kau menutup pintu? Aku mau masuk.” Komentar Dong Baek bingung.
“Aku
sangat sulit, 'kan?” komentar Dong Baek sedih,
Yong Sik mengaku tidak seperti itu.
“Ahh...
Kau seperti itu lagi. Jangan hilang percaya diri.” Tegas Yong Sik. Dong Baek
mengaku Tidak akan.
“Takkan
kubiarkan orang menjatuhkanku. Aku akan hidup semauku.” Ucap Dong Baek. Yong
Sik tersenyum bahagia.
Nyonya
Jung sibuk memisahkan daging dengan tulang ayam lalu memberikan pada Pil Goo.
Dong Baek mengatakan pada ibunya agar menunjukkan pada semua lalu mengaku akan
menjadi berani dan hidup semaunya.
“Hidupmu
jelas bisa berubah. Kepribadianmu menentukan bagaimana hidupmu. Jika kau
berlaku seperti keset, semua akan menginjakmu. Jika tertawa setiap hari, banyak
yang bisa ditertawakan.” Kata Dong Baek.
“Dia
cerewet saat mabuk.” komentar Ibu Jung melihat anaknya dan masih sibuk mengurus
cucunya.
“Di musim
semi, aku akan hidup seperti bunga menari terkena angin. Di musim panas, aku
akan seperti Pil-gu di hari pertama liburan. Di musim gugur, aku melankolis
seperti pria kaya yang tak ada kegiatan lain. Di musim dingin, aku anjing yang
berguling di salju.” Ungkap Dong Baek.
“Lalu
bukankah hidup akan damai dan menyenangkan, Bu?” tanya Dong Baek, Pil Goo meminta
ibunya diam karena tak bisa mendengar TV.
Nyonya
Jung menyingkirkan garam dari Pil Goo, karena ayamnya nanti terlalu asin. Dong Baek menegaskan akan coba jalani seumur
hidup seperti itu dan Akan menunjukkan
pada semua. Nyonya Jung yang mendengarnya tak bisa menahan senyuman bahagia.
Malam
hari, di kamar Pil Goo, Nyonya Jung seperti menyembunyikan sesuatu dan
mengambilnya.
Semua
bibi melonggo melihat yang ada didepanya. Dong Baek berjalan dengan gaun merah
dan percaya diri. Semua tak percaya melihat Dong Baek tak seperti biasanya,
karena sangat berani sambil gumam “Aku hanya ingin hidup seperti yang kumau.”
“Halo... Salju
pertama turun kemarin.” Sapa Dong Baek, Semua bibi menganguk
“Pertemuan
warga akan diadakan di akhir bulan, 'kan?”kata Dong Baek. Semua menganguk
kembali.
“Aku akan
datang. Aku janji.”kata Dong Baek. Semua kembali menganguk seperti masih tak
percaya Dong Baek itu berubah.
“Aku rasa
dia suntik botoks.” Komentar Bibi Park. Bibi Kim tak percaya kalau Dong Baek
selalu secantik itu”
“Dia
belum pernah tersenyum seperti itu.” Komentar Bibi lainya. Dong baek akhirnya
pergi ke KEDAI KOPI DOL
“Mulai
kini, kulakukan yang kumau.” Ucap Dong Baek dengan wajah penuh semangat.
Yong Sik
sibuk mencari informasi tentang makanan kucing. Hyang Mi mengaku tak tahu soal
makanan kucing itu dan merasa seseorang menaruhnya di sana.
“Jadi, Apa
kau tak pernah melihat seseorang menaruh makanan kucing di sana?” tanya Yong
Sik.
“Apa itu?”
tanya Hyang Mi bingung, Yong Sik melihat Dong Baek datang dengan menuntun
sebuah motor.
Dong Baek
dengan wajah bahagia membawa motor berlabel “KEDAI KOPI DOL” lalu memberitahu
kalau ingin mulai mengantar makanan ke
pelanggannya juga. Hyang Mi pikir motor itu Mi-sun. Dong Baek pikir Mi Sun sangat
baik.
“Dia
menutup kedai kopinya dan pada dasarnya memberiku ini gratis.” Kata Dong
Baek. Hyang Mi bingung apa
maksudnya "Pada dasarnya?"
“Jadi,
kau beri dia uang untuk ini?” tanya Hyang Mi. Dong Baek menceritakan Mi
Sun bilang bayar saja 300.000 won alih-alih
500.000 won.
“Dia
membeli sepeda motor bekas ini hanya 150.000 won tahun lalu.” Kata Hyang Mi.
Dong Baek kaget harganya hanya 150.000 won.
“Kau
membeli sepeda motor bekas seharga dua kali lipat.” Kata Hyang Mi sambil
menghela nafas lalu masuk ke dalam bar.
Yong Sik
melihat dibagian depan mengeluarkan helm dan bertanya kenapa membeli helm juga. Dong Baek
menceritakan kalau kakak Mi-sung, Mi Jung
mematahkan rahangnya saat mengendarai sepeda motor jadi membeli helm yan
menutupi wajahnya.
“Kau tahu
cara mengendarai ini, 'kan?” tanya Yong Sik. Dong Baek pun tahu dari Mi
Sun siapa pun yang bisa naik sepeda tahu
caranya.
“Apa Kau
tahu nomor KTP-nya? Dia jelas menipumu.” Keluh Yong Sik lalu tak sengaja
memukul Counter bagian belakan dan langsung terjatuh begitu saja.
“Astaga.
Bagaimana ini? Apa Ini rusak? Bagaimana memperbaikinya?” ucap Dong Baek panik
melihat counter yang copot.
“Walau
itu hanya bara, Dongbaek berusaha keras mempertahankan apinya. Dan apiku terus
membara liar.” Gumam Yong Sik menatap Dong Baek.
Yong Sik
masuk ke dalam kantor polisi dengan penuh semangat memberitahu dapat nomor
pemilik gedung. Tuan Byun heran
Bagaimana Yong Sik dapat nomor
pemilik gedung dengan mudah. Yong Sik memberitahu Heung-sik dahulu bekerja membersihkan gedung.
“Lalu tempat
kudapan In-gu dahulu di lantai pertama gedung itu. Kau tahu siapa In-gu? Dia
sepupu sahabatku, Cheol-gu.” Cerita Yong Sik bangga.
“Koneksimu
lebih berguna daripada pangkalan data polisi.” Ejek Tuan Byun. Yong Sik tak ingin mendengarnya dan mencoba menelp
pemilik gedung
Mereka
akhirnya melihat CCTV kembali, Tuan Byun merasa Aku tak percaya ini karena
pemilik gedung berkata tak ada jalan masuk lain Yong Sik memikirkan tak ada
jalan tapi Ternyata tak ada yang datang atau masuk ke gedung.
“Tapi ini
tampak seperti ditutup seseorang.” Kata Yong Sik penasaran, Semua serius ingin
melihat rekaman CCTV, saa itu sebuah mobil pemadam kebakaran keluar dari
gedung. Semua hanya bisa melonggo.
Pil Goo
hanya terdiam memainkan batu menunggu mereka latihan melompat. Dae Song
menceritakan bunya berkata Pil-gu
satu-satunya di kelasnya yang punya 2A1I. Temanya bertanya Apa itu maksud dari "2A1I?" Dae Song
memberitahu A untuk Ayah dan I untuk Ibu.
“Dengan
kata lain, dia punya dua ayah dan satu ibu.” Ucap Dae Sung. Pil Goo masih tetap
saja diam.
“Karena ibu
Shin Cung-jae menikah lagi, apa dia juga 2A1I?” tanya temanya lain.
“Ya, bisa
dibilang begitu. Nama keluarganya mungkin berubah dari Kang menjadi Hwang.”
Ucap Dae Sung dengan nada mengejek.
Pil Goo
masih tetap diam, Dae Sung maju ingin melompat. Saat itu Pil Goo memanggilnya “Gendut.” Dan
langsung menyerangnya.
Di gedung
transportasi, terjadi kabakaran. Petugas kebakaran membahas Kebakaran saat penghancuran biasanya disebabkan
hubungan pendek arus listrik. Tapi petugas lain berpikir ketuanya juga melihatnya tadi. Ketua menyurun anak buahnya
Jangan bicara tak masuk akal saat tak yakin.
“Ada apa?
Apa yang kau lihat?” tanya Tuan Byun mendengarnya, sementara Yong Sik sibuk
mengambil gambar TKP.
“Pria ini
katakan omong kosong soal kebakaran pekan lalu, dan kini bicara masalah
asuransi, serta investigasi. Mereka minta kita tulis laporan. Jangan buat aku
kesal.” Jelas Ketua.
“Tunggu,
ada kebakaran pekan lalu? Di mana?” tanya Tuan Byun, petugas menjawab Di sana,
tempat terowongan dibangun.
“Namun,
hanya kebakaran kecil. Pemantik dan mi instan ditemukan di TKP. Tampaknya api
disulut tunawisma.” Jelas Ketua. Tuan Byun mendengar pemicunya Pemantik.
“Api
mengambang sedikit di sini dan di terowongan. Jika api mengambang walau
disemprot air, artinya ada minyak, jadi, kita harus periksa kemungkinan pembakaran
dahulu...” jelas petugas.
“Hei.. Kau
belum cukup melihat TKP kebakaran untuk berkata seperti itu.” Teriak kepala
pada anak buahnya.
“Hei,
Berandal! Hentikan sikapmu itu!” balas Tuan Byun membela dan saat itu Yong Sik
melihat sesuatu di TKP.
Petugas
pemadam pun pergi, Yong Sik keluar dari
gedung melihat ada tempat makan kucing yang sudah terisi penuh. Tuan Byun melihat pecahan korek dan ingin tahu
Apa yang terjadi, lalu merasa Firasatnya buruk soal ini.
“Siapa
yang terus mengisi mangkuk itu dengan makanan kucing? Apa Kau pernah lihat
seseorang mengisi itu?” tanya Yong Sik penasaran.
“Kenapa
terus tanya makanan kucing di situasi ini? Apa Kau juga mau beri makan?” keluh
Tuan Byun.
“Aku
hanya merasa ini sangat aneh. Kepala,
walau aku sebentar tinggal di Seoul, aku melihat lebih banyak kucing daripada
di sini. Aku jarang melihat kucing di lingkungan ini entah kenapa, tapi
seseorang terus mengisi makanan kucing. Apa Kau pikir itu tak aneh?” komentar
Yong Sik.
Jessica
mengajak foto bersama dengan teman-temanya, senyuman mereka terlihat bahagia.
Ia lalu membuat caption “Para istri pemain Ligers membuat kimchi bagi orang
miskin. Tapi setelah itu mereka terlihat saling berjauhan dan sibuk dengan
ponselnya.
“Siapa K
yang disebutkan di tabloid?” tanya salah satu istri pemain. Wanita lain
mendengar seseorang di tim mereka.
“Siapa?”
tanya si wanita penasaran, Wanita itu juga tak tahu menurutnya Ini memalukan. Temanya
pikir mereka masih menganggap itu simpanan padahal ini tahun 2019.
“Itu
menjijikkan... Ini bahkan bukan seseorang di LA. Dia di kota terpencil.” Kata
si wanita. Temanya menyebut di Provinsi Chungcheong.
“Ya,
Ongsan. Terkenal dengan kepiting...” kata si wanita dan Jessica yang
mendengarnya langsung tersedak dan mengumpat kesal.
Jong Ryul
menunggu di depan sekolah Ongsan, lalu mengeluh karena , banyak orang tua di sini. Ia melihat Pil
Goo pulang dengan Jung Gi, tapi panik
melihat wajah anaknya terluka dan langsung turun dari mobil. Ia bertanya Kenapa wajah anaknya.
“Beri
tahu apa yang terjadi. “ kata Jong Ryul. Pil Goo yang kesal meminta agar
melepaskan tanganya.
“Hei,
seseorang memukulnya? Apa Dia dirundung? Dikucilkan?”tanya Jong Ryul. Saat itu
Jung Gi menunjuk dengan matanya ke arah Dae Song.
Dae Song
menelp ibunya karena menyebut Pil Goo itu
2A1I. Sepertinya sang ibu memarahinya, Dae Song pun marah karean ibunya
tak pernah bilang kalau tak boleh cerita. Jung Ryul akhirnya berjalan mengikuti
Pil Goo dan Jung Gi.
“Hei, kenapa
kau berkelahi dengan teman? Bagaimana jika orang tuanya menuntut?” tanya Jong
Ryul.
“Dia yang
mulai. Dia memanggil Pil-gu 2A1I.” Ucap Jung Gi. Jong Ryul bingung.
“Memang
kenapa julukan itu? Tak ada salahnya temanmu memberimu julukan. Hei, itu hanya
julukan. Aku yakin artinya tidak buruk.” Komentar Jong Ryul
“Bagaimana
cara buat anak delapan tahun jadi ceria?” gumam Jung Ryul memikirkan caranya.
“Julukanku
Sepuluh Juta Jong-ryeol. Apa Kau pernah dihina sepuluh juta orang? Kau tak
punya alasan membuat hidung temanmu berdarah. Dari mana kau dapat sifat pemarah
itu?” keluh Jong Ryul
“Aku tak
sengaja mengatakannya.” Gumam Jong Ryul merasa bersalah. Pil Goo hanya diam
saja.
“Kendalikan
amarahmu atau kau akan kesulitan di militer.” Tegas Jong Ryul menasehati.
“Dua ayah
dan satu ibu... Itu arti 2A1I. Dia mulai mengejekku dengan menyebutku 2A1I. Dia
juga berkata aku kini Hwang Pil-gu, bukan Kang Pil-gu. Apa Aku tak boleh
meninju hidungnya? Dia pantas mendapatkannya. Aku harus meninjunya!” teriak Pil
Goo marah.
“Hei...
Kau! Kemari. Ayo kemari!’ teriak Jong Ryul memanggil Dae Sung dengan temanya
terlihat ingin balas dendam.
Tapi
ternyata Jong Ryul mengajak semua makan bersama, Pil Goo duduk disamping Dae
Song. Ia menasehati semuanya kalau harus rukun dengan sesama teman dan belajar
keras untuk menikmati prasmanan seperti ini. Semua seperti tak peduli sibuk
makan.
“Apa
lagi? Benar, Sinterklas akan memberi kalian hadiah juga. Jadi Aku benar atau
tidak? Hei... Kalian mendengarkan, 'kan?” ucap Jong Ryul. Semua sibuk makan dan
ingin tahu Di mana sate ayamnya
“Pil-gu,
kau harus berhenti menyebut Dae-song gendut... Dae-song, kau juga... Beri tahu
ibumu jangan beri tahu hal seperti itu...” ucap Jong Ryul.
“Aku
melihat barbeku iga! Kawan, cepat!’ teriak Dae Sung semua bergegas pergi
sementara Pil Goo hanya diam saja.
“Apa Kau
juga mau iga?” tanya Jong Ryul. Pil Goo menolak karena tak mau. Jong Ryul menyuruh makan karena Ini
enak. Pil Goo makan seperti sedang tak mood.
“Apa
gusimu luka? Biar kulihat... Jangan bergerak, Anak Nakal. Gigi gingsul itu
harus dirawat.” Kata Jong Ryul.
“Tidak
mau.” Kata Pil Goo. Jong Ryul menasehati kalau
Lebih cepat dilakukan, lebih baik. Pil Goo tetap menolaknya.
“Jika
pakai kawat gigi saat dewasa, akan tampak buruk. Kau Tak bisa makan haring
kering atau minum alkohol. Apa Pernah makan haring kering? Kau akan ketagihan
setelah mencobanya. Sekarang sedang musim.” Ucap Jong Ryul. Pil Goo tiba-tiba
menangis
“Hei,
kenapa kau tiba-tiba menangis?” kata Jong Ryul panik. Pil Goo mengaku tak
pernah makan haring kering!
“Aku juga
benci barbeku iga... Aku tak mau kawat gigi. Aku juga tak menyukaimu. Aku benci
segalanya. Kenapa kau terus bicara denganku? Kenapa?” ungkap Pil Goo sambil
terus menangis.
“Anak
ini..” gumam Jong Ryul menatap anaknya. Pil Goo masih terus menangis ingin tahu
alasan Jong Ryul membawanya ke prasmanan
ini
“Kenapa
kau membelaku? Kenapa?” tanya Pil Goo terus menangis. Jong Ryul terdiam karena
Pil Goo pasti tahu dengan nama “KANG PIL GOO”
Dong Baek
sibuk membuat hiasan pada tulisan Menu Baru [PANGSIT, HOT POT PANGSIT, SUP
PANGSIT] Hyang Mi mengejek Dong Baek
itu jatuh hati padanya karena Restoran
babi tumis berubah menjadi tempat pangsit karena Yong-sik suka pangsit.
“Tidak,
aku juga suka pangsit.” Kata Dong Baek mengelak. Hyang Mi pikir sudah
memberitahu Dong Baek harus terus jual mahal.
“Pria
tergila-gila dengan wanita yang tak menyukai mereka. Kau tak punya strategi
sama sekali.” keluh Hyang Mi
“Kenapa harus?
Hidup sudah cukup rumit. Aku takkan mau jika harus begitu.” Komentar Dong Baek.
“Kenapa
tak bisa jual mahal jika kau sangat dingin?” ucap Hyang Mi. Dong Baek pikir tak
ada alasan dirinya harus jual mahal.
“Aku
kesepian... Aku tak punya keluarga atau teman. Aku terasing sepanjang hidupku.
Aku sudah lama kesepian. Jadi, bagaimana bisa aku jual mahal? Jika kulakukan,
itu dusta.” Ungkap Dong Baek. Nyonya Jung tak enak hati mendengarnya.
“Kau hanya
terlalu jujur kadang-kadang.” Ejek Hyang Mi. Dong Baek mengaku kalau Ia bisa
jujur dengan Yong-sik.
“Dia pria
baik. Aku nyaman di dekatnya.” Ungkap Dong Baek. Hyang Mi menasehati agar Dong
Baek Tetap jangan percaya sepenuhnya.
“Pria sepertinya
yang cepat jatuh cinta mudah mencintai wanita. Siapa tahu? Dia mungkin cinta
wanita lain tak lama lagi. Jika Yong-sik melihatku sebelum bertemu denganmu,
maka dia pada dasarnya akan koma sekarang.” Ucap Hyang Mi merasa dirinya lebih
mengoda.
Dong Baek
menatap Hyang Mi lalu menganguk setuju. Hyang Mi tak percaya mendengarnya, lalu
berpikir kalau akan pinjam uang dari Yong Sik dan yakin bisa pinjam 100.000 won
darinya setiap lima menit.
Yong Sik
melihat makanan kucing ditanganya lalu menjerit kaget. Tuan Byun mengaku tak
mau memberitahu karena tahu Yong Sik
pasti akan menatapnya begitu. Tuan Byun memberitahu ada Empat kebakaran terjadi
sebelum Pengusil membunuh orang.
“Semuanya
kebakaran kecil, jadi, tak menyebabkan masalah. Namun, saat kebakaran besar
terjadi di pemandian, korban pertama dibunuh.” Cerita Tuan Byun
“Seharusnya
kau beri tahu aku lebih awal.” Keluh Yong Sik marah dan tiba-tiba papan nama
“AKADEMI HANBIT, TRANSPORTASI ONGSAN” jatuh dan hampir menimpa keduanya.
Keduanya kaget dan menghindarnya.
“Jika
tandanya rusak, mereka seharusnya menurunkannya. Kami hampir terluka. Bagaimana
jika yang lain melintas?” teriak Tuan Byun marah ke arah lantai atas.
“Tidak,
sebenarnya... Kita mungkin bisa menangkap Pengusil saat ini.” Kata Yong Sik
menatap ke lantai atas. Tuan Byun binggung.
“Coba Lihat...
Kurasa tadinya ada di sana.” Kata Yong Sik. Tuan Byun berpikir yang dimaksud
Akademi
“Apa Kau
tak membaca laporan dahulu ada akademi di sana?” komentar Tuan Byun. Yong Sik
memberitahu bukan itu.
“Coba Lihat
ke arah sana. Tanda itu berarti dahulu ada kamera pengawas. Kamera pengawas di
bar Dongbaek meninggalkan bekas yang sama saat dilepaskan.” Ucap Yong Sik
mengingat ada bekas CCTV yang dilepas.
Yong Sik
gugup di dalam bar dengan mengigit kukunya, Hyang Mi menceritakan tentang Suk-hui
berakhir menjadi asisten termuda nyonya itu di usia 24 tahun dan merasa temanya
itu dianggap sangat kompeten di bidang itu.
“Masalahnya,
dia hanya minum vodka. Karena dia mulai menenggak vodka sejak usia 24 tahun, levernya
tak mampu menahannya. Jadi, dia terkena kanker. Pikirkan betapa sedihnya aku
sebagai temannya sepuluh tahun.”Cerita Hyang Mi.
“Pekerja
lepas seperti Suk-hui tak punya pendapatan saat terbaring Jadi, aku bisa apa?
Aku harus membantunya.” Cerita Hyang Mi sedih. Yong Sik menganguk-angguka
kepalanya.
“Hyang-mi,
kau teman yang setia... Baik sekali kau menggalang dana untuk membantu teman
SMA-mu.” Komentar Yong Sik memujinya.
“Hyang-mi
tidak sekolah SMA.” Komentar Dong Baek, Yong Sik kaget mendengarnya.
“Kenapa
kau mendengarkan ceritanya? Aku tak percaya kau mengangguk saat dia memintamu
pinjamkan 100.000 won untuk membantu temannya. Temannya, Suk-hui, sekarang
kaya. Apa Kau tahu Nonhyeon-dong? Dia punya ruang karaoke di sana.” Jelas Dong
Baek.
“Tidak.
Dia punya bar karaoke, bukan lounge” tegas Hyang Mi. Dong Baek pun menduga
Yong-sik pernah kena penipuan uang. Hyang Mi juga setuju.
“Entah
kenapa ibunya sangat bangga padanya.” Komentar Nyonya Jung sambil memotong
wortel.
Pil Goo
duduk ditepi pantai memegang ponsel yang diberikan Jong Ryul. Ia mengaku tahu
kalau Jong Ryul itu adalah ayahnya dan Karena itu memberi ponselnya. Jong Ryul dengan gugup ingin tahu bagaimana
perasaanya. Pil Goo bertanya apakah dirinya ingin jujur atau harus bersikap
sopan.
“Jujur saja,
kau bukan tipe yang sopan, jadi, kau bisa ceritakan perasaanmu dengan jujur.” Ucap
Jong Ryul
“Aku tak
pernah bertemu kau, jadi, aku tak pernah merindukanmu. Aku juga tak sesenang
itu bertemu denganmu. Entah kenapa, aku merasa lebih bahagia pekan lalu saat
tak tahu kau ayahku.” Ungkap Pil Goo.
“Kenapa
begitu? Apa Kau tak menyukaiku?” tanya Jong Ryul kaget. Pil Goo mengaku Hanya terasa sedikit aneh.
“Apa yang
aneh?” tanya Jong Ryul. Pil Goo merasa Jong Ryul seperti Superman. Jong Ryul bingung.
“Bisnis
ayah Chung-jae bangkrut. Orang tuanya bercerai karena utang. Rata-rata
pukulanmu 0,280, kau tinggal di apartemen dan mengagumi putrimu. Ini aneh, itu
saja.” Jelas Pil Goo.
“Pil Goo,
andai aku tahu tentangmu, aku akan lakukan hal yang benar...” kata Jong Ryul
yang langsung disela oleh Pil Goo.
“Aku
bicara soal ibuku. Kenapa kau meninggalkannya? Itu sungguh murahan.” Kata Pil Goo
Flash Back
Pil Goo
yang masih kecil melihat acara kartu dengan seorang anak bersama sang ayah lalu
menganti channelnya. Dong Baek bingung karena Anak tujuh tahun biasanya tak
menonton berita. Pil Goo menegaskan Semua
kartun kekanak-kanakan.
“Aku bahkan benci mendengar kata
"ayah". Mustahil ini dilakukan sendiri, Ini bukan karena aku rindu
ayahku. Aku tak ingin Ibu menangis”
Pil Goo
menyanyi diatas panggung sambil menari, lalu tentang ayah. Ia menyanyi dengan
penuh semangat sambil menatap ibunya. Dong Baek tersenym menatap anaknya yang
sudah pintar menyanyi dan menari, lalu tiba-tiba menangis haru.
“Aku tak
bisa menonton kartun atau menyanyikan lagu itu. Kau buat ibuku menangis 100
kali lebih.”
Pil Goo
melihat ibunya yang menangis akhirnya hanya bisa terdiam. Dong Baek mencoba
menutupi dengan memalingkan wajahnya. Tapi Pil Goo masih bisa melihat ibunya
menangis.
“Jadi,
maksudku aku tak pernah suka ayahku. Aku tak ingin ponsel baru ini atau makan
prasmanan. Aku tak ingin Superman sebagai ayah.” Ucap Pil Goo lalu menaruh ponsel
dan pergi. Jong Ryul yang melihatnya hanya bisa menangis.
Bersambung ke episode 20
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar