PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Nok Du
panik karena terlihat bagian dadanya dan juga lenganya yang berotot. Tiba-tiba
si wanita gemuk melihat sesuatu dan langsung memegang batu. Nok Du ketakutan
karena ketahuan, lalu terdengar bunyai suara kesakitan.
Ternyata
ada seorang pria yang mengintip mereka mandi, Nok Du pun bisa bernafas lega
karena rahasainya tak ketahuan. Tiga
wanita langsung memberikan pelajaran dengan menendang si pria cabul. Pria itu
meminta berhenti dan memohon ampun karena dirinya juga manusia.
“Kau
tidak lebih baik dari binatang. Beraninya kau asal bicara? Memakai jubah tidak
menjadikanmu manusia!” kata si wanita tambun.
Si pria mengeluh bajunya dianggap jubah.
“Ini
Wakil Kurator.”kata Soo Yeon mendekati wajah si pria. Semua kaget melihatnya.
“Apa Kau
minum-minum?” keluh si wanita mencium bau mulutnya berakhohol.
“Lihatlah
bahumu yang lebar itu. Aku bertemu wanita impianku. Bagaimana bisa aku tidak
minum? Omong-omong, tolong beri tahu aku di mana gaunmu yang berjumbai.” Kata
si Wakil Kurator.
Si wanita
gemuk tak bisa menahan emosi langsung memukulnya, mereka pun panik melihatnya.
Si wania tapi kalau Wakil Kurator sering lupa saat mabuk jadi yakin nyawanya
mungkin telah hilang.
“Dia
mabuk dan terjatuh di gunung. Kebetulan kita menemukannya di sini. oke?” kata
si wanita membuat perjanjian. Semua pun menganguk setuju.
Si wanita
tambun akhirnya mengotong wakil korator dibahunya seperti mengangkat sekarung
beras. Nok Du berjalan dengan Soo Yeon dan Dong Joo berjalan dipaling
belakang. Nok Du heran Soo Yeon yang
terus menatapnya, lalu bertanya Kenapa melirik padanya.
“Aku tahu
semuanya.” Kata Soo Yeon, Nok Du panik bertanya tahu tentang apa.
“Aku tahu
kenapa kau heboh agar tidak mau mencemplung. Begini... Sejujurnya, kau dan aku
sama saja.”kata Soo Yeon. Nok Du kaget berpikir mereka itu sama-sama pria yang
menyamar jadi wanita.
“Meskipun
kecil, tidak apa-apa. Yang penting adalah hatimu. Kau tidak boleh berkecil hati
hanya karena ukurannya kecil. Mengerti? Kau harus bangga memilikinya. Mengerti?”
ucap Soo Yeon melirik ke bagian dada Nok Du.
Nok Du
bisa bernafas lega lalu menganguk mengerti kalau Hatinya penting. Dong Joo
menatap Nok Du hanya bisa tersenyum
dengan nada mengejek lalu berjalan pergi.
Di dalam
ruangan
Heo Yoon
berbicara dengan anak buahnya memastikan kalau Jasadnya menghilang dan terlihat
disurat "Aku meracuninya". Anak buanya memberitahu alau Saat mereka
kembali ke lokasi, itu sudah menghilang. Hye Yoon juga diberi tahu dia sudah
mati.
“Dia
menyamarkan kematiannya dan mengikuti Pasukan Muweol. Kalau begitu, dia pasti
sudah di desa untuk janda.” Kata Heo Yoon sinis.
“Tapi
pria tidak boleh masuk ke desa.” Kata anak buahnya. Heo Yoon pikir Nok Du bisa bersembunyi di rumah gisaeng atau dekat
desa.
“Suruh
mereka menggeledah seluruh tempat itu. Bagaimana dengan orang-orang Yang Mulia
yang pergi ke pulau itu?” tanya Heo Yoon
“Semuanya
kukirim ke tempat lain. Hanya Pasukan Muweol yang tersisa. Jadi, dia tidak akan
bisa menemukan apa pun.” Ucap anak buahnya.
“Bagaimana
dengan yang lainnya yang kabur dari pulau itu?” tanya Heo Yeon.
“Para
janda di seluruh kerajaan akan mencari mereka. Tidak akan lama.” Ucap anak
buahnya.
“Jangan
melewatkan siapa pun. Cari semua orang. Paham?” perintah Heo Yeon. Anak buahnya
menganguk mengerti.
“Dia pasti
ditakdirkan berumur panjang. Kenapa dia muncul lagi? Kenapa harus sekarang?”
keluh Heo Yoon kesal.
Heo Yoon
berbicara dengan temanya kaget bertanya baru saja melihat siapa. Se mentri yakin kalau Itu Jung
Yun Jeo karena baru saja berpergia ke
Pelabuhan Gangryeong untuk suatu urusan. Ia pun sangat terkejut saat
melihatnya.
“Namun,
Yun Jeo tewas saat perang.” Kata Heo Yoon, Mentri juga tahu makanya mencoba
memastikan dan yakin kalau itu adalah Tuan Jung.
“Tentunya,
kau pasti keliru. Jangan katakan ini kepada siapa pun. Mereka akan mengkritikmu
karena berbohong.” Kata Heo Yoon panik
“Tapi
Yang Mulia terlihat senang mendengarnya.” Ucap Mentri. Heo Yoon kaget mentri
sudah memberi tahu Yang Mulia. Mentri membenarkan.
“Sama
seperti kau yang menjadi teman baiknya, Yang Mulia juga teman dekat.” Kata
Mentri. Heo Yoon hanya bisa diam saja.
Tuan
Hwang memegang dayung agar perahu berjalan kearah yang benar. Hwang Tae
memegang badanya yang terluka. Tuan Jung memastikan keadaan anaknya, lalu
berjanji ketika tiba di pantai, akan pergi ke Hanyang.
“Kau dan
Tuan Hwang...” ucap Tuan Jung yang langsung disela oleh anaknya kalau ayahnya
tak boleh pergi.
“Para
pembunuh itu datang setelah Ayah pergi ke daratan. Jika Ayah ke Hanyang, aku
yakin mereka akan mengejar Ayah lagi.” Ucap Hwang Tae.
Flash Back
Tuan Jung
yang panik pergi ke pasar, lalu bertanya Di mana bisa menemukan toko obat.
Seseorang menunjuk ke arah toko obat yang ada dipasar. Seseorang menepuk
pundaknya, Mentri memastikan kalau didepanya Jung Yun Jeo.
“Kau
keliru.” Ucap Tuan Jung tak ingin mengingatnya. Mentri mengingatkan kalau ia
adalah Lim Yoo.
“Selama
perang, kau dan aku... Kudengar kau tewas dalam perang. Bagaimana kamu bisa...”
ucap Tuan Lim.
“Aku
bilang, kau keliru.” Kata Tuan Jung lalu bergegas pergi karena takut ketahuan.
Hwang Tae
pikir seharusnya ayahnya bisa lebih berhati-hati. Tuan Jung menenangkan anaknya
kalau tidak perlu khawatir. Hwang Tae merasa kalau ayahnya bisa mengubur rahasia yang ditakuti jika membawa
Nok Du kembali.
“Kau Tidurlah.”
Ucap Tuan Jung tak ingin membahasnya lagi lalu bergantian memegang dayung.
“Aku bisa
mencium bau tanah dari kampung halamanku.” Kata Tuan Hwang lalu duduk disamping
Hwang Tae.
“Biar
kuberi tahu... Tempat ini sangat terpencil, jadi, jika kau pandai bersembunyi, akan
sulit bagi mereka untuk menemukanmu.” Ucap Tuan Hwang
“Terima
kasih, dan maafkan aku. Aku membuatmu melalui banyak kesulitan.”kata Hwang Tae
“Astaga...
Kenapa cara bicaramu seperti orang asing? Kita akan menjadi besan kelak.... Bukankah,
begitu?” kata Tuan Hwang menepuk bahu anaknya yang tertidur pulas diatas
perahu.
Raja
berbicara dengan anak buahnya ternyata Jung Yun Jeo tidak ada di sana. Anak
buahnya membenarkan, dan mereka memeriksa
Kepulauan Gangryeong dan pulau terdekat, tapi tidak bisa menemukannya. Jadi
berpikirTuan Lim pasti keliru.
“Begitukah?
Aku mengharapkan kabar baik saat mendengar teman baikku yang tewas saat perang
masih hidup. Ini Mengecewakan sekali. Aku menghargai kerja kerasmu.” Ucap Raja.
Dong Joo
melihat Nok Du yang berbaring, lalu bertanya apakah akan tidur tanpa berganti
pakaian padahal Pakaiannya basah. Nok Du pun meminta Dong Joo memberikan kain
untuk mengeringkan bajunya. Dong Joo mengeluh lalu memberikan handuk.
“Jika kau
punya celana cadangan, boleh aku meminjam itu juga?” tanya Nok Du. Dong
Joo pun memberikanya.
“Bisakah
kau tetap di beranda selagi aku berganti pakaian?” ucap Nok Du. Dong Joo
akhirnya tak bisa menahan amarahnya.
“Kau
jelas membutuhkan banyak bantuan dariku. Aku benci hal semacam ini. Kau harus
menjaga dirimu.” Ucap Dong Joo kesal
“Bisakah
aku meminta mangkuk air hangat?” kata Nok Du memelas, Dong Joo langsung menutup
pintu dengan kasar.
“Dia
tidak tahu aku menyelamatkannya.” Ucap Nok Du kesal.
Akhirnya
Nok Du duduk dengan menutupi tubuhnya mengunakan selimut sambil meminum air
hangat. Dong Joo memberitahu Nok Du kalau selimut yang dipakai itu miliknya dan
ditanganya itu milik Nok Du. Nok Du seperti baru tahu.
“Mari
bertukar.” Kata Nok Du, Dong Joo menolak. Nok Du akhirnya meminta agar tetap di
luar.
“Lupakan
saja. Kita tidur saja.” Ucap Dong Joo akhirnya tidur selimut baru dan langsung
membuka bajunya.
“Kau
melakukannya lagi!” jerit Nok Du panik menutup matanya dengan mangkuk. Dong Joo
bingung Apa lagi yang dilakukan.
“Tolong
jangan lepaskan bajumu tanpa memberitahuku dahulu. Beri aku waktu agar bisa
mempersiapkan diri.” Kata Nok Du
“Haruskah
aku memasang pesan di jalanan dahulu?” keluh Dong Joo Nok Du pikir berganti di
luar adalah tindakan yang sopan.
“Hei, kau.
Ini kamarku... Saat kau berganti pakaian, aku menunggu di luar. Haruskah aku
keluar saat ganti baju juga?” ucap Dong Joo kesal
“Tolong
jangan sentuh aku.” Kata Nok Do akhirnya mengembalikan pisau milik Dong Joo.
Nok Du tak percaya melihatnya.
“Ini
semua kamar Nyonya Chun. Ini bukan kamarmu.” Kata Nok Du langsung berbaring.
“Jika kau
begitu membenciku, maka kau bisa tidur di luar.” Ucap Dong Joo kesal
“Jika aku
tidur di luar, maka mulutku akan lumpuh.” Kata Nok Du.
Flash Back
Nok Du
berbaring di tanah, seseorang mengangunya seperti ingin membangunkanya. Nok Du
mengeluh apa yang dinginkan Hwang Tae. Hwang Tae memberitahu Jika tidur di sini
maka mulut akan lumpuh. Nok Du mengaku tidak peduli jadi akan tetap di sini.
“Astaga...
Pulau ini memang kecil. Apa Kau tidak bosan dan lelah meninggalkan rumah?” ucap
Hwang Tae tidur di pantai
“Masuklah.
Ibu akan mencemaskan Kakak. Dia juga mencemaskanmu.” Kata Dong Joo kesal
“Kita
masuk saja.” Ucap Hwang Tae. Dong Joo seperti tak yakin dengan permintaan
kakaknya.
“Aku
tidak kabur ke daratan. Aku naik kapal itu menggantikan Kakak karena Kakak
sakit. Apa dia harus marah?” keluh Nok Du akhirnya kembali duduk.
“Nok
Du... Kakak yakin Ayah punya alasan. Kau tahu itu, bukan?” jelas Hwang Tae
menenangkan adiknya
“Harusnya
dia memberitahuku. Jika begitu, aku bisa menyerah atau mengatasinya.” Ucap Nok
Du
“Hei. Kau
bilang akan menyerah? Apa kau akan menyerah menjadi jenderal di daratan?” kata
Hwang Tae
Nok Du
mengaku tidak, tiba-tiba Hwang Tae merasakan sesuatu dimulutnya wajahnya panik,
terlihat wajahnya miring dan mengaku
Mulutnya lumpuh. Nok Du sempat panik tapi tahu kakaknya hanya bercanda.
Hwang Tae
pun mengaja Nok Du pergi saja karena
mulutnya akan lumpuh, lalu menarik
adiknya. Nok Pu menolak tak ingin pergi, lalu
terlihat mulutnya terlihat miring. Hwang Tae hanya bisa tertawa melihat
tingkah adiknya yang membalas.
Nok
Du hanya bisa terdiam berbaring dikamar,
teringat dengan ucapan kakaknya.
Beberapa
wanita berkumpul, membaca seperti surat ditanganya. Salah satu wanita yang
ingin menyelakai Nok Du merasa Mustahil karena melihatnya jatuh dengan matanya
sendiri. Ia yakin Begitu meminum racun itu, maka akan langsung mati.
“Melihat
bagaimana dia menghilang, dia tahu itu sebelumnya dan sudah siap.” Ucap Si
wanita yang lainya.
“Belum
lama ini, bukankah ada pria yang mencoba memasuki desa kita dan diusir?”kata
ketua si wanita. Wanita lain berpikir Ada banyak pria seperti dia
“. Itu
pada hari kepulangan Deul Le. Apa menurutmu...” kata wanita lain. Si wanita
pembunuh pun meminta izin untuk keluar tapi ketua menahanya.
“Ini bukan
masalah yang bisa kau hadapi sendirian lagi. Kita semua harus menanganinya.
Kita harus mengikuti perintah.” Ucap Si ketua.
Nok Du
melihat Dong Joo yang tertidur pulas, lalu membuka selimutnya dan akan
mengambil baju. Ia panik saat tangan Dong Joo menahanya, tap Dong Joo hanya
mengigau mengatakan “ Jika mereka mati,maka kau harus meminta maaf.”
Nok Du
pun bergegas pergi melepaskan tangan Dong Joo, lalu masuk ke tempat wanita yang
sebelumnya membuatnya curiga. Ia bisa melompat masuk ke dalam ruangan dan
memeriksa ada beberapa baju pria, lalu menemukan seragam merah.
“Seperti
yang kalian ketahui, misi baru-baru ini gagal, tidak seperti yang lainnya.” Kata
ketua wanita. Nok Du diam-diam mengintip dan sudah mengunakan seragam yang
sama.
“Kenapa
kita diperintahkan untuk menghabisi orang yang bukan pejabat kotor atau
bangsawan?” komentar si wanita tambun
“Benar.
Tidak biasanya kita melakukan hal seperti itu. Siapa yang memberikan perintah
itu?” tanya wanita lain
“Itu
hanya bisa diketahui oleh bos.” Kata ketua wanita, semua pun menganguk
mengerti.
“Hanya bos
yang tahu? Siapa pemimpin ini?” gumam Nok Du penasaran terus mencoba
mendengarkan.
“Yang
penting adalah salah satu anjing itu mengikuti kita ke desa ini. Aku berasumsi
si brengsek itu akan mencoba menyelinap masuk di malam hari. Kita harus
berpatroli di sekitar desa, rumah gisaeng, dan semua rute.” Kata ketua wanita
“Yang
benar saja. Pasukan Wanita Berbudi sudah menjaga desa. Dia sangat terampil.” Kata
wanita yang bertubuh besar.
“Memang
benar mereka telah mengajukan diri untuk berpatroli di desa. Namun, karena mereka
bukan petarung terlatih, kita harus membantu. Periksa semua area di mana
seseorang bisa bersembunyi..” Perintah ketua wanita.
“Karena
banyak orang datang dan pergi dari rumah gisaeng, terus awasi tempat itu. Deul
Lae menggambar pria yang dicari ini.” Kata Ketua wanita.
Nok Du
bingung mendengar "Pria yang dicari" gambar wajah pria disebarkan, ternyata
foto Nok Du saat jadi wanita. Ia pun langsung menutup wajahnya agar tak
terlihat. Ketua mengucapkan Terima kasih
pada anaknya dan harus menemui bos.
Nok Du
akhirnya bersembunyi dan diam-diam mengikuti si ketua, Si ketua merasakan ada
orang yang mengikutinya saat akan mengecek, anak buanya datanya bertanya apa
yang sedang dilakukan padahal mengira akan menemui bos.
“Benar.
Kukira aku mendengar sesuatu.” Ucap Ketua. Si wanita pikir kalau itu dirinya. Si
ketua pun mencoba percaya.
“Baiklah.
Semoga berhasil.” Kata anak buahnya lalu bergegas pergi, Si ketua pun kembali
berjalan.
Nok Du
terus mengikutinya tapi pedang akhirnya sudah ada depan wajahnya. Si wanita terlihat cerdik, bisa mengetahui
Nok Du. Keduanya pun berkelahi dan penuh wajah Nok Du terbuka. Nok Du akhirnya
menutup wajahnya dengan tangan.
Akhirnya
Nok Du bisa membuat si wanita tak pergi karena pedanganya tersangku di pohon.
Ia pun bergegas pergi sebelum ketahuan, beberapa wanita lain pun sudah
berkumpul.
Dong Joo
terbangun dan tak melihat Nok Du ada disampingnya, Nok Du berusaha untuk tenang
berjalan pulang. Tiba-tiba seorang wanita melihat Nok Du dan mengingat kalau
itu adalah janda baru dan bertanya dari mana karena sudah larut malam.
“Itu
terlalu berisik, jadi, aku terbangun. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan.” Ucap
Nok Du. Si wanita binggung kalau merasa Berisik.
“Begini, gisaeng
yang tidur sekamar denganku punya kebiasaan tidur yang buruk.” Kata Nok Du,
Sementara wanita yang ingin membunuh Nok Du menatap curiga.
“Apa Maksudmu
Dong Joo? Benar, kudengar kebiasaan minumnya jauh lebih buruk. Kurasa kami tidak
akan pernah minum bersama.” Kata si wanita.
“Omong-omong,
kenapa kalian berpakaian seperti itu?”tanya Nok Du, Si wanita terlihat gugup.
“Begini...
Kami datang untuk membantu saat sedang sibuk. Jadi Kami mendapat sedikit uang.”
Kata si wanita yang menyamar jadi prajurit. Si wanita pun menganguk
menyetujuinya.
“Aku
harus pergi sekarang... Sampai jumpa.” Kata Nok Du lalu berjalan pergi. Si
wanita yang ingin membunuh Nok Du masih menatap curiga.
“Aku
seharusnya melihat wajah bos itu.” Keluh Nok Du, si wanita memanggil temanya
yang masih menatap Nok Du agar segera pergi.
Seorang
prajurit menunggang kuda dengan pedangnya. Di rumah gisaeng, Yool Moo sedang sibuk memotong sesuatu,
Gisaeng menceritakan Semalam, seorang
pemuda muncul di desa janda dan menyebabkan kekacauan.
“Astaga.
Seorang pemuda di desa itu?” kata Yool Moo tak percaya, Si wanita pikir pria
itu pasti kabur setelah melakukan hal
mengerikan.
“Para
janda ingin menangkapnya bagaimanapun caranya.” Kata gisaeng, Yool Moo pikir
itu sudah seharusnya.
“Siapa
pun pemuda itu, dia pasti orang jahat.” Kata Yool Moo
Nok Du
baru masuk, Yool Moo menatapnya dan langsung memanggilnya. Nok Du akan berjalan
pergi tapi ternyata pria lain dibelakangnya yang dipanggil lalu memberikan
sesuatu diatas meja. Si wanita melihat ada bongkahan es batu.
“Nona Hwa
Su, siapa dia?” tanya Nok Du berdiri disamping wanita yang tadi bercerita.
“Ini pasti
kali pertamamu melihatnya. Di Joseon dia orang paling...” cerita Hwa Su. Nok Du
menduga kalau itu Ahli pedang.
“Lemah
pendirian. Pendiriannya paling lemah di Joseon. Dia teman Tuan Yul Mu Dan dia
sangat setia. Aku belum pernah melihat orang lemah sepertinya. “Ucap Hwa Su.
“Kukira
dia datang untuk menyampaikan perintah Yang Mulia.” Komentar Nok Du setelah
melihat si pria memotong es batu jadi potongan kecil lalu berjaln pergi.
Yool Moo
menyerut es batu dan dimasukan kedalam mangkuk, lalu menaruh kacang merah dan
juga selai jeruk, jadilah patbingsu. Ia bangga melihatnya dan menatap Dong Joo
baru saja keluar kamar dan terlihat baru bangun.
“Ini
manis dan dingin... Cobalah sebelum mulai meleleh.” Ucap Yool Moo, Dong Joo
terlihat binggung tapi saat itu Nok Du sudah membuka mulutnya dan Dong Joo
langsung mengarahkan sendok ke arahnya.
Dong Joo
pun bergegas pergi, Yool Mo melihat Dong Joo teringat dengan masa lalunya.
Flash Back
Yool Moo
berjalan ke sebuah rumah, lalu mengintip. Ia melihat sosok Dong Joo yang masih
kecil sedang sibuk menyulam sambil mengemil es batu yang langsung gigit
dimulutnya. Ia seperti ingin membuat es hanya untuk Dong Joo yang suka dengan
es batu.
“Setidaknya dia harus makan sesuap.” Kata Yool
Moo sedih karena Dong Joo tak makan sekali.
“Ini Benar-benar
manis dan dingin.” Ungkap Nok Du tersenyum bahagia yang sudah menghabiskan
esnya.
Dong Joo
pergi gua sambil mengumpat kesal karna seandai berandal itu tidak memukulnya
maka pasti rencannya pasti akan berhasil.
Ia pun melihat gambar rencana yang dibuatnya seperti sudah sangat
detail.
“Kurasa
satu-satunya cara untuk membunuhnya adalah memasuki istana..” Ucap Dong Joo
Nok Du
berdiri ditempat si wanita, karena merasa Jika ingin menangkap harimau, maka
harus masuk ke sarangnya. Ia melihat banyak wanita yang sedang membuat makanan
dan sibuk dengan tugas masing-masing. Beberapa wanita sedang mengobrol bersama.
“Aku
tidak akan pernah masuk ke rumah gisaeng lagi.” Kata Salah satu wanita. Wanita
lain bingung bertanya ingin tahu alasanya.
“Aku ke
sana tadi untuk memberi mereka anggur. Dan seorang pria tidak dikenal tiba-tiba
menggenggam tanganku.” Cerita si wanita.
“Kenapa?
Kenapa dia melakukan itu?”tanya wanita lain ikut kesal. Wanita itu menceritakan
karena terkejut dan melepaskan tangannya.
“Dan dia
memberitahuku bahwa dia mengira aku Hwa Su.” Ucap si wanita. Mereka tak percaya
si wanita yang cantik itu.
“Gisaeng
yang membuat kepala semua pria berbalik? Gisaeng yang sangat cantik itu?” ucap
wanita lain sambil menahan tawanya.
“Apa dia
cantik? Menurutku dia tampak terlalu pucat. Silakan katakan pendapatmu. Apa aku
sangat mirip dengannya?” tanya si wanita. Semua mencoba membandingan dengan Hwa
Sa.
“Aku
mengerti kenapa dia keliru...” ucap Si wanita akhirnya menyetujui kalau mirip
dengan Hwa Su.
“Astaga,
aku sungguh tidak menyukainya.” Kata si wanita yang mengangap dirinya seperti Hwa
Su
“Tapi Mau
bagaimana lagi? Kau harus menerima kecantikanmu yang menakjubkan.” Kata si
wanita lain.
Seorang
wanita mengeluh kalau teman-temanya itu buta, teman lainya langsung menutup
mulutnya agar tak perlu bicara. Nok Du
akhirnya bciara mengaku tidak perlu khawatir. Dong Joo berjalan tak sengaja
melihat dari depan pintu Nok Du sedang berbicara dengan wanita lain.
“Sayang
sekali karena orang-orang menganggapmu mirip dengan seseorang yang sangat kau
benci. Tapi aku sendiri tidak setuju. Hidung Nona Hwa Su tajam dan mancung. Dan
alisnya berbentuk seperti bulan sabit.” Cerita Nok Du
“Tapi di
sisi lain, hidungmu pesek dan lebar. Dan alismu terlihat seperti ulat. Itu Sangat
tebal, sampai terlihat gagah. Kau sama sekali tidak mirip Nyonya Hwa Su.” Komentar
Nok Du polos
“Hidungku
lebar dan pesek?” kata si wanita terlihat menahan amarah, Nok Du membenarkan.
“Selain
itu, kulit Nyonya Hwa Su sangat putih. Tapi kulitmu agak kuning dan membuatmu
tampak maskulin. Kau setuju, bukan?” kata Nok Du Si wanita tak percaya dianggap
Kulitnya kuning.
“Hei!
Siapa kau? Apa kau datang sebagai hakim?” teriak si wanita marah,
“Kurasa
seharusnya aku memperkenalkan diri dahulu. Aku anggota keluarga Kim dari
Hanyang...” kata Nok Du santai
“Aku
tidak peduli namamu... Yang benar saja. Beraninya kamu menyebut hidungku pesek
dan lebar? Kau terlihat seperti musang yang basah kuyup dalam air.” Kata si
wanita.
Dong Joo
tertawa mendengar Nok Du diangap Musang. Si wanita itu pikir kalau Nok Du yang
menilainya lebih dahulu jadi kenapa tidak boleh melakukan itu. Akhirnya si
wanita tak bisa menahan amarahnya langsung menari rambut Nok Du.
Mereka
berkelahi saling menarik rambut, beberapa wanita mencoba merelai tapi tak
berhasil. Dong Joo mencaba merelai tapi terdorong dan akhirnya tanganya malah
menyentuh panci lalu menjerit kesakitan. Si wanita masih terus menarik rambut
Nok Du.
“Aku akan
membunuhmu Lalu aku juga akan bunuh diri. Dasar berengsek!” teriak Si wanita
Nok Du
akhirnya bisa melepaskan dari cengkraman tangan si wanita, tapi bongkongnya
malah menyentuh panci. Ia pun menjerit kesakitan karena bokongnya sangat sakit,
dan Dong Joo merasakan tangannya seperti terbakar dan Perih sekali. Keduanya
pun keluar saling merasa kesakitan.
Tuan Jung
tertidur berjajar dengan Hwang Tae, Tuan Hwang dan anaknya. Hujan turun dengan
deras, tapi Tuan Jung seperti tak bisa tidur akhirnya keluar dari rumah dan
berkomentar kalau Hujannya deras sekali.
“Ini
seperti hari ketika Yun Jeo meninggal.” Kata Heo Yoon melihat hujan yang deras
juga dirumahnya.
***
Flash Back
Heo Yoon
seperti baru saja melukai Tuan Jung dan akan membunuhnya. Tuan Jung berjalan
mundur sambil memegang sesuatu ditanganya. Heo Yoon akan membunuhnya, tapi
suara tangisan bayi membuatnya tersentuh.
“Kau
Pergi saja. Aku akan melaporkan bahwa kau mengubur bayi mati itu dan aku
menikammu, lalu kau jatuh ke sungai. Jadi, hiduplah seakan-akan kamu tidak ada.
Hiduplah seakan-akan kau sudah mati.” Ucap Heo Yoon.
Tuan Jung
termenung di "Penginapan" sementara Heo Yoon memikirkan juga di
rumahnya. Raja pun telihat gelisah, lalu bergegas keluar dari istana mengatakan
harus menemui Yun.
Bersambung
ke episode 4
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar