PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Nok Du
dan Dong Joo gugup didalam ruangan, saat panglima akan masuk raja lebih dulu
datang dan memastikan kalau lengan bajunya terpotong. Akhirnya Raja masuk, Nok Du dan Dong Joo
terlihat gugup. Raja masuk ke dalam ruangan tapi terlihat samar, Dong Joo sengaja
membuka baju Nok Du. Pengawal menyuruh agar keluar.
“Apa yang
terjadi?” kata Dong Joo berpura-pura panik. Nok Du mencoba menenangkan agar
bisa tenang. Raja melihat baju Nok Du
yang masih baru.
Sebelumnya
Nok Du berusaha kabur dan mengambil baju yang sedang dijemur lalu mengantinya.
Nok Du memeluk erat Dong Joo yang ketakutan, Raja melihat Nok Du lalu mengaku
kalau mengenalnya da bukan orang yang dicarinya.
“Maafkan
aku. Aku akan mencarinya di tempat lain.” Ucap Pengawal lalu mengajak semua
pergi ke tempat lain.
“Apa Anda
kepala kantor administratif di kantor polisi?” tanya Nok Du.
“Ya. Aku
sedang melakukan pengintaian. Aku mencari seseorang. Omong-omong, apa lagi yang
kalian rencanakan di sini?” ucap Raja melihat Nok Du sudah membuka bajunya.
Dong Joo
panik melepaskan tangan dan Nok Du langsung memakain bajunya kembal mengaku tak
ada lagi. Raja ingin menguji bertanya apakah tahu nama pria itu. Nok Du panik
karena namanya itu sudah berubah. Raja ingin mengaku penasaran apakah Dong Joo tahu siapa dia.
“Kenapa
aku harus tahu namanya? Aku melihatnya di pasar dan menyukainya, jadi, aku
mengikuti dan bicara dengannya. Aku bisa mengenalnya sedikit demi sedikit.”
ucap Dong Joo.
“Kau
memang berani.” Komentar Raja. Nok Du bisa bernafas lega mendengarnya.
Akhirnya
ketiganya berjalan keluar dari rumah, Dong Joo merangkul lengan Nok Du. Raja
membahas kalau mendengar sudah lama Nok
Du berada di Hanyang dan Mereka bilang sempat pindah karena sakit. Nok Du
membenarkan kalau datang ke Hanyang untuk membuat terobosan bar.
“Meski
orang tuaku tidak setuju” akui Nok Du. Raja pikir Keluarga Nok Du menjadi PNS
selama beberapa generasi.
“Selain
itu, kau rapuh, tapi kau bersiap mengikuti ujian wajib militer. Aku yakin
mereka pasti khawatir. Namun, jika kau yakin, kau harus terus berusaha.” Ucap
Raja.
“Ya, aku
harus berusaha.” Ucap Nok Du yakin. Raja melihat Dong Joo yang terus merangkul
lengan Nok Du.
“Aku sudah
terlalu lama menemani kalian. Aku akan pergi sekarang.” Kata Raja. Nok Du
mencoba menahanya tapi Dong Joo lebih dulu bicara.
“Hati-hati
di jalan, Tuan.” Kata Dong Joo. Raja pun memuji keduanya tampak serasi. Dong Joo mengucapkan Terima
kasih.
“Waktuku
tidak banyak. Kau bisa saja mempersingkatnya. Karena sudah selesai, aku akan
pergi. Sampai jumpa.” Ucap Raja lalu melangkah pergi.
Dong Joo
langsung melepaskan tanganya. Nok Du menahannya dan menegaskan kalau sudah
mengatakan tidak akan membiarkannya pergi. Dong Joo memberitahu kalau Ada yang
harus dilakukan di sini. Nok Du tak pecaya kalau itu alasan meninggalkannya.
“Apa yang
harus kau lakukan?” tanya Nok Do. Dong Joo pikir tidak bisa memberitahu
“Kenapa
tidak?” tanya Nok Du. Dong Joo mengaku Ini sama sepertiNok Du yang menyamar
sebagai wanita dan kenapa datang di sini dengan nama samaran.
“Aku juga
punya alasanku. Mengerti?” ucap Dong Joo. Nok Du. mengerti dan menyuruh agar
melakukan sesukanya.
“Tapi
tepati janjimu... Kau sudah mengecapnya.” Kata Nok Du memberikan lembaran yang
dibawa dalam bajunya
“Apa ini? Apa ini surat sanggup bayar?” kata
Dong Joo tak pecaya melihat surat ditanganya.
“Akhirnya
aku menangkap orang yang mengambil uangku, jadi, kenapa aku harus membiarkanmu
pergi? Aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum kau membayarku seluruh utang
pokok dan bunganya, mengerti?” kata Nok Du lalu mendorong Dong Joo untuk pergi
lebih dulu.
Raja
bertemu dengan Tuan Jung ingin kembali memastikan apakah tadi putranya. Tuan Jung membenarkan,
dengan mengingatkan raja kalau punya
anak laki-laki. Ia menceritakan Setelah nyaris mati 20 tahun lalu, jadi kembali ke rumah.
“Istri
dan putraku melarikan diri bersamaku. Nama yang kuingat bukanlah Nok Du. Kami
bersembunyi, jadi, dia tidak bisa memakai nama aslinya.” Jelas Tuan Jung. Raja
seperti bisa mempercayainya.
“Aku
harus menemuinya. Di mana dia?” kata Raja. Tuan Jung meminta maaf kalau ia juga
tidak tahu.
“Dia
pikir aku terkurung di sini dan menghilang.” Kata Tuan Jung.
Dong Joo
sampai ditempat Nok Du menegaskan ingin
kamar kosong. Nok Du mengaku tidak memercayai Dong Joo jadi memperingatkan Jangan
mengeluh dan ikuti saja. Akhirnya keduanya tidur dalam ruangan yang sama.
Dong Joo
dengan memunggungi Nok Du, sementara Nok Du berbaring menatap punggung Dong
Joo. Saat Dong Joo bangun menatapnya, Nok Du pura-pura menatap ke arah lain.
Dong Joo bertanya apakah Nok Du mengawasinya.
“Kenapa? Apa
Kau akan kabur lagi jika ada kesempatan?” kata Nok Du sinis. Dong Joo pun
bertanya tentang luka Nok Du.
“Apa Kau
benar-benar penasaran? Kenapa kau pergi begitu saja? Aku tidak sadarkan diri.
Kita mungkin tidak bisa bertemu lagi.” Kata Nok Du marah
“Itu tidak
ada hubungannya denganku.” Ucap Dong Joo. Nok Du kesal Dong Joo yang berkata
begitu lalu menatap sambil memegang lengan Dong Joo.
“Baiklah.
Jangan khawatirkan kesehatanku dan kembalikan uangku... Mengerti?” kata Nok Du
Baiklah...
Jadi, jangan hiraukan aku.” Ucap Dong Joo. Nok Du pikir tak akan seperti itu.
“Perasaanku
kepadamu sudah hilang.” Tegas Nok Du. Dong Joo mengaku tidak pernah merasakannya sejak awal. Akhirnya
Nok Du memilih untuk tidur saja.
Tuan
Hwang dan Tuan Yeon memasang sup ayam untuk sarapan. Aeng Du terlihat sudah tak
sabar untuk makan. Tuan Hwang pikr Satu
ayam sudah cukup Seharusnya Tuan Yeon itu lebih berhemat. Tuan Yeon pikir Tuan
Hwang pasti bangga pada Nok Du.
“Dia
lulus ujian tahap pertama dalam kondisi seperti itu. Setelah ujian istana, dia
mungkin akan meraih juara pertama. Dia harus makan dengan baik. Perutmu harus
tetap kenyang sebelum menjalani ujian. Aku tidak boleh berhemat tentang ini.”
Ucap Tuan Yeon bangga
“Benar.
Kikir itu sia-sia... Tetap saja, kita hanya berempat. Dua ayam untuk makan...”
kata Tuan Hwang
“Cukup!
Kenapa kau cerewet sekali?” teriak Tuan Yeon. Tuan Hwang bingung karena merasa
makanan mereka itu berlebihan. Tuan Yeon mencoba menahan emosi lalu pergi mengetuk pintu kamar.
“Hei. Kau
harus sarapan. Aku akan membuka pintunya.” Ucap Tuan Yeon mengentuk pintu kamar
Nok Du.
Akhirnya
Tuan Yeon membuka pintu kamar dan kaget, Tuan Hwang ikut melihat bersama dengan
Aeng Du. Didalam kamar Nok Du tidur dengan memeluk Dong Joo, Tuan Hwang
langsung menutup mata Aeng Du agar tak bisa melihatnya.
Akhirnya
Dong Joo ikut sarapan dan terliha gugup. Tuan Yeon menatap sinis. Tuan Hwang
terlihat makan dengan lahap. Nok Du menceritakan Dong Joo itu punya kebiasaan
tidur yang buruk, Dong Joo juga memberitahu kalau mereka berjauhan saat
tertidur.
“Aku tidak
ingin kalian salah paham. Dia berutang kepadaku.” jelas Nok Du.
“Dia
benar. Dia tidak sengaja memergokiku.” Jelas Dong Joo. Nok Du mengaku Hubungan
mereka sama dengan kreditur dan debitur.
“Benar.
Aku harus membayar bunga 70 persen. Dia pemberi pinjaman yang buruk.” Kata Dong
Joo
“Kami
tidak saling menyukai.” Tegas Nok Du, Dong Joo pun membenarkan. Tuan Yeon yang
mendengarnya hanya bisa tertawa mengejek seperti tak percaya.
“Karena
dia kembali,maka kau tidak akan menangis di malam hari.” Ejek Aeng Du pada Nok
Du
“Hei,
Aeng Du. Aku menangis karena lukaku
sakit.” Kata Nok Du panik.
“Tentu.
Anggap saja begitu. Bisakah kita makan sekarang? Selamat datang kembali. Aku
sangat senang bertemu denganmu lagi.” Kata Tuan Hwang.
Dong Joo
melirik Tuan Yeon yang masih terlihat sinis, lalu menanyakan kabar mereka dan
bertanya pada Aeng Du apakah makan banyak
hidangan lezat di Hanyang. Aeng Du mengaku hanya makan untuk bertahan hidup.
Tuan Yeon pikir itu tidak benar.
“Aku
terus memikirkan tentang panekuk daging dan kebab Korea. Aku merindukan Yool
Moo” kata Aeng Du, Dong Joo melirik pada Nok Du.
“Kau
Makanlah ini... Jangan katakan hal seperti itu. Menurutmu apa yang terjadi jika
dia kemari? Berpikirlah sebelum bicara.” Keluh Tuan Hwang menyuapi anaknya ayam
rebus.
“Omong-omong,
kenapa Anda kemari?” tanya Dong Joo pada Tuan Yeon. Tuan Yeon mengeluh Dong Joo
yang menanyakan hal itu.
“Kupikir
pria tidak berdosa ini akan menderita di Hanyang. Tapi... Itu bukan masalahku. Kupikir
sudah seharusnya aku membantunya.” Ucap Tuan Yeon mencoba menahan diri kalau
masih menaruh hati pada Nok Du
Nok Du
ketakutan memilih untuk mundur. Tuan Hwang hanya tersenyum akan menganggapnya
seperti itu. Nok Du melihat Aeng Du sudah makan banyak ayam dan langsung
memberikan bagian paha untuk Dong Joo, sementara Tuan Yeon memberikan bagian
paha juga pada Nok Du.
“Astaga...
Kalian bersikap konyol sejak pagi-pagi.” Keluh Tuan Hwang seperti melihat cinta
segitiga.
“Dia
harus banyak makan untuk bekerja keras agar bisa mengembalikan uangku.” Kata
Nok Du.
Dong Joo
merasa tak enak hati memilih untuk pergi karena harus pergi bekerja. Nok Du pun
juga pamit pergi mengikuti Dong Joo. Tuan Yeon menahan agar Nok Du tak pergi,
tapi Nok Du tetap saja pergi. Tuan Hwang menyurh mereka agar Pergilah sendiri.
“Aku
tidak bisa memercayai situasi menjengkelkan ini.” Ucap Tuan Yeon kesal. Aeng Du
terlihat senang menerima ayam bagian paha lagi.
Nok Du
mengintip dari dinding dan melihat anak buah Yool Moo didepan rumah. Akhirnya
ia bergumam “Pasukan
istana dan Pangeran Agung Neungyang mengawasi kanselir dan ayahku. Apa ini
semua terjadi karena aku? Siapa lagi yang terlibat dalam hal ini?”
Di dalam
rumah, Yool Moo membuat ramuan karena mendengar Hwang Tae sulit tidur dan itu Obat ini bagus untuk
insomnia jadi meminumnya. Hwang Tae pun
mengucapkan Terima kasih lalu ia memastikan kalau ia boleh tinggal di sini
padahal tidak melakukan apa pun.
“Apa
maksudmu? Kau dengan rajin bersiap membantuku dalam waktu dekat. Saat waktunya
tiba, aku akan mengembalikan hidupmu yang pernah hilang.” Jelas Yool Moo
“Baiklah..
Aku akan melakukan yang terbaik untuk membantu.” Kata Hwang Tae.
Dong Joo
menungu didepan pintu para pelayan lalu bertemu dengan si wanita teman yang
pernah bertemu denganya. Mereka akhirnya bertemu di sebuah ruangan, Ia mengaku tidak
tahu apa salah Dong Joo. Tapi setiap kali membicarakan Dong Joo.
“Dia
mengamuk, mengatakan dia tertipu olehmu. Kami wajib menaati perintahnya. Kuharap
kamu mengerti.” Jelas si wanita. Dong Joo bisa mengerti.
“Aku
tidak akan memberi tahu siapa pun aku bertemu denganmu hari ini.” Kata Dong Joo
“Kurasa
sebaiknya kau menyerah...” kata si wanita. Dong Joo mengaku Tidak bisa.
“Bisakah kau
membantuku? Aku akan melakukan apa pun. Kumohon.” Kata Dong Joo
“Begini...
Sebenarnya, kurasa aku tahu caranya.” Ucap si wanita.
Kim Sook
terlihat gugup menunggu disebuah restoran, Jung Sook dan Yeon Bun datang.
Mereka pun saling berpeluka. Jung Sook ingin tahu Kenapa Nyonya Chun tewas, Kim
Sook merasa menyesal karena Seharusnya melindunginya.
“Aku
tidak tahu harus berkata apa.” Ucap Kim Sook. Yeon Bun menanyakan keadaan Kim
Sook apakahtidak terluka. Kim Sook mengelengkan kepala.
“Bagaimana
dengan para janda?” tanya Kim Sook. Yeon Bun memberitahu sudah membawa mereka
ke tempat yang aman.
“Siapa
yang membunuh Nyonya Chun? Apa Kau melihat wajahnya?” tanya Yeon Bun penasaran.
“Dia
memakai topeng dan dia sangat lincah. Nyonya Chun dikelilingi oleh pasukan
kerajaan, tapi dia cukup berani untuk memanah dan melarikan diri.” Cerita Kim
Soo
“Siapa
yang tega melakukan itu? Kenapa?” tanya Yeon Bun heran. Jung Sook pun terlihat
kesal
“Aku
pasti akan menemukannya dan membunuhnya siapa pun dirinya.” Tegas Kim Sook
marah
Saat itu
seseorang berkomentar “ Apa Kalian masih tidak mengerti?” Kim Sook kaget
melihat Yool Moo datang. Mereka pun duduk bersama. Kim Sook kaget kalau
pelakunya Tuan Heo. Yool Moo pikir mereka memikirkan siapa yang menyuruh mereka pindah ke
pangkalan lain.
“Menurutmu
siapa yang akan marah saat Nyonya Chun ingin bekerja untukku?” kata Yool Moo
mencoba mengadu domba.
“Jangan
langsung menyimpulkan berdasarkan itu.” Kata Kim Sook tak percaya begitu saja.
“Kanselir
sedang dikurung di rumahnya. Yang Mulia mencurigainya, tapi dia kehilangan
buktinya. Karena itulah Yang Mulia mengurungnya.” Ucap Yool Moo terus mencoba
menyakinkan.
“Kalau
begitu, Nyonya Chun adalah buktinya?” tanya Yeon Bun. Yool Moo pikir Jika
Nyonya Chun masih hidup, maka kanselir
pasti sudah mati sekarang.
“Apa
menurut kalian Nyonya Min menghilang secara kebetulan? Mayatnya ditemukan di
rumah kanselir. Aku akan membantu kalian membalas dendam. Bagaimana?” ucap Yool
Moo. Kim Sook hanya bisa diam saja.
“Kau bisa
menjadi pemimpin baru Pasukan Muweol, membalaskan dendammu, dan membantuku
menciptakan sebuah dunia baru. Apa yang harus dipikirkan? Kau harus
melakukannya.” Ucap Yool Moo terus merayu.
Yool Moo
bertemu dengan orang yang mendukungnya memberitahu kalau Pasukan Muweol akan
menciptakan pangkalan baru di sini Dan tentara mereka juga sudah siap Jadi,
harus bersiap untuk pemberontakan... Salah seorang menyela.
“Tapi
kanselir belum memutuskan.” Kata salah seorang bangsawan. Yool Moo merasa hanya orang-orang di sini yang mereka
butuhkan untuk melakukan pemberontakan.
“Apa Kalian
tidak setuju?” kata Yool Moo, Semua terdiam dan salah satu orang berkomentar
kalau menyetujuinya.
“Kalau
begitu, bagaimana jika kita menulis deklarasi sebelum kita melakukan
pemberontakan? Berjanjilah bahwa kita satu dan akan bertanggung jawab atas apa
yang terjadi. Bukan karena aku tidak memercayaimu. Kurasa kita harus
mencatatnya agar yakin.” Kata salah satu petinggi.
“Baiklah...
Kita harus membuat pernyataan.” Kata Yool Moo setuju.
Nok Du
melihat dari kejauhan lalu kaget melihat Dong Joo masuk ke sebuah tempat.
Didepan pintu sudah ada orang yang menghadangnya. Dong Joo mengatakan kalau
ingin bertemu Tuan Park. Dua pengawal pun membuk pintunya.
Dong Joo
masuk ke sebuah ruangan terlihat sedikit gelap, beberapa orang sedang melakukan
judi tersenyum. Dong Joo terus berjalan masuk mencari sosok Tuan Park dan
melihat pria yang dijaga oleh dua pria lainya di sudut ruangan.
Dong Joo
mengingat yang dikatakan si wanita itu “Dia adik kenalanku. Dia menerima uang dan memperkenalkan
pelayan kepada adiknya. Tapi tampaknya dia sangat rewel dan selalu mengganti
pelayannya dengan yang baru. Aku merasa mereka berdua menipu orang-orang.”
“Aku
ingin bekerja sebagai pelayan di istana.” Ucap Dong Joo memberikan kantung
uang.
“Aku tahu
kau berharap bisa bekerja sebagai pelayan, tapi mendapatkan pekerjaan di istana
tidak mudah.” Kata Tuan Park melihat isi uangnya.
“Apa itu
tidak cukup?” tanya Dong Joo. Tuan Park pikir
Ini terlalu sedikit dan memberitahu ada cara yang lain.
“Kau bisa
Tanda tangani ini. Jadi Kau dibayar secara teratur jika bekerja di istana, jadi,
hanya butuh tiga bulan untuk membayarku.” Kata Tuan Park memberikan lembaran
kertas.
Dong Joo
membaca dengan teliti dan ingin memberikan tanda tangan, tapi merasakan ada
sesuatu yang aneh. Tuan Park bertanya ada apa dan kenapa. Dong Joo menarik
kertas yang menutupi tulisan dibelakangnya, dan terlihat tulisan "Kau berutang 1.000 yang"
“Kau
bilang "Tiga bulan"? Akan butuh lebih dari 30 tahun.” Komentar Dong
Joo kesal.
“Astaga...
Beberapa orang cenderung cepat tanggap sepertimu. Tapi apa gunanya? Kau mungkin
datang ke sini dengan sukarela, tapi tidak seperti itu saat kau pergi.” kata
Tuan Park memaksa Dong Joo agar menandatanginya.
Dong Joo
meminta agar melepaskan tanganya, tapi Tuan Park terus memaksa agar Dong Joo
Jangan bergerak dan harus menandatangani ini. Saat itu seorang datang langsung
mendorong kepala Tuan Park diatas papan tinta.
“Sulit
dipercaya. Kalian tidak punya etika bisnis... Dia milikku. Dia sibuk
mengembalikan uangku.” Ucap Nok Du menarik tangan Dong Joo.
“Apa
Kalian berdua mau mati? Bunuh mereka!” teriak Tuan Park. Nok Du pun melindungi
Dong Joo.
Akhirnya
mereka berjalan ulan, Dong Joo terlihat sedikit lusuh dengan bajunya berjalan
dibelakang Nok Du bertanya apakah baik-baik saja. Nok Du mengaku baik-baik
saja.
“Mari
kita luruskan satu hal. Jika aku tidak terluka, sekarang mereka pasti sudah...”
ucap Nok Du yang langsung disela oleh Dong Joo.
“Kau
berdarah.” Kata Dong Joo. Nok Du mengaku Hidungnya bukan berdarah karena dipukul.
“Karena
gelap, aku terkena...” kata Nok Du dan Dong Joo menunjuk kalau luka dibagian
bawahnya. Nok Du melihat dibagian pinganganya dan terlihat perbanya berdarah.
“Ini
sudah sembuh, tapi robek. Aku baik-baik saja.” Kata Nok Du mencoba untuk
santai.
“Kamu
tidak baik-baik saja. Aku tidak peduli itu robek atau tergores. Kamu berdarah.
Di mana kliniknya? Ayo Ikut denganku.” Kata Dong Joo khawatir.
Raja
kembali bertanya pada Tuan Jung Apa
hanya ia yang berhasil bertahan hidup hari itu. Tuan Jung menegaskan Hanya ia
yang masih hidup lalu bertanya kenapa Raja datang saat sudah sangat larut. Saat
itu ratu datang menemui raja.
“Kau
tidak datang mengunjungiku.” Komentar Raja. Ratu pikir ingin bertemu dengan suaminya.
“Walaupun
aku tidak sopan datang ke sini... Maafkan aku.” Kata Ratu. Raja pun ingin tahu
alasan Ratu datang mengunjunginya.
“Kanselir...
“ ucap Ratu yang langsung disela oleh Raja. Raja menegaskan tidak ingin
membicarakannya.
“Kau
tidak bisa ikut campur dalam hal ini.” Tegas Raja. Ratu tak terima dianggap
"Ikut campur"
“Aku
khawatir... Aku khawatir teman lamamu mungkin tidak setia kepadamu dan
membuatmu tertekan. Apa Kau tahu hanya butuh waktu sebentar bagimu untuk
berubah? Saat aku datang ke istana sebagai putri mahkota, kau sangat baik
kepadaku. Tapi Setelah hari itu...” ucap Ratu.
“Kau
bilang Hari itu?” kata Raja dengan tatapan sinis. Ratu mengaku tahu dosanya karena kehilangan anak itu tidak
ringan...
“Ratu... Sudah
kubilang berkali-kali untuk tidak menyebutkan itu lagi.” Tegas Raja marah
“Aku
bahkan tidak bisa menyebutkan insiden itu selama 20 tahun. Aku tidak tahu
dosaku begitu berat sampai aku tidak pantas dihibur oleh suamiku sendiri.”
Keluh Ratu
“Ya. Aku
memang suami seperti itu. Jadi, akan lebih baik jika kau berhenti
mengkhawatirkanku.” Tegas Raja seperti angkuh. Ratu pun hanya bisa diam saja.
Tabib
melihat luka di tubuh Nok Du menurutnya ini sangat celaka. Dong Joo panik
bertanya apakah Nok Du baik-baik saja apabila
terus berdarah. Tabib pikir tidak karena
Jika terus berdarah, maka Nok Du akan mati. Dong Joo makin panik
mendengarnya.
“Coba
kulihat... Astaga... Kau Tunggu di sini sebentar... Ambil itu dan seka
darahnya. Lihatlah betapa kotornya suamimu.” Ucap Tabib
“Dia bukan
suamiku.” Ucap Dong Joo. No Du pun mengaku bukan suami Dong Joo. Si tabib
terlihat bingung merasa kalau Aneh sekali dan bergegas pergi.
Akhirnya
Dong Joo berusaha untuk membersihkan darah dihidung Nok Du,Nok Du mengaku bisa
menyekanya sendiri. Dong Joo pikir benar lalu membiarkan Nok Du agar
membersihkan sendiri. Akhirnya Dong Joo membantu Nok Du memasangkan perban
diatas luka. Suasana terasa canggung.
“Kau
bilang tidak peduli aku terluka atau tidak.
Lalu, kenapa kamu mengkhawatirkanku?” komentar Nok Du.
“Aku
tidak khawatir... Kau terluka karena aku, jadi, aku merasa wajib.” Balas Dong
Joo
“Tapi
wajahmu mengatakan sebaliknya. Kau tidak tahu harus bagaimana karena khawatir
dan menyesal.”kata Nok Du
“Aku
mulai bosan mengoreksimu Berpikirlah sesukamu..” Ucap Dong Joo kembali membantu
Nok Du memasang perban. Nok Du pun hanya bisa saja.
Bersambung
ke episode 18
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar