PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Keduanya
saling menatap, Nok Du mencoba memalingkan wajahnya menagku serius saat mengatakan ini. Dong Joo terlihat
gugup. Nok Du dengan nada mengejek kalau Dong Joo bisa mecari karier baru
untuknya. Dong Joo kesal langsung mendorong Nok Du dan bisa berdiri tegak.
“Sekeras
apa pun aku memikirkannya, aku tidak percaya kau ditakdirkan menjadi gisaeng
Dalam hidup, kita
tidak bisa melakukan semua yang kita mau.”komentar Nok Du
“Kapan
aku bilang aku mau? Aku tidak melakukan ini karena menginginkannya. Aku tidak
mau menjadi gisaeng.” Tegas Dong Joo. Nok Du mencoba mengertikan.
“Tidak
bisa melakukan semua yang kita mau? Tidak.. Kita tidak bisa menghindari beberapa hal
semau kita. Itulah
hidup” ucap Dong Joo.
“Pikiranku
sempit.. Maaf.” Kata Nok Du. Dong Jo pun tak ingin membahasnya lagi.
“Sepertinya
kau budak beruntung yang tidak perlu bersusah payah berkat kekasihmu.” Ucap
Dong Joo
“Aku
tidak diizinkan melakukan apa pun termasuk yang ingin dan yang tidak ingin
kulakukan. Tapi sekarang, aku tidak akan hidup seperti itu. Aku akan melakukan
yang kuinginkan dan melakukan yang tidak kuinginkan sama seperti orang lain.”
Jelas Nok Du
"Seperti
orang lain"?” tanya Dong Joo bingung. Nok Du pikir Pasti sulit bagi Dong Joo tinggal di sini dan
melakukan hal yang tidak diinginkan.Dong Joo hanya diam saja menatap Nok Du
“Apa? Kau
tiba-tiba menganggapku tampan? Aku cukup tampan, kan?” goda Nok Du. Dong Joo
hanya diam saja sambil memalingkan wajahnya.
“Kenapa? Kukira
kamu akan melempar sesuatu kepadaku.” ejek Nok Du Dong Joo mengeluh kalau Nok
Du sama sekali tidak tampan.
“Pakaian
kita sudah cukup kering. Ayo kita kembali.” kata Dong Joo lalu berjalan pergi.
Yool Moo
melihat Dong Joo bertanya apakah pergi dari desa janda. Dong Joo tak
menjawabnya dan berjalan begitu saja. Nok Du berjalan dibelakang memberi kode
pada Yool Mo agar jangan bertanya karena Dong Joo sedang marah.
“Jadi, Apa
dia jatuh ke air saat berlatih menari? Itu berarti kau pasti telah melihat
tarian Dong Joo.” ucap Yool Moo
“Ya, aku
melihatnya... Itu...” kata Nok Du yang langsung disela Yool Moo kalau tarian
Dong Joo pasti manis.
“Tentu.
Aku tidak menduga kau akan menyebut itu manis.” Ucap Nok Du menahan tawa.
“Jika itu
terjadi, seharusnya kau meminjamkan gaunmu. Dong Joo rentan terhadap flu, jadi,
dia mudah terserang flu.” Kata Yool Moo
“Aku juga
jatuh ke air. Aku juga tidak suka kedinginan.” Ucap Nok Du kesal. Yool Mo melihat
Dong Joo meminta Nok Du agar memegang tasnya.
Yool Moo
seperti ingin melepaskan jubahnya, Dong Joo sudah tahu menyuruh Yool Moo Jangan
melepasny karena tidak kedinginan. Yool Moo akhirnya mencari sesuatu didalam
bajunya, Dong Joo pun meminta agar Jangan mengeluarkannya karena tidak akan
menerimanya.
“Kau
cepat tanggap... Tapi Ini sangat lezat. Jadi Ambil dan sembunyikan. Pastikan kau
makan ini sendiri.” Ucap Yool Moo memberi bungkusan besar. Dong Joo melihat
isinya permen.
“Nyonya
Kim... Dia memberiku ini untuk mengucapkan selamat ulang tahun.. Selamat ulang
tahun.” Ucap Dong Joo memberikan permen pada Nok Du
“Aku
bukan anak kecil..” keluh Nok Du tapi bahagia memakan permen. Yool Moo hanya
bisa tersenyum lalu mengingat tentang hari ini adalah...
“Ada apa?
Apa hari ini ulang tahun seseorang?” tanya
Nok Du penasaran. Yool Moo mengaku tak ada.
Ratu
duduk sendirian diluar. Raja datang bertanya Sedang apa di sini. Ratu pikir setelah
mengikuti Yang Mulia keluar istana selama perang, dan sadar kalau sdang
mengandung jadi tidak berselera makan.
“Aku
hanya bisa makan okchundang ini yang dibawa Dayang Kim untukku. Entah apa kau
ingat itu, Yang Mulia.” Kata Ratu
“Kamu selalu
mengatakannya tiap tahun. Mana mungkin aku tidak ingat?”ucap Ratu
“Jika
anak itu hidup, apakah menurutmu anak itu juga menyukai okchundang?” kata Ratu
“Anak itu
sudah meninggal. Anak itu sudah tiada. Tolong hentikan.” Ucap Raja.
“Kita
harus berpisah begitu aku melahirkan anak kita. Kenapa aku tidak boleh
merindukan anakku yang hilang? Kenapa kamu selalu terlihat sangat terkejut?”keluh
Ratu. Raja tak banyak berkata-kata
memilih untuk pergi.
Saat itu
Tuan Heo sudah berdiri didepanya, Raja pun tak sengaja menjatuhkan permen dari
atas meja. Nok Du juga tak sengaja menjatuhkan permen dan memberikan pada Dong Joo dan Yool Moo.
Keduanya hanya bisa menatap heran, Nok Du akhirnya memakan semua permen.
“Siapa
namanya?” tanya seorang bangsawan. Anak buahnya menyebut namanya Dong Joo.
“Aku
langsung tahu dia sudah berusia lebih dari 12 tahun.” Kata si bangsawan.
Malam
Hari, Tuan Jung keluar rumah. Tuan Hwang menahanya. Tuan Jung meminta agar
melepaskanya. Tuan Hwang pikir Di luar gelap gulita jadi mau ke mana. Tuan
Hwang pikir Karena semua orang sudah aman, jadi harus mencari Nokdu.
“Apa Kau
pikir kau bisa membujuknya? Apa Kau melihat wajahnya saat dia pergi? Entah apa
yang terjadi, tapi dia tidak akan pernah kembali sebelum dia tahu apa yang
ingin dia ketahui.” Jelas Tuan Hwang
“Tapi itu
terlalu berbahaya. Bahkan Jika dia tahu sesuatu, dia akan lebih dalam bahaya.”
Kata Tuan Jung khawatir.
“Dia bisa
bela diri. Jika kau pergi selarut ini, bukan hanya gagal mencapai Hanyang, tapi
kau akan dimakan hidup-hidup oleh harimau. Itu akan memangsamu. Ayo kembali ke
dalam. Jangan sampai dimakan hidup-hidup.” Kata Tuan Hwang. Tuan Jung pun
mengikutinya.
Nok Du
mengeluh sambil berbaring karena Meski melepas ikatannya, karena Dong Joo tidak
akan tahu. Bahkan Dong Joo tidak bisa mendengar apa pun saat tertidur. Dong Joo
pun ingin tahu Apa yang dilakukan saat Dong Joo tidur.
“Lupakan
saja... Aku sungguh tidak tertarik pada wanita. Tidak boleh, dan aku juga tidak
punya waktu untuk itu.” Kata Nok Du
“Sebesar
itukah kau mencintai kekasihmu?” tanya Dong Joo. Nok Du membenarkan.
“Aku mendambakannya.
Aku merindukannya. Maksudku, kau tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal seperti
itu.” Jelas Nok Du.
“Baiklah.
Terima kasih atas pengakuan cinta yang tidak membuatku penasaran.” kata Dong
Joo
“Hei...
Matikan lilinnya. Kau harus berhemat.” Ucap Nok Du. Dong Joo pun mengikutinya.
Nok Du pun tertidur.
Pagi hari
Dong Joo
panik melihat Nok Du tak ada dikamar tapi masih ada makanan lalu membaca pesan
dari Nok Du “ Aku di tempat pembuatan bir untuk membuat malt.” Ia tersenyum
membaca pesan Nok Du. Saat itu Yeon Geun datang.
“Siapa
yang kau bicarakan?” tanya si pria. Dong Joo mengaku Bukan apa-apa.
“Apa Kau
melihat orang yang mencurigakan?” tanya Tuan Yeon, Dong joo mengaku tidak sama
sekali.
“Omong-omong,
kenapa Anda kemari?” tanya Dong Joo. Tuan Yeon bertanya Apa Nyonya Kim ada.
“Tidak,
dia sedang di desa janda.” Kata Dong Joo. Tuan Yeon pikir Nok Du tidak boleh berkeliaran karena Itu berbahaya.
Dong Joo tiba-tiba gugup.
Nok Du
membantu para wanita di pembuatan bir, lalu bertanya Di mana harus meletakkan kendi
ini. Si wanita menununjk Ada tempat mereka menyimpannya di sana. Nok Du
akhirnya masuk ke dalam kamar, dan menemukan sebuah pintu dan memeriksanya.
“Kenapa
kau di sini?” tanya Kim Sook melihat Nok Du di ruanganya. Nok Du dengan sangat
berpikir kalau ini ruangannya
“Ada
pintu samping di sana yang menuju halaman belakang.” Kata Kim Sook menujuk ke
ruangan luar.
“Pantas
saja. Aku merasa aneh menyimpan tempayan di dalam ruangan.” Ucap Nok Du lalu
berjalan keluar.
“Omong-omong,
apa aku akan dibayar dengan mengerjakan ini?” tanya Nok Du sebelum berjalan
keluar. Kim Sook menganguk. Nok Du pun tersenyum bahagia.
Di dalam ruangan, Dael Ree menatap gambar yang dibuat Nok Du dengan sketsa wajah yang dibuatnya, seperti merasakan ada yang aneh.
Dong Joo
duduk sendirian diluar, teringat yang dikatakan Tuan Yeon sebelumnya.
“Dia masuk
ke desa janda dan diusir. Tapi dia gagal mendapat pelajaran dan kembali ke sana
lagi. Kudengar dia cukup jahat. Jika menyangkut wanita, dia menggoda siapa pun dari
gisaeng hingga janda.”
Dong Joo
khawatir akhirnya pergi ke tempat pembuatan bir. Tiba-tiba seorang wanita
keluar terjatuh, Nok Du langsung menahan sebelum jatuh dan bertanya keadaanya.
Si wanita tak percaya kalau Nok Du tahu
ia akan tersandung.
“Hentikanlah...
Kamu membuat jantungku berdebar... Jika kau pria, aku akan...” kata si wanita
malu-malu. Nok Du kebingungan. Si wanita langsung menyandarkan kepalanya.
“Berhentilah
bersikap konyol! Ayoo Ikut aku.” Ucap Yeon Boon menarik Jung Sook pergi.
“Dia
hanya kesepian, jadi, abaikan saja.” Kata Kim Sook. Yeon Boon terus mencoba
agar menyadarkan temanya.
Nok Du
kebingungan saat itu Dong Joo datang menepuk pundaknyad an keduanya saling
menatap.
Deul Re
pergi ke rumah gisaeng dengan gambar ditanganya lalu bertanya pada wanita yang
baru keluar bertanya Di mana kamar Dong Joo. Mereka menunjuk kamar dibagian
depan. Nok Du dan Dong Joo akhirnya
masuk ke kamar.
“Hei, aku
tahu apa yang kau pikirkan. Tapi bisakah kita bicara nanti malam?” ucap Nok Du
“Orang
yang diusir dari desa itu kau, bukan?” kata Dong Joo, Nok Du bingung
menjelaskan.
“Tapi Apa
kau masih berkeliaran?”kata Dong Joo, Nok Du masih ingin menjelaskan tapi Dong
Joo kembali bicara.
“Kau
harus bersembunyi sampai kekasihmu datang.” Kata Dong Joo. Nok Du ingin
mejelaskan tapi Dong Joo sudah memberikan tas milik Dong Joo.
“Keluar.
Aku mendengar semuanya. Kudengar kau mencoba menggoda semua jenis wanita.” Kata
Dong Joo sinis
“Benarkah
itu pendapatmu tentangku?” kata Nok Du sinis. Saat itu Deul Ree diam-diam
mendengarnya.
“Pendapatku
tidak penting. Di desa, begitulah mereka melihatmu. Kau akan mati jika
tertangkap.” Ucap Dong Joo.
Nok Du
mengerti karena akan pergi. Deul Ree sudah memegang pisau dikakinya, lalu
teringat dengan pria yang melukai kakinya. Nok Du saat itu bertanya “Siapa kau?
Kenapa kau di sini?” Akhirnya ia berpikir tidak bisa melakukan ini sendirian.
Dong Joo mengantar
Nok Du pergi dan bertanya akan pergi kemana. Nok Du pikir Dong Joo tak perlu
peduli. Dong Joo berpesan agar Nok Du Jangan
lakukan hal bodoh dan bersembunyilah dan Saat kekasihnya datang, maka ia
akan...
“Jika
sesuatu terjadi kepadaku, bilang saja kau tidak tahu. Aku pun akan mengatakan
hal yang sama.” Ucap Nok Du
“Tunggu Sebentar.”
Kata Dong Joo lalu membalut luka ditangan Nok Du lalu setelah itu
memperbolehkan untuk pergi. Nok Du hanya bisa menatap sedih.
Deul Re
berlari ke hutan tapi saat itu seseorang menghadang dengan pedang. Kim Sook akhirnya berkumpul dengan dua
anggotanya lalu bertanya Kenapa Deul Le belum datang. Yeon Boon mengaku tidak
tahu dan Deul Ree bilang harus memeriksa sesuatu.
“Kita
mulai tanpanya saja... Dialah laki-laki yang harus kita bunuh malam ini. Karena
ini di pusat ibu kota, kita tidak boleh membuat keributan. Hanya salah satu
dari kita yang harus pergi menyingkirkannya.” Ucap Kim Sook
“Aku
harus membunuh bajingan itu. Beraninya dia membunuh ibu dari cucunya demi batu
kebajikan itu? Biar aku saja.” Kata Yeon Boon
“Apa Kau
akan pergi sekarang?” tanya Jung Sook,
Yeon Boon pikir Tidak perlu menunggu.
“Lalu Di
mana batang tintanya?” tanya Yeon Boon, Jung Sook menunjuk ke lemari.
Nok Du
yang bersembunyi di dalam lemari panik, Yeon Boon menarik pintu dan saat itu
menjerit kaget. Nok Du langsung terjatuh. Yeon Boon langsung mengeluarkan
pisaunya.
Dong Joo
duduk sendirian diluar ruangan,
tiba-tiba Wa Soo berlari memanggil Dong Joo dengan wajah panik. Dong Joo
bertanya ada apa. Didepan rumah terlihat bangsawan menatap Dong Joo. Akhirnya
Nyonya Chun menuangkan teh dengan tangan gemetar.
“Gadis
yang cukup berani untuk memotong rambutnya. Kudengar dia sudah cukup dewasa
untuk menjadi gisaeng. Aku belajar dari kesalahan masa laluku. Karenanya, aku
ingin membuat pilihan yang tidak menentang adat istiadatmu. Apa ada masalah
dengan itu?” kata bangsawan.
“Tuan... Dia
mungkin sudah cukup dewasa, tapi dia masih...” kata Nyonya Chun. Si Tuan marah
menyiram dengan air dan melepaskan gelas, percikan beling mengenai wajah Nyonya
Chun.
“Beraninya
kau... Kau tidak membuat pilihan. Aku yang memilih. Aku seorang bangsawan, dan
kalian hanyalah sekumpulan gisaeng. Jika aku ingin dia menjadi milikku, tidak
ada yang bisa cegah. Beraninya kamu.. berusaha membujukku dengan mengungkit
adat istiadatmu?” Tegas si pria
“Kalau
begitu, tolong beri aku waktu.” Kata Nyonya Chun. Si pria langsung menolaknya.
“Apa Kau
akan memanggil seseorang untuk membodohiku lagi? Aku akan membawanya bersamaku
sekarang. Apa Kau tidak melihat tandu yang kubawa?” kata si pria
“Bagaimana
jika aku menolak memberikannya kepadamu? Apa yang akan kau lakukan?” tanya
Nyonya Chun.
“Bagaimana
menurutmu? Tempat ini harus ditutup, dan kalian semua akan menjadi budak. Aku
akan membantumu dan mengirimmu ke tempat di Tamla agar bisa menikmati
pemandangan. Tapi kudengar kebanyakan orang mati dalam perjalanan ke sana
karena perjalanan perahu yang berbahaya.” Kata Si pria.
Saat itu
Dong Joo membuka pintu, Nyonya Chun kaget melihatnya.
Kim Sook
dkk kaget melihat Nok Du dan terbanya sedang apa dengan pisau yang
mengancamnya. Nok Du mengaku Masalahnya,melihat cincin di sini tadi siang jadi
berpiir mungkin bisa menjualnya dan menghasilkan uang lalu meminta maaf.
“Seberapa
banyak yang kau dengar?” tanya Yeon Boon. Nok Du mengaku mendengar rencana
mereka membunuh seseorang. Semua kaget.
“Kau
tidak salah dengar.” Kata Kim Sook. Nok Du pun bertanya apakah mereka akan
membunuhnya.
“Bagaimana
jika aku bilang aku yang akan melakukannya?” kata Nok Du. Semua terlihat
binggung.
Si
bangsawan melihat Dong Joo tak percaya kalau berlari begitu cepat. Dan tidak
menduga akan menerimanya. Dong Joo langsung memalingkan wajahnya saat si
bangsawan yang ingin menyentuh wajahnya. Si pria langsung mengumpat Dong Joo
wanita arogan!
“Kau
harus pergi. Tetaplah di kamarmu.” Kata Nyonya Chun. Dong Joo menolaknya.
“Menghindarnya
tidak akan mengubah apa pun.” Kata Dong Joon. Nyonya Cun meminta Dong Joo
Lakukan saja perintahnya.
“Nyonya
Chun... Aku tidak bisa mengatakan ini karena rasanya memalukan. Tapi Anda tahu betapa
bersyukurnya aku, kan? Anda menyelamatkanku dari tempat itu saat aku masih
kecil. Dan aku bersyukur untuk itu setiap hari.” Kata Dong Joo.
Saat itu
si bangsawan akhirnya datang dengan pedang bertanya pada Dong Joon apakah mau
ikut dengannya atau pilih mati. Dong Joo dengan sangat yakin mengatakan tidak
bisa ikut. Si bangsawan kaget Dong Joo menolaknya.
“Tidak, aku
tidak bisa pergi seperti ini. Gisaeng macam apa yang pergi berpenampilan
seperti ini?” ucap Dong Joo. Nyonya Chun tak percaya mendengarnya.
“Ini
bukan tindakan yang tepat. Aku akan
kembali untuk menyambutmu setelah aku mempersiapkan diri.” Kata Dong Joo
“Apa kau
mencoba melakukan sesuatu tanpa sepengetahuanku? Nasib rumah gisaeng ini ada di
tanganmu.” Ucap Si bangsawan. Dong Joo mengaku tidak akan berani.
“Aku
sudah menyadari bahwa kau cukup berbeda. Aku sangat menyukai keberanianmu. Kirim
dia ke tempatku pukul 22.30.” kata Si bangsawan lalu melangkah pergi dengan
tawa bahagia. Dong Joo langsung jatuh
lemas.
Nok Du
berlutut sementara, Kim Sook dkk mulai berunding kalau harus mendengar yang
dikatakan Nok Du dahulu. Jung Sook pikir Nok Du sudah mendengar semuanya dan
akan memberikan Nok Du kesempatan. Akhirnya mereka menemui Nok Du kembali.
“Kau
pasti sudah gila. Apa Kau sungguh bersedia membunuhnya?” tanya Yeon Boon.
“Aku
tidak menghasilkan cukup uang bekerja di tempat pembuatan bir. Tapi jika aku membunuh
seseorang, maka aku akan bisa menghasilkan banyak uang.” Kata Nok Du.
“Bagaimana
jika kamu melakukan ini untuk melarikan diri?” kata Kim Sook tak yakin.
“Aku tahu
kalian tidak akan membiarkanku kabur.” Ucap Nok Du yakin Kim Sook ingin tahu siapa sebenarnya Nok Du
itu.
“Apa Kau
pernah membunuh seseorang?” tanya Kim Sook curiga. Nok Du mengaku sudah melihat
banyak orang mati.
“Hanya
aku yang bisa merawat orang tuaku yang sakit. Selama aku bisa menghasilkan
banyak uang, membunuh seseorang bukanlah masalah besar.” Ucap Nok Du.
“Baiklah...
Cobalah... Lagi pula, kita membutuhkan anggota baru. Jadi, kita tidak akan rugi
apa pun. Jika kita membunuhnya di sini, akan sulit menyingkirkan jasadnya.” Kata
Kim Sook
Wa Soo
menangis sambil terus berjalan Yool Moo melihat Wa Soo bingung melihatnya. Wa
Soo terus menangis sambil memberikan make up untuk Dong Joo. Dong Joo mengeluh
meminta agar Wa Soo berhenti terlihat seperti itu.
“Bagaimana
penampilanku?” tanya Wa Soo melihat Dong Joo terlihat santai.
“Kau
menatapku seolah ini kali terakhir kita bertemu di dunia ini.” Kata Dong Joo.
Wa Soo mengeluh Dong Joo mengatakan hal itu.
“Coba
lihat ini... Aku tidak akan mati semudah itu. Jangan khawatir.” Ucap Dong Joo
memperlihatkan pisau balik bajunya.
“Hwa Soo,
aku akan pergi sekarang.” Kata Dong Joo, Wa Soo bertanya apakah Nyonya Kim
tahu.
“Dia
sudah pergi.” kata Dong Joo terdiam, Wa Soo bingung Nok Du yang Pergi dan bertanya kemana Selarut ini.
“Kau
benar... Aku membiarkannya pergi selarut ini.” Kata Dong Joo merasa bersalah.
Nok Du
berjalan sendirian dihutan, teringat dengan pesan Kim Sook.
“Jika kau
berhasil membunuhnya dan kembali, kau tidak hanya akan dibayar, tapi kami juga
akan mengizinkanmu bekerja dengan kami. Tapi jika kau gagal, kau akan langsung
mati.”
Dong Joo
berjalan keluar rumah gisaeng, Wa Soo masih terus menangis. Nok Du
melihatnya,Dong Joo pikir harus masuk ke tandu sekarang jadi mereka berdua
harus kembali ke dalam.
“Si
brengsek itu sulit dipercaya. Kenapa dia harus memanggilmu ke tempat yang
terpencil?” keluh Wa Soo kesal
“Berhentilah
menangis.”kata Dong Joo. Wa Soo mengingat Mae Hyang kembali dalam keadaan mati
Bagaimana jika Dong Joo...
“Aku
tidak akan mati... Aku tidak bisa mati sekarang.” Ucap Dong Joo yakin.
Nok Du
teringat dengan yang saat Dong Joo memotong rambutnya sambil berkata “ Jika
rambut yang kamu inginkan, akan kuberikan kepadamu. Rambut selalu tumbuh
kembali. Tidak mungkin lebih penting daripada gadis kecil itu.”
Lalu saat
di sungai Dong Joo berkata “Kapan aku bilang aku menginginkan ini? Aku tidak
melakukan ini karena aku menginginkannya. Aku tidak ingin menjadi gisaeng.”
Akhirnya
Dong Joo masuk ke dalam tandu, Nok Du melihat kertas sketsa wajah yang harus
dibunuhnya dan melihat Dong Joo yang pergi. Dong Joo terlihat tegang dan
melihat pintu rumah si bangsawan. Akhirnya ia perlahan masuk ke dalam ruangan.
“Aku Dong
Joo dari Rumah Yeonhwa.” Ucap Dong Joo membungkuk memberikan hormat.
Saat itu
pria yang dibelakang tirai pun berjalan mendekati Dong Joo. Si pria berjalan
mendekat dan mengangkat wajah Dong Joo. Dong Joo kaget melihat tenyata Nok Du
dengan pakaian pria. Nok Do mengejek kalau
Tampaknya Dong Joo senang melihatnya.
“Tapi di
saat yang sama, kau terkejut melihatku.” Ucap Nok Du. Dong Joo bingung Nok Du
ada di tempat bangsawan.
“Ada yang
ingin kukatakan kepadamu.” Kata Nok Du. Dong Joo bingung apakah sekarang dan
disini juga. Nok Du membenarkan.
“Waktu
dan tempatnya sangat cocok.” Ucap Nok Duk. Dong Joo ingin tahu apa itu.
“Jadi, mulai
hari ini, aku... Aku adalah ibumu.” Kata Nok Du, Dong Joo melonggo bingung
ingin Nok Du mengulangnya.
“Aku
adalah ibumu.” Ucap Nok Du lalu menatap Dong Joo menatapnya dengan jelas.
Bersambung
ke episode 7
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar